9
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Pengertian Pengambilan Keputusan Kelembagaan pendidikan akan dapat berjalan dengan baik, apabila didukung oleh keputusan-keputusan yang taktis. Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat vital karena berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai “apa yang harus dilakukan” dan seterusnya yang mengenai unsur-unsur perencanaan. Terutama keputusan itu dibuat untuk mnghadapi masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Gitosudarmo (2000:175), keputusn adalah ketetapan atau penentuan suatu pilihan yang diinginkan. Terkait dengan pendapat tersebut, proses pengambilan keputusan merupakan proses utama dalam mengelola tugas organisasi yang membentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan. Proses pengambilan keputusan merupakan alternatif tindakan. Proses pengambilan keputusan merupakan alternatif yang fundamental dalam organisasi. Adapun hak untuk mengambil keputusan pada hakikatnya sama dengan hak untuk membuat rencana. Tugas pengambilan keputusan tingkatannya sederajad dengan tugas pengambilan rencana dalam organisasi/lembaga. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
9
10
Selanjutnya yang dimaksud dengan “pengambilan keputusan” (decision making). Syamsu (2000:21), mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih. Jadi pengambilan keputusan menyangkut tentang pilihan atau dalam konteks cara berpikir merupakan perpaduan antara berpikir divergen dan konvergen. Oleh karena itu pengambilan keputusan kata kuncinya adalah pemilihan alternatif dari beberapa alternatif. Dari penjelasan tersebut menunjukan proses pengambilan keputusan ini meliputi 6 langkah yaitu : (1) Identifikasi permasalahan, (2) Analisis permasalahan, (3) Pembuatan alternatif-alternatif pemecahan masalah, (4) Membandingkan dan mempertimbangkan masing-masing alternatif beserta konsekuensinya, (5) Memilih alternatif yang dipandang paling baik, dan (6) Pelaksanaan keputusan pembuktiannya. Dari pengertian-pengertian tentang “benang merah‟ bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, dan tidak secara kebetulan serta tidak boleh sembarangan. Namun demikian untuk menjamin ketepatan pengambilan keputusan masalah terlebih dahulu harus diketahui dan dirumuskn dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pada pemilihan alternatif terbaik dari alternatif-alternatif yang ada dan dimungkinkan.
B. Tujuan Pengambilan Keputusan Setiap organisasi/kelembagaan baik lembaga profit maupun non profit dipastikan memiliki tujuan kelembagaan. Semua kegiatan yang dilakukan dalam
11
organisasi/lembaga tersebut dimaksudkan untuk mencapai tujuan organisasinya. Idealnya dalam suatu lembaga, diinginkan semua kegiatan itu dapat berjalan lancar dan tujuan dapat dicapai dengan mudah dan efisien. Namun dalam kenyataan tidak jarang terjadi hambatan-hambatan atau kendala baik teknis, maupun kendala yang lain dalam melaksanakan kegiatan. Ini merupakan msalah yang harus dipecahkan oleh pimpinan organisasi/lembaga. Salah satu tujuan atau maksud dari pengambilan keputusan adalah untuk memecahkan masalah tersebut, sering terjadi masalah pengambilan keputusan itu hanya merupakan satu segi saja, misalnya dalam organisasi sekolah mungkin mengambil keputusan hanya menyangkut segi administrasi sekolah saja. Tetapi kadang-kadang ada kemungkinan dapat saja terjadi masalah yang pemecahannya menghendaki dua hal kontradiksi yang harus dipecahkan sekaligus. Misalnya untuk meningkatkan mutu pendidikan, perlu dilakukan pelatihan untuk kepala sekolah, namun disisi lain dalam proses pelatihan tersebut terjadi kendala kekosongan kepemimpinan sekolah dalam wktu tertentu, demikian juga yang terjadi pada guru. Solusi yang diperoleh mengenai pengambilan keputusan adalah : tujuan pengambilan keputusan itu bersifat tunggal, dalam arti bahwa sekali diputuskan, tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain, kemungkinan kedua adalah tjuan pengambilan keputusan dapaat juga bersifat ganda, dalam arti bahwa satu keputusan yang diambilnya itu seekaligus memecahkan dua masalah (atau lebih) yang sifatnya kontradiktif. Sebagai ilustrasi pada program kualifikasi guru daridiploma ke SI, program ini satu meningkatkan kemampuan mengajar mereka
12
pada tingkat sekolah, tetapi disisi lain merupakan proses pengembangan pribadi guru
yang
bersangkutan.
