BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anjing Anjing telah lama dimanfaatkan oleh manusia. Beberapa trah anjing dikembangkan dengan seleksi ketat untuk memberi nilai tambah yang dapat membantu pekerjaan manusia. Anjing domestik mungkin merupakan mamalia yang sangat polimorfik, yaitu hewan yang mempunyai keragaman yang luas dalam hal bentuk, perilaku, dan temperamen. Menurut sistem penamaan hewan, nama ilmiah yang diberikan kepada anjing domestik adalah Canis familiaris. Dari penamaan ini, jelas dapat diketahui bahwa anjing termasuk jenis Canis. Karena jenis anjing domestik sangat banyak, maka untuk menandai perbedaan jenis digunakan nama subspesifik atau ras atau trah (Puja, 2011). Ras merupakan hasil seleksi manusia yang terkadang tidak alamiah, artinya seleksi ini didasarkan pada pilihan karakter menurut kepentingan manusia. Jadi, ras adalah hasil seleksi buatan manusia dengan tujuan untuk mendapatkan ras yang berguna, seperti misalnya untuk berburu, ekonomi, dan upacara. Seleksi buatan ini umumnya tanpa mempertimbangkan faktor ketahanan hidup dari hasil seleksinya. Penamaan ras atau trah dari masing-masing jenis anjing adalah untuk menghindari pemberian nama dengan subspesies (Puja, 2011). Anjing ras sangat bervariasi dalam ukuran, penampilan, dan tingkah laku dibandingkan dengan hewan peliharaan lain. Sebagaian besar anjing masih mempunyai ciri-ciri fisik yang diturunkan serigala (Dharmawan, 2009). Beberapa ras
anjing yang sudah dikenal luas dan sebenarnya merupakan anjing domestik adalah anjing Collie, anjing Gembala Jerman, Cocker Spaniels, dan lain-lain. Walaupun anjing tersebut di atas menampakan perbedaan dalam hal ukuran, penampilan luar, dan ekspresi, tetapi secara umum ras-ras anjing ini mempunyai ciri yang sama. Kesamaan tersebut antara lain, mempunyai jumlah gigi sebanyak 42 buah, jumlah tulang belakang 50 sampai 52 buah, jumlah tulang leher tujuh buah, tulang dada 13 buah, dan tulang ekor sebanyak 20-22 buah. 2.2 Struktur Anatomi dan Histologi Kelenjar Mamae Secara anatomi kelenjar mamae anjing biasanya terdiri atas lima kelenjar beserta putingnya masing-masing di kedua sisi kanan dan sisi kiri yang terletak pada bagian kranial kaudal thorak, kranial kaudal abdomen, dan pada bagian inguinal. Pada siklus estrus pertama akan banyak dijumpai sel-sel lemak (deposit lemak) pada kelenjar mamae. Pada masa non laktasi, kelenjar dan jaringan adiposa sedikit berkembang sehingga tidak terlalu tampak adanya pembesaran kelenjar mamae (Budras, 2007). Pada masa kebuntingan terjadi peningkatan pembentukan lumen dan perkembangan alveoli yang diakhiri dengan pembentukan saluran kelenjar mamae. Selama periode laktasi, alveoli berperan dalam mensekresikan air susu dan selama itu pula akan terjadi perkembangan duktus laktiferus, sinus laktiferus dan duktus papillary. Dari alveoli air susu akan bermuara melalui sinus laktiferus dan duktus laktiferus, sinus laktiferus ini akan menjulur ke daerah duktus papillary dan berakhir
sampai papilla mamae. Setelah masa laktasi bagian dari sistem duktus khususnya alveoli kelenjar akan berfungsi sebagaimana mestinya (Budras, 2007)
Gambar 2.1 Struktur Anatomi dan Histologi Kelenjar Mamae Anjing (Sumber : Budras , 2007) Menurut Suwiti et al., (2010) kelenjar mamae merupakan kelenjar tubuloalveolar majemuk berkembang dari lapisan bawah epidermis, banyak dijumpai sel-sel lemak serta terdapat lobulus dengan batas yang tidak begitu jelas. Lobulus ini berisi antara lain alveolus, duktus laktiferous, dengan epitel kubis selapis (kuboid simplek). Kelenjar mamae terdiri dari sel-sel yang selalu membelah untuk menghasilkan susu, terutama selama masa laktasi. Parenkim atau sel yang akan mensekresikan susu dari kelenjar mamae berkembang (proliferasi) dari sel epitelial yang berasal dari primary mammary cord. Perkembangan kelenjar mamae juga dipengaruhi oleh hormon. Hormon yang berhubungan dengan perkembangan kelenjar mamae antara lain hormon esterogen yang dihasilkan oleh ovarium dan uterus (Cunningham, 2002).
