BAB II TEORI DASAR JARINGAN
2.1
Sejarah Umum Jaringan Ditahun 1950-an ketika jenis komputer mulai membesar sampai
terciptanya super komputer, karena mahalnya harga perangkat komputer maka ada tuntutan sebuah komputer mesti melayani beberapa terminal. Dari sinilah maka muncul konsep distribusi proses berdasarkan waktu yang dikenal dengan nama TSS Time Sharing System, bentuk pertama kali jaringan network komputer diaplikasikan. Pada sistem TSS beberapa terminal terhubung secara seri ke sebuah host/client komputer. konsep ini berkembang menjadi proses distribusi Distributed Processing. Dalam proses ini beberapa host komputer mengerjakan sebuah pekerjaan besar secara paralel untuk melayani beberapa terminal yang tersambung secara seri disetiap host komputer. Selanjutnya ketika harga-harga komputer kecil sudah mulai menurun dan konsep proses distribusi sudah matang, maka penggunaan komputer dan jaringannya sudah mulai beragam dari mulai menangani proses bersama maupun komunikasi antar komputer (Peer to Peer System) saja tanpa melalui komputer pusat. Untuk itu mulailah berkembang teknologi jaringan lokal yang dikenal dengan sebutan LAN (Local Area Network). Demikian pula ketika Internet mulai diperkenalkan, maka sebagian besar LAN yang berdiri sendiri mulai berhubungan dan terbentuklah jaringan raksasa ditingkat dunia yang disebut dengan istilah WAN (Wide Area Network).
7 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan standar IEEE, Local Area Network didefenisikan sebagai jaringan komunikasi yang menghubungkan beberapa device, seperti Personal Computer, workstation, printer, mainframe, dan data peripheral yang dapat mentransmisikan data dalam area yang terbatas. Batasan daerah atau ”local area” adalah kurang dari 100 feet (< 30 m) hingga melebihi 6 mil (> 10 km). Jaringan LAN sangat cocok dibangun pada daerah gedung perkantoran, kampus, rumah sakit, dan gedung-gedung lainnya. Ada dua jenis arsitektur jaringan LAN, jika dilihat dari hak akses yang diberikan : 1. Peer To Peer Network Peer to peer network merupakan salah satu model jaringan LAN dimana setiap station atau terminal yang terdapat di dalam lingkungan jaringan tersebut bisa saling berbagi. Setiap PC dapat mengakses semua peripheral yang tersambung dengan LAN, seperti halnya printer, disk, drives, CD Drive dan semua PC yang lain dapat mengggunakan peripheral yang tersambung dengan PC tersebut. Setiap PC pada jaringan peer to peer dilengkapi dengan software yang memungkinkan PC itu bertindak sebagai non-dedicated server. Dalam hal ini setiap komputer berlaku sebagai server yang bisa diakses oleh computer lain. Keuntungan dari peer to peer ini adalah tidak dibutuhkannya administrator khusus yang mengelola jaringan dan tidak dibutuhkannya komputer yang khusus diberlakukan sebagai server. Jadi jika salah satu komputer mati atau down, maka tidak akan mengganggu kinerja komputer yang lain dan juga tidak memerlukan biaya implementasi jaringan yang cukup mahal. Kelemahan sistem ini adalah pemakaian bersama yang dapat mempengaruhi kestabilan kinerja komputer yang sedang diakses secara bersama-sama tersebut serta keamanan data yang kurang
8 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
terjamin karena pada model ini tidak dapat dibuat hak akses yang bertingkat terhadap satu jenis station. Peer to peer network ini lebih banyak digunakan untuk pemakaian ringan dan dibatasi pada LAN skala kecil yang jumlah simpulnya terbatas. 2. Client-Server Network Berbeda dengan model jaringan peer to peer, pada model client server network ini dapat diberlakukan hak akses yang bertingkat pada setiap stationnya. Sistem ini menggunakan satu atau lebih komputer yang khusus digunakan sebagai server yang bertugas melayani kebutuhan komputer-komputer lain yang berperan sebagai client/workstation. Komputer server menyediakan fasilitas data dan sumber daya seperti harddisk, printer, CD Drive dan sebagainya yang dapat diakses oleh komputer-komputer lain sebagai workstation. Keunggulan model client server adalah kemampuan dalam menjalankan database multiuser dan adanya hak akses bertingkat yang akan lebih menjamin keamanan data dari setiapstation-nya. Model client server ini banyak digunakan untuk menangani data yang memiliki kapasitas besar dan relatif lebih aman. 2.2
Jenis-jenis Jaringan Menurut definisi, yang dimaksud jaringan komputer adalah suatu
himpunan interkoneksi sejumlah komputer. Atau dapat dijelaskan sebagai kumpulan beberapa komputer yang saling terhubung satu sama lain melalui media perantara. Media perantara ini bisa berupa kabel ataupun tanpa kabel (nirkabel). Untuk memudahkan memahami jaringan komputer, para ahli kemudian membagi jaringan komputer berdasarkan beberapa klasifikasi, diantaranya berdasarkan
9 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
skala/area. Berdasarkan skala atau area, jaringan komputer dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu : 1. Internet 2. WAN (Wide Area Network) 3. MAN (Metropolitan Area Network) 4. LAN (Local Area Network) Pada tabel 2.1 dapat dilihat pembagian jaringan computer berdasarkan skala atau area. Tabel 2.1 Jaringan Komputer Berdasarkan Area
2.2.1
Internet Internet adalah interkoneksi jaringan-jaringan komputer yang ada di dunia.
Sehingga cakupannya sudah mencapai satu planet, bahkan tidak menutup kemungkinan antar planet. Koneksi antar jaringan komputer dapat dilakukan
10 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berkat dukungan protokol yang khas, yaitu IP (Internet Protocol). Gambar Gambar 2.1 memperlihatkan jaringan internet.
Gambar 2.1 Jaringan Internet 2.2.2 WAN (Wide Area Network) Wide Area Network cakupannya lebih luas dari MAN. Cakupan WAN meliputi satu kawasan, satu negara, satu pulau, bahkan satu benua. Metode yang digunakan WAN hampir sama dengan LAN dan MAN. Gambar 2.2 menunjukkan jaringan WAN.
