BAB II LANDASAN TEORI
A. Bagi Hasil Tabungan Mudharabah 1. Pengertian Bagi Hasil Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam menentukan bagi hasil di bank syariah. Sebab aspek nisbah merupakan aspek yang disepakati bersama antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Untuk menentukan nisbah bagi hasil, perlu diperhatikan aspek data usaha, kemampua angsuran, hasil usaha dijalankan, nisbah pembiayaan dan distribusi pembagian hasil.27 Bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan yang telah dilakukan oleh pihak-pihak yang melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak bank syariah. Dalam hal ini terdapat dua pihak yang melakukan perjanjian usaha, maka hasil atas usaha yang dilakukan oleh kedua pihak atau salah satu pihak, akan dibagi sesuai dengan porsi masing-masing pihak yang melakukan akad perjanjian.28 Pembagian hasil usaha dalam perbankan syariah ditetapkan dengan menggunakan nisbah. Nisbah yaitu persentase yang disetujui oleh kedua pihak dalam menentukan bagi hasil atas usaha yang dikerjasamakan.29 Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi
27
Muhammad, Manajemen Keuangan Syari’ah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2005), hal. 123 28 Muhammad, Manajemen Keuangan Syari’ah..., hal. 256 29 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 95
25
26
operasional bank syariah secara keseluruhan. Secara syariah, prinsipnya berdasarkan pada kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip ini, bank syariah akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung demikian juga dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung, bank akan bertindak sebagai mudharib (pengelola), sementara penabung sebagai penyandang dana (shohibul maal). Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak. Di sisi lain, dengan pengusaha/peminjam dana, bank Islam akan bertindak sebagai shahibul maal (penyandang dana baik yang berasal dari tabungan/deposito, giro, maupun dana bank sendiri berupa modal pemegang saham). Sementara itu pengusaha/peminjam akan berfungsi sebagai pengelola (mudharib) karena melakukan usaha dengan cara memutar dan mengelola dana bank.30 Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba.31 Secara definitif profit sharing diartikan “distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu perusahaan”. Pada mekanisme bank syariah, pendapatan bagi hasil ini berlaku untuk produk-produk penyertaan, baik penyertaan menyeluruh maupun sebagian-sebagian, atau bentuk bisnis korporasi (kerjasama). 32
30
Muhamad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMPYKPN, 2002), hal. 103-
104 31
Ibid, hal. 101 Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, (Jakarta: Djambatan, 2001), hal. 264 32
27
Pihak-pihak yang terlibat dalam kepentingan bisnis yang disebutkan tadi, harus melakukan transparansi dan kemitraan secara baik dan ideal. Sebab semua pengeluaran dan pemasukan rutin yang berkaitan dengan bisnis penyertaan bukan untuk kepentingan pribadi yang menjalankan proyek. Keuntungan yang dibagihasilkan harus dibagi secara proporsional antara shahibul maal dengan mudharib. Dengan demikian, semua pengeluaran rutin yang berkaitan dengan bisnis mudharabah, bukan untuk kepentingan pribadi mudharib, dapat dimasukkan ke dalam biaya operasional. Keuntungan bersih harus dibagi antara shohibul maal dan mudharib sesuai dengan proporsi yang disepakati sebelumnya dan secara eksplisit disebutkan dalam perjanjian awal. Tidak ada pembagian laba sampai semua kerugian telah ditutup dan ekuiti shohibul maal telah dibayar kembali. Jika ada pembagian keuntungan sebelum habis masa perjanjian akan dianggap sebagai pembagian keuntungan di muka.33 Penerapan distribusi hasil usaha dengan prinsip bagi untung (profit sharing) bukanlah hal yang mudah, karena dalam pelaksanaan sangat diperlukan adanya kesiapan semua pihak. Pihak deposan harus siap menerima bagian kerugian apabila dalam pengelolaan danamudharabah mengalami kerugian yang bukan akibat dari kelalaian mudharib sehingga uang yang diinvestasikan pada bank syariah menjadi berkurang. Di lain pihak, bank syariah sendiri harus secara jujur dan transparan menyampaikan beban-beban yang akan ditanggung dalam pengelolaan
33
Ibid.
28
dana mudharabah, seperti membuat dan menentukan dengan tegas dan jelas beban yang akan dibebankan dalam pegelolaan dana mudharabah baik beban langsung maupun beban tidak langsung. Besar kecilnya bagi hasil yang diperoleh pada kontrak mudharabah mutlaqah bergantung pada: Pendapatan bank, Nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank, nominal deposito nasabah, rata-rata saldo deposito untuk jangka waktu tertentu yang ada pada bank dan jangka waktu deposito karena berpengaruh pada lamanya investasi.34 Selain itu, bank syariah juga harus tertib administrasi sehingga tidak ada kesalahan dalam pengadministrasian dan juga dalam perhitungan unsur-unsur distribusi hasil usaha yang dapat berakibat adanya kesalahan perhitungan hasil usaha yang diberikan kepada shahibul maal.35 Penggunaan basis revenue sharing merupakan ketentuan yang sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dalam fatwa no. 02/DSNMUI/IV/2000 menetapkan bahwa bank sebagai mudharib menutup biaya operasional dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Lain halnya dengan fatwa DSN-MUI, PSAK No.105 tentang mudharabah menetapkan bahwa pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi laba.
34
M. Syafi’i, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Tazkia Cendekia, Gema Insani, 2001), hal. 145 35 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005), hal. 122
29
Jika berdasarkan prinsip bagi hasil maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit), yaitu total pendapatan usaha dikurangi dengan harga pokok penjualan, bukan hanya total pendapatan usaha (omset) saja. Sedangkan jika berdasarkan prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba neto (net profit) yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah. Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya. Faktorfaktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan margin dan bagi hasil antara lain:36 a. Komposisi pendanaan Bagi bank syariah yang pendanaannya sebagian besar diperoleh dari dana giro dan tabungan, nisbah nasabah tidak setinggi pada deposan, maka penentuan keuntungan (margin atau bagi hasil bagi bank) akan lebih kompetitif jika dibandingkan suatu bank yang pendanaannya porsi terbesar berasal dari deposito. b. Tingkat persaingan Jika tingkat kompetisi ketat, porsi keuntungan bank tipis, sedangkan pada tingkat persaingan masih longgar bank dapat mengambil keuntungan lebih tinggi. c. Risiko pembiayaan Untuk pembiayaan pada sektor yang berisiko tinggi, bank dapat 36
111
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta, UPP AMM YKPN 2005), hal.
30
mengambil keuntungan lebih tinggi dibanding yang berisiko sedang apalagi kecil. d. Jenis nasabah Yang dimaksudkan adalah nasabah prima dan nasabah biasa. Bagi nasabah prima, bank cukup mengambil keuntungan tipis, sedangkan untuk pembiayaan kepada para nasabah biasa diambil keuntungan yang lebihtinggi. e. Kondisi perekonomian Jika perekonomian secara umum berada pada kondisi puncak dimana usaha berjalan lancar, maka bank dapat mengambil kebijakan pengambilan keuntungan yang lebih longgar. f. Tingkat keuntungan yang diharapkan perbankan Secara kondisional, hal ini terkait dengan masalah keadaan perekonomian pada umumnya dan juga risiko atas suatu sektor pembiayaan, atau pembiayaan terhadap debitur dimaksud. Namun demikian, apapun kondisinya serta siapapun debiturnya, bank dalam operasionalnya, setiap tahun tentu telah menetapkan berapa besar keuntungan yang dianggarkan. Anggaran keuntungan inilah yang akan berpengaruh pada kebijakan penentuan besarnya margin ataupun nisbah bagi hasil untuk bank itu sendiri.
31
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bagi Hasil Bank Syari’ah Kontrak mudharabah adalah suatu kontrak yang dilakukan oleh minimal dua pihak. Tujuan utama kontrak ini adalah memperoleh hasil investasi. Besar kecilnya hasil investasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor pengaruh tersebut ada yang berdampak langsung dan ada yang tidak langsung.37 a. Faktor Langsung Diantara faktor-faktor langsung (direct factors) yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio). 1) Investment rate merupakan prosentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80%, hal ini berarti 20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas 2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan.
