BAB II STUDI PUSTAKA
2.1.
MANAJEMEN PROYEK Manajemen proyek adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari manusia dan material dengan menggunakan tehnik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan, yaitu lingkup, mutu, jadwal, dan biaya, serta memenuhi keinginan para stake holder ( Soeharto, 1999 ) Manajemen Proyek meliputi tiga fase (Heizer dan Render, 2005), yaitu : 1.
Perencanaan. Fase ini mencakup penetapan sasaran, mendefinisikan proyek dan organisasi tim nya.
2. Penjadwalan. Fase ini menghubungkan orang, uang, dan bahan untuk kegiatan khusus dan menghubungkan masing-masing kegiatan satu dengan yang lainnya. 3. Pengendalian Perusahaan mengawasi sumber daya, biaya, kualitas, dan anggaran. Perusahaan juga merevisi atau mengubah rencana dan menggeser atau mengelola kembali sumber daya agar dapat memenuhi kebutuhan waktu dan biaya. Adapun tujuan manajemen proyek adalah sebagai berikut:
II-1
1. Tepat waktu (on time) yaitu waktu atau jadwal yang merupakan salah satu sasaran utama proyek, keterlambatan akan mengakibatkan kerugian, seperti penambahan biaya, kehilangan kesempatan produk memasuki pasar. 2. Tepat anggaran (on budget) yaitu biaya yang harus dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. 3. Tepat spesifikasi (on specification) dimana proyek harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Dalam mencapai sasaran dan tujuan dari proyek yang telah ditentukan terdapat batasan batasan dalam suatu proyek yaitu Triple Constraint atau tiga kendala yang terdiri dari: Biaya/Anggaran (Cost), Waktu (Time), dan Mutu. Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat dipenuhi. Untuk itu diperlukan suatu pengaturan yang baik, sehingga perpaduan antara ketiganya sesuai dengan yang diinginkan, yaitu dengan manajemen proyek (Soeharto, 1997). 2.2.
BIAYA PROYEK Hubungan biaya pelaksanaan untuk sebuah proyek terdiri dari biaya langsung dan biaya tak langsung (Totok Irawan, 2003) : 1. Biaya Langsung Biaya langsung adalah biaya yang langsung berpengaruh terhadap pelaksanaan fisik proyek. Yang termasuk biaya langsung adalah biaya bahan, biaya tenaga kerja, biaya subkontraktor dan biaya peralatan. 2. Biaya Tak Langsung
II- 2
Biaya tak langsung merupakan biaya yang diperlukan untuk keperluan kelangsungan manajemen, pengawasan mutu, dan pembayaran material serta jasa untuk pengadaan bagian
proyek yang tidak akan menjadi
produk/konstruksi permanen, namun diperlukan dalam rangka pelaksanaan proyek. Biaya tak langsung terdiri dari : a.
Biaya Overhead Biaya overhead adalah biaya tambahan yang harus dikeluarkan dalam
pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan, namun tidak berhubungan langsung dengan biaya bahan, peralatan, dan tenaga kerja. Termasuk di dalam biaya overhead adalah: Biaya tender, biaya untuk mengadakan jaminan pelaksanaan, biaya untuk pembayaran premi asuransi, biaya untuk megadakan jaminan uang muka, biaya operasional dan personil proyek. b. Biaya Tak Terduga (Contingency Cost) Biaya tak terduga adalah biaya tambahan yang dialokasikan untuk pekerjaan tambahan yang mungkin terjadi, meskipun belum pasti terjadi, seperti : Kecelakaan kerja, kesalahan metoda kerja, kegagalan pelaksanaan pekerjaan, akibat dari pengaruh tidak menentunya cuaca, penyimpangan kondisi proyek (site). c. Keuntungan (Profit) Keuntungan adalah jasa bagi kontraktor untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai kontrak. d. Pajak (tax)
II- 3
Pajak adalah biaya yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban membayar pajak atas kegiatan proyek yang dilaksanakan. Dalam hal ini pajak berupa antara lain Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% dan Pajak Penghasilan (PPh). 2.3.
