BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1 Tinjauan Umum Mixed use Building Salah satu perancangan yang menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi yang berada di bagian area suatu kota sehingga terjadi satu struktur yang kompleks dimana semua kegunaan dan fasilitas saling berkaitan. (dikembangkan dari Mayer, 1983). Upaya tersebut dimaksudkan agar penggunaan lahan lebih efektif dan efisien, pelayanan kebutuhan lebih mudah dan lingkungan menjadi lebih nyaman dihuni. Mixed use Building atau Superblok dilihat sebagai bagian integral kota dan terdiri dari banyak massa serta diarahkan untuk maksud: 1. Efisiensi dan ekonomis dalam pengadaan infrastruktur dan utilitasnya 2. Perbaikan sistem transportasi 3. Memberikan kerangka yang fleksibel untuk perancangan bangunan dan lingkungannya.
Latar Belakang Mixed use Building Istilah proyek “superblok” berasal dari Amerika Serikat, ketika proyek-proyek berskala besar di tengah kota mulai dibangun setelah berakhirnya Perang Dunia ke II. Kota-kota di Amerika Serikat umumnya ditata oleh jaringan jalan berbentuk grid. Petak-petak lahan itu kemudian disebut blok. Istilah tersebut umumnya dipakai sehari-hari misalnya dalam menyebutkan jarak (misalnya ‘three blocks away’).
7
Bangunan besar yang dibangun meliputi beberapa blok untuk mewadahi berbagai fungsi dan aktivitas itu kemudian disebut sebagai superblok.
II.1.1 Rumah Susun II.1.1.1 Pengertian Rumah Susun ru·mah n 1 bangunan untuk tempat tinggal; 2 bangunan pd umumnya (spt gedung). (Kamus Besar Bahasa Indonesia) su·sun n 1 kelompok atau kumpulan yg tidak berapa banyak; tumpuk; 2 seperangkat barang yg (diatur) bertingkat-tingkat; ; 3 rangkap (yg tindih-menindih). (Kamus Besar Bahasa Indonesia) •
Penyebutan dari kata asing condominium, apartment, flat, dan disingkat menjadi rusun (ruma susun). (Menpera Yudohusodo, Seminar Rumah Susun, Jakarta 1993)
•
Bangunan gedung bertingkat, yang dibangun dalam satu lingkungan,
yang
terbagi
dalam
bagian-bagian
yang
distrukturkan secara fungsional dan dalam arah horisontal maupun vertikal sebagai satuan-satuan yang dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama/benda bersama dan tanah bersama. (UU RI No.16 Tahun 1985, tentang Rumah Susun). •
Fasilitas tempat tinggal yang digunakan sebagai tempat hunian secara bersama, berupa satu atau lebih blok bangunan bertingkat yang didirikan dalam satu bidang setiap unit hunian telah ditetapkan, sedangkan fasilitas umum (secara terbatas) bagi
8
pelayanan lingkungannya disediakan untuk dimanfaatkan secara bersama. (Badan Pertanahan Nasional), •
Pembangunan rumah susun sederhana sewa bagi masyarakat yang belum mampu, Pemerintah memberikan subsidi berupa tanah, atau pembiayaan, atau bangunan, atau prasarana dan sarana dasar, atau kombinasi di antaranya sesuai dengan tingkat kemendesakan untuk pemenuhannya, kemampuan kelompok sasaran masyarakat yang akan menghuni, dan kemampuan Pemerintah daerah setempat.. (Keputusan Menteri Negara Perumahan
dan
Permukiman
tentang
Kebijakan dan Strategi Pemabangunan Rumah Susun) Jadi, dapat diartikan rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan dan dipergunakan sebagai tempat hunian, dilengkapi dengan KM/WC serta dapur, dapat bersatu dengan unit hunian ataupun terpisah dengan pengunaan komunal
dan
berpenghasilan
diperuntukkan menengah
bagi
bawah
dan
golongan
masyarakat
MBR
(masyarakat
berpenghasilan rendah).
II.1.1.2 Peran Rumah Susun Perkembangan rumah susun (rusun) di Jakarta sejak tahun 1980-an memiliki peran strategis dalam merespon kebutuhan perumahan dan permukiman di kota metropolitan yang mempunyai
9
beban tekanan internal dan eksternal yang kuat. Peran rumah susun dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya: •
Perkotaan -
Efisiensi terhadap lahan perkotaan, mengingat keterbatasan lahan dan tuntutan mobilitas penduduk perkotaan yang semakin dinamis pada masa yang akan datang.