Dana
tersebut
dapat
dihitung
dengan
menggunakan salah satu metode yaitu rata-rata saldo minimum bulanan dan rata-rata total saldo harian. Invesment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan.
37
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001), hal. 139
32
3) Nisbah (profit sharing ratio) a) Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian. b) Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berbeda. c) Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalnya deposito 1bulan, 6 bulan, 10 bulan dan 12 bulan. d) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya. b. Faktor Tidak Langsung Faktor-faktor tidak langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil: 1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah Bank dan nasabah akan melakukan share baik dalam pendapatan maupun biaya. Pendapatan yang dibagihasilkan merupakan pendapatan yang diterima setelah dikurangi biayabiaya. Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing. 2) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting) Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.
33
3. Sumber Dana Bank Syariah Adapun dana bank yang digunakan sebagai alat operasional suatu bank bersumber dari dana-dana sebagai berikut:38 a. Dana pihak pertama, yaitu dana modal sendiri yang berasal dari para pemegang saham. Terdiri dari modal disetor, agio saham, cadangan-cadangan dan laba ditahan. b. Dana pihak kedua, yaitu dana pinjaman dari pihak lain. Terdiri dari dana pinjaman harian dan pinjaman biasa antarbank, pinjaman lembaga non-bank dan pinjaman dari Bank Indonesia. c. Dana pihak ketiga (DPK), yaitu dana berupa simpanan dari pihak masyarakat, Dana ini berupa : 1) Giro Menurut UU No 21 tahun 2008, giro adalah simpanan berdasarkan akad wadiah atau akad lain
yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakuakn setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa Nomor 01/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Giro yang menyatakan bahwa giro yang dibenarkan secara syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.
38
Muhammad, Manajemen Bank..., hal. 79
34
Giro wadiah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip wadiah, yaitu titipan murni yang setiap saat dapat diambil oleh pemiliknya jika menghendaki. Dalam hal ini bank menerapkan prinsip wadiah yad dhamanah, yakni nasabah bertindak sebagai penitip
yang
memberikan
hak
kepada
bank
untuk
memanfaatkan uang titipannya, sedangkan bank bertindak sebagai pihak yang dipercaya untuk mengelola dana titipan tanpa mempunyai kewajiban memberikan bagi hasil dari pengelolaan dana tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan giro mudharabah adalah giro yang dijalankan dengan prinsip mudharabah. Bisa berupa mudharabah mutlaqah maupun mudharabah muqayyadah. Giro yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah, dalam hal ini bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana) sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk mudharabah dengan pihak lain.39 2) Tabungan Menurut UU NO 21 tahun 2008, tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadiah atau investasi dana berdasarkan akad 39
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan,edisi keempat, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2010), hal. 340
35
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau lainnya yang dipersamakan dengan itu.40 Tabungan dalam bank syariah bisa berupa wadiah maupun mudharabah. Tabungan wadiah merupakan tabungan yang bersifat titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat (on call) sesuai kehendak pemilik harta dan nasabah tidak dijanjikan imbalan apapun dan juga tidak menanggung kerugian. Tetapi pihak bank bias memberikan bonus sebagai insentif selama tidak diperjanjikan dalam akad pembukaan rekening. Tabungan mudharabah adalah tabungan yan dijalankan berdasarkan prinsip mudharabah. Tabungan ini bisa berbentuk mudharabah mutlaqah maupun mudharabah muqayyamah. Adapaun yang membedakan keduanya adalah ada atau tidaknya persyaratan yang diberikan oleh pemilik dana kepada bank dalam mengelola dananya.41
40
Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hal. 359 41
36
3) Deposito Deposito adalah simpanan masyarakat pada bank yang jangka waktunya, jatuh temponya ditentukan oleh nasabah.42 Menurut UU No 21 tahun 2008 deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antar nasabah penyimpan dan bank syariah dan/atau UUS. Deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Dalam hal ini bank bertindak sebagai mudharib dan nasabah sebagai shahibul maal. Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan membagi hasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
4. Ketentuan Umum Tabungan Mudharabah Ketentuan umum tabungan ada dua macam berdasarkan pada akad mudharabah dan akad wadiah, berdasarkan mudharabah, yaitu:
42
Muhammad Firdaus, Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah Kontemporer, Cet. ke-1, (Jakarta: Renaisan, ,2005), hal. 44
37
a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain. c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang. d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. f. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
5. Perbedaan Sisem Bnnga dan Bagi Hasil Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan syariah dan non syariah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan maupun yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Oleh karena itu muncullah istilah bunga dan bagi hasil. Persoalan bunga
38
bank yang disebut sebagai riba telah menjadi bahan perdebatan dikalangan pemikir dan fikih islam. Untuk mengatasi persoalan tersebut, sekarang umat islam telah mencoba mengembangkan pardigma perekonomian dalam rangka perbaikan ekonomi umat. Realisasinya adalah beroperasinya bank syariah yang melandaskan sistem bagi hasil. Islam mengharamkan bunga dan menghalalkan bagi hasil. Keduanya memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan mendasar sebagai akibat adanya perbedaan antara investasi dan pembungaan
uang.
Dalam
investasi,
usaha
yang
dilakukan
mengandung risiko, dan karenanya mengandung unsur ketidakpastian. Perbedaan bunga dan bagi hasil dapat digambarkan sebagai berikut.43 Tabel 2.1 Tabel perbedaan sistem bunga dan bagi hasil KETERANGAN Penentuan keuntungan Besarnya prosentase Pembayaran
Jumlah pembayaran Eksistensi
BUNGA Pada waktu perjanjian dengan asumsi harus selalu untung Berdasarkan jumlah uang (modal) yang dipinjamkan Seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan untung atau rugi Tetap tidak mengikat walau keuntungan berlipat Diragukan oleh al-kitab dan pemuka agama
BAGI HASIL Pada waktu akad dengan pedoman kemungkinan untung rugi Berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh Bergantung pada keuntungan proyek bila rugi di tanggung bersama Sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan Tidak ada yang meragukan keabsahannya
Sumber: Wirdyaningsih44
hal. 40
43
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2005),
44
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi.., hal. 41
39
6. Definisi Mudarabah Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka. Jika usaha mengalami kerugian, maka seluruh kerugian di tanggung oleh pemilik dana, kecuali ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana.45 Kontrak mudharabah adalah suatu kontrak yang dilakukan oleh minimal dua pihak. Tujuan utama kontrak ini adalah memperoleh hasil investasi. Besar kecilnya hasil investasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut ada yang berdampak langsung dan ada yang tidak langsung.46 a. Faktor Langsung Diantara faktor-faktor langsung (direct factors) yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana
yang
tersedia dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio). b. Faktor Tidak Langsung 1) Faktor tidak langsung yang mempengaruhi bagi hasil penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah. 2) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akutansi).
45
Muhammad, Manajemen Keuangan Syari’ah Analisis Fiqh & Keuangan, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014, hal. 231 46 Ibid, hal. 101
40
B. Profitabilitas 1. Pengertian Profitabilitas Sebagaimana dengan Bank Umum lainnya, tugas utama Bank Syariah
dalam
upaya
pencapaian
keuntungan
adalah
dengan
mengoptimalkan laba, meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup. Tingkat laba yang dihasilkan oleh bank dikenal dengan istilah profitabilitas. Profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen asset dan utang pada hasil operasi.47 Definisi profitabilitas menurut Dendawijaya profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efesiensi usaha dan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi perusahaan yang bersangkutan.48 Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam mencari keuntungan dari penggunaan modalnya. Menurut Martono dan Harjito menambahkan bahwa, “profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut”.49 Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan 47
Eugene F. Brigham, Joel F. Houston, Dasar-dasar Manajemen Keuangan Buku 1 (edisi II), (Jakarta: Salemba Empat, 2012), hal. 146 48 Dendawijaya, Lukman, Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 118 49 Hartono, harjito, Manajemen Keuangan, (Yogyakarta, Liberty, 2003), hal. 18
41
profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin. Profitabilitas sebagai tolak ukur dalam menentukan alternatif pembiayaan, namun cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam dan sangat tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan dibandingkan dari laba yang berasal dari opersai perusahaan atau laba netto sesudah pajak dengan modal sendiri. Dengan adanya berbagai cara dalam penelitian profitabilitas suatu perusahaan tidak mengherankan bila ada beberapa perusahaan yang mempunyai perbedaan dalam menentukan suatu alternatif untuk menghitung profitabilitas. Hal ini bukan keharusan tetapi yang paling penting adalah profitabilitas mana yang akan digunakan, tujuannya adalah semata-mata sebagai alat mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam perusahaan yang bersangkutan. Dari
pendapat
tersebut
disimpulkan
bahwa
profitabilitas
merupakan kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba dengan menggunakan modal yang cukup tersedia. Kinerja manajerial dari setiap perusahaan akan dapat dikatakan baik apabila tingkat profitabilitas perusahaan yang dikelolanya tinggi ataupun dengan kata lain maksimal, dimana profitabilitas ini umumnya selalu diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan. Rasio profitabilitas dapat diukur dari dua pendekatan yakni pendekatan penjualan dan pendekatan investasi.
