BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Masalah Di era globalisasi, peran komunikasi menjadi sangat penting. Hal ini
dikarenakan komunikasi merupakan sarana penghubung antara individu masyarakat secara cepat. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau memberi informasi dari atau kepada orang lain. Masyarakat membutuhkan informasi untuk dapat mengetahui permasalahan atau kejadian di daerah lain. Berdasarakan data, Penetrasi Internet di Indonesia saat ini masih sekitar 20 persen dari total penduduk. Artinya, saat ini masyarakat yang aware terhadap internet baru mencapai 40 juta pengakses1. Selain itu persaingan di era ini membuat masyarakat harus memiliki kemampuan untuk mengetahui informasi secara luas. Komunikasi menjadi kebutuhan pokok masyarakat dalam meningkatkan kemampuan. Kebutuhan komunikasi yang sangat penting membuat masyarakat internasional mengangkat isu kesenjangan informasi (information gap) dan kesenjangan digital (digital devide) didalam sebuah forum Konferensi Tingkat Dunia tentang Masyarakat Informasi (World Summit on the Information Society / WSIS).
1
Di Kutip dari Akbar, Syarifuddin. 2012. Jangan Biarkan yang Terpencil Makin Terkucil. Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
1
Berdasarkan visi dan misi dari WSIS yang sejalan dengan Millenium Declaration yang mana pada tahun 2015 menjadi pencapaian dari penyediaan akses internet pada seluruh desa dan akses internet kepada masyarakat dan memastikan bahwa setengah penduduk dunia mempunyai akses internet2. Kemudian rencana aksi yang dilakukan yaitu dalam bentuk penyediaan telepon, internet, televisi, dan radio untuk komunitas yang dapat disediakan melalui sekolah, perpustakaan umur, pusat kesehatan, dan lain-lain. Komunikasi merupakan media yang sangat cepat untuk dapat mengakses informasi. Hal ini dikarenakan komunikasi menggunakan teknologi elektronik untuk dapat memberikan informasi. Komunikasi dibedakan menjadi 2 yaitu komunikasi tradisional dan komunikasi modern3. Komunikasi tradisional seperti halnya televisi, telepon, radio, surat, dan lain-lain. Sedangkan komunikasi modern yaitu internet. Internet merupakan media komunikasi yang telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia. Disamping bertujuan untuk meningkatkan komunikasi melalui jejaring sosial, internet juga memiliki kemampuan penyiaran ke seluruh dunia, memiliki mekanisme diseminasi informasi, dan sebagai media untuk berkolaborasi dan berinteraksi antara individu dengan komputernya tanpa dibatasi oleh kondisi
2
Di kutip dari Dokumen Hasil Sidang Konferensi Tingkat Tinggi Dunia Mengenai Masyarakat Informasi Geneva 2003-Tunis 2005. Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. 2006. Hal : 17 3
Di kutip dari Djohani, Rianingsih dkk. 2007. Memberdayakan Masyarakat Dengan Mendayagunakan Telecenter. Jakarta : Tim Partnerships for e-Prosperity fot the Poor (Pe-PP) Bapenas-UNDP. Hal : 54
2
geografis4. Internet memiliki peran penting didalam sektor ekonomi, sosial, politik, budaya dan lain-lain. Hal ini merupakan keunggulan internet didalam penyampaian akses yang sangat cepat dan dapat di jangkau masyarakat tanpa batas administrasi. Internet merupakan media komunikasi yang digemari hampir seluruh masyarakat. Hal ini terbukti oleh meningkatnya jumlah pengguna internet didunia yaitu sebanyak 2.405.518.376 orang5. Tercatat bahwa di tahun 2000 jumlah pengguna internet sebanyak 360.985.492 orang dan ditahun 2012 mencapai 2.405.518.376 orang yang mana peningkatannya mencapai 566,4 persen. Sedangkan populasi dunia mencapai 7.017.846.922 jiwa. Hampir sekitar 4.612.328.546 orang ditahun 2012 tidak menggunakan internet. Berikut gambar tentang banyaknya pengguna internet di dunia :
4
Di kutip dari http://www.dishubkominfo.banyuasinkab.go.id/?nmodul=berita&bid=143&bhsnyo=id 8 Agustus 2013 5
Di kutip dari http://www.internetworldstats.com/stats.htm 8 Agustus 2013
3
