BAB II TEORI DASAR
2.1 Pengertian dan Sejarah Elevator Elevator merupakan alat untuk menaikkan dan menurunkan muatan di antara tingkat-tingkat pada sebuah bangunan bertingkat banyak atau lebih dari satu tingkat. Di Indonesia alat ini lebih dikenal dengan menggunakan bahasa Inggris yaitu Lift. Elevator komersial pertama dibuat pada tahun 1850. Elevator ini hanya dapat melayani dua tingkat, namun tali penarik sangkar elevator ini sering mengalami putus. Kemudian pada tahun 1852, Elisha Graves Otis mengembangkan sistem pengereman yang akan bekerja bila tali penarik sangkar elevator putus. Sebenarnya praktik menaikkan suatu beban dengan cara mekanik selama pembangunan sebuah gedung sudah berkembang pada jaman Romawi. Arsitek Romawi, Vi truvius, pada abad ke 1 SM membuat sebuah panggung yang dapat naik turun dengan menggunakan katrol dan poros, yang digerakkan menggunakan tenaga manusia, binatang, atau air. Ahli matematika bangsa Yunani, Archimedes, juga telah menggambarkan suatu model elevator sekitar tahun 230 SM. Ciptaan nya menggunakan katrol, tali, dan dapat mengangkat satu orang.
5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.1 Elevator Pertama Penemuan
elevator
sangat
mempengaruhi
perkembangan
pembangunan gedung-gedung pencakar langit. Para arsitek dapat bebas mendesain gedung pencakar langit karena pemakainya tidak perlu berjalan mendaki tangga untuk mencapai tingkat atas. Elevator tersedia dalam beragam model, kapasitas, dan kecepatan bergerak. 2.1.1 Jenis-Jenis Elevator Dalam memilih sebuah elevator sangat tergantung pada ukuran bangunan, yang bertujuan mampu melayani pemakai dan memberikan transportasi yang nyaman selama periode waktu yang sibuk. Berdasarkan fungsinya, ada tiga jenis elevator, yaitu :
6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Elevator Penumpang (Passenger Lift), Elevator penumpang adalah elevator yang berfungsi khusus untuk mengangkut manusia saja, elevator ini sangat dijaga kehandalan sistem keamanannya. Hal ini karena menyangkut keselamatan manusia penumpang lift tersebut. Elevator penumpang berkapasitas 450 sampai 1.800 kilogram 2. Elevator Barang (Dumbwaiter), Elevator ini fungsinya hanya untuk mengangkat barang saja, elevator ini juga tak kalah handalnya dengan elevator penumpang namun ada sedikit perbedaan dalam hal system keamanannya. 3. Elevator Servis ( Service Lift ), Elevator servis ini biasanya dipasang diperhotelan atau diperkantoran, fungsinya untuk mengantarkan barang ke kamar-kamar penghuni hotel. Elevator ini hampir sama dengan elevator penumpang, perbedaan dari elevator service dengan elevator penumpang ini sangat jelas dari sistem pengangkutannya, yaitu elevator penumpang hanya khusus untuk manusia saja tapi elevator servis ini berfungsi untuk mengangkut manusia dan barang. Elevator khusus barang biasanya digunakan untuk membawa koper, piring, sampah, dan barang lainnya. Umumnya jenis ini mampu membawa beban sampai 45.000 kilogram.
2.1.2
Komponen-komponen Elevator Disini penulis akan menjelaskan secara singkat fungsi dari masing-masing komponen-komponen pada elevator. Pada dasarnya komponen elevator terbagi menjadi empat bagian utama yaitu:
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1.Komponen di ruang mesin (Machine Room) 2.Komponen di ruang luncur ( Hoistway). 3. Komponen di Kereta/ Car Lift 4. Komponen di luar ruang luncur pada tiap-tiap lantai.