42
Ukuran yang banyak digunakan adalah return on asset (ROA) dan return on equity (ROE), rasio profitabilitas yang diukur dari ROA dan ROE mencerminkan daya tarik bisnis (bussines attractive). Return on asset (ROA) merupakan pengukuran kemampuan perusahaaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. ROA digunakan untuk melihat tingkat efisiensi operasi perusahaan secara keseluruhan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik suatu perusahaan. Salah satu ukuran rasio profitabilitas yang sering juga digunakan adalah return on equity (ROE) yang merupakan tolak ukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan total modal sendiri yang digunakan. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi investasi yang Nampak pada efektivitas pengelolaan modalsendiri. Untuk itu, maka dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio profitabilitas tersebut terdiri dari Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE). a. Return on Assets (ROA) Return On Assets (ROA) adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan aspek earning atau profitabilitas. ROA berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Semakin besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka semakin efesien penggunaan aktiva sehingga akan memperbesar laba. Laba yang besar
43
akan menarik investor karena perusahaan memiliki tingkat kembalian yang semakin tinggi.50 Tabel 2.2 Skala Predikat, Rasio Dan Nilai Kredit Untuk ROA No 1 2 3 4
Predikat Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat
Rasio 1,22% - 1,5% 0,99% - <1,22% 0,77% - <0,99% 0% - <0,77%
Nilai kredit 81 – 100 66 - <81 51 - <66 0 - < 51
Sumber : Harmono yang berjudul Manajemen keuangan berbasis Balance Scorecard 51
Return On Asset (ROA) adalah rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu, ROA memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan
karena
menunjukkan
efektifitas
manajemen
dalam
menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.52 Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 23./DPNP tanggal 31 Mei 2004, ROA merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva.53 ROA = Laba Bersih x 100% Aktiva Rasio ini sangat penting, mengingat keuntungan yang memadai diperlukan untuk mempertahankan arus sumber-sumber modal bank (Dahlan Siamat, 2005). Dalam hal ini profitabilitas yang diukur adalah profitabilitas perbankan yang mencerminkan tingkat efisiensi usaha 50
Munawir, Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4. (Yogyakarta: Liberty, 2010), hal.74. Harmono, manajemen keuangan..., hal. 120 52 Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012, hal.201. 53 Surat Edaran Bank Indonesia No. 23./DPNP tanggal 31 Mei 2004, tentang Sistem Penilaian Kesehatan Perbankan. 51
44
perbankan. Biasanya apabila profitabilitas tinggi akan mencerminkan laba yang tinggi dan ini akan mempengaruhi pertumbuhan laba bank tersebut.Perubahan rasio ini dapat disebabkan antara lain:54 1) Lebih banyak asset yang digunakan, hingga menambah operating income dalam skala yang lebih besar. 2) Adanya
kemampuan
manajemen
untuk
mengalihkan
portofolio/surat berharga ke jenis yang menghasilkan income yang lebih tinggi. 3) Adanya kenaikan tingkat bunga secara umum. 4) Adanya pemanfaatan aset-aset yang semula tidak produktif menjadi aset produktif.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya tingkat profitabilitas antara lain adalah sebagai berikut: 55 a. Profit margin, yaitu perbandingan antara “net operating income” dengan “Net Sales”. b. Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha), yaitu kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu. Penilaian profitabilitas adalah proses untuk menentukan seberapa baik kegiatan bisnis dilaksanakan, untuk mencapai tujuan strategis, 54
Mabruroh, Manfaat dan Pengaruh Rasio Keuangan dalam Analisis Kinerja Keuangan Perbankan, Volume 8, No. 1, (BENEFIT, Jurnal Manajemen dan Bisnis, 2004), hal. 37-51 55 Ibid. hal. 78
45
mengeliminasi pemborosan dan menyajikan informasi tepat waktu untuk melaksanakan penyempurnaan secara berkesinambungan. Profitabilitas keuangan perusahaan dideskripsikan dalam bentuk laporan laba rugi yang merupakan bagian dari laporan keuangan korporasi yang dapat digunakan oleh semua pihak yang berkepentingan untuk membuat keputusan ekonomi. Berdasarkan financial report yang diterbitkan perusahaan, selanjutnya dapat digali informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, struktur permodalan, aliran kas, kinerja keuangan dan informasi lain yang mempunyai relevansi dengan laporan keuangan perusahaan.
3. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pihak pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan. Tujuan dan manfaat penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu:56 a. Untuk
mengukur
atau
menghitung
laba
yang
diperoleh
perusahaan dalam periode tertentu. b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu kewaktu.
56
Kasmir, Manajemen..., hal. 315
46
d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. e. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan. Baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
4. Pengaruh Profitabilitas terhadap Tingkat Bagi Hasil Tabungan Mudharabah. Dalam penelitian ini, Rasio Profitabilitas Return On Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan
dengan
memanfaatkan
aktiva
yang
dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap Tingkat Bagi Hasil Tabungan Mudharabah. Semakin besar tingkat keuntungan (ROA) yang didapat oleh Bank, maka semakin besar pula upaya manajemen menginvestasikan keuntungan tersebut dengan berbagai kegiatan yang menguntungkan manajemen, terutama dangan penyaluran pembiayaan. Selain itu semakin besar suatu Bank menghasilkan laba maka return bagi hasil yang diberikan Bank Syariah besar berarti Bank sudah efektif dalam mengelola asetnya.57 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
57
Pratami Wuri Arianti Novi, “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF) dan Return On Asset (ROA) terhadap pembiayaan pada perbankan syariah”, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2011) download http://eprints.undip.ac.id/32445 diakses pada tanggal 7 Februari 2017
47
oleh Oetari Andari58 dan Siti Rahayu59 yang menyatakan bahwa profitabilitas yang diwakili oleh Return on Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil tabungan mudharabah pada bank umum syariah yang sudah dilisting pada Bank Indonesia. Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumya, menunjukkan bahwa ROA bukan merupakan prediktor dari Tingkat Bagi Hasil Tabuungan Mudharabah. C. Efisiensi Operasional 1. Pengertian Efisiensi Operasional Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu. Di samping itu, dengan adanya pemisahan antara unit dan harga ini, dapat diidentifikasi berapa tingkat efisiensi teknologi, efisiensi alokasi, dan total efisiensi. Dengan diidetifikasikannya alokasi input dan
58
Oetari Andari Prakoso, Pengaruh Rasio Kinerja Keuangan terhadap Tingkat Bagi Hasil Tabungan Mudharabah pada Bank Umum Syariah yang dilisting oleh Bank Indonesia, (Pekanbaru: Riau University, 2016), hal. 1589 download http://jom.unri.ac.id/JOMVEKON diakses pada 18 Januari 2017 59 Siti Rahayu, Pengaruh Return on Asset, BOPO, Suku Bunga dan Capital Adequacy Ratio terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Perbankan Syariah, (Semarang: UIN Sunan Kalijaga, 2013), hal. 10 download http://jurnal.unpand/../204.ac.id diakses pada 18 Januari 2017
48