Dari gambar tersebut pengguna internet berasal dari benua Asia dimana sebanyak 1.076.681.059 jiwa. Sedangkan Eropa dan Amerika menduduki posisi kedua dan ketiga. Hal ini menunjukan bahwa internet banyak digunakan oleh penduduk Asia yang notabennya Asia masih tertinggal dari Amerika dan Eropa berkaitan teknologi. Asia menjadi benua terbanyak pengguna internet di dunia melewati Eropa dan Amerika. Penduduk Asia sebanyak 3.922.066.987 jiwa dengan pengguna sebanyak 1.076.681.059 jiwa. Sehingga diketahui sebanyak 2.845.385.932 jiwa tidak menggunakan internet. Berdasarkan gambar berikut diketahui pengguna internet di Asia berdasarkan negara di Asia yaitu :
Dari gambar tersebut diketahui bahwa peringkat pertama terbanyak dalam menggunakan internet adalah Cina. Sedangkan untuk Indonesia berada di peringkat 4
empat. Banyak pengguna internet di Cina sebanyak 538.000.000 orang dengan total jumlah penduduknya yaitu sebanyak 1.343.239.923 jiwa. Sedangkan Indonesia memiliki banyak pengguna internet sebanyak 63.000.000 orang dengan jumlah penduduk sebanyak 248.645.008 jiwa. Di Indonesia sekitar 185.645.008 orang tidak menggunakan internet. Berikut data terkait pengguna internet di Indonesia :
Sumber : Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), 2013 Dari gambar tersebut, diketahui bahwa dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2012 terjadi peningkatan penggunaan internet oleh masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan oleh meningkatkan jumlah kebutuhan masyarakat akan informasi dan 5
meningkatkan perkembangan teknologi yang merupakan salah satu faktor meningkatkannya jumlah pengguna internet. Peningkatan penggunaan internet di Indoensia akan cenderung naik ditahun-tahun selanjutnya dikarenakan kebutuhan akan informasi dan komunikasi menyebabkan masyarakat menggunakan akses internet. Manfaat internet untuk sektor ekonomi adalah meningkatkan pendapatan setiap usaha yang mana internet berperan sebagai media untuk pemasaran produk. Hal ini dapat memberikan keuntungan kepada UKM untuk meningkatkan pasar penjualan. Kemudian dari sektor sosial dimana internet memiliki public space yang disebut sebagai jejaring sosial dimana masyarakat dapat meningkatkan hubungan sosial dengan masyarakat lain baik dalam negeri maupun luar negeri. Selanjutnya dari sektor politik dimana internet memberikan efisiensi pemerintah didalam memberikan laporan akuntabilitas dari kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan transparansi. Hal ini memberikan pengertian bahwa internet telah menjadi kebutuhan pokok setiap masyarakat untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan taraf hidup. Walaupun manfaat internet sangat besar dalam meningkatkan akses informasi dan komunikasi tetapi dalam kaitannya penggunaan tidak berkembang dimasyarakat desa. Hal ini disebabkan adanya persoalan serius yang jika dibiarkan bisa menyebabkan bangsa ini masuk paradoks teknologi: di satu pihak ada kelompok yang benar-benar menikmati kemewahan teknologi, sementara di pihak lain masih banyak orang yang hidup dalam zaman batu. Indikasinya kian terlihat jelas. Pelaku bisnis 6
telekomunikasi masih lebih mengutamakan daerah perkotaan ketimbang pedesaan. Orang kota pun kian jauh meninggalkan orang desa. Pada gilirannya, sangat mungkin, kesenjangan teknologi dan digital bakal mempertajam kesenjangan sosial yang sekarang ini saja sudah menganga lebar. Kesenjangan digital mengacu pada kesenjangan antara orang-orang yang memiliki akses ke komputer (atau komputer yang terhubung ke internet) dan mereka yang tidak. Kesenjangan digital tidak dapat diartikan sebagai kesenjangan antara seseorang mempunyai atau tidak mempunyai akses internet. Melainkan kesenjangan yang terjadi oleh beberapa faktor. Faktor yang meliputi wilayah, kemampuan, pendapatan, akses, wilayah, dan beberapa hal lainnya. Pada kenyataannya, saat ini kurang dari 10 persen atau 21 juta penduduk negara kita yang telah mengenal komputer, tertinggal jauh dibanding negara-negara lain di Asia. Berdasarkan data, kondisi beberapa negara tetangga terdekat kita, seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Di ketiga negara ini, tingkat kepemilikan komputer rata-rata mencapai 30 persen dari jumlah penduduk. Yang lebih mengagumkan adalah India, meski tingkat kepemilikan komputer hanya 12 unit per 1000 penduduk (atau hanya 0,12 persen) namun lapangan kerja dalam bidang TI telah mampu menyedot lebih dari 500.000 pekerja profesional6. Angka ini melampaui jumlah pekerja di pusat industri TI Silicon Valley di Amerika Serikat.