Gambar 2.2 Komponen Elevator
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Komponen di ruang Mesin (Machine Room) a. Control System atau Control Panel (Lemari Konttrol) Lemari kontrol ini menyimpan komponen yang paling penting dari sistem elektrikal elevator, yaitu berupa Drive dan Kontroller dimana komponen ini sebagai otak dari sistem kerja elevator Berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan kerja pada elevator tersebut. Permintaan baik dari luar maupun dari dalam elevator akan dicatat dan diolah, kemudian memberikan intruksi-intruksi agar lift bergerak, dan berhenti sesuai dengan permintaan. b. Geared Machine atau Mesin Penggerak Di dalam ruang mesin terdapat satu mesin penggerak jenis geared. Pada mesin ini, perputaran dari motor penggerak ditransformasikan oleh roda gigi sehingga dari putaran motor tinggi dapat berubah ke putaran rendah. Kecepatan maximum dari kereta lift dengan sistem geared adalah 150mpm. Pada mesin penggerak ini terdapat brake (rem) dimana rem ini akan bekerja jika motor penggerak tidak dialiri listrik. c. Primary Velocity Tranducer/ Encoder Terdapat satu alat dengan mesin lift pada mesin penggerak gunanya untuk mendeteksi putaran motor atau kecepatan dari lift. d. Goovernor Governor adalah alat pengaman, dimana jika kecepatan lift melebihi batas-batas yang telah ditentukan, maka governor ini akan bekerja
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan kereta akan berhenti baik oleh elektrik maupun maupun mekanik. e. ARD (Automatic Rescue Drive) Yang berfungsi apabila sumber listrik dari PLN mendadak mati dan lift akan berhenti disembarang tempat setelah lebih dari 15 detik maka ARD akan bekerja untuk menjalankan lift ke lantai terdekat. Setelah lift sampai pada lantai otomatis lift akan mati. Lift akan normal kembali setelah listrik PLN hidup kembali. 2. Komponen di ruang luncur (Hoistway) Ruang luncur adalah lorong atau lintasan dimana kereta tersebut bergerak naik dan turun. Lubang ini harus merupakan lubang tertutup dan tidak ada hubungan langsung ke ruang di luarnya kecuali untuk lubang dua buah lift berdampingan. a.
Guide Rail atau Rel Pemandu Profil baja khusus pemandu jalanya kereta (car) dan bobot pengimbang (Counter weight). Ukuran rel untuk kereta/ car biasanya lebih besar dari pada rel bandul pengimbang/counterweight. Guide rail ini terpasang tegak lurus dari dasar pit sampai di bawah slap ruang mesin.
b. Limit Switch/ Saklar Batas Lintas Ada dua jenis saklar batas lintas yaitu untuk membalik arah (direction switch) dan final switch. Biasanya komponen ini terpasang di rel kereta, dipasang dibagian bawah dan dibagian atas rel. Yang
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
berfungsi untuk menjaga agar kereta tidak menabrak pit atau lantai kamar mesin. c. Vane Plate/ Pelat Bendera Dipasang di rel kereta yang berfungsi untuk mengatur pemberhentian kereta pada lantai yang dikehendaki dan mengatur pembukaan pintu pendaratan (landing door). d. Landing Door/ Pintu Pendaratan Terdiri dari beberapa bagian, antara lain door hanger, door sill, dan door panel. Berfungsi untuk menutup ruang luncur dari luar. Pada hall door ini dipasang alat pengaman secara seri sehingga apabila salah satu pintu terbuka maka lift tidak akan bisa dijalankan. e. Buffer Terletak di dua tempat yaitu: satu set untuk kereta dan satu set untuk beban pengimbang/ counterweight. Berfungsi untuk meredam tenaga kinetik kereta dan bobot pengimbang pada saat jatuh. f.
Governor Tensioner Merupakan pully berbandul sebagai penegang rope governor yang terletak di pit.
3. Komponen di Car/ Kereta a. Car/ Kereta adalah kotak dimana penumpang naik dan dibawa naik turun. Kereta ini dihubungkan langsung dengan bobot pengimbang (Counterweight) dengan tali baja lewat pully penggerak di ruang mesin,
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Car Door/ Pintu Kereta Terdiri dari beberapa bagian, antara lain: door hanger, door sill, door panel dan door mekanisme yang mengatur buka tutup pintu. Berfungsi untuk menutup kereta dari luar. Pada pintu kereta (car door) ini dipasang alat pengaman secara seri dengan pintu pendaratan/ landing door sehingga apabila pintu terbuka maka lift tidak dapat dijalankan. c.