Gambar 2.2 Wide Area Network 2.2.3
MAN (Metropolitan Area Network) Metropolitan Area Network menggunakan metode yang sama dengan
LAN namun daerah cakupannya lebih luas. Daerah cakupan MAN bisa satu RW, beberapa kantor yang berada dalam komplek yang sama, satu kota, bahkan satu
11 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
provinsi. Dapat dikatakan MAN merupakan pengembangan dari LAN. Gambar 2.3 memperlihatkan bentuk jaringan MAN.
Gambar 2.3 Metropolitan Area Network 2.2.4 LAN (Local Area Network) Local Area Network adalah jaringan lokal yang dibuat pada area tertutup. Misalkan dalam suatu gedung atau dalam suatu ruangan. Kadangkala jaringan lokal disebut juga jaringan privat. LAN biasanya digunakan untuk jaringan kecil yang menggunakan
resource bersama-sama, seperti penggunaan
printer
bersama, dan penggunaan media penyimpaan bersama. Bentuk jaringan LAN dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Local Area Network
12 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Untuk membangun sebuah Local Area Network, terdapat beberapa komponen yang harus disediakan, yaitu : 1.
End User Merupakan sejumlah perangkat yang digunakan oleh user sebagai
media untuk visualisasi informasi baik berupa suara, gambar, tulisan, maupun video. Gambar 2.5 adalah beberapa contoh perangkat end user.
Gambar 2.5 End User 2. Perangkat jaringan Perangkat jaringan merupakan sejumlah perangkat yang digunakan dalam jaringan sebagai pemecah jaringan hub, bridge, switch, mengatur perutingan jaringan router, penguat jaringan repeater, pengkonfersi data jaringan modem, interface end user dengan jaringan (NIC & wireless adapter). a. Hub Hub merupakan perangkat yang dapat menggandakan frame data yang berasal dari salah satu komputer ke semua port yang terdapat pada hub tersebut,
13 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sehingga semua komputer yang terhubung dengan port hub akan menerima data juga. Gambar 2.6 menunjukkan bentuk dan symbol hub.
Gambar 2.6 Hub b. Repeater Repeater merupakan contoh dari active hub. Repeater merupakan perangkat yang dapat menerima sinyal, kemudian memperkuat dan mengirim kembali sinyal tersebut ke tempat lain. Sehingga sinyal dapat menjangkau area yang lebih jauh. Karena repeater bekerja pada besaran fisis seperti tegangan listrik, arus listrik, atau gelombang elektromagnetik, maka repeater termasuk dalam kategori peralatan yang bekerja pada layer fisik OSI. Gambar 2.7 menunjukkan penggunaan dan bentuk repeater.
Gambar 2.7 Repeater c.
Bridge Bridge merupakan peralatan yang dapat menghubungkan beberapa segmen
dalam sebuah jaringan. Berbeda dengan hub, bridge dapat mengenalai MAC
14 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Address tujuan. Sehingga ketika sebuah komputer mengirim data untuk komputer tertentu, bridge akan mengirim data melalui port yang terhugung dengan komputer tujuan saja. Ketika bridge belum mengetahui port yang terhubung dengan komputer tujuan, maka dia akan mencoba mengirim pesan broadcast ke semua port (kecuali port pengirim). Setelah port komputer tujuan diketahui maka untuk selanjutnya hanya port itu saja yang akan dikirim data. Bridge juga dapat memfilter traffic diantara dua segmen LAN. Bridge bekerja pada layer datalink.
Gambar 2.8 Bridge d. Switch Switch bekerja pada lapisan Data Link seperti halnya Bridge. Cara kerja switch sebetulnya mirip dengan Bridge, tetapi switch memiliki sejumlah port sehingga switch sering disebut juga multiport bridge. Cara menghubungkan komputer ke switch sangat mirip dengan cara menghubungkan komputer ke hub, sehingga switch bisa dapat langsung untuk menggantikan hub. Jadi lalulintas yang keluar masuk ke port dapat langsung masuk ke jalan tol tanpa harus menunggu. Hal ini dikatakan bahwa setiap port pada switch memiliki collision domain sendiri yang sangat mempercepat pengiriman data pada jaringan. Hal inilah yang membuat switch lebih baik dari hub.
Pada Gambar 2.9 dapat dilihat bentuk
switch.
15 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.9 Switch e. Router Router adalah peralatan jaringan yang dapat menghubungkan satu jaringan dengan jaringan yang lain. Sepintas lalu, router mirip dengan bridge, namun router lebih “cerdas” dibandingkan dengan bridge. Router bekerja dengan routing table yang disimpan di memorinya untuk membuat keputusan kemana dan bagaimana paket dikirimkan. Router dapat memutuskan route terbaik yang akan ditempuh oleh paket data. Router akan memutuskan media fisik jaringan yang “disukai” dan “tidak disukai”. Protokol routing dapat mengantisipasi berbagai kondisi yang tidak dimiliki oleh peralatan bridge. Router bekerja pada layer network. Pada dunia nyata, sebuah router tidak berdiri sendiri, tapi saling bekerja sama dengan router-router lain, sehingga seolah-olah membetuk jaringan router yang kompleks. Gambar 2.10 adalah salah satu contoh router cisco.
Gambar 2.10 Router Cisco
16 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.
Media Transmisi Dalam suatu transmisi data, media transmisi merupakan jalur fisik di antara
pengirim dan penerima. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media transmisi, di antaranya adalah kapasitas, keandalan, tipe data yang didukung dan jarak. Semakin tinggi kecepatan data dan semakin jauh jaraknya, akan semakin baik. Ada tiga media kabel yang umum digunakan untuk transmisi data, khususnya LAN, yaitu kabel twisted pair, coaxial dan fiber optic. 1. Kabel twisted pair Twisted pair adalah media transmisi yang paling hemat dan paling banyak digunakan. Sebuah twisted pair terdiri dari dua kawat yang disekat yang disusun dalam sebuah pola lilitan yang beraturan. Ada dua jenis kabel twisted pair yaitu Unshielded Twisted Pair (UTP) dan Shielded Twisted Pair (STP). Gambar kabel twisted pair ditunjukkan pada Gambar 2.11 .
Gambar 2.12 Kabel Twisted Pair 2. Kabel Straight Kabel dengan kombinasi ini digunakan untuk koneksi antar perangkat yang berbeda jenis, seperti antara komputer ke switch, komputer ke hub/bridge, router
17 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ke switch, router ke bridge dsb. kombinasi warnanya dapat kita lihat pada Gambar 2.13.
Gambar 2.13 Kombinasi Warna Kabel Straight 3. Kabel Crossover Kabel dengan kombinasi ini adalah diperuntukkan untuk koneksi peer to peer antara perangkat yang sejenis. Contohnya dari komputer ke komputer, dari komputer ke router, dari switch ke switch dan sebagainya.