6
Dikutip dari http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-10123-Chapter1.pdf Tanggal 8 Agustus 2013
7
Kemudian sejalan dengan program rencana WSIS untuk mengatasi kesenjangan digital tersebut pemerintah mengambil kebijakan yang mana bertujuan meningkatkan aksesibilitas masyarakat desa dan kota agar tidak terdapat kesenjangan digital. Kebijakan pemerintah tersebut adalah program Universal Service Obligation (USO)/ Kewajiban Pelayanan Universal. Program tersebut merupakan program jangka panjang (2008 – 2025) yang terbagi menjadi 3 tahap yaitu : • Jangka Pendek : Terwujudnya desa berdering pada tahun 2008 sebanyak 31.824 desa di seluruh Indonesia. • Jangka Menengah : Terwujudnya desa punya internet (desa pinter) tahun 2015 dengan mengimplementasikan pelayanan akses informasi di seluruh kecamatan • Jangka Panjang : Terwujudnya masyarakat informasi (information society) pada
tahun
2025
melalui
penyelenggaraan
pemusatan
pelatihan,
pemanfaatan akses informasi, penyelenggaraan TV broadcast (agregated broadcast) berbasis kebutuhan masyarakat dan pelayanan informasi lainnya. Ketiga tahap tersebut merupakan langkah pemerintah untuk dapat meningkatkan keterbukaan akses komunikasi terhadap masyarakat. Realisasi desa dering telah mencapai 31.824 desa. Kemudian untuk jangka menengah yaitu terwujudnya desa dering yang mana diwujudkan dalam program internet kecamatan. Program internet kecamatan merupakan program dimana masyarakat dapat mengakses internet untuk dapat mengetahui informasi yang menunjang pekerjaan 8
atau kegiatan masyarakat. Program desa pinter diwujudkan dengan adanya Pusat Layanan Internet Kecamatan dan Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan sebagai aksesibilitas internet kecamatan. PLIK mencangkup kecamatan tetapi untuk M-PLIK mencakup kabupaten. Kedua instrument tersebut memiliki fungsi yang sama dan bertujuan meningkatkan aksesibilitas masyarakat. Berikut diagram batang mengenai implementasi pemasangan PLIK di Indonesia. Gambar 4. Pusat Layanan Internet Kecamatan yang Terpasang7
Dari gambar 1 tersebut menunjukan bahwa program internet kecamatan telah di implementasikan sampai ke Kalimantan Timur dengan proporsi target dan pemasangan yang sesuai. Sedangkan untuk wilayah Indonesia timur masih ada sebagaian yang belum terpasang masih dalam target pemasangan dan belum di
7
Di kutip dari Kementrian Komunikasi dan Informatika.2011. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementrian Komunikasi dan Informatika.