Tataran/level
kelembagaan
pendidikan
sangat
menentukan kompleksitas keputusan yang diambil. Keputusan kelembagaan tingkat sekolah yang relatif skope-nya kecil dan dampaknya tidak terlalu meluas, biasanya atau secara relatif proses pengambilan keputusan juga akan bersifat sederhana dan jangkauannya sempit (Depdiknas, 2002:5). Oleh karena itu pengambilan keputusan pada tatanan yang lebih tinggi, apalagi pada`masa transisi kebijakan perlu diperhitungkan masak-masak semua akibat yang mungkin timbul dari berbagai segi, sedemikian rupa sehingga diusahakan sejauh mungkin tidak ada pihak-pihak dirugikan dan diusahakan seminimal mungkin. Dalam tataran persekolahan apabila memang harus terjadi, maka harus diusahakan semaksimal mungkin tidak merugikan peserta didik pada khususnya, warga sekolah pada umumnya. Kepala sekolah diharapkan dalam pengambilaan keputusan dapat menguasai beberapa hal : (a) Hakikat pengambilan keputusan, (b) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, (c) Komponen pengambilan keputusan, dan (f) Tindak lanjut suatu keputusan. Pada hakikatnya pengambilan keputusan dalam organisasi sekolah adalah tindakan yang harus diambil oleh pimpinan sekolah, dengan adanya problem atau permasalahan yang dirasa menghambat kemajuan sekolah, yang memerlukan adanya pengambilan keputusan yang tepat. Mengingat keputusan merupakan pemilihan diantara beberapa alternatif
13
Implementasi pengambilan keputusan diharapkan Kepala Sekolah dapat Menguasai sub-sub kompetensi yakni : (a) Hakikat pengambilan keputusan, (b) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, (c) Komponen Pengambilan keputusan, (d) Proses pengambilan keputusan, (e) Pendekatan Pengambilan keputusan, dan (f) Tindak lanjut suatu keputusan. Pada hakikatnya pengambilan keputusan dalam organisasi sekolah adalah Tindakan yang harus diambil oleh pimpinan sekolah, dengan adanya problem atau Permasalahan yang dirasa menghambat kemujuan sekolah, yang memerlukan Adanya pengambilan keputusan yang tepat. Mengingat keputusan merupakan Pemilihan diantara beberapa alternatif pemecahan masalah, di antara banyak Alternatif yang ditetapkan, keputusan ini diambil jika pimpinan menghadapi Masalah atau mencegah timbulnya masalah dalam lembaga sekolah. Pengertian Problem disini dapat diartikan dalam arti yang luas, misalnya pembuatan rencana Pengembangan sekolah, kemungkinan kendala utama adalah masalah pendanaan. Hal ini dapat diusahakan ada beberapa cara yang dapat dilakukan, kepala sekolah Harus mengambil keputusan untuk memilih cara mana (dengan dana dari mana) Yang paling tepat yang akan dipergunakan. Ini sudah dianggap ada „‟masalah‟‟. Dalam
pemilihan
cara
yang
akan
dipakai
pembuatan
rencana
pengembangan sekolah. Pada dasarnya apabila dalam melakukan kegiatan itu ada beberapa cara yang dapat dilakukan dan harus dipilih yang paling tepat, maka itu sudah merupakan „‟masalah‟‟ yang harus diputuskan, apalagi kalau betul-betul
14
Menghadapi masalah yang serius yang mengancam kelangsungan proses belajar Mengajar di sekolah, kelembagaan dan kewibawaan kepala sekolah.