-
Mewujudkan peremajaan kawasan perumahan kota, penataan ruang yang sejalan dengan RUTR yang ada.
-
Penurunan
tingkat
kepadatan
penduduk
yang
tinggi
diperkotaan. -
Mendorong pola pembangunan yang efisien dengan optimasi pelayanan sarana prasarana perkotaan yang terpadu.
-
Meningkatkan perolehan ruang-ruang terbuka hijau yang bermanfaat bagi kesehatan warga kota.
•
Sosial Ekonomi -
Peningkatan kehidupan ekonomi, social dan pendidikan masyarakat.
-
Penyesuaian budaya tinggal bertetangga dan bersama.
-
Memberikan solusi tempat tinggal yang sesuai bagi masyarakat menengah bawah dan berpenghasilan rendah.
10
II.1.1.3 Jenis-jenis Rumah Susun •
Berdasarkan system penggabungan lantai 1. Simplex → merupakan 1 (satu) unit hunian terdiri dari 1 lantai. 2. Duplex → merupakan 1 (satu) unit hunian terdiri dari 2 lantai. 3.
Triplex → merupakan 1 (satu) unit hunian terdiri dari 3 lantai
•
Berdasarkan system pelayanan koridor 1. Single Loaded Corridor, koridor 1 (satu) sisi ditepi bangunan pada system slab bloc. 2. Double Loaded Corridor, koridor ditengah pada system slab block. 3. Koridor pada 2 (dua) sisi ditepi bangunan pada system slab block. 4. Koridor terpusat ditengah-tengah bangunan pada system slab block.
•
Berdasarkan bentuk denah 1. Skip-stop plan Plus: -
Elevator membuka pada lantai tertentu sesuai
keinginan
11
-
Dapat mengurangi jumlah koridor penataan
efisiensi bangunan lebih tinggi -
Pencahayaan alamiah lebih banyak
Minus: - Membutuhkan tangga tambahan dalam ruangan -
Menyulitkan pencapaian bagi oran tua dan cacat
2. Tower Plan Core
terdapat
dipusat
dengan
unit-unit
unian
mengelilinginya, umumnya digunakan untuk penghuni berpenghasilan tinggi. Plus: - Ventilasi silang tercapai -
Tiap unit mempunyai 2 (dua) arah pandangan
-
Mudah ditempatkan pada tapak yang berkontur
Minus: - Jumlah unit atau hunian terbatas -
Biaya st lebih banyak
3. Expended Tower Plan Plus: - Jumlah unit atau hunian lebih banyak Minus: -
Mengurangi ventilasi silang dan penerangan 2 (dua) arah
4. Cross Plan Mempunyai 4 (empat) sayap utama yang merupakan perkembangan keluar dari satu core. Plus: - Pencapaian langsung ke unit atau hunian rumah susun
12
-
Ventilasi silang dan pandangan 2 (dua) arah
Minus: - Kesulitas orientasi terhadap matahari 5. Expended Cross Plan Prinsip sama dengan Cross Plan. Kelebihan dari bentuk ini jumlah unit atau lantai lebih banyak. 6. Circular Plan Bengunan ini berbentuk limas segi 8 (delapan) hampir menyerupai lingkaran. Prinsip sama dengan Tower Plan. Kelebihan dari bentuk ini jumlah unit atau hunian tergantung dari diameter bangunan. 7. Terrace Plan Plus:
-
Orientasi terhadap matahari baik
-
Umumnya single loaded corridor
-
Ventilasi silang dapat tercapai
Minus: -
Biaya relative lebih mahal Kesulitan menempatkan sirkulasi vertical
II.1.1.4 Aktivitas Rumah Susun Aktivitas yang terjadi pada komplek rumah susun membutukan tempat dan ruang, baik didalam hunian maupun diluar. Dengan KDB 50% - 60%, kebutuhan akan tempat dan ruang didasarkan pada: •
Kebutuhan Hunian Pada bangunan untuk hunian, luas lahan maksimum 60%.