9
realisasikan. Pembiayaan program PLIK/MPLIK berasal dari dana Universal Service Obligation (USO) yakni iuran 10 operator telekomunikasi yang dialokasikan dalam Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Besaran setorannya mencapai 1,25 persen dari pendapatan kotor masing-masing perusahaan operator telekomunikasi. Dengan demikian, total anggaran 2010-2014 untuk program PLIK/MPLIK mencapai sekitar Rp2,4 triliun8. Program pemerintah yang seharusnya dapat memberikan manfaat lebih kepada masyarakat dikarenakan dana yang digunakan cukup besar. Pada Tahun 2010 di Yogyakarta, khususnya di daerah Kabupaten Sleman telah didirikan PLIK dan MPLIK sebagai bentuk pelaksanaan program internet kecamatan. Program internet kecamatan tersebut didirikan di 20 lokasi pada 17 kecamatan. Ke 17 lokasi meliputi Kecamatan Sleman, Kecamatan Mlati, Kecamatan Prambanan, Kecamatan Depok, Kecamatan Ngaglik, Kecamatan Berbah, Kecamatan Cangkringan, Kecamatan Pakem, Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Gamping, Kecamatan Godean, Kecamatan Kalasan, Kecamatan Minggir, Kecamatan Ngaglik, Kecamatan Seyegan, Kecamatan Tempel dan Kecamatan Turi. program tersebut bertujuan untuk memberikan akses kepada penduduk desa agar dapat menikmati akses internet. Hal ini menunjang untuk meminimalisasi kesenjangan digital.
8
Di kutip dari http://www.beritasatu.com/ Tanggal 6 Mei 2013 Pukul 13 : 15 WIB.
10
Kesenjangan digital juga terkait dengan kesetaraan memperoleh peluang dan informasi9. Kabupaten Sleman merupakan daerah yang sangat jelas terjadi perbedaan kesenjangan digital. Dimana letak administratif yang berbatasan langsung dengan kota Yogyakarta yang memiliki infrastruktur dan fasilitas yang memadahi. Sedangkan di Kabupaten Sleman khususnya daerah pedesaan seperti kecamatan ngaglik, kecamatan turi, dan lain-lain yang letaknya jauh dari kota menjadi sangat berbeda karena infrastruktur digitalnya sangat kurang. Terlebih lagi koneksi yang menjangkau sangatlah sedikit. Program internet kecamatan yang menjadi kunci untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat memberikan harapan tentang keterbukaan informasi dan pengurangan kesenjangan digital. Melalui konsep yang sangat bagus, program internet kecamatan mengusung penghapusan kesenjangan digital yang menjadi rencana jangka panjang Menkominfo. Berdasarkan data dari RKPD Kabupaten Sleman tahun 2013, terdapat tabel sebagai berikut :
9
Di kutip dari http://digilib.its.ac.id/ Tanggal 5 Mei 2013 Pukul 22 : 12 WIB.
11
Tabel 1. Data Rasio Antara Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Sarana Komunikasi Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
No 1.
Tahun
Indikator Rasio
warnet
terhadap
penduduk 2.
Jumlah surat kabar nasional
2007
2008
2009
2010
2011
0,000487
0,000481
0,000475
0,00055
0,00055
15
15
16
16
17
5
6
6
7
Jumlah surat kabar lokal 5
Sumber : Laporan RKPD Kabupaten Sleman tahun 2013
Dari tabel 3 tersebut, adanya perbandingan rasio jumlah penduduk dengan sarana komunikasi.
Diketahui
bahwa
ditahun
2011
menunjukan
angka
0,00055
mengindikasikan bahwa ketersediaan warnet di wilayah Kabupaten Sleman sudah melebihi setengah dari jumlah penduduk Kabupaten Sleman10. Angka rasio warnet/wartel tahun 2012 bertambah karena kebutuhan akan akses internet saat ini sudah sangat mudah, antara lain melalui free hotspot dan modem GSM/CDMA dengan biaya relative murah. Pelaksanaan program yang menyangkut input, output, outcome, dan impact merupakan komponen dalam program yang dilaksanakan. Pelaksanaan tersebut akan ditulis dalam bentuk laporan hasil kegiatan. Didalam program internet kecamatan, laporan kegiatannya hanya bersifat sampai kepada program terlaksana. Seperti pada Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementrian Komunikasi dan Informatika 2011, dalam laporan tersebut hanya di muat program internet kecamatan 10