C. Implementasi Kepala Sekolah Dalam Pengambilan Keputusan Sebagai bagian dari manajemen dan inti dari administrasi, pengambilan Keputusan menempati posisi yang sangat menentukan keberhasilan lembaga Sekolah. Keputusan itu sendiri merupakan permulaan dari semua aktivitas Manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun secara kelompok Dan secara institusional maupun secara futuristi. Artinya menyangkut hari depan, Efeknya akan berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Martin star (dalamSyamsi, 2000 : 134 ) menyebutkan unsur-unsur pembuatan keputusan yang Berlaku umum sebagai berikut : (1) tujuan, (2) identifikasi alternatif, (3) faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya, (4) sarana untuk mengukur hasil yang Dicapai. Untuk itu diperlukan implementasi kepala sekolah dalam melakukan Pengambilan keputusan tersebut. Mengingat implementasi erat kaitannya dengan Kecakapan, pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki seseorang. Hasibuan (2000:50) mengemukakan implementasi kepala sekolah sebagai proses keseluruhan kegiatan memimpin tujuan – tujuan sekolah dan caracara kegiatan mengorganisasikan personil dan materil, membentuk berbagai hubungan
dan
menyalurkan
tanggung
jawab,
merencanakan
dan
mengorganisasikan berbagai kegiatan dan pelayanan, membangun semangat kerja dan mendorong inisiatif dan kreatif guru-guru dan pada akhirnya menilai rencana prosedur serta pelaksanaannya. Dengan demikian implementasi kepala sekolah
15
adalah suatu kesiapan pribadi baik dari segi kemampuan pengetahuan, keterampilan
maupun
kepribadian
yang
baik
sehingga
mempermudah
perencanaan, pengelolaan, implementasi kepala sekolah yang identik dengan perannya sebagai orang yang diserahi tugas memimpin penyelenggaraan pendidikan di sekolah yaitu : 1.
Implementasi kepala sekolah sebagai pengambil keputusan Kepala sekolah sebagai pengambil keputusan merupakan peranan yang
paling penting dalam organisasi sekolah. Ada empat macam peran kepala Sekolah sebagai pengambil keputusa, sebagaimana menurut Wahyusumidjo (2003:92) yaitu : (1) sebagai enterpreneur, (2) sebagai pengendali semua Akibat (disturbance handler), (3) sebagai penyedia segala sumber (a reseuces allocater), dan (4) sebagai negosiator (a negotiator roles). Dalam peranya sebagai
enterpreneur,
kepala sekolah berusaha
Memperbaiki penampilan sekolah melalui berbagai macam program-program yang baru, serta melakukan survei untuk mempelajari berbagai persoalan yang Timbul di lingkungan sekola. Dengan demikian kepala sekolah selalu Mengadakan pengamatan terhadap lingkungan sekola, yaitu kemungkinan adanya informasi-informasi yang berpengaruh terhadap penampilan sekolah. Dalam
peranya sebagai disturbance handler, diperlukan mengingat
gangguan yang timbul pada suatu sekolah tidak hanya diakibatkan kepala sekolah yang tidak memperhatikan situasi, tetapi juga akibat kepala sekolah yang tidak mampu mengantisispasi semua akibat penngambilan keputusan yang telah diambil. Dalam fungsi ini kepala sekolah berperan sebagai penghubung antara
16
kepentingan sekolah dengan lingkungan di luar sekola. Sedang secara internal kepala sekolah menjadi alat perantara antara wakil-wakil para guru, staf dan siswa dalam menyelesaikan kepentingan mereka. Kepala sekolah sebagai orang yang menyediakan segala sumber (aresources allocater), bertanggung jawab untuk menentukan siapa yang akan memperoleh atau menerima sumber-sumber yang disediakan. Sumber-sumber yang dimaksud meliputi : sumber daya manusia, dana, peralatan dan berbagai kekayaan sekolah yang lain. Seorang kepala sekolah harus secara terus menerus meneliti dan menentukan bagaimana sumber-sumber tersebut dapat diadaka dan dibagikan. Perannya tersebut mencerminkan tanggung jawab kepala sekolah untuk menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah, sehingga lahir etos kerja dan produktivitas yang tinggi dalam mencapai tujuan. Dalam fungsi a negotiator roles, sebagai kepala sekolah harus mampu mengadakan pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar. Untuk menjalin Dan memenuhi kebutuhan baik untuk sekolah maupun dunia usaha. Dalam Kerjasama ini meliputi : penempatan kelulusan, penyesuaian kurikulum, dan sebagainya.di
samping
itu
kepala
sekolah
bertanggung
jawab
untuk
menyebaluaskan dan membagi-bagikan informasi kepada para guru, staf, siswa dan orang tua siswa, bahkan kepala sekolah menyebarluaskan informasi kepada lingkungan di luar sekolah yang di anggap perlu.