13
Aktivitas - Tidur/istirahat
Kebutuhan ruang - Ruang tidur
- Berganti pakaian - Berbincang/mengobrol - Mengerjakan tugas - Mandi, bersih-bersih
- Kamar mandi/WC
- Buang air besar dan kecil - Mencuci pakaian - Memasak makanan dan air
- Dapur/Pantry
- Memanaskan makanan - Mencuci piring - Makan dan Minum
- Ruang makan
- Menyediakan makanan - Menerima tamu
- Ruang Tamu dan Keluarga
- Berbincang/mengobrol - Berkumpul bersama keluarga - Menonton TV Tabel 2.1 Aktivitas dan Kebuthan ruang
o Luas tipe unit hunian pada rumah susun minimal 18 m2 dan maksimal 50 m2. Tipe unit
Ruang yang ada
Tipe 18 m2
disebut dengan ‘Tipe
- 1 Kamar tidur
Tipe 21 m2
Studio’
- Ruang tamu/keluarga
Tipe 24 m
2
- Kamar mandi/WC
* Tipe ini biasanya untuk keluarga - Dapur/Pantry + Ruang makan muda atau seseorang yang belum memiliki keluarga.
14
Tipe 30 m2 Tipe 36 m
- 2 Kamar tidur
2
- Ruang tamu/keluarga
Tipe 42 m2
- Kamar mandi/WC
Tipe 50m2
- Dapur/Pantry
* Tipe ini untuk keluarga yang - Ruang makan sudah memiliki anak. Tabel 2.2 Tipe unit dan Ruang
•
Kebutuhan Fasilitas Fasilitas
lingkungan
yang
ditempatkan
pada
lantai
bangunan rumah susun hunian harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1. Maksimal 30% dari jumlah luas lantai bangunan 2. Tidak ditempatkan lebih dari lantai 3 (tiga) bangunan rumah susun hunian. o Jenis Fasilitas Lingkungan Rumah Susun. Jenis Fasilitas Lingkungan 1. Niaga/Tempat kerja
Fasilitas yang Tersedia 1. Warung 2. Toko-toko perusahaan dan dagang 3. Pusat perbelanjaan termasuk usaha
2. Kesehatan
1. Posyandu 2. Balai pengobatan 3. Apotik 4. BKIA dan rumah bersalin 5. Praktek dokter 6. Puskesmas
15
3. Peribadatan
1. Mushola 2. Mesjid kecil
4.
Pemerintahan Pelayanan Umum
dan 1. Kantor RT 2. Kantor/Balai RW 3. Pos Hansip/Siskamling 4. Telepon Umum 5. Gedung Serba Guna 6. Ruang duka 7. Pos Polisi 8. Kotak surat
5. Pendidikan
1. Ruang belajar untuk pra belajar 2. Ruang belajar untuk sekolah dasar 3. Ruang belajar sekolah lanjutan tingkat pertama 4. Ruang belajar sekolah menengah umum
6. Ruang Terbuka
1. Taman 2. Tempat bermain 3. Lapangan Olah Raga 4. Pelataran usaha 5. Sirkulasi 6. Parkir Tabel 2.3 Jenis Fasilitas Rumah Susun
•
Luas lahan untuk fasilitas ruang terbuka, berupa taman sebagai penghijauan, tempat bermain anak-anak dan lapangan olah raga seluas-luasnya 20% dari luas lahan fasilitas lingkungan rumah susun.
16
II.1.2 Pasar II.1.2.1 Pengertian Pasar •
Sarana bertemunya pembeli dan penjual, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan kegiatan transaksi jual beli. (Seri Pengetahuan Sosial, Yudhistira)
•
Tempat dimana permintaan dan penawaran bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan dalam arti luas adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar modern. Permintaan dan Penawaran dapat berupa barang atau jasa. (Wikipedia Bahasa Indonesia). Contoh pasar: pasar tradisional, pasar modern, bursa kerja, bursa efek. Jadi, dapat diartikan pasar adalah tempat bertemunya penjual
dan pembeli dalam melakukan proses permintaan dan penawaran, dapat berupa barang dan jasa. Transaksi permintaan dan penawaran tidak hanya dipasar tapi dapat disegala tempat. Syarat terjadinya sebuah pasar terdiri dari 4 (empat) unsur, yaitu: 1. Adanya penjual 2. Adanya pembeli 3. Tersedianya barang yang diperjualbelikan 4. Terjadinya kesepakatan antara penjual dan pembeli
17
II.1.2.2 Peran Pasar Peran atau fungsi pasar dalam kegiatan ekonomi, yaitu: •
Distribusi Sebagai alat distribusi berfungsi mendekatkan jarak antara konsumen dengan produsen dalam melakukan transaksi.