NETWORK PLANING Network
planning
pada
prinsipnya
merupakan
hubungan
ketergantungan antara bagian bagian pekerjaan yang digambarkan dalam diagram network, sehingga diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan dan pekerjaan mana yang harus menunggu selesainya pekerjaan yang lain (Soeharto, 1997). Aplikasi atau penerapan network planning pada penyelenggaraan proyek memerlukan persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat dilaksanakan. Persyaratan tersebut adanya kepastian tentang proyek yang harus dilaksanakan. Jika sudah ada ketetapan mengenai proyek yang akan dilaksanakan, maka selanjutnya dilakukan tahap aplikasi network planning yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu: pembuatan desain, pemakaian desain, dan perbaikan desain. Proses menyusun jaringan kerja dilakukan secara berulang-ulang sebelum sampai pada suatu perencanaan atau jadwal yang dianggap cukup realistis. Metode jaringan kerja memungkinkan aplikasi konsep management by exception, karena metode tersebut dengan jelas mengidentifikasikan kegiatan-kegiatan yang bersifat kritis bagi proyek, terutama dalam aspek jadwal dan perencanaan. Umumnya kegiatan kritis tidak boleh lebih dari
II- 4
20% total kegiatan proyek, dan dengan telah diketahuinya bagian ini maka pengelola dapat memberikan prioritas perhatian (Soeharto, 1997). Sistematika proses menyusun jaringan kerja secara ringkas dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.1 Identifikasi lingkup proyek dan menguraikannya menjadi komponen-komponen kegiatan
Menyusun komponen-komponen kegiatan sesuai urutan logika ketergantungan menjadi jaringan kerja
Memberikan perkiraan kurun waktu masingmasing pekerjaan
Identifikasi jalur kritis, float dan kurun waktu penyelesaian proyek
Meningkatkan daya guna dan hasil guna pemakaian sumber daya
Gambar 2.1. Ringkasan langkah-langkah dalam menyusun jaringan kerja (Sumber: Soeharto, 1997) 2.4.
PRESEDEN DIAGRAM METHOD Metode Preseden Diagram/ Preceden Diagram Method (PDM) merupakan penyempurnaan dari CPM (Critical Path Method) karena pada
II- 5
prinsipnya CPM hanya menggunakan satu jenis hubungan aktivitas yaitu hubungan akhir-awal diman sebuah kegiatan dapat dimulai apabila kegiatan yang mendahului selesai. Metode Preseden Diagram adalah jaring kerja yang termasuk kalsifikasi AON (Activity On Node). Kegiatan dan peristiwa pada Metode Preseden Diagram ditulis dalam node.
Gambar 2.2. Bentuk Node Preceden Diagram Method Parameter yang digunakan dalam perhitungan Preceden Diagram Method akan dijelaskan sebagai berikut: ES
adalah waktu mulai paling awal suatu kegiatan (earliest start time).
EF
adalah waktu selesai paling awal suatu kegiatan (earliest finish
time). LS
adalah waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai (latest allowable
start time) LF
adalah waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (latest allowable
finish time).
II- 6
D = Durasi, adalah kurun waktu suatu kegiatan, umumnya dengan satuan waktu hari, minggu, bulan, dan lain- lain. Float adalah waktu selesai paling akhir (LF) – waktu selesai paling awal (EF). Pada Preseden Diagram Method hubungan antara kegiatan berkembang menjadi beberapa kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antar kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya. Ada empat macam konstrain yaitu mulai ke mulai (SS), mulai ke selesai (SF), selesai ke selesai (FF), dan selesai ke mulai (FS). Pada garis konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu mendahului (lead) atau terlambat / tertunda (lag). -
Konstrain mulai ke mulai (SS)
Kegiatan (i) SS (i-j) = a Kegiatan (j) Gambar 2.3. Konstrain SS
-
Konstrain mulai ke selesai (SF) Kegiatan (i) SF (i-j) = b
Kegiatan (j) Gambar 2.4. Konstrain SF
II- 7
-
Konstrain selesai ke selesai (FF) FF (i-j) = c
Kegiatan (i)
Kegiatan (j) Gambar 2.5. Konstrain FF
-
Konstrain selesai ke mulai (FS) Kegiatan (i)
FS (i-j) = d
Kegiatan (j)
Gambar 2.6. Konstrain FS Rumusan yang akan dipakai pada metode preseden diagram adalah sebagai berikut: a. Hitungan maju Rumusan perhitungan maju adalah sebagai berikut : 1)
Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES (j), adalah angka terbesar dari jumlah angka kegiatan yang terdahulu ES (i) atau EF (i) ditambah konstrain yang bersangkutan. ES (j)
= ES (i) + SS (i-j) atau ES (i) + SF (i-j) – D (j) atau EF (i) + FS (i-j) atau EF (i) + FF (i-j) – D (j),
Dari rumusan tersebut dipilih angka yang terbesar.