Di kutip dari Laporan RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013
12
telah dilaksanakan dengan infrastruktur yang direncanakan. Tetapi tidak dijumpai apakah program tersebut dilaporkan telah berhasil dimanfaatkan. Sehingga pelaporan kegiatan hanya berhenti kepada output atau keluaran dari program berupa penyediaan fasilitas internet kecamatan. Sedangkan program tersebut akan terbilang efektif jika program tersebut tepat guna. Menurut Mahmudi (2005:92) Efektivitas berfokus pada outcome (hasil) program dan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan atau dikatakan spending wisely. PLIK merupakan salah satu bentuk konsep dari telecenter. Telecentre adalah sejenis layanan yang memberikan kontribusi kepada pembangunan dengan cara menyediakan akses informasi, komunikasi dan teknologi pendidikan (KEI) dan keterampilan ke seluruh penduduk, menciptakan kompetensi masyarakat yang mandiri dalam Ekonomi Informasi dan membangun pasar serta peluang untuk sektor swasta11. Keberhasilan Program Internet Kecamatan di bidang telekomunikasi dan informatika bukan ditentukan ketersediaan infrastruktur atau fasilitas, namun ditentukan apakah fasilitas yang ada dimanfaatkan oleh masyarakat (sasaran) setempat atau tidak (dalam Topohudoyo, 2012 : 3). Program Internet Kecamatan menjadi tidak ada artinya, apabila fasilitas yang tersedia tidak dimanfaatkan. Hal ini diperlukan partisipasi masyarakat agar dapat meningkatkan daya guna dari PLIK tersebut. 11
Di Kutip dari Djohani, Rianingsih dkk. 2007. Memberdayakan Masyarakat Dengan Mendayagunakan Telecenter. Jakarta : Tim Partnerships for e-Prosperity fot the Poor (Pe-PP) Bapenas-UNDP. Hal : 44 13
Hal tersebut dijumpai di Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) di Desa Sendangadi yang memiliki sedikit pengunjung. Berdasarkan observasi peneliti yang dilakukan dari tanggal 29 Juni – 30 Juli 2013, bahwa jumlah pengunjung PLIK hanya 30 orang. Sedangkan penduduk desa sendangadi kurang lebih sebanyak 10.000 jiwa. Dapat dikatakan bahwa pengguna PLIK sebesar 0,3 persen dari jumlah penduduk. Hal ini menjelaskan bahwa pelaksanaan PLIK masih terbilang belum maksimal. Kemudian berdasarkan data dari kuesioner peneliti, diketahui beberapa hal yang berkaitan dengan pengguna PLIK di Desa Sendangadi yaitu jumlah pengguna PLIK, intensitas penggunaan, dan jangkauan pengguna terhadap PLIK. Jumlah pengguna PLIK dari observasi dan data dari sistem operator menunjukan 52 orang. Pengguna ini berusia antara 10 – 20 tahun dengan pendidikan pengguna yaitu sekolah dasar SD. Tabel 2 Kelompok Usia Masyarakat Pengguna PLIK di Desa Sendangadi No
Kelompok Umur
Frekuensi
Persen
1
10 – 20 tahun
48
100,0
2
21 – 30 tahun
0
0
3
31 – 40 tahun
0
0
4
41 – 50 tahun
0
0
5
Lebih dari 50 tahun
0
0
Jumlah
48
100,0
Sumber : Diolah dari pertanyaan no 2 (kuesioner A)
14
Dari data tersebut, menyebutkan bahwa penggunaan PLIK di Desa Sendangadi hanya digunakan oleh anak-anak. Penggunaan oleh orang yang berusia di atas 20 tahun tidak ada. sehingga PLIK hanya sebatas menjangkau kebutuhan anak-anak tetapi tidak membukakan akses kepada masyarakat seluruhnya. Dari 52 orang pengguna tersebut, diketahui frekuensi
penggunaan PLIK
dalam menggunakan akses internet. Dari data diketahui bahwa pengguna PLIK sering menggunakan PLIK. berdasarkan data berikut dijelaskan frekuensi pengguna PLIK di Desa Sendangadi : Grafik 1. Frekuensi Pengguna PLIK Mlati 2 Di Desa Sendangadi
Sumber : Diolah dari pertanyaan no 9 Berdasarkan Grafik 7. menunjukan bahwa penggunaan PLIK oleh masyarakat pengguna sebanyak lebih dari 15 kali dengan jumlah 24 orang atau 77,4 persen. Dari 15