•
Pembentukan Harga Sebelum terjadi transaksi jual beli, antara penjual dengan pembeli sebenarnya telah terjadi proses tawar-menawar. Dalam proses
tawar-menawar
tersebut
keinginan
kedua
pihak
digabungkan untuk menentukan harga kesepakatan atau harga pasar. •
Promosi Agar produk yang dihasilkan laku dipasaran adalah dengan mengenalkannya secara luas kepada masyarakat, salah satunya dengan promosi, karena pasar setiap harinya banyak dikunjungi oleh calon pembeli (konsumen).
II.1.2.3 Jenis-jenis Pasar Jenis-jenis pasar dari berbagai sudut pandang, dibedakan menjadi: •
Berdasarkan Sifat/Wujud Barang dan Cara Penyerahannya -
Pasar Konkret/Nyata
-
Pasar Abstrak
18
•
•
•
•
Berdasarkan Luas Wilayah Kegiatannya -
Pasar Lokal
-
Pasar Regional
-
Pasar Nasional
- Pasar Internasinal
Berdasarkan Organisasi Pasarnya -
Pasar Persaingan Sempurna
-
Pasar Persaingan Tidak Sempurna
Berdasarkan Waktu Penyelenggaraannya -
Pasar Harian
-
Pasar Bulanan
-
Pasar Mingguan
-
Pasar Tahunan
Berdasarkan Jenis Barang yang diperjualbelikan -
Pasar Barang Konsumi
-
Pasar Barang Produksi
II.1.2.4 Aktivitas Pasar Aktivitas yang terjadi di pasar ditinjau dari beberapa hal, yaitu o Kebutuhan Tempat Aktivitas - Berdagang/Berjualan
Kebutuhan Ruang - Display area
- Melihat-lihat dagangan - Tawar-menawar - Transaksi jual beli - Makan atau minum, membeli - Warung makan atau toko-toko makanan kecil
kelontong Tabel 2.4 Kebutuhan Tempat Pasar
19
o Kebutuhan Fasilitas Aktivitas
Kebutuhan Ruang
- Droping barang
- Loading dok
- Menyimpan barang dagangan
- Gudang/lemari bawah lapak
- Buang air kecil/besar, bersih-bersih - Toilet/WC + Mushola - Salat - Sirkulasi kendaraan
- Parkir
- Memarkir mobil dan motor - Informasi mengenai pasar
- Kantor Pengelola
- Informasi dan tata cara penyewaan lapak dan toko - Pengelolaan dan Managerial Pasar - Pengelolaan listrik dan air
- Ruang Kontrol
Tabel 2.5 Kebutuhan Fasilitas Pasar
II.2 Tinjauan Khusus II.2.1 Data Tapak Lokasi proyek berada di Jl. Tanjung Duren, Jakarta Barat. Pada tapak ini telah berdiri bangunan komersil, PD Pasar Jaya Tomang atau Pasar Kopro. Pasar ini terdiri dari 3 lantai dan merupakan pasar modern yang bersifat tradisional, selain pertokoan dibagian depan bangunan juga terdapat Ramayana pada lantai 2 dan 3.
20
Lokasi tapak
Peta 2.1 Lokasi tapak
-
Luas tapak
: 9072 m2
-
KDB
: 60%
-
KLB
:4
-
GSB
: 9 m sebelah barat 7 m sebelah utara 7 m sebelah selatan
-
Ketingian maximum : 12 lantai (rumah susun dan pasar)
II.2.2 Latar Belakang Tapak •
Tapak berada dipinggir jalan dan dikelilingi oleh fasilitas umum, seperti kantor kecamatan, mesjid dan sekolah.
•
Pencapaian dari dan ke tapak tidak dapat dari segala arah, karena sirkulasi ke tapak hanya satu arah, sehingga lokasi tidak terlalu ramai dengan kendaraan umum.
21
•
Tapak berada dekat dengan perumahan rakyat.
•
Terdapat dua jalur kedalam tapak sehingga dalam perancangan sirkulasi kendaraan yang masuk dan keluar tidak dalam satu pintu.
•
Masih
terdapat
pohon-pohon
besar
disekitar
tapak
yang
dapat
dimanfaatkan dalam proses perancangan.
II.2.3 Kondisi Tapak dan Lingkungan •
Tapak tidak berkontur.
•
Terdapat pohon-pohon besar dan rindang yang membuat keadaan sekitar tapak teduh bagi pejalan kaki.
•
Terdapat trotoar bagi pejalan kaki.