COP (Car Operating Panel) Ada satu atau lebih COP. Biasanya terletak pada sisi depan kereta (front return panel). Pada panel tersebut terdapat tombol-tombol lantai dan tombol pengatur buka tutup pintu.
d. Interphone Biasanya terletak pada COP (pada lokasi yang mudah dicapai) yang berfungsi untuk mengadakan komunikasi (dalam keadaan tertentu) antara kereta, kamar mesin (Machine Room) dan ruang kontrol gedung. e. Alarm Buzzer Yang berfungsi untuk memberi tanda bila lift berbeban penuh atau tanda-tanda lain. f. Switcing Box Biasanya menjadi satu dengan COP. Yang terletak dibagian bawah COP secara tertutup (yang dapat dibuka hanya dengan kunci khusus) didalamnya terdapat tombol-tombol pengatur.
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
g. Floor Indicator Nomor penunjuk lantai dan arah jalannya kereta. Biasanya terletak disisi atas pintu kereta (transom) atau pada COP. h. Lampu Darurat atau Emergency Light Biasanya terletak diatas atap kereta, fungsinya untuk menerangi kereta dalam keadaan darurat (listrik mati) dengan sumber battery. i. Saklar Pintu Darurat (Emergency Exit Switch) Terletak pada pintu darurat diatas kereta, fungsinya untuk memastikan agar kereta tidak berjalan apabila pintu darurat dibuka untuk proses penyelamatan. j. Safety Link Mekanisme penggerak alat pengaman (safety device) diatas kereta yang dihubungkan dengan governor di kamar mesin. Berfungsi untuk menahan kereta over speed ke bawah (dalam keadaan darurat). 4. Komponen di luar ruang luncur atau di Hall a. Tombol Lantai Tombol pemanggil kereta di lantai/ hall. b. Saklar Parkir Biasanya terletak di lobby utama didekat tombol lantai (hall button) berfungsi untuk mematikan dan menjalankan lift. c. Saklar kebakaran/ Fireman Switch Biasanya terletak di lobby utama disisi atas hall button, berfungsi untuk mengaktifkan fungsi fireman control/ fireman operation.
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
d. Hall indicator atau Penunjuk Lantai Biasanya terletak di transom atau hall button pada masing-masing lift. Berfungsi untuk mengetahui posisi masing-masing kereta.
2.1.3
Cara kerja Elevator Sistem Kontruksi Lift/Elevator berupa sangkar atau kereta yang dapat beroperasi naik atau turun dilakukan oleh mesin traksi (Motor gearless), dengan mengunakan tali baja tarik, melalui ruang luncur didalam bangunan yang dibuat khusus untuk lift (hoistway). Agar kereta lift tidak bergoyang digunakan rel pemandu setinggi ruang luncur (hoistway) yang diikat dengan tembok ruang luncur lift. Untuk mengimbangi berat kereta dan bebannya digunakan bandul pengimbang (counterweight), yang harus memiliki berat yang sama dengan beban berat kereta ditambah dengan setengah berat beban maksimum yang diizinkan. Hal ini untuk memperingan kerja mesin traksi, karena pada saat kereta dipenuhi dengan beban maksimum, mesin traksi hanya berupaya mengangkat atau menaikkan setengah dari beban maksimumnya. Sebaliknya pada saat kereta kosong,
mesin
traksi
hanya perlu
mengangkat atau menaikan setengah dari beban maksimum yang berlebih pada counterweight Kereta elevator tergantung di ruang luncur oleh beberapa steel hoist ropes, biasanya menggunakan dua puli katrol, dan sebuah bobot pengimbang (counterweight). Bobot kereta counterweight menghasilkan traksi yang memadai antara dan
hoist
ropes
sehingga
puli
dan katrol
puli katrol dapat menggegam hoist ropes
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan bergerak serta menahan kereta tanpa selip berlebihan. Kereta dan counterweight bergerak sepanjang rel yang vertikal agar mereka tidak berayun-ayun. Mesin untuk menggerakkan elevator terletak di ruang mesin yang biasanya tepat di atas ruang luncur kereta. Untuk memasok listrik ke kereta dan menerima sinyal listrik dari kereta ini, dipergunakan sebuah kabel listrik multi-wire untuk menghubungkan ruang mesin dengan kereta. Ujung
kabel
yang
kereta
sehingga
terikat
pada
kereta
turut
bergerak
dengan
disebut sebagai “kabel bergerak (traveling cable)”.