seluruh pengguna PLIK tersebut diketahui bahwa mereka hanya menggunakan atau mengakses konten game dan jejaring sosial. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan jejaring sosial dan game diakses 24 orang atau 77,4 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa PLIK tidak beda halnya dengan warnet umum. Walaupun memiliki protal pencegah hal berbau pornografi tetapi penggunaan facebook dan game akan berdampak buruk kepada masyarakat pengguna yang notabennya anak berusia 10 – 20 tahun. Berdasarkan data, sebagai berikut : Grafik 2. Jarak Rumah Pengguna PLIK dengan PLIK Mlati 2
Sumber: pertanyaan kuesioner no 13 Dari data tersebut, bahwa pengguna PLIK di Desa Sendangadi 61,29 persen memiliki rumah kurang dari 100 meter dari PLIK. Hal ini memberikan pengertian bahwa 16
pengguna PLIK di Desa Sendangadi hanya berjarak kurang dari 100 meter. Sedangkan untuk 35,48 persen pengguna memiliki rumah berjarak 101 – 500 meter dari PLIK. hal ini dapat disimpulkan bahwa pengguna PLIK di Desa Sendangadi hanya berjarak dekat dari PLIK. Kemudian masyarakat yang berjarak lebih dari itu tidak menggunakan PLIK. Selain hal tersebut peran konsep TAM juga berpengaruh dalam keinginan masyarakat dalam menggunakan teknologi. Menurut Davis, 1989 (dalam Lule dkk, 2012 : 32) di pengaruhi oleh salah satunya Technology Acceptance Model (TAM), teori ini pada prinsipnya mengatakan bahwa, penerimaan teknologi sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan akan manfaat dan kemudahan penggunaan teknologi itu bagi mereka. Tujuan utama TAM adalah untuk mendirikan dasar penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan, sikap (personalisasi), dan tujuan pengguna komputer. TAM menganggap bahwa dua keyakinan variabel perilaku utama dalam mengadopsi sistem informasi, yaitu persepsi pengguna terhadap manfaat (perceived usefulness) dan persepsi pengguna terhadap penggunaan (perceived ease of use). Perceived usefulness diartikan sebagai tingkat di mana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu dapat meningkatkan kinerjanya, dan perceived ease of use diartikan sebagai tingkat di mana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tidak diperlukan usaha apapun (free of effort). Perceived ease of use juga berpengaruh pada perceived usefulness yang dapat diartikan bahwa jika seseorang 17
merasa sistem tersebut mudah digunakan maka sistem tersebut berguna bagi mereka (dalam Topohudoyo, 2012 : 7). Kemudian
berdasarkan
penjelasan
tersebut,
dapat
diketahui
bahwa
penggunaan PLIK di Desa Sendangadi belum maksimal. Ketidakmerataan pengguna PLIK yang mana pengguna kebanyakan anak-anak, dengan frekuensi yang penggunaan lebih dari 20 kali tetapi penggunaan hanya menggunakan konten game dan jejaring sosial, dan pengguna PLIK hanya sekitar PLIK saja menyebabkan PLIK di Desa Sendangadi belum efektif. Oleh karena itu, peneliti berdasarkan penjelasan tersebut menarik pertanyaan yang akan diteliti yaitu “Tantangan yang muncul dari sisi pengguna yang mempengaruhi ketidakefektifan PLIK di Desa Sendangadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman”.
1.2. Rumusan Masalah
Tantangan apa yang muncul dari sisi pengguna yang mempengaruhi ketidakefektifan program Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) di Desa Sendangadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tantangan yang muncul dari sisi pengguna yang menyebabkan ketidakefektivitas Program Internet Kecamatan (PLIK) di Kelurahan Sendangadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. 18
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Kabupaten Sleman dan Dishubkominfo Memberikan masukan kepada Pemkab untuk dapat mengoptimalkan program PLIK. 2. Bagi PT SMIS (Jogja Media Net) Dapat mengerti permintaan masyarakat terkait optimalisasi PLIK yang merupakan askes masyarakat dalam berinternet 3. Bagi masyarakat kabupaten Sleman Dapat menjadi masukan untuk mengerti pentingnya internet dan pentingnya melakukan kegiatan politik. 4. Bagi Akademika Dapat menambah bahan penelitian orang lain untuk meningkatkan kesempurnaan ilmu pengetahuan.
19