•
Banyaknya pedagang kelontong yang berjualan disekitar luar tapak.
•
Terdapat ruko (rumah toko) disekitar luar tapak.
Foto 2.1 Lingkungan Jl. Tanjung Duren
Foto 2.4 Lingkungan Jl. Tanjung Duren 4
Foto 2.2 Lingkungan Jl. Tanjung Duren 6
Foto 2.3 Lingkungan Jl. Tanjung Duren 5
Peta 2.2 Kondisi tapak dan lingkungan
22
II.3 Tinjauan Topik II.3.1 Pengertian Hemat Energi Hemat energi adalah mengurangi jumlah penggunaan energi yang tidak dapat diperbaharui, seperti energi minyak bumi dan batu bara. (Wikipedia bahasa Indonesia) Hemat energi dalam arsitektur adalah meninimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktivitas penghuninya.( Gelar seminar bangunan hemat energi, teknologi pengolahan limbah pada gedung, 1997, hal.17).
II.3.2 Hemat Energi pada Bangunan Bangunan berhubungan
sebagai
dengan
suatu
sistim terkait
perencanaan
arsitektur,
dengan
masalah
yang
struktur,
utilitas,
yang
berhubungan dengan beberapa aspek teknis seperti aspek keamanan dan keselamatan, kenyamanan, kemudahan dan kesehatan. Dalam perwujudannya pemerintah telah menerbitkan UU.Bangunan Gedung No.28 Tahun 2002. Hemat energi pada bangunan harus dimulai dari masing-masing cara pengoperasiannya. Lebih dari 60 persen energi listrik yang dibangkitkan PLN dikonsumsi oleh permukiman, sehingga terjadi peningkatan kenyamanan pada bangunan. Suplai energi yang dibangkitkan relatif stagnan, sementara kebutuhan (demand) meningkat dari tahun ke tahun dan harga energi terus naik sehingga perlu tindakan hemat energi yang dimulai dari tahap pemahamam rancangan, maupun manajemen pemanfaatan energi. Seperti
23
yang dituturkan oleh Tri Endangsih, ST didalam Penerapan Hemat Energi pada Kenyamanan Bangunan. Aspek-aspek hemat energi pada bangunan: •
Lingkungan bangunan yang teduh dengan banyak tanaman sekitar akan menurunkan suhu ruang bangunan.
•
Penggunaan ventilasi alami atau penerangan alami akan diperoleh penghematan biaya energi. Pembuatan penahan panas / shading yang berfungsi sebagai sirip penahan panas membuat sinar yang masuk kedalam ruang lebih sedikit, namun tetap disesuaikan dengan kebutuhan cahaya dari jenis dan fungsi ruang tersebut.
•
Pemilihan bahan yang mempunyai sifat fisik memantulkan panas, tidak menyerap atau bahkan angka absorbsi dan angka transmisi kalornya rendah sebagai bahan dinding luar bangunan dengan ketebalan tertentu sangat berpengaruh terhadap panas yang ditransimisikan kedalam ruang dalam bangunan.
II.3.3 Arsitektur Hemat Energi pada Desain Krisis energi ini ternyata memicu perkembangan arsitektur baru dengan disain sadar energi (energy conscious design) yang dapat di klasifikasikan sebagai berikut: •
Arsitektur Hemat Energi (Energy-Efficient Architecture) Arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran “meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan,
24
kenyamanan maupun produktivitas penghuninya“ dengan memanfaatkan sains dan teknologi mutakhir secara aktif.. Mengoptimasikan sistim tata udara-tata cahaya, integrasi antara sistim tata udara buatan alamiah, sistim tata cahaya buatan-alamiah serta sinergi antara metode pasif dan aktif dengan material dan instrumen hemat energi. •
Arsitektur
Bioklimatik
(Bioclimatic
Architecture/Low
Energy
Architecture) Arsitektur yang berlandaskan pada pendekatan disain pasif dan minimum energi dengan memanfaatkan energi alam iklim setempat untuk menciptakan kondisi kenyamanan bagi penghuninya. Dicapai dengan organisasi morfologi bangunan dengan metode pasif antara lain konfigurasi bentuk massa bangunan dan perencanaan tapak, orientasi bangunan, disain fasade, peralatan pembayangan, instrumen penerangan alam, warna selubung bangunan, lansekap horisontal dan vertikal, ventilasi alamiah. •
Arsitektur Surya (Solar Architecture) Arsitektur yang memanfaatkan energi surya baik secara langsung (radiasi cahaya dan termal), maupun secara tidak langsung (energi angin) kedalam bangunan, dimana elemen- elemen ruang arsitektur (lantai,dinding,atap) secara integratif berfungsi sebagai sistim surya aktif ataupun sistim surya pasif. Arsitektur surya pasif memanfaatkan atap dan dinding sebagai kolektor panas