Mesin geared memiliki motor dengan kecepatan lebih tinggi dan drive sheave dihubungkan dengan poros motor melalui gigi-gigi di kotak
gigi,
yang
dapat mengurangi kecepatan rotasi poros motor
menjadi kecepatan drive-sheave rendah. Mesin gearless memiliki motor kecepatan rendah dan puli katrol penggerak dihubungkan langsung ke poros motor.
2.2
Mekanisme pada Load Cell Load cell adalah alat yang mengeluarkan signal listrik proporsional dengan gaya atau beban yang diterimanya. Load cell banyak digunakan pada
timbangan elektronik. Teori dasar dari
load cell
adalah
penggabungan dari metode Strain Gauge dan Jembatan Wheatstone. Starin Gauge tersusun dari kawat yang sangat halus, yang dianyam secara berulang menyerupai kotak dan ditempelkan pada plastic atau kertas sebagai medianya. Kawat yang dipakai dari jenis tembaga lapis
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
nikel berdiameter sekitar seper seribu (0.001) inchi. Kawat itu disusun bolak-balik untuk meng-efektifkan panjang kawat sebagai raksi terhadap tekanan/gaya yang mengenainya. Pada ujungnya dipasang terminal. Strain Gauge bisa dibuat sangat kecil, sampai ukuran 1/64 inchi. Penghantar atau kawat memiliki hambatan bergantung pada diameternya. Semakin besar diameternya, semakin kecil hambatannya. Jika kita menarik kawat, diameter atau cross media nya berkurang sehingga hambatannya meningkat. Demikian juga sebaliknya. Jika di press atau ditekan, diameternya membesar sehingga hambatannya berkurang. Upaya menarik dan menekan ini memerlukan gaya, sehingga kawat bisa digunakan untuk pengukuran gaya tersebut. Konfigurasi tarik ulur kawat ini dikenal sebagai strain gauge. Untuk membuat Load Cell, Strain Gauge dilekatkan pada logam yang kuat sebagai bagian dari penerima beban (load
receptor).
Strain
Gauge
ini
disusun
membentuk Jembatan Wheatstone.
Gambar 2.3 Strain Gauge
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sedemikian
rupa
2.3 Teori Kelistrikan Load Cell Seorang fisikawan Jerman bernama GS Ohm mengembangkan hubungan Definisi antara tegangan, arus dan resistansi dalam sirkuit tertutup. Sirkuit terdiri dari sebuah sumber tegangan dan rangkaian lengkap untuk aliran arus. Rangkaian harus mulai dari satu sisi sumber tegangan dan berakhir pada sisi lain. Rangkaian ini menghasilkan beda potensial antara sisisatu dan sisi lain karena salah satu sisi sumber memiliki potensial positif dan yang lainnya memiliki potensial negatif. Mr Ohm menyatakan, "Keadaan ini berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding terbalik dengan resistensi ". Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Ohm. Arus (dalam ampere) = Tegangan (dalam volt) Hambatan(dalam ohm) Jika menggunakan simbol untuk arus, tegangan dan hambatan, hubungan ini bisa dinyatakan I = E/R bisa juga dinyatakan dalam E = IR atau tegangan adalah arus dikali hambatan. 2.3.1
Rangkaian Seri-Paralel Rangkaian seri-paralel merupakan dasar dari terbentuknya rangkaian jembatan Wheatstone yang merupakan rangkaian inti dalam sensor load cell. Rangkaian Seri-paralel setidaknya memiliki dua cabang paralel sebagai tambahan dari minimum satu resistor yang dilewati arus total. Resistor yang dilalui arus total dinamakan resistor seri. Berikut adalah contoh rangkaian seri paralel.
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.4 Rangkaian Seri Paralel
Untuk mencari resistan total, pertama yang dilakukan adalah mencari resistan equivalen terhadap R2 dan R3 yang di parallel Req = 1 : ( 1 : R2 ) + ( 1 : R3 ) Untuk mengetahui RT, tambahkan resistan seri. RT = R1 + Req Untuk menghitung arus total dalam rangkaian, gunakan Hukum Ohm IT = ET : RT Karena arus total pada rangkaian melewati R1, bisa dikatakan I T = IR1. Dengan Hukum Ohm kita bisa hitung tegangan drop pada R 1. ER1` = I R1 x R1 Dengan Hukum Ohm bisa diketahui arus yang mengalir melalui R2 dan R3 Arus total pada rangkaian akan terbagi dengan proporsional melalui R2 dan R3. Dengan kata lain total arus adalah jumlah dari tiap cabang arus IR2 and I R3.