output, dapat dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab ketidak efisiensian. Efisiensi dapat ditinjau dari dua segi yaitu: a. Dari segi hasil (output) Efisiensi ditinjau dari segi hasil yaitu hasil minimum yang dikehendaki ditetapkan terlebih dahulu. Kemudian pengorbanan maksimalnya juga ditetapkan. Ini merupakan batas normal pengorbanan. Jika pengorbanan lebih sedikit daripada yang ditetapkan, ini termasuk efisien. Tetapi jika pengorbanannya lebih banyak, itu termasuk tidak efisien. b. Dari segi pengorbanan (input) Efisiensi dari segi pengorbanan normal yaitu dengan pengorbanan (input) yang ada atau yang ditetapkan, kemudian ditetapkan hasil minimum yang harus dicapai. Jika hasil yang dicapai dibawah hasil hasil minimum, cara kerjanya termasuk tidak efisien. Apabila hasil yang dicapai persis sama dengan hasil minimum yang ditetapkan, cara kerjanya termasuk normal. Tetapi jika hasil yang dicapai lebih dari hasil minimum yang telah ditetapkan, cara kerjanya termasuk efisien.60 Perusahaan dapat dikategorikan efisien tergantung dari cara manajemen memproses input menjadi output. Perusahaan yang efisien
60
Ayu Arina Rohmatin, Pengaruh Beban Operasional, Pendapatan Operasional Dan Dan Rasio Kecukupan Modal Terhadap Pertumbuhan Laba Bersih Pada Bank Muamalat Indonesia, (Tulungagung: IAIN Tulungagung, 2015), download http://repo.iaintulungagung.ac.id/1679 diakses pada 3 Januari 2017
49
adalah perusahaan yang dapat memproduksi lebih banyak output dibandingkan dengan pesaingnya dengan sejumlah input yang sama atau mengkonsumsi input lebih rendah untuk menghasilkan sejumlah output yangsama. Salah satu untuk menghitung Efisisensi adalah dengan rasio BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional). BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya. Berbagai angka pendapatan dan pengeluaran dari laporan rugi laba dan terhadap angka-angka dalam neraca. Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi.61 Yang termasuk beban operasional adalah semua jenis biaya yang berkaitan langsung dengan kegiatan usaha bank. Beban operasional terdapat dalam laporan laba rugi yang diperoleh dengan menjumlahkan biaya bagi hasil, biaya tenaga kerja, biaya umum dan administrasi, biaya penyusutan dan penyisihan aktiva produktif, biaya sewa gedung dan inventaris dan lain sebagainya.62 Sedangkan yang termasuk pendapatan operasional adalah semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar telah diterima. Pendapatan operasional didapat dalam laporan laba rugi yang diperoleh dengan menjumlahkan pendapatan jual beli, 61
Dendawijaya, Lukman, Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 120. 62 Dendawijaya, Lukman, Manajemen Perbankan..., hal. 111
50
pendapatan sewa, pendapatan bagi hasil, pendapatan administrasi dan pendapatan operasional lainnya yang terdiri dari provisi dan komisi serta deviden yang diterima dari saham yang dimiliki. Ketentuan tingkat BOPO menurut Bank Indonesia sebagai berikut: Tabel 2.3 Klasifikasi Tingkat BOPO Menurut BI Tingkat BOPO Dibawah 93,52 % 93,52% - 94,72% 94,72% - 95,92% Diatas 95,92%
Predikat Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat
Sumber: www.bi.go.id
Selain sebagai indikator kinerja dan kesehatan bank, efisiensi yang diwakili oleh rasio BOPO juga memberikan gambaran mengenai: 1) Kemampuan manajemen perbankan dalam mengelola sumber daya (aktiva) yang ada untuk menghasilkan keuntungan optimal. Semakin rendah BOPO maka semakin tinggi efisiensi operasional bank dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan laba. 2) Kemampuan bank dalam hal pengendalian biaya. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya. Sebaliknya, tingginya BOPO mengindikasikan ketidakmampuan bank dalam mengendalikan biaya. 3) Kemampuan bank dalam menghasilkan profitabilitas. BOPO yang rendah mencerminkan tingginya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional sehingga mampu mendorong naiknya profitabilitas.
51
4) Kamampuan bank dalam meminimalkkan rasio operasional. Risiko operasional berasal dari kerugian operasional bila terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk yang ditawarkanoleh bank. Rendahnya BOPO menunjukkan tingginya kemampuan bank dalam meminimalkan risiko operasional.
2. Rasio
BOPO
(Biaya
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional Pada bank, beban operasional umumnya terdiri dari biaya bunga (beban bagi hasil yang dibayarkan oleh pihak bank kepada nasabah yang menyimpan uangnya di bank dalam bentuk dana pihak ketiga seperti giro, tabungan, dan deposito), biaya administrasi, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dsb. Sedangkan pendapatan operasional bank umumnya terdiri dari pendapatan bunga (diperoleh dari pembayaran angsuran pembiayaan dari nasabah), komisi, dsb. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
dan
kemampuan perbankan
dalam
melakukan
kegiatan
operasinya. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sering disebut rasio efisiensi digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen
perusahaan
dalam
mengendalikan
biaya
operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini
52
berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yangbersangkutan. Rasio BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut:63
3. Pengaruh Efisiensi Operasioan terhadap Tingkat Bagi Hasil Tabungan Mudharabah.
Hasil akhir dari aktivitas bank akan menghasilkan biaya dan juga pendapatan operasional. Kedua hal ini mempengaruhi tingkat efisiensi operasional bank yaitu kemampuan untuk menghasilkan keuntungan dari pengguna aktiva agar dapat menutup biaya-biaya operasional. Semakin efisien biaya operasional, maka semakin efisien pula bank tersebut dalam menghasilkan keuntungan. Tingkat efisiensi operasional diukur dengan rasio BOPO. Semakin rendah BOPO menunjukkan semakin tinggi efisiensi operasional bank yakni semakin efisien aktiva bank dalam menghasilkan keuntungan yang ditunjukkan dengan meningkatnnya profitabilitas bank yang mendororng semakin besarnya tingkat bagi hasil yang dibagikan. Sebaliknya, semakin tingginya rasio BOPO mencerminkan inefisiensi operasional bank yang ditandai dengan tingginya beban operasional dan akan berakibat pada berkurangnya laba dan menurunkan profitabilitas yang mengakibatkan mennurunnya tingkat bagi hasil yang akan dibagikan.
63
Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2009), hal. 79
53
Semakin besar BOPO menunjukkan kurang efisiensi bank dalam menjalankan kegiatan operasionalnya karena biaya operasional yang harus ditanggung lebih besar daripada pendapatan operasional yang diperoleh sehingga ada kemungkinan modal digunakan untuk menutupi biaya operasional yang tidak tertutup oleh pendapatan operasional.64 Jika modal semakin besar yang digunakan pada biaya operasional maka dana yang disalurkan semakin sedikit dan akan mengurangi bagi hasil pada tabungan mudharabah pula. Semakin tinggi efisiensi operasional yang dicapai bank, berarti semakin efisien aktivitas bank dalam menghasilkan keuntungan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar rasio BOPO, maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah juga semakin besar dan keuntungan bank menurun maka tingkat besar kecilnya bagi hasil bank juga menurun. Hal ini sesuai dengan penelitian Yuliani65 bahwa BOPO memiliki pengaruh signifikan negative terhadap profitabilitas. Dan dari penelitian ini maka semakin kecil tingkat profitabilitas bank maka semakin kecil pula tingkat bagi hasil yang di berikan pada nasabah.