Gambar 2.14 Kombinasi Warna Kabel Crossover Adapun kombinasi warna yang terlihat pada Gambar 2.14 adalah berdasarkan apa yang biasanya digunakanan oleh teknisi dan engineer jaringan yang ada di dunia ini. Hal diatas memudahkan teknisi atau engineer lain dalam memperbaiki jaringan yang telah ada sebelumnya. 4. Kabel serial DTE
18 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Data Terminal Equipment (DTE) adalah instrumen terakhir yang mengubah informasi menjadi sinyal atau sinyal yang diterima reconverts. Ini juga dapat disebut sirkuit ekor .Sebuah perangkat DTE berkomunikasi dengan data circuitterminating equipment (DCE). DTE adalah unit fungsional dari sebuah stasiun data yang berfungsi sebagai sumber data untuk melakukan komunikasi data . Fungsi kontrol harus dilakukan sesuai dengan protokol link . DTE merupakan sebuah peralatan atau subsistem yang saling berhubungan dengan beberapa peralatan yang melakukan fungsi yang diperlukan untuk memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi. 5. Kabel serial DCE Data Circuit Equipment (DCE) adalah perangkat yang terletak antara Data Terminal Equipment dan Data Circuit Transmisi . Hal ini juga disebut peralatan komunikasi data dan operator peralatan data. DCE melakukan fungsi seperti sinyal konversi, coding , dan garis clocking dan dapat menjadi bagian dari peralatan DTE. Meskipun istilah yang paling sering digunakan adalah RS-232 , namun DTE dan DCE merupakan standar dari Peralatan Komunikasi Data yang kedua peralatan tersebut saling berkomunikasi. Nama peralatan yang menggunakan peralatan standar ini adalah sbb: 1. Federal Standard 1037C , MIL-STD-188 2. RS-232 3. Beberapa ITU-T standar dalam seri V (terutama V.24 dan V.35) 4.
Beberapa ITU-T standar dalam seri X (terutama X.21 dan X.25) Ketika dua perangkat, DTE dan DCE harus dihubungkan bersama tanpa
19 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
modem atau media penerjemah, maka harus digunakan kabel crossover, seperti modem null untuk RS-232 atau Ethernet .
2.3 Topologi Jaringan Local Area Network (LAN) Topologi adalah istilah yang digunakan untuk menguraikan cara bagaimana komputer terhubung dalam suatu jaringan. Berikut ini akan dijelaskan jenis-jenis topologi yang sering digunakan dalam jaringan LAN. 2.3.1 Topologi Bus Topologi bus termasuk konfigurasi multipoint. Seluruh station terhubung melalui suatu interface perangkat keras yang disebut tap yang langsung terhubung ke suatu jalur transmisi linier, seperti yang terlihat pada Gambar 2.15. Topologi ini sangat cocok untuk pembangunan jaringan skala kecil. Jumlah terminal dapat dikurangi dan ditambahkan secara fleksibel. Keuntungan topologi bus adalah mudah pada ”set-up” awal, sedangkan kerugiannya adalah jika kabel terputus akan mempengaruhi keseluruhan LAN.
Gambar 2.15 Topologi Bus 2.3.2 Topologi Cincin (Ring)
20 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hubungan yang terdapat pada topologi cincin (ring) adalah hubungan point-to-point dalam suatu lup tertutup seperti pada Gambar 2.16. Setiap informasi yang diperoleh akan diperiksa alamatnya oleh station yang dilewatinya. Jika informasi bukan ditujukan untuknya, maka informasi akan terus dilewatkan sampai menemukan alamat yang benar. Keuntungan topologi cincin hanya pada penggunaan panjang jaringannya yang lebih pendek sehingga dapat menggunakan kabel yang lebih sedikit. Sedangkan kerugiannya adalah jika kabel terputus di antara terminal, akan mempengaruhi keseluruhan LAN (hanya untuk standar Token Ring). Topologi cincin biasanya memerlukan biaya yang lebih mahal dalam penerapannya.
Gambar 2.16 Topologi Cincin (Ring) 2.3.3 Topologi Pohon (Tree) Topologi pohon (tree) disebut juga sebagai topologi jaringan bertingkat. Pada jaringan pohon, terdapat beberapa tingkatan simpul (node). Pusat atau simpul yang lebih tinggi tingkatannya, dapat mengatur simpul lain yang lebih rendah tingkatannya. Data yang dikirim perlu melalui simpul pusat terlebih dahulu. Misalnya untuk bergerak dari komputer dengan node-3 ke komputer node7 seperti halnya pada gambar, data yang ada harus melewati node-3, 5 dan node-6
21 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sebelum berakhir pada node-7. Keunggulan jaringan model pohon seperti ini adalah, dapat terbentuknya suatu kelompok yang dibutuhkan pada setiap saat. Sebagai contoh, perusahaan dapat membentuk kelompok yang terdiri atas terminal pembukuan, serta pada kelompok lain dibentuk untuk terminal penjualan. Adapun kelemahannya adalah, apabila simpul yang lebih tinggi kemudian tidak berfungsi, maka kelompok lainnya yang berada dibawahnya akhirnya juga menjadi tidak efektif. Cara kerja jaringan pohon ini relatif menjadi lambat. Topologi jaringan pohon (tree) diperlihatkan pada Gambar 2.17.
Gambar 2.17 Topologi Pohon (Tree) 2.3.4 Topologi Mesh Topologi mesh adalah suatu bentuk hubungan antar perangkat dimana setiap perangkat terhubung secara langsung ke perangkat lainnya yang ada di dalam jaringan. Akibatnya, dalam topologi mesh setiap perangkat dapat berkomunikasi langsung dengan perangkat yang dituju. Topologi jaringan mesh diperlihatkan pada Gambar 2.18.
22 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.18 Gambar Topologi Mesh 2.3.5 Topologi Bintang (Star) Dalam topologi bintang (star), sebuah elemen pusat (misalnya hub, bridge, atau switch) bertindak sebagai pengatur dan pengendali semua komunikasi data yang terjadi seperti Gambar 2.19. Station pusat merupakan titik kritis yang berfungsi sebagai pengatur semua komunikasi data yang terjadi dan menyediakan jalur komunikasi khusus antara dua station yang akan berkomunikasi. Banyaknya station yang dapat terhubung tergantung jumlah port yang tersedia pada station pusat yang digunakan. Topologi ini mudah untuk dikembangkan, baik penambahan maupun pengurangan sistem. Keuntungan topologi bintang adalah jika kabel terputus, maka hanya satu terminal yang terputus hubungannya. Terminal dapat ditambahkan dengan mudah, tanpa mempengaruhi keseluruhan jaringan. Sedangkan kerugiannya hanya pada penggunaan kabel yang terlalu banyak karena jarak fisik.