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.2
Teori Jembatan Wheatstone Rangkaian resistif yang dipakai untuk membuat Load Cell adalah Jembatan Wheatstone.
Gambar 2.5 Jembatan Wheatstone Catatan: Nilai semua resistor adalah sama. A adalah symbol untuk Ampere Meter Ketika tegangan sumber tersambung ke rangkaian, arus yang mengalir pada cabang R1/R3 sama dengan arus yang mengalir pada R2/R4. Hal ini terjadi karena nilai semua resistor sama. Arus yang terukur pada Ampermeter adalah 0 karena tidak ada beda potensial pada titik 1 dan 2.
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.6 Rangkaian Load Cell
Jembatan Wheatstone yang tersusun seperti gambar diatas merupakan diagram load cell. Resistor yang bertanda T1 dan T2 merupakan Strain Gauge yang menerima gaya tarik (Tension) saat load cell menerima beban. Sedangkan resistor yang bertanda C1 dan C2 adalah Strain Gauge yang menerima gaya tekan (Compression) ketika load cell dibebani. Titik +In dan –In mengacu pada +Excitation (+Exc) dan – Excitation (-Exc). Melalui titik/terminal inilah tegangan sumber diberikan oleh Indikator timbangan digital. Pada umumnya, tegangan excitation bernilai 10 VDC dan 15 VDC bergantung pada indikator dan Load Cell yang dipakai. Titik +Out dan –Out mengacu pada +Signal (+Sig) dan – Signal (-Sig). Sinyal yang diperoleh Load Cell dikirim ke Indikator melalui signal input untuk selanjutnya diproses sebagai nilai berat dan ditampilkan di layar digital indikator. Ketika Load Cell menerima beban, Strain Gauge C1 dan C2 mengalami gaya tekan. Kawatnya memendek dan diameternya membesar,
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sehingga nilai resistan C1 dan C2 membesar. Sebaliknya, Strain Gauge T1 dan T2 mengalami gaya tarik, kawatnya memanjang dan diameternya mengecil sehingga nilai resistan nya membesar. Perubahan nilai resistan ini menyebabkan arus yang melewati C1 dan C2 lebih besar dibanding arus yang lewat pada t1 dan T2. Dan terjadilah beda potensial pada titik output atau signal Load Cell. Arus listrik di supply indikator melalui titik – In dan mengalir melalui C1, -Out dan kembali lagi ke Indikator. Dari indicator, arus mengalir melalui +Out, melewati C2 dan kembali ke Indikator dititik +In. Untuk mengetahui total arus yang mengalir, kita perlu mengukur arus internal pada rangkaian pembaca signal di Indikator. Tetapi karena Impedansi internal indicator sangatlah tinggi, arus yang menglir menjadi sangat kecil dan kita bisa mengabaikannya. Terdapat beda potensial antara –In dan +In, sehingga ada juga arus yang mengalir melewati –In, melalui T2 dan C2 kembali ke +In. Arus yang mengalir pada rangkaian sebagian besar berada pada sisi parallel ini. Resistor yang terpasang seri berfungsi sebagai kompensasi Load Cell terhadap temperatur, Zero dan linearitas.
2.4
Perancangan Load Cell Dari teori diatas, peneliti dapat menyusun load cell dengan metode Strain Gauge dan Jembatan Wheatstone. Dengan menggunakan sebuah kolom baja persegi, lekatkan Strain Gauge pada keempat sisinya. Panjang kolom akan berkurang ketika di sisi atas kolom diberikan beban. Kolom baja juga menjadi gembung. Dua Strain Gauge yang terpasang berbalikan
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
akan memberikan respon pada perubahan panjang kolom secara proporsional. Dua Strain Gauge yang terletak di sisi yang lain merespon perubahan kolom saat mengalami keadaangembung. Panjang pada sepasang Strain Gauge memendek, diameter kawatnya membesar dan hambatannya berkurang. Sementara sepasang yang lain jadi memanjang, diameter kawatnya mengecil dan hambatannya bertambah. Jika posisi beban digantung pada bagian bawah kolom, kolom akan mengalami gaya tarik. Kolom dan Strain gauge akan merespon kebalikan dari respon diatas tetapi Strain Gauge tetap memanjang dan memendek dengan respon yang sama seperti respon diatas.