D. Likuiditas 1. Pengertian Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata 64
Faisal Abdullah, Manajemen Perbankan..., hal. 56 Yuliani, Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas Pada Sektor Perbankan Yang Go Publik Di Bursa Efek Jakarta, (Semarang: Universitas Diponegoro 2007) 65
54
lain, dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Semakin besar rasio ini semakin likuid.66 Likuiditas merupakan suatu hal yang sangat penting bagi bank untuk dikelola karena akan berdampak kepada profitabililitas serta keberlanjutan dan kelangsungan usaha suatu bank. Begitu pentingnya likuiditas ini, sehingga ditetapkan sebagai salah satu risiko yang harus dikelola dengan baik oleh bank. Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”. Secara umum pengertian likuiditas (liquidity) mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.67
2. Rasio Financing to Depodit Ratio (FDR) Dalam perbankan syariah, Loan to Deposit Ratio (LDR) dikenal dengan Financing to Deposit Ratio (FDR). Financing to Deposit Ratio adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dan pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. Rasio ini dipergunakan untuk mengukur sampai sejauh mana dan pinjaman yang bersumber dari dana pihak ketiga. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut. Sehingga semakin tinggi angka FDR suatu bank, berarti digambarkan sebagai bank yang kurang
66 67
Kasmir, Manajemen..., hal. 315 Munawir, Analisis Laporan Keuangan, (Yogyakarta: Liberty, 2002), hal. 31
55
likuid dibanding dengan bank yang mempunyai angka rasio lebih kecil.68 Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No 26//BPPP tanggal 29 Mei 1993, besarnya Financing to Deposit Ratio ditetapkan Bank Indonesia tidak melebihi 110%.69 Hal ini berarti bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 110%. Semakin besar penyaluran dana dalam bentuk kredit dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya risiko yang ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Apabila kredit/pembiayaan yang disalurkan mengalami kegagalan atau bermasalah, bank akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan dana yang dititipkan oleh masyarakat.70 Financing to Deposits Ratio (FDR) merupakan rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga yang menggambarkan sejauh mana simpanan digunakan untuk pemberian pembiayaan yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas perbankan syariah dengan membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah deposit yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini, maka tingkat likuiditas Bank semakin rendah, karena jumlah dana yang digunakan untuk membiayai kredit semakin kecil, demikian pula sebaliknya. Penelitian Fauzan71 mengenai Financing
68
Veithzal Rivai, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara: 2010), hal. 784-785 69 Kasmir, Manajemen..., hal. 272 70 Khaerul Umam, Manajemen Perbankan Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal. 256 71 Fauzan Al Farizi, Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Likuiditas dan Bagi Hasil terhadap Deposito Mudharabah, (Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia STEISIA, 2016) hal. 12 download http://ejournal.stiesia.ac.id/jira/article/view/1693 diakses pada 19 Februari 2017
56
to Deposits Ratio (FDR) menunjukan hasil bahwa Financing to Deposits Ratio (FDR) tidak berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah, sedangkan penelitian Popy Turlina72 menunjukan bahwa Financing to Deposits Ratio (FDR) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Dalam mengelola likuiditas, selalu akan
terjadi benturan
kepentingan antara keputusan untuk menjaga likuiditas dan meningkatkan pendapatan. Bank yang selalu berhati-hati dalam menjaga likuiditas akan cenderung memelihara alat likuid yang relatif lebih besar dari yang diperlukannya namun disisi lain bank juga dihadapkan pada biaya yang besar berkaitan dengan pemeliharaan alat likuid yang berlebihan. 73 Rasio likuiditas sering digunakan oleh perusahaan maupun investor untuk mengetahui
tingkat
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajibannya. Berikut adalah jenis rasio likuiditas yang lazim digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.74 Rumus yang digunakan sesuai SE No.6/23/DPNP tahun 2004 yaitu: 75
x100%
Perhitungan rasio likuiditas ini cukup memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak yang 72
Popy Turlina Sri Handayani, Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Bank Syariah Pada PT Bank Muamalat Indonesia, (Jurnal Akuntansi Dan Investasi, Vol X No.2, 2009), hal. 116-126 download http://digilib.uin-suka.ac.id/2464 diakses pada 27 Januari 2017 73 Veithzal Rifai, Islamic..., hal. 548 74 Hery, Analisis Laporan...,hal. 178 75 Binti Nur Asiyah, Manajemen Pembiayaan ..., hal. 75-76
57
paling berkepentingan adalah pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan untuk menilai kinerja perusahaannya. Ada pihak luar perusahaan juga memiliki kepentingan, seperti pihak kreditor
atau
penyedia
atau
dana
bagi
perusahaan,
misalnya
perbankan
jugadistributor maupun supplier. Oleh karena itu, perhitungan rasio likuiditas tidak hanya berguna bagi perusahaan, namun juga bagi pihak luar perusahaan. Berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas menurut Kasmir:76 a. Untuk mengukur kemampuan perusahaan mambayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulantertentu). b. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur dibawah satu tahun atau sama dengan satu tahun,dibandingkan dengan aktivalancar. c. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebihrendah. d. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang
76
Kasmir, Analisis Laporan..., hal. 132
58
ada dengan modal kerjaperusahaan. e. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. f. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang. g. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapaperiode. h. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masingmasing komponen yang ada di aktiva lancar dan utanglancar. i. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saatini.
3. Pengaruh
Likuiditas
terhadap
tingkat
bagi
hasil
tabungan
mudharabah. Dalam penetapan bagi hasil, logika yang menjadi acuan utama adalah pendapatan. Semakin tinggi pendapatan yang diperole, maka akan semakin tinggi return bagihasilnya. Faktor yang menjadi sumber pendapatan adalah aset produktif dalam bentuk pembiayaan (earning assets). Semakin banyak dana yang bisa disalurkan kepada pembiayaan berarti semakin tinggi earning assets, artinya dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat disalurkan kepada pembiayaan yang produktif (tidak banyak aset yang menganggur). Hal ini tercermin dari tingkat financing to deposit ratio (FDR) bank. Bila rasio semakin tinggi, FDR akan berpengaruh meningkatkan perolehan pendapatan
59
sehingga bank syariah akan memberikan return bagi hasil yang tinggi untuk investor atau deposan. Berdasarkan penelitian Riki Antariksa, jika manajemen bank syariah bermaksud meningkatkan profitabilitas, maka salah satu hal yang dapat dilakukan adalah meningkatkan FDR.77 Peningkatan FDR yang tinggi mencerminkan berjalannya funfsi intermediasi bank syariah bagi masyarakat. Hal ini juga sejalan dengan penelitian molyneux dan thornton yang menemukan hubungan negatif yang signifikan antara tingkat likuiditas dengan profitabilitas. Yang mana akan berpengaruh juga dengan pembagian margin yang diperoleh.
E. Hakikat Analisis Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Setelah data transaksi dicatat ke dalam jurnal dan diposting ke dalam buku besar (ledger), laporan akuntansi disiapkan untuk memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan (users), terutama sebagai dasar pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan kelak.78 Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut.79 Laporan keuangan menjadi bahan informasi bagi pemaikainya sebagai
77
Antariksa Riki, Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas Studi Kasus Pada Bank Muamalat, 2005. 78 Hery, Analisis Laporan...,hal. 3 79 Fahmi, AnalIsis Laporan Keuangan, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 2
60
salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan atau sebagai laporan pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan perusahaan.80 Di samping itu, laporan keuangan juga digunakan untuk memenuhi tujuantujuan lain yaitu sebgai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Agar pembaca laporan keuangan memperoleh gambaran yang jelas, maka laporan keuangan yang disusun harus didasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim.81 a. Komponen Laporan Keuangan, Komponen laporan keuangan bank syariah yang lengkap, diantaranya: 1) Neraca, menggambarkan keadaan harta bank, kewajiban atau hutang bank serta modal bank pada akhir periode tertentu. 2) Laporan laba rugi, menggambarkan posisi hasil usaha suatu bank, berupa pendapatan yang diterima serta pengeluaran pada periode tertentu. 3) Laporan arus kas, menunjukkan penerimaan dan pengeluaran selama periode tertentu yang dikelompokkan dalam aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. 4) Laporan perubahan ekuitas, menunjukkan perubahan ekuitas bank yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan bank selama periode pelaporan.82
80
Muhammad, Akuntansi Syariah: Teori dan Praktik untuk Perbankan Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013), hal. 76 81 Zaki Baridwan, Intermediate Accounting: Edisi 8, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2008), hal. 17 82 Moh. Ramli Fuad dan M. Rustan D.M, Akuntansi Perbankan: Petunjuk Praktis Operasional Bank, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), hal. 19
61
5) Laporan perubahan dana investasi terikat, memisahkan dana investasi terikat berdasarkan sumber dana dan memisahkan investasi berdasarkan jenisnya.83 6) Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil, rekonsiliasi antara pendapatan dan bagi hasil yang merupakan rekonsiliasi antara pendapatan bank syariah yang menggunakan dasar akrual dengan pendapatan yang dibagihasilkan kepada pemilik dana yang menggunakan dasar kas.84 7) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infak, dan shadaqah, periode yang dicakup dalam laporan sumber-sumber dan penggunaan dan zakat dan dana sumbangan harus diungkapkan.85 8) Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan, harus diungkapkan hal-hal yang meliputi periode, saldo qard yang beredar dan dana-dana yang tersedia pada awal periode berdasarkan jenisnya, jumlah dan sumbersumber dan penggunaan dana yang disumbangkan, jumlah dan penggunaan dana-dana selama periode berdasarkan jenisnya serta saldo dana qard yang beredar dan dana yang tersedia pada akhir periode. 9) Catatan atas laporan keuangan, mengungkapkan semua informasi dan material yang perlu untuk menjadikan laporan keuangan
83
Ikit, Akuntansi Penghimpunan Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Deepublish, 2015),
hal. 169 84
Ibid, hal. 171 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah Edisi Revisi, (Jakarta: Azkia Publisher, 2009), hal. 92 85
62
tersebut memadai, relevan dan bisa dipercaya (andal) bagi para pemakainya.86 b. Analisis Laporan Keuangan Bank Syariah Gambaran kinerja suatu bank pada umumnya biasanya tercermin dalam laporan keuangannya. Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (pengguna laporan keuangan) dalam pengambilan keputusan ekonomi yang rasional, seperti: Shahibul maal / pemilik dana, Pihak-pihak yang memanfaatkan dan menerima penyaluran dana, Pembayar zakat, infaq, dan shadaqah, Pemegang saham, Otoritas pengawasan, Bank Indonesia, Pemerintah, Lembaga penjamin simpanan, Masyarakat. 87
2. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan
keseluruhn
dari
laporan
keuangan
adalah
untuk
memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor, dalam pengambilan
keputusan
investasi
dan
kredit.