Gambar 2.2 Histologi kelenjar Mamae pada Anjing (Sumber : Glenda Stovall , 2013) 2.3 Tumor Mamae pada Anjing Neoplasma merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel abnormal yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan sel di sekitarnya dan tidak ada manfaatnya bagi tubuh. Neoplasia ataupun neoplasma sering disebut dengan tumor. Sebagaimana definisi tumor pada peradangan, maka tumor pada neoplasia juga berarti pembengkakan. Tetapi tidak semua pembengkakan adalah tumor. Banyak kebengkakan misalnya : abses, radang kronis, benjolan parasit, dan nekrosa lemak intra abdominal bukan termasuk tumor. Sebaliknya tumor akan terus bertambah karena pertambahan sel-sel baru (Berata et al.,2011) Anjing merupakan salah satu hewan yang sering terkena tumor. Tumor mamae adalah tumor yang paling sering menyerang anjing setelah tumor kulit, sering
terjadi pada anjing betina yang belum di sterilisasi. Tumor mamae biasa berwujud kecil, simple nodul atau besar, agresif, dan pertumbuhan luar biasa. Apabila di deteksi secara dini dan sempurna maka semua jenis tumor mamae dapat diobati (Tateyama dan Cotchin, 1978) Tumor mamae pada anjing dapat terjadi dikarenakan pengaruh hormon, begitu juga dengan risiko peningkatan sel tumor yang dapat terjadi setelah siklus estrus. Sel tumor mamae, baik jinak atau ganas memiliki reseptor estrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini akan menginduksi terjadinya hipertrofi pada parenkim mamae setelah siklus estrus (Moulton, 1978). Tingginya pembentukan tumor pada kelenjar mamae berhubungan dengan bertambahnya volume kelenjar mamae serta sekresi selama periode laktasi. Jika sebelum siklus pertama risiko munculnya tumor adalah sebesar 0,5 % , maka pada siklus pertama risiko munculnya tumor akan naik mencapai 8 % dan lebih dari 26 % setelah siklus estrus kedua atau pada estrus selanjutnya (O’Keefe, 1995) . Pada anjing , sekitar 40 % dari keseluruhan tumor mamae yang terletak pada kelenjar susu bagian inguinal dan muncul segera setelah estrus (Bostock, 1992). Kejadian tumor mamae pada anjing memiliki persentasi lebih tinggi jika dibandingkan dengan hewan domestik lainnya dan tiga kali lebih berisiko daripada manusia, Anjing yang belum di steril juga memiliki risiko terkena tumor mamae tujuh kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan anjing yang telah disteril. Selain itu tumor mamae juga memiliki kemampuan untuk bermetastasis ke jaringan atau organ tubuh lainnya (Schneider et al., 1969). Faktor endokrin memiliki pengaruh dalam proses terjadinya tumor, hal ini dikarenakan pengaruh hormon sehingga
