BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup merupakan organisme yang memiliki kemampuan, bernafas, berpindah tempat, merespon perubahan di diri mereka dan lingkungannya1. Makhluk hidup terdiri atas hewan, tumbuhan dan manusia. Di dalam kehidupan ketiga makhluk hidup saling berinteraksi satu sama lain. Misalnya, manusia membutuhkan makanan dari hewan dan tumbuhan. Hewan memakan hewan lainnya dan tumbuhan untuk bertahan hidup, sedangkan tumbuhan memerlukan energi dari alam. Makhluk hidup memiliki karakteristik dasar yaitu hidup secara berkelompok, memerlukan makanan, bernapas, mengeluarkan zat sisa, peka terhadap rangsang (iritabilitas), metabolisme, responsiveness 2 , pertumbuhan, reproduksi, evolusi, ekologi, beradaptasi dan memiliki bahan genetik3.
Makhluk hidup memperoleh makanan dengan cara yang berbeda-beda. Tumbuhan dapat membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Pada
1
http://www.sridianti.com/pengertian-ciri-ciri-makhluk-hidup.html
2
Responsiveness adalah suatu tanggapan yang datang dari organisme lain dengan menggunakan beberapa sarana (mata, telinga, selera) dan energi untuk mengubah perilaku dalam menanggapi perubahan di lingkungan sekitarnya. 3
http://hikmat.web.id/biologi-klas-x/karakteristik-makhluk-hidup/
1
2
proses ini, tumbuhan mengambil air dari dalam tanah dan mengambil karbon dioksida dari udara. Kedua zat tersebut dengan bantuan cahaya matahari dapat diubah menjadi karbohidrat. Sebagian dari karbohidrat yang diperoleh merupakan sumber energi untuk tumbuhan dan sebagiannya disimpan untuk makanan cadangan. Akan tetapi, hewan dan manusia tidak dapat membuat makanan sendiri. Manusia memperoleh makanannya dengan cara memakan tumbuhan atau hewan, dan beberapa jenis hewan memperoleh makanannya dengan cara memakan tumbuhan atau sesama hewan.
Makhluk hidup memiliki keunikannya masing-masing. Salah satunya dibahas di dalam buku yang berjudul “Mengapa Anak Kanguru masuk ke dalam Kantung Perut Ibunya?”. Anak kanguru berada di kantung ibunya kira-kira sampai tingginya 160 cm dan bisa berdiri. Hal tersebut merupakan upaya sang ibu kanguru untuk menjaga keselamatan anaknya. Selain itu, di dalam kantung sang ibu anak kanguru menyusu, sedangkan jenis mamalia lainnya tidak menyusui anaknya di dalam kantung. Perbedaan pemberian susu tersebut menjadi kekhasan pada kanguru.
Berdasarkan fakta yang terkait dengan keunikan masing-masing makhluk hidup, penulis tertarik untuk menerjemahkan buku yang berjudul Kagaku Naze Dooshite karya Kenzo Hisamichi yang bersub-judul Tori Ya Doobutsu No Fushigi dan Mi No Mawari No Fushigi ke dalam bahasa Indonesia. Di dalam buku tersebut terdapat beberapa sub-judul yaitu, Tori Ya Doobutsu No Fushigi, Mushi Ya Sakana No Fushigi, Shokubutsu No Fushigi, Karada No Fushigi, Chikyuu Ya
3
Uchuu No Fushigi dan Mi No Mawari No Fushigi. Buku tersebut ditujukan kepada anak kelas 3 Sekolah Dasar di Jepang yang disajikan dalam bentuk cerita anak yang berisi ilmu pengetahuan dasar. Cerita Tori Ya Doobutsu No Fushigi dan Mi No Mawari No Fushigi karya Kenzo Hisamichi ini sangat menarik dan menambah wawasan. Pada cerita Tori Ya Doobutsu No Fushigi dijelaskan tentang mengapa anak kanguru masuk ke dalam kantung perut ibunya? mengapa mata kucing menyala di tempat yang gelap? Adapun dalam cerita Mi No Mawari No Fushigi dijelaskan tentang alasan ilmiah mengapa gelas plastik lebih sering digunakan? Dengan alasan tersebut, penulis menerjemahkan cerita ini agar dapat menambah keilmuan, terutama untuk anakanak. Pembaca diharapkan dapat mengerti nilai yang terkandung dalam bacaan tersebut sehingga dapat mengetahui apa yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. 1.2 Pokok Bahasan Pokok bahasan dalam Tugas Akhir ini adalah : Bagaimana menerjemahkan cerita yang berjudul Tori Ya Doobutsu No Fushigi dan Mi No Mawari No Fushigi dari bahasa sumber yaitu bahasa Jepang ke bahasa sasaran yaitu bahasa Indonesia, sehingga menjadi sebuah karya terjemahan yang mudah dipahami?
4
1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan dalam Tugas Akhir ini adalah : 1.
Menerjemahkan cerita yang berjudul Tori Ya Doobutsu No Fushigi dan Mi No Mawari No Fushigi dalam buku Kagaku Naze Dooshite dari bahasa sumber yaitu bahasa Jepang, ke dalam bahasa sasaran, yaitu bahasa Indonesia, sehingga menjadi sebuah karya terjemahan yang mudah dan dapat dipahami pembaca.
2.
Menjelaskan isi yang terkandung dalam cerita yang berjudul Tori Ya Doobutsu No Fushigi dan Mi No Mawari No Fushigi dalam buku Kagaku Naze Dooshite.