17
2.
Implementasi kepala sekolah sebagai manajer Kepala sekolah dikatakan sebagai seorang manajer, karena kepala
Sekolah
melakukan
Mengemukakan
kegiatan
manajemen
manajemen.
merupakan
suatu
Wahjosumidjo proses
(2003:94)
merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha anggota organisasi serta pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telahditetapkan. Dari definisi yang dikemukakan tersebut, ada Tiga hal penting yang harus diperhatikan yaitu proses, pendayagunaan, seluruh sumber organisasi dan pencapaian tujuan organisasi yang telah di tetapkan. Pertama proses berkaitan dengan suatu cara yang sistematik dalam mengerjakan sesuatu, oleh sebab itu sebagai seoorang manajer dalam melakukan tugas dan fungsinya hendaknya dapat mendayagunakan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang direncanakan. Kegiatan tersebut diantaranya : 1) merencanakan dalam arti bahwa kepala sekolah harus benar-benar memikirkan dan merumuskan daam suatu program tujuan dan tindakan yang harus dilakukan. 2) Mengorganisasikan berarti bahwa kepala sekolah harus mampu menghimpun dan mengkoordinasikan sumber daya manusia dan sumber-sumber material sekolah, sebab keberhasilan sekolah sangat bergantung pada kecakapan dalam mengatur dan mendayagunakan berbagai sumber dalam mencapai
tujuan. 3)
Memimpin dalam arti kepala sekolah mampu mengarahkan dan mempengaruhi seluruh sumber daya manusia untuk melakukan tugas-tugasnya yang esensial. dengan menciptakan suasana yang tepat kepala sekolag membantu sumber daya manusia untuk melakukan hal-hal yang baik. 4) mengendalikan dalam arti kepala
18
sekolah memperoleh jaminan bahwa sekolah berjalan mencapai tujuan, apabila terdapat kesalahan di antara bagian-bagian yang ada dari sekolah tersebut kepala sekolah harus memberikan petunjuk dan meluruskan. Dedua sumber daya suatu sekolah meliputi dana, perlengkapan, Informasi, maupun sumber daya manusia, yang masing-masing berfungsi sebagai pemikir, perencana, pelaku serta pendukung untuk mencapai tujuan. Ketiga mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya, berarti bahwa kepala sekolah berusaha untuk mencapai tujuan akhir yang bersifat khusus (specific ends), tujuan akhir yang spesifik ini berbeda-beda antara organisasi. Berdasarkan uraian ini maka kepala sekolah seorang manajer pada hakikatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin dan seorang pengendali. Keberadaan seorang manajer dalam sebuah organisasi sangat diperlukan sebab organisasi sebagai alat dalam mencapai tujuan organisasi dimana didalamnya berkembang sebagai macam pengetahuan serta organisasi menjadi tempat untuk membina dan mengembangkan karir sumber daya manusia, oleh sebab itu dibutuhkan seorang manajer. Stoner (dalam Wahjosumidjo, 2003 : 36 ) mengemukakan delapan fungsi seorang manajer yang pelu dilaksanakan dalam sebuah organisasi, yaitu : 1) Bekerja dengan dan melalui orang lain, 2) bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan , 3) dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapai berbagai macam persoalan, 4) berpikir secara realistik dan
19
konseptual, 5) adalah juru penegah, 6) adalah seorang politisi, 7) adalah seorang diplomat, 8) pengambil keputusan yang sulit. Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain (work with and Through other poeple). Pengertian orang lain tidak hanya guru, staf, siswa dan orang tua siswa, melainkan termasuk atasan kepala sekolah, para kepala sekolah lain serta pihak-pihak yang berhubungan dan bekerjasama. Dalam fungsi ini kepala sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah (as channels of communication within the organization). Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan (reponsible and accontble). Keberhasilan dan kegagalan bawahan adalah suatu pencerminan langsung keberhasilan dan kegagalan seorang pemimpin. Dengan demikian kepala sekolah bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan.perbuatan yang dilakukan oleh para guru, siswa, staf dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah. Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus Mampu menghadapi berbagai persoalan (manager balance competing goals and set prorities). Dengan segala keterbatasan, seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara tepat. Seorang kepala sekolah harus dapat menentukan prioritas bilamana terjadi konflik antara kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah. Kepala sekolah harus berfikir secara analistis dan konsepsional (must Think analytically and conceptionally). Fungsi ini berarti menuntut setiap kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui suatu analisis kemudian