menyebabkan perubahan struktur dan fungsi dalam kelenjar mamae (Noreika et al., 1998). Gambaran klinis tumor mamae muncul dalam bentuk nodul tunggal atau ganda pada
parenkim, bentuknya bervariasi dan kerap ditemukan pada setiap
kelenjar, baik tumor jinak maupun ganas sehingga menyulitkan dalam membedakan tipe tumor. Namun demikian terjadinya pertumbuhan yang cepat, invasi jaringan lokal dan ulserasi merupakan karakteristik dari tumor malignant. Sekitar 2/3 dari tumor mamae ditemukan pada kelenjar empat dan lima, sehingga akan memungkinkan parenkim lebih banyak pada tingkat ini (Baba dan Catoi, 2007). Tumor mamae merupakan kasus tertinggi kedua yang paling sering terjadi pada anjing setelah tumor kulit (Rezia et al., 2009). Dari 53 % neoplasama, 41% diantaranya bersifat malignant. Menurut Bloom (1954) tumor mamae mewakili 25% sampai 30% dari seluruh jumlah kasus tumor yang terjadi pada anjing. Dari hasil observasi yang dilakukan pada 6.754 tumor pada berbagai organ anjing, 720 diantaranya berhubungan dengan kelenjar mamae (Mitchell et al., 1974). Sangatlah sulit untuk menetukan tipe dari tumor hanya dengan pemeriksaan secara fisik. Pemeriksaan biopsi sangat di perlukan untuk menentukan jenis tumor apakah jinak atau ganas. Tumor biasanya lebih agresif dan tumbuh sangat besar serta menyebar ke organ lain. Pemeriksaan dengan menggunakan sinar X pada bagian dada atau inspeksi pada limfonodus akan lebih membantu dalam menentukan jenis tumor yang menyerang (Allen dan Johnson, 1987). Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis tumor mamae pada anjing meliputi ukuran tumor. Tumor mamae dengan ukuran kurang dari 3 cm mempunyai
kecenderungan prognosis lebih baik di bandingkan tumor yang lebih besar. Tumor mamae yang lebih bebas bergerak dan tanpa ulserasi di kulit lebih mempunyai mempunyai prognosis lebih baik di bandingkan tumor yang melekat di muskulus atau mempunyai ulserasi. Limfonodus yang membengkak juga mengindikasikan prognosis buruk untuk tumor mamae (Fossum, 2002). 2.4 Klasifikasi Tumor Mamae Tumor mamae diklasifikasikan menurut jaringan asalnya dan sifat keganasannya (Polton, 2009).
Menurut Moulton et al., (1978), dasar dalam
pengklasifikasian tumor mamae adalah dengan mengamati lesi histologis yang muncul pada tumor. Berikut ini merupakan klasifikasi tumor mamae berdasarkan ganas dan tidaknya tumor tersebut. 2.4.1 Tumor jinak. Tumor ini dilasifikasikan menjadi empat jenis yakni: 1. Papilloma, 2. Adenoma, 3. Fibroadenoma, 4. Benign mixed tumor (Tumor jinak campuran) (Hampe dan Misdorp, 1974 ; Misdorp et al., 1999).