dan
dikembangkan
dengan
sistim
surya
aktif
yang
mengimplementasikan keseluruhan sistim surya termosiphoning dan berintegrasi penuh dengan keseluruhan elemen arsitektur. Inovasi
25
teknologi lanjutan dalam sel photovoltaik menghasilkan prototipe arsitektur baru yang spesifik. Perancangan Hemat Energi pada Bangunan Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan penggunaan listrik, baik bagi pendinginan udara, penerangan buatan, maupun peralatan listrik lain. Hal tersebut membutuhkan strategi agar bangunan dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak mengonsumsi energi listrik. Perancangan bangunan hemat energi dapat dilakukan dengan dua cara: secara pasif dan aktif. •
Rancangan Pasif Pemanfaatan energi matahari tanpa mengonversikannya menjadi energi listrik. Perancangan pasif di wilayah tropis basah seperti Indonesia umumnya
dilakukan
bangunan
karena
untuk
radiasi
mengupayakan matahari
dapat
bagaimana dicegah,
pemanasan tanpa
harus
mengorbankan kebutuhan penerangan alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas hanya akan dimanfaatkan komponen cahayanya dan menepis panasnya. Bangunan yang menerapkan perancangan pasif di Indonesia, yaitu bangunan lama karya Silaban: Masjid Istiqlal dan Bank Indonesia. Bangunan modern di Jakarta, seperti Gedung S Widjojo dan Wisma Dharmala Sakti.
26
•
Rancangan Aktif Dalam rancangan ini, energi matahari dikonversi menjadi energi listrik sel solar, kemudian energi listrik inilah yang digunakan memenuhi kebutuhan bangunan. Di dalam perancagan ini juga harus diterapkan perancangan pasif, karena tanpa penerapan perancangan pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai. Contoh dari perancangan aktif di Indonesian belum ada, hanya penggunaan sel solar yang masih terbatas untuk penerangan di desa-desa terpencil Indonesia. Salah satu bangunan yang dianggap paling berhasil menerapkan teknik perancangan pasif dan aktif, dan sangat berhasil dalam mengeksploitasi penggunaan sel solar adalah British Pavilion, Seville, Spanyol yang dirancang oleh Nicholas Grimshaw & Partner.
II.3.4 Contoh Bangunan Hemat Energi •
Debis Headquarters, Berlin
Gambar 2.1 Multi-layer skin façade, debis Headquarters, Berlin
27
Bangunan ini menggunakan multi layer skin façade sebgai penutup dinding berupa jendela. Sistem kontrol jendela digunakan untuk memanfaatkan pencahayaan alami ke dalam bangunan. Penerapan desain fasad bangunan di Indonesia cukup baik, karena Indonesia merupakan daerah sub tropis yang intensitas mataharinya lebih terik di banding dengan wilayah yang memiliki empat musim sehingga dapat mengontrol cahaya alami yang masuk dan menghalau panasnya. •
Mediaset Headquarters in Milan, Italy
Gambar 2.2 Double-Skin Facade to Protect Original Structure
Bangunan ini menggunakan Double-Skin Facade untuk melindungi struktur dari bangunan, selain itu juga berfungsi untuk mengontrol cahaya dan panas yang masuk ke dalam bangunan sehingga dapat mengurangi penggunaan penerangan dan pengudaraan buatan. Penerapan desain fasad bangunan ini di Indonesia cukup baik, karena Indonesia merupakan daerah sub tropis yang intensitas mataharinya lebih terik di banding dengan wilayah yang memiliki empat musim dan dapat mengatur cahaya dan panas yang masuk ke dalam bangunan.
28
Foto 14. Hunian Mengguna kan struktur •
GSW Headquarters, Berlin
Gambar 2.3 Facing East – West Facades
Bangunan ini menghadap timur dan barat sehingga pada masingmasing fasad mendapat penyelesaian yang berbeda. Pada bagian barat bangunan ini menggunakan double skin yang berfungsi sebagai penyaring dari kondisi
thermal luar bangunan, dalam hal pencahayaan dan
pengudaraan alami. Penerapan desain fasad bangunan ini di Indonesia cukup baik, karena cukup dapat menyelesaikan permasalahan bangunan yang menghadap timur dan barat, sehingga pencahayaan dan pengudaraan alami tetap dapat digunakan.