20
menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang baik. Demikian pula kepala sekolah harus mampu melihat setiap tugas sebagai satu keseluruhan yang saling berkaitan, dengan memandang persoalan yang timbul sebagai bagian yang tak terpisahkan dari satu keseluruhan. Kepala sekolah sebagai
juru penengah (mediator), di mana dalam
lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, perangai, keinginan, pendidikan, latar belakang kehidupan sosial, sehingga tak terhindarkan tumbuh pertentangan atau konflik satu dengan yang lain. Untuk itu kepala sekolah harus turun tangan sebagai pelerai dan penengah. Kepala sekolah sebagai politisi (politicians), berarti kepala sekolah harus selalu
berusaha
untuk
meningkatkan
tujuan
organisasi
sekolah
serta
mengembangkan program jauh ke depan. Untuk itu sebagai seorang politisi kepala sekolah harus dapat membangun hubungan kerjasama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan (compromise). Peran politis atau kecakapan politis seorang kepala sekolah dapat berkembang secara efektif, apabila : (1) dapat dikembangkan prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masingmasing, (2) terbentuknya aliasi atau koalisi, seperti : Organisasi profesi, 0SIS, dan komite sekolah, (3) terciptanya kerjasama (cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan. Kepala sekolah sebagai seorang diplomat dalam berbagai macam pertemuan, kepala sekolah adalah wakil resmi dari sekolah yang dipimpinnya. Selanjutnya kepala sekolah berfungsi sebagai pengambil keputusan yang sulit
21
(make difficult decisions), dalam hal ini sekolah sebagai suatu organisasi yang Tidak luput dari persoalan, kesulitan dana, persoalan pegawai, perbedaan pendapat terhadap kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh kepala sekolah, dan masih banyak lagi. Apabila terjadi kesulitan-kesulitan seperti itu, kepala SEKOLAH diharapkan berperan sebagai orang yang dapat menyeleaikannya. Kedelapan fungsi manajer yang dikemukakan tersebut berlaku bagi setiap kepala sekolah, sehingga kepala sekolah yang berperan mengelola kegiatan sekolah harus mampu mewujudkan kedelapan fungsi dalam perilaku sehari-hari. Di samping itu agar kepala sekolah dalam menjalankan fungsi. Sebagai manajer dapat berjalan sebagaimana mestinya maka kepala sekolah harus dapat memahami dan mampu mewujudkan ke dalam perilaku nilai-nilai yang terkandung di dalam keterampilan baik keterampilan Technical skills, human skills, dan conceptual skills yaitu sebagai berikut : 1) Technical skills : (a) menguasai pengetahuan tentang metode, proses, prosedur dan teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus (b) kemampuan untuk memanfaatkan serta mendayagunakan sarana, peralatan yang diperlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat khusus terebut. 2) human skills : Kemampuan untuk memahami perilaku manusia dan proses kerjasama, Kemampuan untuk memahami isi hati, sikap dan motif orang lain, Mengapa mereka berkata dan berperilaku, (c) kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif, (d) kemampuan untuk menciptakan kerjasama yang efektif, kooperatif praktis dan diplomatis, (e) mampu berperilaku yang dapat di terima. 3) conceptual skills : (a) kemampuan analisis, (b) kemampuan berpikir rasional, (c) ahli atau cakap dalam berbagai macam konseps, (d) mampu
22
menganalisis
berbagai
kejadian,
serta
mampu
memahami
berbagai
kecenderungan, (d) mampu mengantisipasikan perintah, (e) mampu mengenali macam-macam kesempatan dan problem-problem sosial. Dengan demikian kepala sekolah sebagai manajer sangat memerlukan Ketiga macam keterampilan tersebut. Dari ketiga keterampilan tersebut, human Skills merupakan keterampilan yang memerlukan perhatian khusus dari para Kepala sekolah, sebab melalui human skills seorang kepala sekolah dapat memahami isi hati, sikap dan motif orang lain, mengapa orang lain tersebut berkata dan berperilaku.