Gambaran umum dari ke empat tumor jinak tersebut adalah sebagai berikut:: 2.4.1.1 Papilloma Papiloma merupakan neoplasma pada epitel pipih berlapis. Secara patologi anatomis papiloma mempunyai bentuk wart. Papiloma adalah neoplasma yang terdiri atas penjuluran-penjuluran papilla yang biasanya dalam jumlah banyak. Papiloma merupakan bentuk neoplasma jinak dari epitel. Apabila sel-sel epitel tumbuh dan bertambah, kelebihannya membentuk
penonjolan keluar permukaan. Ketika penonjolan-penonjolan ini tumbuh menjadi penjuluran papilla, jaringan di bawahnya akan tumbuh juga bersamanya. Umumnya papiloma terdapat pada kulit terbungkus oleh epitel pipih berlapis disertai proses pertandukan, tidak berpigmen dan tanpa adanya bentuk-bentuk kulit. Papiloma juga dapat terjadi dalam saluran-saluran berbagai kelenjar, kecuali pertumbuhan papiler dalam sinus laktiferus bukanlah suatu neoplasma (Berata et al., 2011) 2.4.1.2 Adenoma Adenoma adalah neoplasma epitel yang bersifat jinak yang membentuk kelenjar. Adenoma terletak dalam stroma jaringan fibrosa dan bentuk kelenjar. Bentuknya bisa besar-besar atau kecil-kecil, tubuler atau bundar. Epitel penutupnya bisa kubis atau silindris. Apabila ada gambaran epitel menjadi berlapis-lapis, hal ini menunjukan adanya keganasan (adenokarsinoma). Secara patologi anatomi adenoma terletak seluruhnya atau sebagian dalam kelenjar dari mana ia tumbuh. Adenoma secara relatif sering ditemukan dalam kelenjar mamae anjing dan kelenjar thyroid kuda (Berata et al., 2011). Adenoma pada kelenjar mamae dapat muncul sebagai lobular adenoma dan papillary adenoma. Secara histopatologi lobular adenoma ditandai dengan sel-sel berbentuk kuboid atau kolumnar, hiperkromatik, serta proliferasi sel di dalam lumen alveolus dan duktus. Sedangkan pada papillary adenoma ditandai dengan adanya bentukan papilla dalam alveolus dan sistem duktus (Moulton, 1978). 2.4.1.3 Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang berasal dari proliferasi dari elemen-elemen epithel dan stroma. Ada dua tipe fibroadenoma yaitu perikanalikular fibroadenoma (epitel yang dikelilingi oleh stroma), dan intrakanalikular fibroadenoma (epitel yang ditekan atau dirusak oleh stroma). (Baba dan Catoi, 2007). 2.4.1.4 Benign mixed tumor Benign mixed tumor atau tumor jinak campuran yang secara morfologi mirip dengan komponen epitel (luminal dan myoepitel) dan sel mesenkim yang memproduksi jaringan tulang rawan, tulang, dan adiposa (Misdorp et al., 1999).
2.4.2 Tumor ganas Tumor ini diklasifikasikan menjadi 11 jenis yakni:1. Adenocarcinoma, 2. Papillary adenocarcinoma, 3. Solid carcinoma, 4. Spindle cell carcinoma, 5. Anaplastic carcinoma, 6. Mucinius carcinoma, 7. Malignant myoepithelioma, 8. Malignant mixed tumor (Tumor ganas campuran), 9. Squamous cell carcinoma, 10. Fibrosarcoma, 11. Osteosarcoma. (Hampe dan Misdrop, 1974 ; Misdorp et al., 1999). Gambaran umum dari masing masing jenis tumor ganas tersebut adalah sbb: 2.4.2.1 Adenocarcinoma.
Adenokarsinoma tampak seperti adenoma dan terdiri atas asini yang dilapisi epitel dalam stroma jaringan ikat fibrosa. Perbedaan adenokarsinoma dan adenoma adalah bahwa epitel pada adenokarsinoma lebih sulit didiferensiasi dan tidak seperti yang normal. Hal ini dapat dilihat karena adanya proliferasi epitel ke dalam asini. Proliferasi ini berupa beberapa lapis atau penonjolan papil-papil yang banyak. Perbedaan utama ialah kekuatan epitel untuk menerobos terlihat bahwa epitel itu menembus dasar membran dan menginfiltrasi jaringan ikat. Keadaan ini menyebabkan terjadinya kerusakan-kerusakan pada jaringan sekitarnya. Pada neoplasma yang lebih ganas, invasi ini demikian hebat sehingga sel-sel tidak dapat membentuk kelenjar lagi dan hanya keliatan seperti masa epitel. Keganasan sebagaimana juga dengan neoplasma yang lain tampak pada anaplasia dan sel-sel yang tidak dapat didiferensiasi. Adenokarsinoma tampak lebih besar, bulat dan lebih hiperkromatis dengan nukleoli yang besar berwarna tua disertai banyak gambaran mitosis (Berata et al., 2011). 