Investor
sangat
berkepentingan terhadap laporan keuangan yang disusun investee terutama dalam hal pembagian deviden, sedangkan kreditor berkepentingan dalam hal pengembalian jumlah pokok pinjaman berikut bunganya. Investor dan kreditor juga sangat tertarik terhadap informasi mengenai besarnya arus kas yang dimiliki investee dan debitur di masa mendatang. Laporan 86 87
Ibid, hal 94 Muhammad, Akuntansi Syariah..., hal. 423
63
keuangan juga seharusnya memberikan informasi mengenai aset, kewajiban dan modal perusahaan untuk membantu investor dan kreditor serta pihak-pihak lain dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahan keuangan
perusahaan,
serta
tingkat
likuiditas
dan
solvabilitas
perusahaan.88 Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sedangkan tujuan umum laporan keuangan adalah:89 a. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban perusahaan dengan maksud: 1) Untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan. 2) Untuk menunjukkan posisi keuangan dan investasi perusahaan. 3) Untuk
menilai
kemampuan
perusahaan
dalam
melunasi
kewajibannya. 4) Menunjukkan
kemampuan
sumber
daya
yang
ada
untuk
pertumbuhan perusahaan. b. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba, dengan maksud: 1) Memberikan gambaran tentang jumlah deviden yang diharapkan pemegang saham. 88 89
Hery, Analisis Laporan..., hal. 5 Ibid, hal. 6
64
2) Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada
kreditor,
supplier,
pegawai,
pemerintah
dan
kemampuannya dalam mengumpulkan dana untuk kepentingan ekspansi perusahaan. 3) Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengendalian. 4) Menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba jangka panjang. c. Memungkinkan
untuk
menaksir
potensi
perusahaan
dalam
menghasilkan laba. d. Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan aset dan kewajiban. e. Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan oleh para pemakai laporan.
F. Penelitian Terdahulu Dalam studi literaur ini, penulis mencantumkan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh pihak lain sebagai bahan rujukan dalam mengembangkan materi yang ada dalam penelitian yang dibuat oleh penulis. Beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki korelasi dengan penelitian ini terkait dengan pengaruh Profitabilitas, Efisiensi dan Likuiditas terhadap Tingkat Bagi Hasil Tabungan Mudharabah (Studi kasus di Bank muamalat Tbk). Dalam penelitian ini, akan dianalisis tingkat profitabilitas, efisiensi
65
operasional dan likuiditas terhadap tingkat bangi hasil tabungan mudharabah bank muamalat dengan menggunakan rasio keuangan dari tahun 2014-2016. Dan dari penelitian yang diharapkan dapat diketahui tingkat bagi hasil tabungan mudharabah bank muamalat, serta pertumbuhan tingkat bagi hasil tabungan mudharabah selama 6 tahun tersebut. Pertama penelitian Andriyani Isna Khoiriyah (2013) tentang “Analisis Pengaruh Return On Asset, Bopo, Dan Suku Bunga Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah periode tahun 20092011”.Dari penelitian yang dilakukan dengan hasil bahwa: a. Berdasarkan uji F, menunjukkan bahwa Return on Asset (ROA), BOPO, dan suku bunga secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada bank umum syariah periode 2009-2011. b. Berdasarkan uji t, menunjukkan bahwa secara parsial variabel Return on Asset (ROA) dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah, serta BOPO tidak berpengaruh terhadap bagi hasil deposito mudharabah.90 Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan adalah rasio ROA, BOPO dan FDR yang menilai pengaruh pada tingkat bagi hasil tabungan mudharabah dan objek yang digunakan adalah Bank Muamalat dari periode 2011-2016.
90
Penelitian Andriyani Isna Khoiriyah, Analisis Pengaruh Return On Asset, Bopo, Dan Suku Bunga Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah periode tahun 2009-2011, (Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional, 2013), hal. 69 download http://journal.unikal.ac.id.index.php.ekonomi diakses pada 27 Januari 2017
66
Kedua penelitian Siti Juwariyah (2008) tentang "Analisis Pengaruh Profitabilitas Dan Efisiensi Terhadap Tingkat Bagi Hasil Tabungan Dan Deposito Mudharabah Mutlaqah (Studi pada Bank Muamalat Indonesia Tbk)". Penelitian dilakukan di Bank Muamalat Indonesia Tbk. Sampel penelitian adalah laporan keuangan per 3 bulan yaitu bulan Maret, Juni, September, dan Desember dari tahun 2000-2007. Data diuji dengan uji asumsi klasik. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat pengaruh Return on Asset secara parsial terhadap tingkat bagi hasil simpanan mudharabah, (2) terdapat pengaruh BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) secara parsial terhadap tingkat bagi hasil simpanan mudharabah, dan (3) terdapat pengaruh Return on Asset dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) secara simultan terhadap tingkat bagi hasil simpanan mudharabah.91 Perbedaaan dengan penelitian ini adalah pada variabel ke X3 ada variabel likuiditas yang mana penelitian ini sama-sama menilai pengaruh pada tingkat bagi hasil tabungan mudharabah periode yang digunakan pada penelitian ini adalah periode 2014-2016. Penelitain ini sama-sama menggunakan analisis regresi berganda. Ketiga penelitian Popy Turlina Sri Handayani dan Ahim Abdurahim (2009) tentang “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Bank Syariah pada PT Bank Muamalat Indonesia 91
Siti Juwariyah, Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Efisiensi Terhadap Tingkat Bagi Hasil Tabungan dan Deposito Mudharabah Studi kasus pada Bank Muamalat, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2008), hal. 83-84 download http://digilib.uin-suka.ac.id/2464 diakses pada 27 Januari 2017
67
Tbk dan PT Bank Syariah Mega Indonesia periode 2006-2008”. Dalam penelitian ini menggunakan variabel bebas yaitu rasio profitabilitas ROA dan ROE, rasio likuiditas FDR dan DPK, rasio efisiensi BOPO dan NIM. Rasio kecukupan modal CAR. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara slimultan terdapat pengaruh ROA, ROE, FDR, DPK, BOPO, NIM, dan CAR terhadap tingkat bagi hasil simpanan mudharabah bank syariah.92 Perbadaan dengan penelitian ini adalah tidak menggunakan rasio DPK dan NIM dan sama-sama menggunakan
variabel
terikat
pada
tingkat
Bagi
Hasil
Tabungan
Mudharabah. Keempat penelitian Oetari Andani Prakoso (2016) tentang “Pengaruh Rasio Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Tabungan Mudharabah pada Bank Umum Syariah yang sudah di listing oleh Bank Indonesia Periode Tahun 2010-2014”. Dengan variabel bebas menggunakan Capital Agdequacy Ratio, Return On Asset, Return On Equity, Non Performing Financing dan BOPO. Variabel terikat sama-sama menggunakan Tingkat bagi hasil tabungan mudharabah.93 a. Tidak terdapat pengaruh signifikan Capital Adequacy Ratio terhadap tingkat bagi hasil tabungan di Bank Umum Syariah karena nilai signifikansi variabel CAR sebesar 0,163 > 0,05.