23 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.19 Topologi Bintang (Star) Pada saat pemilihan topologi jaringan, cukup banyak pertimbangan yang harus diambil, tergantung pada kebutuhan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah dari segi biaya, kecepatan, lingkungan, ukuran, konektivitas. Selain itu, yang harus diperhatikan adalah keuntungan dan kerugian dari masing-masing jenis topologi. Tabel 2.2 menunjukkan perbandingan dari masing-masing topologi tersebut. Tabel 2.2 Perbandingan Topologi Bus, Ring, Mesh dan Star Topologi BUS
STAR
Keuntungan Kerugian 1. Hemat kabel. 1. Deteksi dan isolasi 2. Layout kabel sederhana. kesalahan sangat kecil. 3. Tidak membutuhkan kendali 2. Kepadatan lalu lintas pusat. transmisi data tinggi akan 4. Penambahan atau pengurangan mengurangi kinerja stasiun dapat dilakukan tanpa jaringan. mengganggu operasi yang 3. Keamanan data kurang berjalan. terjamin jika terjadi tabrakan. 4. Kecepatan data akan menurun jika pemakai bertambah banyak. 1. Paling fleksibel karena 1. Membutuhkan banyak pemasangan kabel mudah. kabel. 2. Penambahan atau pengurangan 2. Perlu penanganan khusus. stasiun tidak mengganggu 3. Hub merupakan elemen bagian lain. kritis. 24 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.
RING
MESH
2.4
Kontrol terpusat akan memudahkan deteksi dan isolasi kesalahan. 4. Hub juga berfungsi sebagai multiplexer. 1. Hemat kabel. 2. Penataan kabel sederhana. 3. Dapat melayani lalu lintas yang padat.
1.
Konfigurasi jaringan menggunakan sistem point to point. 2. Privasi dan keamanan data sangat terjaga. 3. Jika terdapat gangguan diantara dua jalur maka hanya jalur yang bersangkutan yang akan terkena dampaknya, sedangkan jaringan secara keseluruhan tidak terpengaruh.
1. Peka terhadap kesalahan. 2. Pengembangan jaringan lebih kaku. 3. Kerusakan pada media pengirim dapat melumpuhkan kerja seluruh sistem. 1. Biaya mahal karena banyak kabel yang dibutuhkan. 2. Instalasi lebih rumit dan ruang yang dibutuhkan lebih besar.
Protokol Protokol merupakan sekumpulan aturan yang mendefenisikan
beberapa fungsi seperti pembuatan hubungan, mengirim pesan atau file, serta memecahkan berbagai masalah khusus yang berhubungan dengan komunikasi data antara alat-alat komunikasi tersebut supaya komunikasi dapat berjalan dan dilakukan dengan benar. Konsep dasar protokol adalah handshaking. Dengan adanya handshaking, maka masing-masing ujung pada jalur komunikasi akan terlihat oleh ujung yang lain. Ujung pemberi informasi akan terlihat oleh ujung yang akan mengirimkan informasi. Hal itu berarti bahwa data akan dikirim ketika penerima siap untuk menerima informasi sehingga pada saat pengiriman
25 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
komunikasi akan terjadi dengan sukses. Secara umum, protokol komunikasi melaksanakan dua fungsi yaitu : a. Membuat hubungan antara pengirim (sumber data) dengan penerima (receiver). b. Menyalurkan informasi dengan tingkat kehandalan yang tinggi. 2.4.1
Standarisasi Protokol Beragamnya berbagai komponen dan perangkat komputer dalam suatu
jaringan, membutuhkan suatu standar protokol yang dapat digunakan oleh beragam perangkat tersebut. Salah satu standar protokol yang dikembangkan ISO (International Standard Organization) adalah model referensi OSI (Open System Interconnection). Protokol model referensi OSI ini dibentuk dengan beberapa tujuan sebagai berikut : a. Menjadi pedoman dalam pengembangan prosedur komunikasi pada masa mendatang. b. Mengatasi hubungan yang timbul antar pemakai dengan cara memberikan fasilitas yang sama dan memenuhi kebutuhan pemakai kini dan mendatang (berorientasi ke pengembangan masa depan). c. Membagi permasalahan prosedur penyambungan menjadi substruktur. d. Open system dengan tujuan agar dapat terjalin kerjasama antar terminal dan peralatan dari berbagai produk dan produsen yang berbeda. 2.4.2
OSI dan TCP/IP Didunia ini dikenal dua standar penting dalam komunikasi data, yaitu
OSI (Open System Interconnection) yang dikembangkan oleh ISO (International Organization
for
Standardization),
dan
TCP/IP
(Transmission
Control
26 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Protocol/Internet Protocol) yang dikembangkan oleh DARPA (Defense Advanced Research Project Agency). Standar TCP/IP merupakan standar defacto jaringan internet saat ini. 2.4.2.1
Open System Interconnection (OSI) Model OSI dikembangkan oleh ISO (International Organization for
Standardization) sebagai model untuk arsitektur komunikasi komputer, serta sebagai kerangka kerja bagi pengembangan standar-standar protokol. Model ini memberikan gambaran tentang fungsi, tujuan dan kerangka kerja suatu struktur model referensi untuk proses yang bersifat logis dalam sistem komunikasi. Open System
Interconnection
merupakan
suatu
sistem
yang
terbuka
untuk
berkomunikasi dengan sistem-sistem yang lainnya. Model referensi OSI memiliki tujuh lapisan seperti terlihat pada Gambar 2.20 [1].
Gambar 2.20 Lapisan OSI Fungsi masing-masing lapisan pada Gambar 2.20 adalah : a. Lapisan 7 : Lapisan Aplikasi, bertanggungjawab dalam menyediakan pelayanan jaringan untuk proses aplikasi.