3.
Kompotensi kepala sekolah sebagai pemimpin Ada
banyak
pakar
yang
mengemukakan
pendapatnya
tentang
Kepemimpinan, Koontz, O‟ Donnel dan Weihrich (dalam Wahjosumidjo, 2003 : 103) mengemukakan bahwa kepemimpinan secara umum merupakan pengaruh, seni atau proses mempengaruhi orang lain sehingga mereka dengan penuh kemauan berusaha ke arah tercapainya tujuan organisasi. Dari konsep tersebut dapat dikembangkan bahwa makna yang terkandung dalam kepemimpinan berkaitan dengan kemauan keras dalam berusaha. Hala ini mencerminkan keinginan keras dengan penuh semangat dan pecaya diri. Admodiwirjo (2000 : 149) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu seni, sesanggupan atau teknik untuk membuat orang-orang (bawahan dan organisasi formal) atau para pengikut/ simpatisan (dalam organisasi non formal)
23
mengikuti atau menaati segala apa yang dikehendakinya, membuat mereka begitu antusias atau bersemangat untuk mengikutinya, bahkan ada yang sanggup berkorban‟‟. Gitosudarmo (2000 : 127) mengartikan bahwa kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi prestasi organisasi, karena kepemimpinan merupakan aktivitas yang utama untuk dicapainya tujuan organisasi. Dengan demikian kepemimpinan di definisasikan sebagai salah satu proses mempengaruhi aktivitas dari individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Dari definisi ini, nampak bahwa kepemimpinan adalah suatu proses, bahwa orang yang meliputi faktor pemimpin pengikut dan faktor situasi untuk menghasilkan prestasi dan kepuasan. Selanjutnya Kusnadi dkk (2005 : 354 ) berpendapat bahwa : kepemimpinan adalah sebagai tindakan atau upaya untuk memotivasi atau mempengaruhi orang lain agar mau bekerja atau bertindak ke arah pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan atau kepemimpinan merupakan tindakan membuat sesuatu menjadi kenyataan. Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, esensi kepemimpinan adalah „‟ kepengikutan‟‟. Dalam arti bahwa yang menyebabkan seseorang Menjadi pemimpin adalah jika adanya kemauan orang lain untuk mengikutinya. Dengan demikian secara umum dan sederhana kepemimpinan didefinisikan sebagai seni atau proses mempengaruhi orang lain sedemikian rupa, sehingga mereka mau melakukan usaha atau keinginan usaha atau keinginan untuk bekerja dalam rangka pencapaian suatu tujuan.
24
Idealnya kepemimpinan merupakan „‟kepengikutan‟‟ orang lain terhadap seseorang melalui suatu proses mempengaruhi, mendorong, mengarahkan dan menggerakkan serta mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya organisasi demi penncapaian suatu maksud atau tujuan tertentu. Bila definisi ini dihubungkan dengan pendidikan mempunyai arti bahwa kepemimpinan pendidikan tak lain adalah cara kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sumber dana sekolah agar tercapai mutu pendidikan. Dengan demikian seorang
pemimpin harus memiliki kemampuan
mendorong dan memberikan bimbingan. Kemampuan mendorong berkaitan dengan bagaimana kepala sekolah mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing. Selain itu kepala sekolah harus mampu memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan. Kepala sekolah apabila berkeinginan untuk berhasil dalam menggerakkan para guru, staf dan siswa maka kepala sekolah harus menghindarkan diri dari sikap dan pebuatan yang bersifat memaksa atau bertindak keras terhadap para guru, staf dan siswa. Sebaliknya kepala sekolah sebagai pemimpin hendaknya mampu melakukan perbuatan yang melahirkan kemampuan untuk bekerja dengan penuh semangat dan percaya diri terhadap para guru, staf dan siswa dengan cara : 1) meyakinkan (persuade) berusaha agar para guru, staf dan siswa percaya bahwa apa yang dilakukan adalah
25
Benar 2) membujuk (induce) berusaha meyakinkan para guru, staf dan siswa bahwa apa yang dikerjakan adalah benar. Hasibuan (2005 : 50)
mendefinisikan kepala sekolah sebagai proses