Load cell adalah alat yang mengeluarkan signal listrik proporsional dengan gaya / beban yang diterimanya. Load cell banyak digunakan pada timbangan
elektronik.
Dan
penimbangan
beban
pada
Elevator
menggunakan sensor load cell, dimana sensor load cell menjadi bagian yang vital dalam elevator yang berfungsi : 1. Sebagai Indikator kapasitas muatan yang diperbolehkan dalam menghitung beban maksimal elevator. 2. Sebagai acuan penyeimbang antara sangkar dan bobot pengimbang (Counter weight).
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.7 Sensor Load Cell Elevator
2.5
Karakteristik Sensor Load Cell Pada umumnya, kabel pada Load Cell berjumlah empat atau enam kabel. Untuk enam kabel Load Cell, disamping mempunyai – dan + Signal maupun – dan + Excitation juga memiliki jalur - dan + sense. Jalur sense ini tersambung pada jalur sense Indikator yang berfungsi memonitor tegangan actual pada Load Cell, dan mengirim balik ke Indikator untuk dianalisa apakah perlu menambah atau menguatkan signal yang dikirim balik sebagai kompensasi daya pada load cell. Untuk membantu agar pemasangannya tepat, kabel Load Cell memiliki kode warna tertentu. Data sheet kalibrasi setiap Load Cell akan menyertakan juga kode warna untuk penyambungan Load Cell. Setiap Load Cell dilengkapi dengan data kalibrasi atau sertifikat kalibrasi sebagai informasi tentang Load Cell yang bersangkutan. Setiap
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
data sheet harus cocok dengan nomor seri, nomor model dan kapasitas. Informasi yang lain berupa karakteristik dalam mV/V, tegangan Excitasi, non-linearity, hysteresis, zero balance, input resistance, output resistance, efek temperature pada output dan zero balance, insulation resistance dan cable length. Kode warna untuk penyambungan juga disertakan. Hasil pengukuran load Cell selain ditentukan oleh besarnya beban, juga ditentukan oleh besarnya tegangan Eksitasi, dan karakteristik (mV/V) Load Cell itu sendiri. Salahsatu karakteristik load Cell yaitu 3mV/V. Yang berarti setiap satu volt tegangan Excitasi, pada saat Load Cell dibebani maksimal akan mengeluarkan signal sebesar 3mV. Jika beban 100Kg diberikan pada Load Cell kapasitas 100Kg dengan tegangan Excitasi 10V, maka signal yang terkirim dari Load Cell tersebut adalah sebesar 30mV. Demikian juga apabila dibebani 50Kg dengan tegangan Excitasi tetap 10V, karena 50 Kg adalah setengah dari 100Kg maka keluaran Load Cell menjadi 15mV.