27 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Lapisan 6 : Lapisan Presentasi, memastikan bahwa suatu data dapat terbaca oleh suatu sistem. c. Lapisan 5 : Lapisan Session, bertanggungjawab dalam membuka, mengatur dan menutup suatu hubungan komunikasi antar end-system. d. Lapisan 4 : Lapisan Transport, bertanggungjawab memastikan transportasi data dilakukan dengan baik dalam koneksi end-system. e. Lapisan 3 : Lapisan Network, bertanggungjawab dalam pengalamatan dan routing antar end-system. f. Lapisan 2 : Lapisan Data Link, bertanggungjawab memberikan transfer data yang terjamin bebas dari kesalahan. g. Lapisan 1 : Lapisan Fisik, bertanggungjawab transmisi data dalam bit secara elektrik. 2.4.2.2
Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) Pada TCP/IP tidak ada model protokol yang resmi sebagaimana yang
ada dalam OSI. Pada saat ini, TCP/IP memiliki keunggulan sehubungan dengan kompabilitasnya dengan berbagai perangkat keras dan sistem operasi. Bila didasarkan pada standar-standar protokol yang telah dikembangkan, lapisan TCP/IP terdiri dari empat lapisan seperti terlihat pada Gambar 2.21 [1]. Application Transport Internet Network Access Layer Gambar 2.21 Lapisan TCP/IP
28 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fungsi lapisan-lapisan yang terlihat pada Gambar 2.24 di atas yaitu : a. Lapisan Aplikasi (Application Layer) Lapisan ini berisi bermacam-macam protokol tingkat tinggi. Protokolprotokol terdahulu terdiri dari terminal virtual (TELNET), transfer file (FTP), surat elektronik (SMTP). Pada lapisan ini berisikan logik yang dibutuhkan untuk mendukung berbagai aplikasi user. b. Lapisan Host to Host atau Transport Pada lapisan ini menyediakan layanan transfer data ujung ke ujung, lapisan ini meliputi mekanisme kehandalan, menyembunyikan detail-detail jaringan dari lapisan aplikasi. Pada lapisan ini terdapat dua protokol, yaitu TCP (Transmission Control Protocol) dan UDP (User Datagram Protocol). c. Lapisan Internet (Internet Layer) Lapisan internet berfungsi untuk menghubungkan dua perangkat ke jaringan yang berbeda, diperlukan prosedur-prosedur tertentu agar data dapat melalui yang bermacam-macam. Pada lapisan ini dipergunakan Internet Protocol (IP) untuk menyediakan fungsi routing melintasi jaringan yang bermacam-macam. Protokol ini diterapkan tidak hanya pada ujung sistem namun juga pada jalur-jalurnya. Tugas lapisan internet adalah untuk mengirimkan paket-paket IP ke tempat tujuan seharusnya. d. Lapisan Akses Jaringan (Network Access Layer) Lapisan ini bertanggungjawab untuk menyediakan akses ke jaringan komunikasi. Lapisan ini juga bertanggungjawab untuk mengirimkan data ke node-node yang terletak pada jaringan yang sama.
29 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.5
IP Address Alamat IP (Internet Protocol Address) atau sering disingkat IP adalah
deretan angka biner antara 32-bit sampai 128-bit yang dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap komputer host dalam jaringan internet. Panjang dari angka ini adalah 32-bit (untuk IPv4) dan 128-bit (untuk IPv6) yang menunjukkan alamat dari komputer tersebut pada jaringan internet berbasis TCP/IP. Internet Assigned Numbers Authority (IANA) yang mengelola alokasi alamat IP global. Dalam pengertian lain, IP address dapat diartikan alamat numerik yang ditetapkan untuk sebuah komputer yang berpartisipasi dalam jaringan komputer yang memanfaatkan Internet Protocol untuk komunikasi antara node-nya [9]. IP address dikelompokan dalam lima kelas, yaitu kelas A, B, C, D dan E. Perbedaannya terletak pada ukuran dan jumlah. IP address kelas A dan IP address kelas B digunakan untuk jaringan berukuran besar dan sedang. IP address
kelas C untuk pembagian jaringan yang banyak, namun masing-
masing jaringan memiliki anggota yang sedikit. IP address kelas D dan E tidak digunakan dalam penggunaan normal, kelas D diperuntukan bagi jaringan multicast dan E untuk eksperimental [10]. Pembagian kelas-kelas IP address seprti Gambar 2.22 didasarkan pada dua hal, yaitu Network ID dan Host ID. Host ID dari masing-masing komputer/router di suatu jaringan harus berbeda dengan komputer yang lain.
30 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.22 Kelas-Kelas IP Address
Bit (Binary Digit) adalah bilangan biner yang terdiri dari dua angka 0 dan 1 oktet , 1 oktet = 8 bit = nilainya antara 0 - 255 desimal. a. Kelas A Format = 0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh (n = Net ID, h = Host ID) Bit Pertama = 0 Panjang Net ID = 8 bit (1 oktet) Panjang Host ID = 24 bit (3 oktet) Oktet pertama = 0 – 127 Range IP address = 1.xxx.xxx.xxx sampai 126.xxx.xxx.xxx (0 dan 127 dicadangkan) Jumlah Network = 126 Jumlah IP address = 16.777.214 b. Kelas B Format = 10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh (n = Net ID, h = Host ID) 2 bit pertama = 10 31 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Panjang Net ID = 16 bit (2 oktet) Panjang Host ID = 16 bit (2 oktet) Oktet pertama = 128 – 191 Range IP address = 128.0.xxx.xxx sampai 191.255.xxx.xxx Jumlah Network = 16.384 Jumlah IP address = 65.534 c. Kelas C Format = 110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh (n = Net ID, h = Host ID) 3 bit pertama = 110 Panjang Net ID = 24 bit (3 oktet) Panjang Host ID = 8 bit (1 oktet) Oktet pertama = 192 – 223 Range IP address = 192.0.0.xxx sampai 255.255.255.xxx Jumlah Network = 2.097.152 Jumlah IP address = 254 d. Kelas D Format = 1110mmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm 4 Bit pertama = 1110 Bit multicast = 28 bit Bit inisial = 224 - 247 Deskripsi = Kelas D adalah ruang alamat multicast e. Kelas E Format = 1111rrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr
32 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4 bit pertama = 1111 Bit cadangan = 28 bit Byte inisial = 248 - 255 Deskripsi = Kelas E adalah ruang alamat yang dicadangkan untuk keperluan eksperimental. 2.6
Subnet Mask Subnet Mask merupakan istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris
yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar [9].
Gambar 2.23 Pembagian Kelas pada Subnet Mask Pada Gambar 2.23 dapat dilihat pembagian kelas pada subnet mask. RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan adalah sebagai berikut : a.
Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai1.
b.
Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.
33 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Baik itu subnet mask default (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP. 2.7
Default Gateway Gateway adalah komputer yang memiliki minimal dua buah network
interface untuk menghubungkan dua buah jaringan atau lebih. Di internet, suatu alamat bisa ditempuh lewat gateway-gateway yang memberikan jalan/rute ke arah mana yang harus dilalui supaya paket data sampai ke tujuan [9]. Kebanyakan gateway menjalankan routing daemon (program yang mengupdate secara dinamis tabel routing). Karena itu gateway juga biasanya berfungsi sebagai router. Gateway/router bisa berbentuk Router Box seperti yang di produksi Cisco, 3COM, dan lain-lain atau bisa juga berupa komputer yang menjalankan Network Operating System plus routing daemon. Misalkan PC yang dipasang Unix FreeBSD dan menjalankan program Routed atau Gated. Namun dalam pemakaian Natd, routing daemon tidak perlu dijalankan, jadi cukup dipasang gateway saja. Karena gateway/router mengatur lalu lintas paket data antar jaringan, maka di dalamnya bisa dipasang mekanisme pembatasan atau pengamanan (filtering) paket-paket data. Mekanisme ini disebut firewall. Sebenarnya
firewall
adalah
suatu
program
yang
dijalankan
di
gateway/router yang bertugas memeriksa setiap paket data yang lewat, kemudian membandingkannya dengan rule yang diterapkan dan akhirnya memutuskan
34 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
apakah paket data tersebut boleh diteruskan atau ditolak. Tujuan dasarnya adalah sebagai security yang melindungi jaringan internal dari ancaman luar. Namun dalam tulisan ini Firewall digunakan sebagai basis untuk menjalankan Network Address Translation (NAT). Jadi, sebenarnya setiap host memiliki dua alamat untuk menerima paket, pertama adalah nomor IP yang bersifat unik dan kedua adalah broadcast address pada jaringan tempat host tersebut berada. Broadcast address diperoleh dengan membuat seluruh bit host pada nomor IP menjadi 1. Jadi, untuk host dengan IP address 167.205.9.35 atau 167.205.240.2, broadcast addressnya adalah 167.205.255.255 (2 segmen terakhir dari IP address tersebut dibuat berharga 11111111.11111111, sehingga secara desimal terbaca 255.255). Jenis informasi yang dibroadcast biasanya adalah informasi routing. 2.8 Routing Routing adalah sebuah proses untuk meneruskan paket-paket jaringan dari satu jaringan ke jaringan lainnya melalui sebuah internetwork. Routing juga dapat merujuk kepada sebuah metode penggabungan beberapa jaringan sehingga paketpaket data dapat hinggap dari satu jaringan ke jaringan selanjutnya. Untuk melakukan hal ini, digunakanlah sebuah perangkat jaringan yang disebut sebagai router. Router-router tersebut akan menerima paket-paket yang ditujukan ke jaringan di luar jaringan yang pertama, dan akan meneruskan paket yang ia terima kepada router lainnya hingga sampai kepada tujuannya. Adapun jenis routing adalah Routing Static dan Routing Dinamic.
35 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.8.1 Tabel Routing Tabel routing adalah Sebuah router mempelajari informasi routing dari mana sumber dan tujuannya yang kemudian di tempatkan pada tabel routing. Router akan berpatokan pada tabel ini. untuk memberi tahu port yang akan digunakan untuk meneruskan paket ke alamat tujuan. Tabel routing tersebut menyimpan informasi mengenai network yang terhubung dengannya (Connected Networks) maupun network yang tidak terhubung dengannya (Remote networks). Connected networks adalah network yang terhubung dengan salah satu interface pada router. Remote networks adalah network yang tidak terhubung langsung dengan salah interface pada router. Routing Tabel bisa dibentuk dengan berbagai macam cara yaitu dengan Static Routing maupun Dynamic Routing. Pada Tabel 2.23 dapat dilihat cara menentukan tabel routing secara statis ataupun dinamis. Tabel 2.3 Cara Menentukan Tabel Routing Secara Statis Ataupun Dinamis Static Routing Routing diatur secara manual oleh administrator
Dynamic Routing Routing ditentukan oleh protocol routing
Biasa digunakan pada jaringan skala besar Lebih cocok digunakan pada jaringan (dari sebuah referensi mengatakan jaringan skala kecil skala besar memiliki minimal 10 router di dalamnya) Bila ada link yang putus, maka administrator harus mengeset ulang
2.8.2
Bila ada link yang putus, maka protocol routing akan mengupdate table routing dan menentukan jalur routing yang baru
Routing Statis Router Statis adalah Router yang me-rutekan jalur spesifik yang
ditentukan oleh user untuk meneruskan paket dari sumber ke tujuan. Rute ini
36 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ditentukan oleh administrator untuk mengontrol perilaku routing dari IP "internetwork". Rute Statis - Rute yang dipelajari oleh router ketika seorang administrator membentuk rute secara manual. Administrator harus memperbarui atau meng"update" rute statik ini secara manual ketika terjadi perubahan topologi antar jaringan
(internetwork).
Mengkonfigurasi
router
statis
adalah
dengan
memasukkan tabel routing secara manual. Tidak terjadi perubahan dinamik dalam tabel ini selama jalur/rute aktif.. 2.8.3
Routing Dinamis Router Dinamis adalah router yang me-rutekan jalur yang dibentuk secara
otomatis oleh router itu sendiri sesuai dengan konfigurasi yang dibuat. Jika ada perubahan topologi antar jaringan, router otomatis akan membuat ruting yang baru. Routing distance vector bertujuan untuk menentukan arah atau vector dan jarak ke link-link lain dalam suatu internetwork. Sedangkan link-state bertujuan untuk menciptakan kembali topologi yang benar pada suatu internetwork. Pada Gambar 2.24 dapat dilihat klasifikasi routing protocol
Gambar 2.24 Klasifikasi routing protocol
37 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada protokol link-state setiap router akan menciptakan tiga buah table terpisah. Satu table mencatat perubahan dari network-network yang terhubung langsung, satu table lain menentukan topologi dari keseluruhan internetwork, dan table terakhir digunakan sebagai routing table. Router yang link-state mengetahui lebih banyak tentang internetwork dibandingkan semua jenis routing protokol yang distance-vector. Algoritma yang dipakai oleh link-state yaitu algoritma djikstra di mana jalur terpendek akan dibangun berdasarkan jalur-jalur terbaik dan disimpan di tabel routing. Tetapi kelemahan dari link-state yaitu membutuhkan resource yang besar seperti memory yang besar untuk menyimpan table routing, contoh: OSPF, IS-IS.