2.4.2.2 Papillary adenocarcinoma. Papillary adenocarcinoma adalah tumor yang berkembang dari papillary adenoma yang kemudian berubah menjadi tumor ganas. Sel-sel epitel pada tumor ini berbentuk silindris dan kuboid serta memiliki inti sel hiperkromatik berukuran besar dengan bentukan bulat atau oval serta jumlah mitosis yang bervariasi. Sekitar 18 papillary adenocarcinoma berkembang dari lobus mamae dan duktus interlobular. Papillary adenocarcinoma biasanya menunjukan struktur multiple duktus. Pada sebagian atau seluruh
bagian lumen berisi papila dengan jumlah cabang yang banyak dimana cabang-cabang dari papilla tersebut kemudian akan bersatu kembali (Moulton, 1978). 2.4.2.3 Solid carcinoma Solid karsinoma adalah tipe tumor yang umum pada anjing dan kemungkinan lebih parah dari tipe tumor lainnya. Secara mikroskopis terlihat adanya proliferasi sel-sel epitel dan mioepitel. Sel-sel tumor tumor kecil, inti sel hiperkromatik, dan indeks mitosis biasanya tinggi. Beberapa solid karsinoma terlihat adanya sel-sel yang memiliki vakuola sitoplasma yang berasal dari mioepitel. Jumlah stroma dapat berubah dari sedikit menjadi lebih banyak (Cassali, 2002).
2.4.2.2 Spindle cell carcinoma Spindle cell Carcinoma pada anjing sering tampak seperti solid tumor. Sel-sel karsinoma tersebut berinfiltrasi, dan masuk ke dalam sistem limfatik. Secara histologi, spindle cell carcinoma mirip dengan fibrosarkoma. Diagnosa banding antara spindle cell carcinoma dan fibrosarkoma cukup sulit, namun benang-benang retikulin dapat diidenfikasi dengan pewarnaan khusus (Baba dan Catoi, 2007). 2.4.2.5 Anaplastic carcinoma Pada anaplastic carcinoma tampak infiltrasi-infiltrasi sel neoplasma, terbentuknya sel-sel pleumorfik berukuran besar, sel-sel nukleus berbentuk
bizarre dengan kromatin. Sel-sel raksasa anaplastic carcinoma sering dilaporkan terdapat pada tumor mamae anjing dan kucing. 2.4.2.6 Mucinius carcinoma. Secara mikroskopis, sebagaian besar
pada musinius karsinoma
ditemukan sel myoepithel tanpa adanya keterkaitan dengan sekresi mukus. Secara teori dapat diidentifikasikan sebagai berikut : musin dapat muncul dari sel-sel epitel sekretori, sel-sel jaringan pengikat, atau sel-sel mioepitel (Baba dan Catoi, 2007). 2.4.2.7 Malignant myoepitelioma. Malignant myoepithelioma berbentuk bulat dan oval dengan diameter hingga 4 cm, konsistensi lunak, kurang memiliki batas, dan sering terlihat adanya ulserasi. Secara mikroskopis, sel tersusun dalam bentuk bundel atau spiral, dengan aspek mioid dan tidak berlobular. Sel bervakuolisasi dan memiliki sitoplasama yang jelas, berderet mengelilingi nukleus, dan sel-sel nukleus berukuran raksasa kadang-kadang teridentifikasi. Fokus nekrotik sering terjadi dalam massa tumor (Baba dan Catoi, 2007). 2.4.2.8 Malignant mixed tumor (Tumor campuran ganas) Tumor campuran ganas terbentuk dari sel-sel seperti epitel (epitel, mioepitel, atau kedua dari sel tersebut) dan sel-sel dari jaringan pengikat. Sebesar 30% dari tumor campuran memiliki sel-sel fusi yang berasal dari selsel mioepitel dan jaringan pengikat (Benazzi, 1989). 2.4.2.9 Squamous cell carcinoma