1.4 Landasan Teori Pengertian menurut Munday (2001: 5) terjemahan adalah peralihan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dalam bentuk teks tulis. Sementara Nida dan Taber (1969: 12) menyatakan terjemahan adalah menghasilkan padanan natural yang paling dekat dari pesan bahasa sumber ke dalam bahasa penerima, pertama dari segi makna kedua dari segi gaya. Di sisi lain, Newmark (1981: 7) mengungkapkan terjemahan yaitu suatu keahlian yang meliputi usaha mengganti pesan atau pernyataan tertulis dalam suatu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama dalam bahasa lain. Dari sekian definisi yang telah disebutkan di atas, dapat dikatakan bahwa penerjemahan merupakan sebuah aktivitas
membaca
teks sumber dan
5
mereproduksi keseluruhan pesan tersebut ke dalam bahasa yang dipahami oleh penerima pesan atau pembaca teks sasaran, sehingga apa yang dimaksud oleh penulis teks sumber dapat diketahui oleh pembaca teks sasaran. Dengan kata lain, penerjemahan bisa disebutkan sebagai suatu upaya mengungkapkan kembali pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran atau lain. Adapun beberapa ketentuan tentang metode penerjemahan menurut Newmark (1988: 45-47) adalah sebagai berikut : 1.
Terjemahan Kata Demi Kata Dalam metode ini susunan kata dalam kalimat tidak diubah dan diterjemahkan satu demi satu dalam makna yang umum tanpa memperhatikan segi pragmatik dari kata tersebut.
2.
Terjemahan Harfiah Pada metode ini struktur kalimat bahasa sumber diubah dan dicari padanan terdekat dalam bahasa sasaran. Akan tetapi, penerjemah leksikal tetap dilakukan apa adanya terlepas dari konteksnya.
3.
Terjemahan Setia Metode ini berusaha memproduksi makna kontekstual yang tepat dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Terjemahan ini benar-benar setia pada tujuan dan realisasi teks bahasa sumber.
4.
Terjemahan Semantis Metode ini hampir sama dengan terjemahan setia, akan tetapi lebih menekankan tersampainya teks ke dalam bahasa sasaran sehingga menjadi lebih luwes.
6
5.
Terjemahan Saduran Metode terjemahan ini merupakan bentuk penerjemahan yang paling bebas. Utamanya digunakan untuk menerjemahkan karya sastra (drama atau puisi).
6.
Terjemahan Bebas Metode terjemahan ini mereproduksi isi pesan tanpa mengindahkan cara penyampaian isi pesan atau memproduksi isi teks tanpa memperdulikan bentuk bahasa sumbernya.
7.
Terjemahan Idiomatik Pada metode terjemahan ini mereproduksi pesan bahasa sumber dengan banyak menggunakan ungkapan idiomatik yang terdapat pada bahasa sasaran yang mungkin tidak tercantum pada bahasa sumber.
8.
Terjemahan Komunikatif Pada metode terjemahan ini berusaha untuk menerjemahkan makna konstektual teks asli bahasa sumber setepat mungkin, sehingga aspek isi maupun kebahasaan dapat dipahami oleh pembaca bahasa sasaran. Dalam menerjemahkan teks ini, penulis menggunakan metode terjemahan
komunikatif. Metode ini digunakan agar para pembaca mampu mengerti isi cerita yang terdapat dalam bahasa sumber dengan tetap mempertahankan makna kontekstual teks asli. Selain itu, penerjemah juga harus melalui proses dalam menerjemahkan. Menurut E. Sadtono proses penerjemahan terdiri dari empat tahap yaitu:
7
1.
Tahap Analisis Pada tahap ini, penerjemah melakukan analisis struktur lahiriyah bahasa sumber. Tujuanya adalah untuk menemukan hubungan tata bahasa dan maksud suatu perkataan, kombinasi perkataan atau frase. Dengan melakukan analisis bahasa sumber, penerjemah akan bisa memahami maksud, arti dan konteks bahasa tersebut dan mempermudah penerjemah untuk bisa memahami teks secara keseluruhan.
2.
Tahap Transfer/Pengalihan Pesan Pada tahap ini, penerjemah melakukan olah bahasa guna mentransfer apa yang ada di dalam bahasa sumber kedalam bahasa sasaran. Dengan mencoba memahami teks dari sudut bahasa sasaran. Dalam aktivitas menerjemah tahapan ini terjadi dipikiran seorang penerjemah.
3.
Restrukturisasi Restrukturisasi merupakan menulis atau menstrukturkan kembali teks yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran. Dalam tahap ini penerjemah memilih padanan kata dan bentuk kalimat yang cocok dalam bahasa sasaran. Tujuan dari proses ini adalah untuk menghasilkan pesan penulis dapat disampaikan sebaik-baiknya.
4.
Revisi atau Penghalusan Hasil Terjemah Apabila proses restrukturisasi telah selesai, langkah selanjutnya adalah menguji atau mengevaluasi hasil terjemahan tersebut. Tujuannya adalah untuk memperbaiki atau memperhalus hasil terjemahan.
8
1.5 Sistematika Penulisan Tugas Akhir ini memuat 3 bab. Bab I yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang, pokok bahasan, tujuan penulisan, langkah-langkah terjemahan, metode terjemahan, dan sistematika penulisan. Bab II yaitu berisi teks asli, teks terjemahan perkalimat dan hasil terjemahan. Bab III adalah kesimpulan yang berisi ringkasan cerita dari Tori Ya Doobutsu No Fushigi dan Mi No Mawari No Fushigi dalam buku Kagaku Naze Dooshite.