keseluruhan kegiatan memimpin tujuan-tujuan sekolah dan cara-cara kegiatan mengorganisasikan personil dan material, membentuk berbagai hubungan dan menyalurkan tanggung jawab, merencanakan dan mengkoordinasikan berbagai kegiatan dan pelayanan, membangun semangat kerjasama dan mendorong insiatif dan kreatif guru-guru dan pada akhirnya menilai rencana prosedur serta pelaksanaannya. Menurut Hick (dalam Wahjosumidjo, 2003 : 106) bahwa
terdapat
delapan rangkaian kepemimpinan yaitu : (1) bertindak arif, bijaksana dan adil, (2) memberikan sugesti, (3) mendukung tercapainya tujuan, (4) berperan sebagai katalisator, (5) menciptakan rasa aman, (6) sebagai wakil organisasi, (7) sebagai sumber inspirasi atau semangat, dan (8) bersedia menghargai. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus bertindak arif, bijaksana, dan adil, tidak ada pihak yang dikalahkan atau di anak emaskan. Dengan kata lain sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus dapat mempelakukan sama terhadap orang-orang yang menjadi bawahanny, sehingga tidak terjadi diskriminasi, sebaliknya dapat diciptakan semangat kebersamaan diantara guru-guru, staf dan para siswa. Sugesti atau saran sangat diperlukan oleh para bawahan dalam melaksanakan tugas para guru, staf, dan siswa suatu sekolah hendaknya selalu mendapatkan sarana, anjuran dari kepala sekolah sehingga saran tersebut selalu dapat memelihara bahkan meningkatkan semangat, rela berkorban, rasa
26
kebersamaan dalam melaksanakan tugas masing-masing (sugessting). dalam mencapai tujuan yang telah digariskan memerlukan berbagai dukungan kepala sekolah bertanggung jawab untuk memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para guru, staf dan siswa, baik berupa dana peralatan, wakt, bahkan suasana yang mendukung. Tanpa adanya dukungan yang disediakan oleh kepala sekolah, sumber daya manusia yang ada tidak mungkin melaksanakan tugasnya dengan baik (supplyng objectives). Kepala sekolah berperan sebagai katalisator, dalam arti mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah di tetapkan. Patah semangat, kehilangan kepercayaan harus
dapat dibangkitkan kembali oleh para kepala sekolah
(catalysing). Sesuai dengan misi yang dibebankan kepada kepala sekolah, kepala sekolah harus mampu membawa perubahan sikap, perilaku, intelektual anak didik sesuai dengan tujuan pendidikan. Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan setiap orang, oleh sebab itu kepala sekolah sebagai pemimpin harus dapat menciptakan rasa aman di dalam lingkungan sekolah, sehingga para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugasnya merasa aman, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawatiran, serta memperoleh jaminan keamanan dari kepala sekolah (providing security). Seorang kepala sekolah selaku pemimpin akan menjadi pusat perhatian, artinya pandangan akan diarahkan ke kepala sekolah, sebagai orang yang mewakili kehidupan sekolah, di mana dan dalam kesempatan apapun. Oleh sebab
27
itu penampilan seseorang kepala sekolah harus selalu di jaga integritasnya, selalu percaya, dihormati baik sikap, perilaku maupun perbuatannya (respresenting). Kepala sekolah sebagai sumber semangat bagi guru, staf dan siswa, kepala sekolah harus selalu membangkitkan semangt, percaya diri terhadap para guru, staf, dan siswa, sehingga mereka menerima dan memahami tujuan sekolah secara antusias, bekerja secara bertanggung jawab ke arah tercapainya tujuan sekolah (inspiring). Kepala sekolah diharapkan selalu menghargai apapun yang dihasilkan oleh para guru, staf yang menjadi tanggung jawabnya. Penghargaan dan pengakuan ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti kenaikan pangkat, pemberian fasilitas, kesempatan mengikuti pendidikan dan sebagainya (praising). Dengan demikian kepala sekolah sebagai pemimpin seharusnya dalam praktek sehari-hari selalu berusaha memperhatikan dan mempraktekkan delapan fungsi kepemimpinan di dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah. Dengan demikian implementasi erat kaitannya dengan kecakapan, pengetahuan dan keterampilan yang harus di miliki oleh kepala sekolah. Oleh karena
itu, implmentasi kepala sekolah adalah kemampuan, kecakapan,