92
Popy Turlina Sri Handayani, Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Bank Syariah Pada PT Bank Muamalat Indonesia, (Jurnal Akuntansi Dan Investasi, Vol X No.2, 2009), hal. 116-126 download http://digilib.uin-suka.ac.id/2464 diakses pada 27 Januari 2017 93 Oetari Andari, Pengaruh Rasio..., hal. 1591
68
b. Tidak terdapat pengaruh signifikan Return On Asset terhadap tingkat bagi hasil tabungan di Bank Umum Syariah karena nilai signifikansi ROA sebesar 0,070 > 0,05. c. Terdapat pengaruh signifikan Return On Equity terhadap Tingkat Bagi Hasil Tabungan di Bank Umum Syariah karena nilai signifikansi variabel ROE sebesar 0,040 < 0,05 d. Terdapat pengaruh signifikan NPF terhadap Tingkat Bagi Hasil Tabungan Mudharabah di Bank Umum Syariah karena nilai signifikansi variabel NPF sebesar 0,037 < 0,05 e. Terdapat pengaruh signifikan BOPO terhadap Tingkat Bagi Hasil Tabungan Mudharabah di Bank Umum Syariah karena nilai signifikansi variabel BOPO sebesar 0,002 < 0,05. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada penelitian terdahulu menggunakan 5 (CAR, ROA, ROE, NPF dan BOPO) variabel sebagai variabel terikat sedangkan pada penelitian ini hanya menggunakan 3 variabel bebas yaitu ROA, BOPO dan FDR. Pada penelitian sebelumnya ditujukan pada Bank Umum Syariah yang dilidting oleh Bank Indonesia. Sementara penelitian ini hanya ditujukan pada Bank Muamalat Indonesia. Kelima penelitian Ulfah Khasanah yang meneliti tentang “Pengaruh Pendapatan Bank, DPK Dan ROA Terhadap Profit Sharing Deposito Mudharabah Pada PT Bank Syariah Mandiriperiode Tahun 2008-20011”. Dalam penelitian ini menggunakan variabel bebas yaitu Pendapatan Bnak,
69
DPK dan ROA dengan variabel terikat Profit Sharing Deposito Mudharabah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara slimultan terdapat pengaruh Pendapatan Bank dan DPK terhadap tingkat Profit Sharing Deposito Mudharabah dan ROA berpengaruh negative terhadap Profit Sharing Deposito Mudharabah. Justifikasinya karena Bank lebih cenderung menggunakan dana yang bersumber dari masyarakat dan dari pendapatan bank sebagai mudharib untuk memberikan imbal hasil kepada nasabah daripada menggunakan ROA.94 Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada 2 variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini menggunakan variabel profit sharing dari tabungan mudharabah. Dan juga perbedaan pada Bank yang ditujukan adalah Bank Muamalat Indonesia. Keenam penelitian Nana Nofianti, Tenny Badina, Aditiya Erlangga (2015) Analisis “Pengaruh Return On Asset (Roa), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (Bopo), Suku Bunga, Financing To Deposits Ratio (Fdr) Dan Non Performing Financing (Npf) Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah” (Studi Empiris Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2011-2013). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: a. Return On Asset (ROA) dan Financing To Deposits Ratio (FDR) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil. Hal ini dibuktikan ROA dengan besarnya koefisien regresi sebesar 0,127 dan 94
Ulfah Khasanah, Pengaruh Pendapatan Bank, DPK dan ROA terhadap Profit Sharing Deposito Mudharabah pada PT Bank Syariah Mandiri Periode Tahun 2008-20011, (Semarang: Universitas Agama Islam Negeri Walisongo, 2012), hal. 64 download http://library.walisongo.ac.id/digilib/gdl.php diakses pada 18 Januari 2017
70
tingkat signifikansinya sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai signifikansi yaitu 5% dan FDR dengan besarnya koefisien regresi sebesar 0,226 dan tingkat signifikansinya sebesar 0,027 lebih kecil dari nilai signifikansi yaitu 5%. b. Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Suku Bunga dan Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil. Hal ini dibuktikan dengan besarnya koefisiensi regresi BOPO sebesar 0,251 dan tingkat signifikansinya sebesar 0,204 lebih besar dari nilai signifikansi yaitu 5%. Besarnya koefisiensi
pada
Suku
Bunga
sebesar
-0,290
dan
tingkat
signifikansinya sebesar 0,090 lebih besar dari nilai signifikansi yaitu 5%. Dan besarnya koefisien regresi pada NPF sebesar 0,030 dan tingkat signifikansinya sebesar 0,074 lebih besar dari nilai signifikansi yaitu 5%.95 Perbedaan dengan penelitian ini hanya menggunakan 3 rasio yaitu rasio profitabilitas yang menggunakan CAR, BOPO dan FDR saja. Dan persamaan penelitian terletak pada pengaruh tingkat bagi hasil tabungan mudharabah dan pada penelitian ini pada Bank Muamalat. Ketujuh penelitian Aprilia Tri Wahyuni (2016) Analisis “Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Biaya
95
Nana Nofianti, Pendapatan Operasional (BOPO), Suku Bunga, Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah (Studi Empiris pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2011-2013, (Esensi Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol.5 No.1 April (Banten: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2015), hal. 81 download http://download.portalgaruda.org/article.php diaskes pada 29 Januari 2017
71
Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas Bank Muamalat Indonesia tahun 2007-2014”. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara Financing to Deposit Ratio (FDR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Dari hasil penelitian ini, variabel BOPO mempunyai pengaruh paling besar dari ketiga variabel dalam pengaruhnya terhadap Profitabilitas Bank Muamalat Indonesia yang diproksikan dengan ROA.96 Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu terdapat perbedaan yang dilakukan oleh peneliti saat ini yaitu rasio yang digunakan saat ini adalah profitabilitas mwnggunakan rasio ROE, efisiensi operasional menggunakan rasio BOPO dan likuiditas menggunakan rasio LDR. Berdasarkan variabel-variabel tersebut peneliti ingin mengetahui sejauh mana hubungan dari masing-masing variabel maupun keseluruhan variabel. Tabel 2.4 Tabel Perbedaan Penelitian Terdahulu Peneliti Dan Judul Penelitian Andriyani Isna Khoiriyah (2013) tentang Analisis Pengaruh Return On Asset, Bopo, Dan Suku Bunga Terhadap Tingkat 96
Variabel dan Metode Penelitian Variabel Independent: ROA, BOPO, Suku Bunga. Dependent: Profit Sharing Deposito Mudharabah.