29
II.4 S tudi Banding II.4.1 S tudi Lapangan •
Rumah Susun Pada studi lapangan penulis mengambil beberapa contoh rumah susun sederhana sewa ataupun milik yang ada di Jakarta Pusat.
Rumah Susun Tanah Abang
Rumah Susun Bendungan Hilir
Rumah Susun Kebon Kacang 2
- Luas lahan 3.6 Ha - Terdapat 30 blok bangunan
- Luas lahan 5 Ha - Terdapat 3 tower
- Luas Tanah 18.208 m - Terdapat 8 blok bangunan
- Setiap bangunan terdiri dari 4 lantai - 4 unit hunian @lantai 2 - Ukuran unit hunian tipe 36 m
- Setiap tower terdiri dari 9 lantai - Tower A 30 unit @lantai - Tower B 28 unit @lantai - Tower C 12 unit @lantai 2 - Ukuran unit hunian tipe 27 m
Setiap bangunan terdiri dari 4 lantai - Terdapat 600 unit dengan tipe berbeda *368 unit tipe F.21 *166 unit tipe F.42 *66 unit tipe F.51
30
- Harga sewa unit 18 juta/thn
- Harga sewa unit 1 jt/bln
- Penghuni mayoritas pedagang tanah - Penghuni mayoritas abang dan dari seluruh kalangan kalangan - Fasilitas yang diberikan * Lapangan multi fungsi * Taman bermain * PAM * Gas bumi * TPU * Parkir mobil dan motor * Koperasi
- Fasilitas yang diberikan * Lapangan multi fungsi * Taman bermain * PAM * Lift * TPU * Parkir mobil dan motor
- Harga jual unit tiap lantai berbeda *F.21 = I,5 juta - 1,8 juta *F.42 = 3,5 juta - 4,5 juta *F.51 = 5,4 juta - 6,7 juta dari seluruh - Penghuni mayoritas dari seluruh kalangan - Fasilitas yang diberikan * Lapangan multi fungsi * Taman bermain * PAM * Gas bumi * TPU * Parkir mobil dan motor * M esjid * Ruang komunal + koperasi
- Bangunan ini termasuk bangunan - Bangunan ini termasuk bangunan - Bangunan ini termasuk bangunan tropis. M emiliki bukaan/ventilasi dan tropis. M emiliki bukaan/ventilasi, tropis. M emiliki bukaan/ventilasi, material fasad bangunan tritisan pada setiap hunian dan tritisan pada setipa hunian dan material menggunakan batu bata expos dan material fasad masih dalam bentuk fasad bangunan menggunakan bata plester. Tetapi bangunan ini plester. expos. 31
menggunakan atap dak beton. - Pada kenyataannya, penghuni yang - Namun, pada kenyataannya hampir tinggal disini tetap menggunakan AC. - Pada kenyataannya, penghuni yang dari penghuni bangunan tetap tinggal disini tetap menggunakan AC. menggunakan AC. - Tidak tersedianya tempat menjemur - Setiap hunian memiliki balkon, namun - Tidak tersedianya tempat jemur, para pada hunian, membuat para penghuni dipergunakan untuk tempat menjemur penghuni menjemur pakaian di balkon menjemur pakaian di depan jendela pakaian hingga keluar dari balkon, hingga di depan jendela hunian hunian dan teras bangunan. Sehingga sehingga merusak pandangan ke mereka, sehingga merusak pandangan merusak pandangan ke bangunan bangunan. ke bangunan.
- M enggunakan sistem single loaded, - M enggunakan sistem double loaded, - M enggunakan sistem single loaded jadi antara jalan dan teras jadi satu, sehingga jalan ini terlihat gelap dan juga digunakan sebagai teraspada sehingga udara masih dapat mengalir walaupun bagian ujung lantai terdapat hunian. Pemisahan jarak antar disekitar bangunan. bukaan. Jalur air dan listrik pada bangunan membuat sirkulasi udara plafond diexpos, sehingga jarak lantai mengalir dan memberikan sedikit dan plafond rendah. ruang hijau pada bangunan. Tabe l 2.6 Studi lapangan rumah susun
32
•
Pasar Pada studi lapangan penulis mengambil beberapa contoh pasar modern yang ada di Jakarta dan sekitarnya.