Squamous cell carcinoma adalah karsinoma yang paling sering terjadi yang ditandai oleh adanya sel-sel epitel bersusun banyak dari mana ia berasal. Ada tidaknya pertandukan tergantung pada epitel asalnya. Tidak terdapat pigmentasi dan pembentukan papil-papil ke dalam neoplasmanya. Pada neoplasma yang cukup terdiferensiasi, urutan dari lapisan-lapisan tidak tampak dan jaringan ikat di bawahnya yaitu stratum germinativum basal yang berwarna tua, stratum spinosum dengan sel-sel yang lebih besar dan pucat, yang pelan-pelan menipis untuk bersatu dengan stratum corneum. Epitel ini tidak saja terbatas pada permukaan neoplasma sebagaimana pada papilloma, sebaliknya masa epitel ini akan memasuki masa neoplasma itu. Bidang sayatan terlihat epitel seperti pulau-pulau yang dikelilingi stroma. Membrana basal dari epitel akan berada di tepi dari suatu epitel, sedangkan yang sebenarnya adalah epitel permukaan akan terdapat ditengah-tengahnya dari masa neoplasma ini. Neoplasma akan mengalami pertandukan dan keratohyalin yang berwarna merah dari stratum korneum. Neoplasma akan berada di tengah-tengah dari masa epitel dan karena tekanan sel-sel yang tumbuh akan menjadi sangat padat berbentuk bundar, dan berlamel-lamel (Berata et al., 2011). 2.4.2.10 Fibrosarcoma Fibrosarkoma adalah neoplasma ganas dari fibroblas dan paling sering ditemukan pada anjing tua. Tumor jenis ini ditemukan pada anjing yang berumur rata-rata 8 tahun dan tidak ada perbedaan akibat rasa tau jenis kelamin. Fibrosarkoma pada anjing sering berlokasi pada kelenjar mamae,
kaki dan gusi. Fibrosarkoma yang terdapat pada sistem urogenitalis anjing, kuda betina dan sapi sering dikelirukan dengan leiomiosarkoma pada kelenjar mamae anjing betina. Secara patologi anatomi fibrosarkoma ukurannya bervariasi, bahkan ada yang bisa sangat besar. Biasanya berbentuk tidak teratur dan noduler, tidak ada batas yang jelas dengan jaringan sekitar dan tidak berkapsula. Konsistensinya padat atau seperti daging dengan adanya bagian yang empuk dan rapuh. Potongan melintang dari neoplasma ini tampak berlobulasi, homogen, baur (difusa), putih keabu-abuan dan dapat memperlihatkan adanya serabut. Warna coklat kemerah-merahan disebabkan karena adanya perdarahan dan warna kuning karena adanya nekrosis (Berata et al., 2011). Secara histopatologi struktur dasar fibrosarkoma terdiri atas kelompok sel-sel fibroblast yang muda dan serabut-serabut kolagen yang berjalan berputar-putar. Sel-sel neoplasma yang pleomorfik berbentuk spindle fusiform atau polygonal. Neoplasma yang tidak ada diferensiasi mempunyai sel-sel raksasa berinti banyak dan sel-sel berbentuk bizarre (ganjil), sitoplasma jelas berbeda dari serabut. Intinya berbentuk bundar atau oval dan hiperkromatis, nukleoli berjumlah 2-5 buah dan umumnya sangat jelas. Gambaran mitosis tampak sangat tinggi. Pada fibrosarkoma terdapat banyak vaskularisasi, tetapi pembuluh darah yang terbentuk sangat jelek sehingga mudah terjadi pendarahan. Nekrosis terjadi akibat kekurangan darah dari jaringan neoplasma, dan infeksi sekunder yang disertai edema. Pertumbuhan fibrosarkoma biasanya cepat dan infiltratif (Berata et al., 2011).
2.4.2.11 Osteosarcoma Osteosarkoma merupakan salah satu neoplasma pada kelenjar mamae. Biasanya di dalam neoplasma terdapat proliferasi sel-sel berbentuk fusiform dan lonjong, kemudian terlihat adanya pulau-pulau tumor yang disertai bentukan osteoid dan tulang, indeks mitosis tinggi, metastasis dapat berlangsung melalui darah ke paru-paru (Goldsmith et al., 2011).