II- 8
2)
Angka waktu selesai paling awal kegiatan yang sedang ditinjau (EF) (j), adalah sama dengan angka waktu mulai paling awal kegiatan tersebut ES (j), ditambah kurun waktu kegiatan yang bersangkutan D (j). Atau dapat ditulis menjadi : EF (j)
= ES (j) + D (j)
b. Hitungan mundur Rumusan perhitungan mundur adalah sebagai berikut : 1) Hitung LF (i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang sedang ditinjau, yang merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS dan LF ditambah konstrain yang bersangkutan. LF (i)
= LF (j) - FF (i-j) atau LS (j) - FS (i-j) atau LF (j) - SF (i-j) + D (i) atau LS (j) - SS (i-j) + D (i),
Dari keempat rumusan tersebut diambil angka terkecil. 2) Waktu mulai paling akhir kegiatan yang sedang ditinjau LS (i), adalah sama dengan waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut LF (i) dikurangi kurun waktu yang bersangkutan. Atau dapat ditulis menjadi : LS (i)
= LF (i) – D (i)
c. Jalur dan kegiatan kritis Jalur dan kegiatan kritis metode preseden diagram sebagai berikut : 1) Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama. II- 9
ES = LS 2) Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama. EF = LF 3) Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai paling akhir dengan waktu mulai paling awal. LF – ES = D d. Tenggang Waktu Tenggang waktu merupakan ukuran batas toleransi keterlambatan kegiatan atau disebut pula waktu untuk bisa terlambat. Total Float (TF) adalah tenggang waktu maksimum dimana suatu kegiatan dapat ditunda tanpa menunda waktu penyelesaian proyek. Free Float (FF) adalah tenggang waktu maksimum dimana suatu kegiatan dapat ditunda tanpa menunda mulainya kegiatan berikutnya. Total Float dan Free Float dapat dihitung dengan rumus berikut: TF (i-j) = LF (j) – ES (i) – D 2.5.
PERCEPATAN (CRASHING)
2.5.1. Mempecepat Waktu Penyelesaian Proyek Mempercepat waktu penyelesaian proyek adalah suatu usaha menyelesaian proyek lebih awal dari waktu penyelesaian dalam keaadaan normal. Dengan diadakannya percepatan proyek ini akan terjadi pengurangan durasi kegiatan yang akan diadakan crash program. Durasi crashing maksimum suatu aktivitas adalah durasi tersingkat untuk
II- 10
menyelesaikan suatu aktivitas yang secara teknis masih mungkin dengan asumsi sumber daya bukan meru- pakan hambatan (Soeharto, 1997). Durasi percepatan maksimum dibatasi oleh luas proyek atau lokasi kerja, namun ada empat faktor yang dapat dioptimumkan untuk melaksanakan percepatan pada suatu aktivitas yaitu meliputi penambahan jumlah tenaga kerja, penjadwalan kerja lembur, penggunaan peralatan berat dan pengubahan metode konstruksi di lapangan. 2.5.2. Pelaksanaan Penambahan Jam Kerja (Lembur) Waktu kerja normal adalah 8 jam (08.00 – 17.00), sedangkan lembur dilakukan setelah waktu kerja normal. Harga upah pekerja untuk kerja lembur menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP. 102/ MEN/ VI/ 2004 pasal 11 diperhitungkan sebagai berikut : 1. Untuk jam kerja lembur pertama, harus dibayar upah lembur sebesar 1,5 (satu setengah) kali upah satu jam. 2. Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah lembur sebesar 2 (dua) kali upah satu jam. Dari uraian di atas dapat dirumuskan seba-gai berikut : Biaya lembur per hari = (jam kerja lembur pertama x 1,5 x upah satu jam normal) + (jam kerja lembur berikutnya x 2 upah satu jam normal) …………….............(1)
II- 11
2.5.3. Produktivitas Kerja Lembur Secara umum, produktifitas merupakan perbandingan antara output dan input. Dibidang konstruksi, output dapat dilihat dari kuantitas pekerjaan yang telah dilakukan Sedangkan inputnya merupakan jumlah sumber daya yang dipergunakan. Karena peralatan dan material biasanya bersifat standar, maka tingkat keahlian tenaga kerja merupakan salah satu faktor penentu produktivitas. Apabila
dilakukan
kerja
lembur
akan
terjadi
penurunan
produktivitas yang dapat dilihat pada grafik Gambar 2.7