Pasar Modern BS D City - M erupakan pasar tradisional yang dikelola secara modern - Pemilik Sinar M as
Fresh Market PIK - Pasar tradisional yang dikelola secara modern - Pemilik A gung Sedayu
Fresh Market Kota Wisata - Pasar tradisional yang dikelola secara modern - Pemilik Sinar M as
- Luas lahan 3 Ha - Luas bangunan 1,4 Ha
- Luas lahan 1,5 ha 2 - Luas bangunan 25.000 m
-
33
- Jumlah massa bangunan 4 - Jumlah lapis bangunan 1 - M emiliki daya tampung ± 3.000 orang - M erupakan bangunan tropis - M enggunakan atap miring - M enggunakan pencahayaan dan pengudaraan alami
- Jumlah massa bangunan 1 - Jumlah lapis bangunan 3 - M emiliki daya tampung ± 2.500 orang - M erupakan bangunan tropis - M enggunakan atap dak - M enggunakan pencahayaan dan pengudaraan alami
- Jumlah massa bangunan 3 - Jumlah lapis bangunan 1 - M emiliki daya tampung ± 2.500 orang - M erupakan bangunan tropis - M enggunakan atap miring - M enggunakan pencahayaan dan pengudaraan alami
- Lapak kering berukuran 2 x 2 m, tidak disediakan air hanya listrik
- Lapak kering berukuran 2 x 2 m, tidak disediakan air
- Lapak kering berukuran 2 x 2 m, tidak disediakan air
- Lapak basah berukuran 2 x 2 m, - Lapak basah berukuran 2 x 2 m disediakan air dan listrik disediakan air beserta listrik
- Lapak basah berukuran 2 x 2 m disediakan air beserta listrik
34
- Kios berukuran 3 x 3 m, 3 x 4m , 3 x 5 m dan berada di sekeliling lapak – lapak.
- Kios berukuran 2,5 x 3 m dan berada di sekitar lapak – lapak.
- Kios berukuran 3 x 3 m dan berada di sekeliling lapak – lapak.
- Ruko 2 lantai berukuran 4 x 10 m, 4.5 x 10 m, 5 x 10 m, 5.5 x 10 m. - Berada di sekeliling kios dan menghadap Jalan - Terdapat 2 toilet yang berada di luar pasar dan ditempat yang berbeda - M ushola di luar pasar dekat dengan toilet
- Ruko 2 lantai berukuran 4 x 4 m. - Berada di sekeliling kios dan menghadap jalan
- Ruko 2 lantai berukuran 5 x 10 m. - Berada di sekeliling kios dan menghadap jalan
- Toilet berada di setiap pojok lantai - M ushola berada di basement dekat parkir mobil dan toilet.
- Terdapat 2 toilet yang berada di luar pasar dan ditempat yang berbeda - M ushola di luar pasar dekat dengan toilet
35
- Tempat pemotongan ayam termasuk kandang ayam. Disediakan untuk pedagang ayam.
- Tempat pemotongan ayam termasuk kandang ayam. Disediakan untuk pedagang ayam
- Tempat pemotongan ayam termasuk kandang ayam. Disediakan untuk pedagang ayam. - Dimensi @ 2 x 2 m.
- Disediakan parkir untuk 500 mobil, 300 motor, 50 sepeda.
- Parkir mobil (700)terdapat di sekeliling ruko, basement dan dak beton. Parkir motor (500) di basement. - Keamanan 24 jam berada di dekat Kantor pengelola. -
- Parkir disediakan 400 mobil, 200 motor.
- Keamanan 24 jam berada di dekat Kantor pengelola - Terdapat ATM center yang berada pada massa bangunan sendiri.
- Keamanan 24 jam berada di dekat Kantor pengelola. - Terdapat ATM center yang berada pada massa bangunan sendiri.
36
-
- Tempat cuci piring bersama pedagang yang berada dekat toilet.
- Tempat cuci piring bersama pedagang yang berada dekat toilet. - Tempat pembuangan sampah sementara yang diangkut setiap harinya oleh PEM DA dan diolah oleh yayasan Buddha Tzu chi. - M emiliki loading sendiri.
- Tempat pembuangan sampah sementara yang diangkut setiap harinya oleh PEM DA
- Tempat pembuangan sampah sementara yang diangkut setiap harinya oleh PEM DA. - M emiliki loading sendiri. Tabe l 2.7 Studi lapanga npasar modern
37