Hasil Penelitian Dari Hasil Uji-t, Return on Asset (ROA), BOPO, dan suku bunga secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat
Perbedaan Penelitian Variabel independen yang digunakan peneliti ROA, BOPO dan FDR dan variabel dependent yang diteliti hanya pada
Aprilia Tri Wahyuni, Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas Bank Muamalat Indonesia tahun 2007-2014, (Tulungagung: IAIN Tulungagung, 2016), hal. 95-96 download http://repo.iain-tulungagung.ac.id/3407 diaskes pada 29 Januari 2017
72
Bagi Hasil Metode: Analisis bagi hasil deposito profit sharing Deposito Regresi Linier mudharabah tabungan Mudharabah Berganda Dari Hasil Uji-f, mudharabah saja, Pada Bank Umum Return on Asset objek yang Syariah periode (ROA) dan suku digunakan hanya tahun 2009-2011 bunga berpengaruh PT Bank Muamalat signifikan terhadap Indonesia saja tingkat bagi hasil periode yang di deposito teliti pada tahun mudharabah, serta 2009-2016 BOPO tidak berpengaruh terhadap bagi hasil deposito mudharabah Siti Juwariyah Variabel Return on Asset Variabel (2008) tentang Independent: ROA, dan BOPO (Biaya Dependent yang "Analisis BOPO Operasional digunakan hanya Pengaruh Dependent: Profit terhadap pada bagi hasil Profitabilitas Dan Sharing Tabungan Pendapatan tabungan Efisiensi Mudharabah dan Operasional) secara mudharabah Terhadap Tingkat Profit Sharing simultan terhadap sedangkan pada Bagi Hasil Deposito tingkat bagi hasil peneliti Tabungan Dan Mudharabah simpanan sebelumnya Deposito Metode: Analisis mudharabah. menggunakan 2 Mudharabah Regresi Linier variabel Mutlaqah (Studi Berganda independen yaitu pada Bank bagi hasil pada Muamalat tabungan Indonesia Tbk)" mudharabah dan depostito mudharabah Popy Turlina Sri Variabel Hasil penelitian ini Objek yang diteliti Handayani dan Independent: ROA, menunjukkan pada Bank Ahim Abdurahim ROE, DPK, BOPO, bahwa secara Muamalat (2009) tentang NIM dan CAR slimultan terdapat Indonesia dan “Pengaruh Rasio Dependent: Tingkat pengaruh ROA, hanya Keuangan bagi hasil simpanan ROE, FDR, DPK, menggunakan 3 Terhadap Tingkat mudharabah bank BOPO, NIM, dan variabel dependent Bagi Hasil syariah CAR terhadap saja yaitu ROA, Simpanan Metode: Analisis tingkat bagi hasil BOPO dan FDR Mudharabah Bank Regresi Linier simpanan Syariah pada PT Berganda mudharabah bank Bank Muamalat syariah. Indonesia Tbk dan PT Bank Syariah Mega Indonesia periode 20062008” Oetari Andani Variabel CAR tidak Objek yang diteliti
73
Prakoso (2016) Pengaruh Rasio Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Tabungan Mudharabah pada Bank Umum Syariah
Independent: CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO Dependent: Tingkat bagi hasil tabungan mudharabah Metode: Analisis Regresi Linier Berganda
berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil tabungan mudharabah, ROA, ROE, NPF, BOPO, berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat bagi hasil tabungan mudharabah Terdapat pengaruh signifikan antara pendapatan dan DPK terhadap profit sharing deposito mudharabah. Sedangkan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap profit sharing deposito mudharabah.
Ulfah Khasanah Pengaruh Pendapatan Bank, DPK Dan ROA Terhadap Profit Sharing Deposito Mudharabah Pada PT Bank Syariah Mandiri periode Tahun 2008-20011”.
Variabel Independent: Pendapatan, DPK dan ROA Dependent: Profit sharing deposito mudharabah Metode: Analisis Regresi Linier Berganda
Nana Nofianti, Tenny Badina, Aditiya Erlangga (2015) Analisis “Pengaruh Return On Asset (Roa), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (Bopo), Suku Bunga, Financing To Deposits Ratio (Fdr) Dan Non Performing Financing (Npf) Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah” Aprilia Tri Wahyuni Pengaruh Financing to
Variabel Independent: ROA, BOPO, Suku Bunga, FDR, NPF Dependent: Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Metode: Analisis Regresi Linier Berganda
Terdapat pengaruh signifikan antara ROA, dan FDR terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Sedangkan BOPO, Suku bunga dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Variabel Independent: FDR, DER dan Biaya Operasional
Terdapat pengaruh positif antara BOPO dengan Profitabilitas.
pada Bank Muamalat Indonesia dan hanya menggunakan 3 variabel dependent saja yaitu ROA, BOPO dan FDR
Variabel dependent yang digunakan pada deposito mudharabah sedangkan pada penelitian ini yang diteliti pada tabungan mudharabah. Variabel Independent yang digunakan yaitu ROA, BOPO dan FDR. Variabel dependent yang digunakan pada deposito mudharabah sedangkan pada penelitian ini yang diteliti pada tabungan mudharabah. Variabel yang digunakan hanya mencakup 3 variabel yaitu ROA, BOPO dan FDR sedangkan pada peneliti sebelumnya menggunakan lebih dari 3 variabel.
Objek yang digunakan samasama menggunakan
74
Deposit Ratio (FDR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas Bank Muamalat Indonesia tahun 2007-2014”.
Terhadap Pendapatan Operasional Variabel Dependent: Return On Asset (ROA) Metode: Analisis Regresi Linier Berganda
Sedangkan FDR dan DER berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas Bank Muamalat Indonesia.
Bank Muamalat Indonesia. Variabel Dependen yang digunakan oleh peneliti sebelumnya adalah profitabilitas sedangkan pada penelitian ini adalah bagi hasil tabungan mudharabah.
G. Kerangka Konseptual Menurut PSAK No.1 paragraf ke 7 (Refisi 2009), “tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Laporan
keuangan
juga
menunjukkan
hasil
pertanggungjawaban
manajemen atas pengguna sumberdaya yang dipercayakan kepada mereka. Berdasarkan tinjauan pustaka, maka kerangka berpikir teoritik yang disajikan dalam penelitian adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Profitabilitas (X1)
Efisiensi Operasional (X2) Likuiditas (X3)
Bagi Hasil Tabungan Mudharabah
75
Kerangka konseptual di atas di dukung dengan adanya kajian teori dan penelitian terdahulu yang relevan, diantaranya: 1. Profitabilitas (X1) menggunakan indikator Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap bagi hasil tabungan mudharabah (Y). Penelitian ini didukung oleh teori Muhammad Syafi’i Antonio97 penelitian kajian sebelumnya Siti Juwariyah98 Oetari99 Nana Nofianti.100 2. Efisiensi Operasional (X2) menggunakan indikator Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap bagi hasil tabungan mudharabah (Y). Penelitian ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Faisal Abdullah101 serta penelitian kajian sebelumnya Umiyati.102 3. Likuiditas (X3) menggunakan indikator Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap bagi hasil tabungan mudharabah (Y). Penelitian
ini
didukung
oleh
teori
yang
dikemukakan
oleh
Dendawijaya103 penelitian kajian sebelumnya Fauzan.104 4. Profitabilitas (X1) Efisiensi Operasional (X2) dan Likuiditas (X3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil tabungan mudharabah (Y). 97
M. Syafi’i, Bank Syariah dari Teori…, hal. 145 Siti Juwariyah, Pengaruh Profitabilitas..., hal. 83 99 Oetari, Pengaruh Rasio Kienrja..., hal. 1591 100 Nana Nofianti, Analisis Pengaruh Return On..., hal. 81-82 101 Faisal Abdullah, Manajemen Perbankan…, hal. 56 102 Umiyati, Saleha, Kinerja Keuangan dan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2016), hal.64-65 download. http://jurnal.sebi.ac.id/index.php.jaki/article/view/56 diakses pada 19 Februari 2017 103 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan…, hal. 116 104 Fauzan Al Farizi, Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Likuiditas dan Bagi Hasil terhadap Deposito Mudharabah, (Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia STEISIA, 2016) hal. 12 download http://ejournal.stiesia.ac.id/jira/article/view/1693 diakses pada 19 Februari 2017 98
76
H. Hipotesis Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang kedudukannya belum sekuat proposisi yang berfungsi sebagai jawaban sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya di dalam kenyataan, percobaan, atau praktik. 105 Dari uraian gambar kerangka pemikiran teoritis di atas, serta mengacu pada latar belakang, rumusan masalah, dan telaah pustaka yang telah dijabarkan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1.
H_0 : Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap bagi hasil tabungan mudharabah Bank muamalat. H_a : Profitabilitas berpengaruh terhadap bagi hasil tabungan mudharabah Bank muamalat.
2.
H_0 : Efisiensi tidak berpengaruh terhadap bagi hasil tabungan mudharabah Bank muamalat. H_a : Efisiensi berpengaruh terhadap bagi hasil tabungan mudharabah Bank muamalat.
3.
H_0 : Likuiditas tidak berpengaruh terhadap bagi hasil tabungan mudharabah Bank muamalat. H_a:
Likuiditas
berpengaruh
terhadap
bagi
hasil
tabungan
mudharabah Bank muamalat. 4. H_0 : Likuiditas, Efisiensi dan Likuiditas tidak berpengaruh terhadap bagi hasil tabungan mudharabah Bank muamalat. 105
Husein Umar, Research Methods in Finance and Banking, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), hal. 42
77
H_a : Likuiditas, Efisiensi dan Likuiditas berpengaruh terhadap bagi hasil tabungan mudharabah Bank muamalat.