Gambar 2.25 Link State Routing dinamik : a. Router berbagi informasi routing secara otomatis b. Jumlah gateway sangat banyak. c. Routing tabel dibuat secara dinamik. d. Membutuhkan protokol routing seperti RIP atau OSPF Routing protokol adalah berbeda dengan router protokol. Routing protokol adalah komunikasi antara router-router. Routing protokol mengijinkan router
38 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
untuk sharing informasi tentang jaringan dan koneksi antar router. Router menggunakan informasi ini untuk membangun dan memperbaiki tabel routingnya. seperti pada contoh dibawah ini. Ada beberapa routing dinamic untuk IP. dibawah ini adalah dinamik routing yang sering digunakan : Routing Information Protocol (RIP) , Open Shortest Path First (OSPF), Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) 2.8.2.1
RIP (Routing Information Protocol) Routed protocol digunakan untuk user traffic secara langsung. Routed
protocol menyediakan informasi yang cukup dalam layer address jaringannya untuk melewatkan paket yang akan diteruskan dari satu host ke host yang lain berdasarkan alamatnya. RIP merupakan salah satu protokol routing distance vector yang digunakan oleh ribuan jaringan di dunia. Hal ini dikarenakan RIP berdasarkan open standard dan mudah diimplementasikan. Tetapi RIP membutuhkan konsumsi daya yang tinggi dan memerlukan fitur router routing protokol. 2.8.2.2
Routing OSPF (Open Shortest Path First) OSPF merupakan interior routing protocol yang kepanjangan dari Open
Shortest Path First. OSPF didesain oleh IETF ( Internet Engineering Task Force ) yang pada mulanya dikembangkan dari algoritma SPF ( Shortest Path First ). Hampir
sama
dengan
IGRP
yaitu
pada
tahun
80-an.
Pada awalnya RIP adalah routing protokol yang umum dipakai, namun ternyata untuk AS yang besar, RIP sudah tidak memadai lagi. OSPF diturunkan dari beberapa periset seperti Bolt, Beranek, Newmans. Protokol ini bersifat open yang berarti dapat diadopsi oleh siapa pun. OSPF dipublikasikan pada RFC nomor
39 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1247. OSPF menggunakan protokol routing link-state, dengan karakteristik sebagai berikut: a. Protokol routing link-state. b. Merupakan open standard protokol routing yang dijelaskan di RFC 2328. c. Menggunakan algoritma SPF untuk menghitung cost terendah. d. Update routing dilakukan secara floaded saat terjadi perubahan topologi jaringan. e. OSPF adalah link state protokol dimana dapat memelihara rute dalam dinamik network struktur dan dapat dibangun beberapa bagian dari subnetwork. Metode Pencarian Jalur Terpendek (Dijkstra Algorithm) Algoritma Dijkstra digunakan untuk menemukan path bernilai terkecil dari verteks awal tunggal ke semua verteks pada graph. Algoritma ini ditemukan oleh Edsgar Wybe Dijkstra Algoritma ini akan melihat verteks yang terdeteksi dengan verteks awal, melihat successor dari verteks tersebut kemudian memperbarui jaraknya dari awal, demikian seterusnya sampai verteks tujuan berhasil ditemukan. Hasilnya pasti berupa jalur terpendek. Jika dimisalkan ui adalah jarak terpendek dari node awal ke node ke-i, dan ditentukan kalau dij ( ≥ 0 ) merupakan panjang jalur antara node ke-i dengan node ke-j, maka algoritma untuk menentukan label node penerus berikutnya dapat dirumuskan menjadi: [uj,i] = [uj + dij , i] , dij ≥ 0 Label untuk node awal adalah [ 0, - ], menyatakan kalau node tersebut tidak memiliki predecessor. Label node dalam Dijkstra terbagi menjadi dua tipe, yaitu
40 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
temporary dan permanent. Node yang temporary akan diubah menjadi permanent ketika rute yang terpendek telah ditemukan. Jika tidak ada rute terbaik yang dapat ditemukan pula, maka status temporary juga akan berubah menjadi permanent. Labelkan node awal menjadi permanent [ 0, - ]. Nilai i adalah 1. Langkah i. (a) Hitung temporary label [ ui + dij , i ] untuk setiap node j yang dapat dicapai dari node ke-i, yang belum dilabelkan permanent. Jika node j telah dilabelkan dengan [ uj , k ] melalui node lain ( k ), dan jika ui + dij < uj, ubah nilai [uj , k] dengan [ ui + dij , i ]. (b) Jika semua node telah menjadi permanent, maka proses selesai. Jika belum, maka pilih label [ur , s] yang memiliki jarak terpendek (=ur) di antara label yang temporary. Nilai i = r, dan ulangi langkah ke-I Gambar 2.26 dapat dilihat contoh keterhubungan antar titik dalam algoritma Dijkstra [8]. Pertama-tama tentukan titik mana yang akan menjadi node awal, lalu beri bobot jarak pada node pertama ke node terdekat satu per satu, Dijkstra akan melakukan pengembangan pencarian dari satu titik ke titik lain dan ke titik selanjutnya tahap demi tahap. Inilah urutan logika dari algoritma Dijkstra:
Gambar 2.26 Contoh keterhubungan antar titik dalam algoritma Dijkstra 1.
Node awal 1, Node tujuan 5. Setiap edge yang terhubung antar node telah diberi nilai
41 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
9
6
6 10
43
11
3
14
9 15
10
1
7
2
Gambar 2.27 Contoh kasus Djikstra - Langkah 1 2. Dijkstra melakukan kalkulasi terhadap node tetangga yang terhubung langsung dengan node keberangkatan (node 1), dan hasil yang didapat adalah node 2 karena bobot nilai node 2 paling kecil dibandingkan nilai pada node lain, nilai = 7 (0+7). 14 6
9 3
14 9
7 1
7
2
Gambar 2.28 Contoh kasus Djikstra - Langkah 2 3. Node 2 diset menjadi node keberangkatan dan ditandai sebagi node yang telah terjamah. Dijkstra melakukan kalkulasi kembali terhadap nodenode tetangga yang terhubung langsung dengan node yang telah terjamah. Dan kalkulasi dijkstra menunjukan bahwa node 3 yang menjadi node keberangkatan selanjutnya karena bobotnya yang paling kecil dari hasil kalkulasi terakhir, nilai 9 (0+9).