2.6
Terminologi pada Load Cell Berikut beberapa Terminologi / daftar istilah tentang Load Cell 1. CALIBRATION Membandingkan output/signal Load Cell dengan beban standar 2. Combined Error Penyimpangan maksimum –jika ditarik garis lurus- diukur pada saat tanpa beban sampai ketika diberikan beban maksimal dan sebaliknya
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
saat beban maksimal sampai pada keadaan tanpa beban. pengukuran dinyatakan dalam persen terhadap kapasitas maksimal. Biasa disebut juga Nonlinearity dan hysteresis. 3. CREEP Perubahan signal keluaran Load cell selama pembebanan tidak berubah, dan tidak ada perubahan lingkungan sekitar. 4. CREEP RECOVERY Perubahan pengukuran kondisi tanpa beban, setelah beberapa waktu diberikan beban dan kemudian beban dihilangkan. 5. DRIFT Perubahan nilai pengukuran saat diberikan beban konstan. 6. ECCENTRIC LOAD Pembebanan pada area timbangan tapi tidak tepat di titik antar load cell 7. ERROR Perbedaan pengukuran dengan beban yang sesungguhnya. 8. EXCITATION Tegangan input yang diberikan agar Load Cell bekerja. Pada umumnya Load cell membutuhkan tegangan excitation 10VDC, tetapi ada juga yang memerlukan 15, 20 dan 25VDC dan ada yang bisa bekerja pada arus AC dan DC. 9. HYSTERESIS Penyimpangan maksimum hasil pengukuran dengan beban yang sama. Satu pengukuran dari nol sampai maksimum, pengukuran yang lain
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dari maksimum sampai nol. Pengukuran Histerisis dinyatakan dalam persen terhadap kapasitas maksimum (%FS). Biasanya Histeresis selalu bernilai 0.02%, 0.03%FS dan 0.05%FS 10. INPUT BRIDGE RESISTANCE Resistansi Input daripada Load Cell. Diukur dengan Ohmmeter antara dua titik Input atau Excitasi. Biasanya selalu lebih besar dari resistansi Output/Signal karena adanya resistor kompensasi pada jalur Excitasi. 11. INSULATION RESISTANCE Pengukuran resistan antara sirkuit load cell dengan strukturnya. Pengukuran dilakukan dengan tegangan DC. 12. NON-LINEARITY Penyimpangan maksimum pada grafik hasil kalibrasi terhadap garis lurus (ideal) antara tanpa beban dan beban penuh. Dinyatakan dengan persentase terhadap pengukuran pada kapasitas maksimum, hanya diukur dari nol sampai maksimum. Umumnya Non-linearity sebesar 0.02%FS dan 0.03%FS. 13. OUTPUT Signal hasil pengukuran Load cell yang secara langsung proporsional terhadap tegangan exsitasi dan beban yang diterima. Signal ini harus sesuai terminology/ketentuan umum misalnya dalam milivolt per volt(mV/V) atau volt ampere (V/A). 14. OUTPUT BRIDGE RESISTANCE Resistansi output Load cell, diukur pada titik output atau signal, umumnya sebesar 350Ω, 480 Ω, 700 Ω, 750 Ω dan 1000 Ω.
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15. RATED OUTPUT interval pengukuran dari nol sampai kapasitas maksimum. 16. REPEATABILITY Selisih pengukuran maksimum saat load Cell dibebani dengan beban yang sama secara berulang-ulang dengan kondisi lingkungan tetap. 17. RESOLUTION Perubahan pengukuran terkecil yang terdeteksi karena perubahan secara mekanik akibat pembebanan. 18. SAFE OVERLOAD RATING Pembebanan maksimum dalam persen terhadap kapasitas maksimal yang bisa diterapkan tanpa merubah performa dan karakteristik yang telah ditetapkan sebelumnya. Biasanya sebesar 150%FS. 19. SENSITIFITY perbandingan perubahan pengukuran terhadap perubahan mekanik karena pembebanan. 20. SCHOCK LOAD Pembebanan yang diterima secara tiba-tiba yang bisa merusak Load Cell. 21. SIDE LOAD Pembebanan dari sisi samping yang seharusnya dari ata atau dari bawah load cell.
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22. TEMPERATURE EFFECT ON RATED OUTPUT Perubahan output maksimum karena perubahan temperatur sekitar. Umumya dinyatakan sebagai persentase output maksimum karena perubahan suhu setiap 100ºF. 23. TEMPERATURE EFFECT ON ZERO BALANCE perubahan nilai nol/zero karena perubahan suhu sekitar setiap 100 ºF. Dinyatakan sebagai persentase Zero balance terhadap output maksimum. 24. COMPENSATED TEMPERATURE RANGE Temperatur maksimum yang diperbolehkan dimana Load Cell masih bisa meng-kompensasi terhadap zero dan output maksimal dalam batas tertentu. 25. TOLERANCE Kesalahan maksimum yang masih diperbolehkan pada pengukuran Load cell. 26. ULTIMATE OVERLOAD RATING pembebanan maksimum yang diperbolehkan, dalam persen terhadap kapasitas maksimal tanpa menyebabkan kerusakan struktur Load Cell. 27. ZERO BALANCE Signal output Load cell pada exitasi maksimal dengan kondisi tanpa beban, dinyatakan dalam persentase terhadap output maksimum.
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/