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam merencanakan, mengelola, melaksanakan, dan menngawasi pemanfaaan sumber daya atau potensi yang dimilikinya agar tujuan dapat tercapai. Kepala sekolah dituntut memiliki potensi sebagai pengambil keputusan, sebagai manajer,
28
sekaligus sebagai pimpinan dalam mengelola kegiatan manajerial
dan
administrasi sekolah. Terkait dengan komponen dan implementasi yang telah dikemukakan sebelumnya, maka Kepala sekolah sebagai pemimpin dituntut memmiliki keterampilan yang memadai. Sergiovani (dalam Burhaddin, 1994 : 90) mengelompokkan tiga keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang kepala sekolah yaitu : (1) Keterampilan teknis (technical skills), (2) Keterampilan Hubungan manusia (human skills), (3) keterampilan konsektual (conceptual skills) hubungan keterampilan ini dengan mengambil keputusan adalah dalam upaya mencapai suatu keputusan yang efektif, memerlukan keterampilan kepala sekolah dalam menggunakan teknik yang tepat antara lain teknik pengambilan keputusan, teknik pendekatan yang digunakan, teknik penyediaan dan pengelolaan informasi, teknik penentuan alternatif yang tepat, disertai pelaksanaan, pengawasan dan penilaian keputusan. Dengan dikemukakannya pemikiran di atas, diharapkan mampu memperluas serta memantapkan wawasan manajerial setiap kepala sekolah, sehingga lahirlah pola pikir, sikap dan perilaku kepala sekolah yang efektif, sekaligus sebagai terwujudnya sekolah yanng efektif pula.
D. Kerangka Berpikir Implementasi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan di sekolah dasar termasuk pada sekolah dasar Negeri Kecamatan Tibawa dapat dilihat dalam Kerangka berppikir sebagai berikut :
29
Gambar 1 : Kerangka Berpikir tentang Implementasi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan
IMPLEMENTASI KEPALA SEKOLAH
Keterampilan teknis (technical skills)
Keterampilan hubungan manusia (human skills)
Keterampilan konseptual (conceptual skills)
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
WARGA SEKOLAH
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
Implementasi mengandung pengertian sebagai bentuk kemampuan atau kecakapan yang ditujukkan seseorang. Kemampuan seseorang dalam menguasai
30
sesuai dengan
bidangnya biasanya akan sangat menentukan kualitas dari
pekerjaan yang dihasilkan. Terkait dengan kemampuan yang dimiliki kepala sekolah maka sebagai pemimpin dituntut memiliki keterampilan yang memadai, khususnya dalam pengambilan keputusan yaitu : keterampilan yang harus di kuasai oleh seorang kepala sekolah yaitu : (1) Keterampilan teknis (technical skills), (2) Keterampilan hubungan manusia (human skills), (3) Keterampilan konseptual (conceptual skills). Hubungan keterampilan ini dengan mengambil keputusan adalah dalam upaya mencapai suatu keputusan yang efektif, memerlukan keterampilan kepala sekolah dalam menggunakan teknik yang tepat dalam disertai pelaksanaan, pengawasan dan penilaian keputusan. Kepala sekolah berkeinginan untuk berhasil dalam menggerakkan warga sekolah, maka kepala sekolah harus menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memakasa atau bertindak keras terhadap para guru, staf, dan siswa. Sebaliknya kepala sekolah sebagai pemimpin hendaknya mampu melakukan perbuatan yang melahirkan kemauan untuk bekerja dengan penuh semangat dan percaya diri terhadap para warga sekolah dalam peningkatan kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Oleh karena itu dalam proses pengambilan keputusan dapat mencapai hasil baik, kepala sekolah hendaknya memiliki kemampuan untuk memilih cara atau pendekatan mana yang paling tepat yang akan dipergunakan dalam proses pengambilan keputusan tersebut.
31
Dengan demikian organisasi sekolah akan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh keputusan-keputusan yang taktis dari semua warga sekolah. Jiwa kepemimpinan seorang kepala
sekolah itu dapat
diketahui
dari
keterampilannya dalam mengambil keputusan berbobot dan dapat diterima oleh warga sekolah dalam sekolah tersebut.