Gambar 2.7. Grafik indeks produktivitas kerja lembur (Sumber : Soeharto, 1997) Dari uraian diatas dapat ditulis sebagai berikut : 𝑃𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑯𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏 =
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆
……………………….(2)
𝑫𝒖𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒏𝒐𝒓𝒎𝒂𝒍
𝑃𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑻𝒊𝒂𝒑 𝒋𝒂𝒎 =
𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑯𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏 𝟖 𝒋𝒂𝒎
……………....(3)
II- 12
Produktifitas harian akibat kerja lembur = (a x b x prod.tiap jam)…………....…(4) Dimana : a = jumlah jam kerja lembur b = koefisien penurunan produktivitas kerja lembur 2.5.4. Proses Crashing Crashing adalah suatu proses disengaja,sistematis, dan analitik dengan cara melakukan pengujian dari semua kegiatan dalam suatu proyek yang dipusatkan pada kegiatan yang berada pada jalur kritis. Proses crashing adalah cara melakukan perkiraan dari variabel cost dalam menentukan pengurangan durasi yang paling maksimal dan paling ekonomis dari suatu kegiatan yang masih mungkin untuk direduksi (Ervianto, 2004). Untuk menganalisis lebih lanjut hubungan antara biaya dengan waktu suatu kegiatan, dipakai beberapa istilah yaitu: Kurun waktu normal/Normal Duration (ND), kurun waktu dipersingkat/Crash Duration (CD), Biaya normal/Normal Cost (NC), dan Biaya untuk waktu dipersingkat/Crash Cost (CC).
II- 13
Gambar 2.8. Grafik hubungan waktu-biaya normal dan dipersingkat untuk satu kegiatan (Sumber: Soeharto, 1997) Titik A pada Gambar 2.8 menunjukkan titik normal, sedangkan titik B adalah titik dipersingkat. Garis yang menghubungkan titik A dengan B disebut kurva waktu biaya. Pada umumnya garis ini dapat dianggap sebagai garis lurus, bila tidak (misalnya, cekung) maka diadakan perhitungan persegmen yang terdiri atas beberapa garis lurus. Seandainya diketahui bentuk kurva waktu-biaya suatu kegiatan, artinya dengan mengetahui berapa slope atau sudut kemiringannya, maka bisa dihitung berapa besar biaya untuk mempersingkat waktu satu hari. Penambahan biaya langsung (direct cost) untuk mempercepat suatu aktivitas persatuan waktu disebut cost slope. Dari uraian di atas dapat ditulis sebagai berikut: Produktifitas harian sesudah crash = (8 jam x prod. tiap jam) + (a x b x prod. tiap jam) …………..……………… (5) Dimana : a = jumlah jam kerja lembur
II- 14
b = koefisien penurunan produktivitas kerja lembur 𝐶𝑟𝑎𝑠ℎ 𝐷𝑢𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝐶𝑟𝑎𝑠ℎ
…………………….…(6)
Normal cost pekerja perjam = harga per satuan pek. x prod. tiap jam………….(7) Normal Cost pekerja perhari = 8 jam x normal cost tiap jam.….………..(8) Normal Cost = Normal Duration x Normal Cost pekerja perhari ….... (9) Crash Cost pekerja = Normal Cost pekerja perhari + biaya lembur perhari ..(10) Crash Cost = Crash Duration x Crash Cost pekerja perhari ……………(11) 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 =
𝐶𝑟𝑎𝑠ℎ 𝑐𝑜𝑠𝑡−𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡
…………………...…….(12)
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝐷𝑢𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛−𝐶𝑟𝑎𝑠ℎ 𝐷𝑢𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
2.5.5. Hubungan Biaya dan Waktu Biaya total proyek adalah penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tak langsung yang digunakan selama pelaksanaan proyek. Besarnya biaya ini sangat tergantung oleh lamanya waktu (durasi) penyelesaian proyek, kedua-duanya berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak dapat diperhitungkan dengan rumus tertentu, tapi pada umumnya makin lama proyek berjalan makin tinggi komulatif biaya tak langsung yang diperlukan (Soeharto, 1997). Pada Gambar 2.9 ditunjukkan hubungan biaya langsung, biaya tak langsung dan biaya total dalam suatu grafik dan terlihat bahwa biaya optimum didapat dengan mencari total biaya proyek yang terkecil
II- 15
Gambar 2.9. Grafik hubungan waktu dengan biaya total, biaya langsung, dan biaya tak langsung (Sumber : Soeharto, 1997)
II- 16