42 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14 6
22 9
43
3
14
9 15
10
1
7
2
7
Gambar 2.29 Contoh kasus Djikstra - Langkah 3 4. Perhitungan berlanjut dengan node 3 ditandai menjadi node yang telah terjamah. Dari semua node tetangga belum terjamah yang terhubung langsung dengan node terjamah, node selanjutnya yang ditandai menjadi node terjamah adalah node 6 karena nilai bobot yang terkecil, nilai 11 (9+2). 11
6
20 2
9
43
11
3
14
9 15
10
1
7
2
Gambar 2.30 Contoh kasus Djikstra - Langkah 4
5. Node 6 menjadi node terjamah, dijkstra melakukan kalkulasi kembali, dan menemukan bahwa node 5 (node tujuan ) telah tercapai lewat node 6. Jalur terpendeknya adalah 1-3-6-5, dan niilai bobot yang didapat adalah 20 (11+9). Bila node tujuan telah tercapai maka kalkulasi dijkstra dinyatakan selesai.
43 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
5
9
11 6 2
9 11
15
43
3
14
9 15
10
1
7
2
Gambar 2.31 Contoh kasus Djikstra - Langkah 5
Proses Algoritma Dijkstra a. Pertama-tama data masih berupa bit-bit yang kemudian dikemas menjadi paket-paket data. b. Setiap router mengupdate tabel routing. c. Setelah mengupdate tabel routing, router memberitahukan kepada router tetangganya berapa jarak dari router tersebut. d. Tiap router mendapatkan informasi dari tabel routing yang telah di update lalu algoritma dijkstra menhitung semua jarak yang menuju alamat tujuan. e. Algoritma mencari best path ke alamat tujuan,jika alamat yang dituju sudah ketemu maka tiap router mengupdate informasi pada tabel routing, jika tidak maka algoritma akan menghitung ulang untuk mencari best path. f. Jika semua router telah di periksa maka proses selesai, jika belum, maka router akan memberi tahu kembali router tetangganya. OSPF Neighbor Relationship Hubungan ketetanggaan hanya bisa terjadi pada router-router yang berada dalam satu area. Langkah-langkah yang dilakukan oleh router untuk menjalin neighbor relationship : 44 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Menentukan Router ID a. Router ID hanyalah nama router yang dikenali dalam proses ospf b. Secara default, IP address dari interface fisik yang aktif dengan IP address paling tinggi menjadi router ID secara default c. jika ada loopback interface yang aktif maka IP address dari loopback yang menjadi router-ID d. bisa di overrule dengan cara menghardcode router-ID 2. Menentukan interface mana saja yang akan dilibatkan dalam proses ospf 3. Mengirimkan Hello Paket melalu interface-interface yang telah dipilih down state a. Hello Paket dikirimkan setiap 10 detik dalam Broadcast/p2p networks b. Hello Paket dikirimkan setiap 30 detik dalam NBMA networks c. Hello Paket memuat informasi-informasi sebagai berikut : 1. Router-ID 2. Hello & Dead timers 3. Network Mask 4. Area ID 5. Neighbors (tetangga) 6. Router Priority 7. DR/BDR IP address 8. Authentication Password berarti nilai yang dimiliki oleh routerrouter yang akan bertetangga harus sama 4. Menerima Hello Paket dari router lain Init State jika router terus menerus berada pada fase init – down – init – down maka :
45 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. periksa hello/dead interval b. periksa netmasks c. periksa Area ID d. periksa Authentication Password 5. Me-reply paket hello 2-way state a. Memeriksa dalam Hello Paket apakah router-router ini sudah bertetangga 1. jika YA, reset dead timer 2. jika TIDAK, tambahkan dalam list sebagai neighbor baru 6. Master-Slave relationship exstart state master-slave ini tidak begitu penting dalam proses OSPF, hal ini hanya untuk menetukan siapa yang mengirimkan Hello Paket lebih dulu. Master mengirimkan lebih dulu baru slave kemudian a. ditentukan oleh priority, yang paling tinggi menjadi master, router-ID breaks tie b. Master mengirimkan paket Database Description (DBD) 1. DBD = potongan dari link-state database (bukan keseluruhannya) c. Slave juga mengirimkan paket DBD nya. 7. DBD diterima dan diperiksa oleh masing-masing router Loading State a. Slave meminta detail pada Master (Link State Request – LSR) b. Master mengirimkan updates (Link State Update – LSU) c. Master meminta detail pada slave (LSR) d. Slave mengirimkan updates (LSU) 8. Neighbor terjalin full state
46 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menerima Hello Packet dari router lain
Tidak Tambahkan sebagai Neighbor bar Ya
Reset Dead Timer
Master Slave untuk menentukan router
P51
yang terlebih dahulu mengirimkan Hello Packet dengan mengirimkan
Menerima DBD dan diperiksa oleh masingmasing router
Neighbor terjalin dan router menjalankan algoritma OSPF dan l i
ii
i
bl
Gambar 2.32 Flowchart Algoritma Konfigurasi OSPF 47 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.8.4
Keuntungan dan Kekurangan Routing Static dan Routing
Dynamic a. Routing staticKeuntungan routing statis : 1. Beban kerja router terbilang ringan dibandingkan dengan routing dinamis. Karena router hanya mengupdate sekali saja IP table yang ada. (pada saat di konfigurasi) 2. Pengiriman paket data yang lebih cepat karena jalur-jalur (path) sudah di ketahui terlebih dahulu. 3. Analisa kesalahan pada topologi jaringan lebih cepat diketahui. Kerugian routing statis : Harus tau semua alamat IP network yang akan di kenalkan atau dituju beserta next hoopnya (jalur yang akan dilewati).
b. Routing Dynamic Keuntungan routing dinamis : 1. hanya mengenalkan alamat yang terhubung langsung dengan routernya (kaki-kakinya). 2. Tidak perlu mengetahui semua alamat network yang ada. 3. Bila terjadi penambahan suatu network baru tidak perlu semua router mengkonfigurasi. Hanya router-router yang berkaitan. Kerugian routing dinamis : 1. beban kerja router lebih berat karena selalu memperbarui IP table pada setiap waktu tertentu. 2. kecepatan pengenalan dan kelengkapan IP table terbilang lama karena router membroadcast ke semua router sampai ada yang cocok.
48 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA