1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sebagai pelaksanaan dari Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikeluarkan Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanana undang-undang tersebut. Peraturan Pemerintah yang telah
dikeluarkan
dan
harus
segera
dilaksanakan
penyesuaian-
penyesuaian aturan dibawahnya adalah Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan mengatur tentang stndar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan,
stadar
pembiayaan
dan
standar
penilaian
pendidikan. Dalam aturan tersebut ditetapkan pula kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kalender pendidikan/akademik. Pada dasarnya gerak dan langkah pendidikan Indonesia tidak dapat diabaikan dari kebijakan utama dalah menetapkan program prioritas di bidang pendidikan, diantaranya pemutusan wajib belajar dasar sembilan tahun, peningkatan mutu pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan, pendidikan dan penguasaan ilmu pendidilan dan teknologi, dan peningkatan kinerja tenaga pendidikan atau keterkaitan dan kesepadaan (link and match)
2
Dengan kesunguhan upaya pemerintah dan partisipasi aktif seluruh masyarakat pembangunan pendidikan nasional telah mencapai peningkatan pertumbuhan dan perkembangan secara kuantitatif dan kualitatif yang cukup berarti. Hal ini di indikasikan dengan menurunya angka buta huruf, meningkatnya angka partisipasi kasa/ dan murni di semua jenjang dan jenis, serta jumlah lulusan di semua jenjang keberhasilan ini memberikan sumbangan yang cukup berarti. Kenyataan yang lain Indonesia juga dihadapkan kepada tantangan global. Era global menuntut sumber daya manusia yang handal dengan memiliki keungulan kompetitif, paling tidak memiliki keunggulan di bidang akademik dan keterampilan teknis. Persoalan pendidikan pada hakikatnya bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab birokrasi, melainkan tanggung jawab banyak unsur, terutama pihak-pihak yang berkepentingan di dalam proses pendidikan di sekolah tersebut. Dengan demikian debirokrasi pendidikan perlu dilakukan terutama dalam rangka melibatkan semua urusan yang berkepentingan dengan peningkatan mutu pendidikan Kesadaran ini berkonsekuensi
logis
bagi
terciptanya
keikutsertaan
pihak
non
pemerintah yang secara moral dan sosial bertanggung jawab akan kelangsungan proses pendidikan bagi anak bangsa. Pendidikan juga merupakan proses pemberdayaan peserta didik sehingga peserta didik dituntut menjadi manusia-manusia yang makin cerdas. Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.
3
Belajar
akan
lebih
bermakna
jika
anak
mengalami
apa
yang
dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang Pembelajaran berbasis mencari informasi merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Siswa diberi kesempatan dan kebebasan untuk mencari informasi sebagai sumber belajar. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa, jadi siswa lebih proaktif untuk memperoleh
pengetahuan,
pengalaman
dan
keterampilan.
Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil Dalam hal ini, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi, tetapi justru siswa yang aktif mencari informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.
4
Di samping itu, guru juga dapat mengembangkan kemandirian dan kemampuan siswa dalam melakukan apresiasi pada informasi yang diperolehnya. Apresiasi merupakan suatu bentuk untuk memperoleh, menghayati, menilai, dan menghargai terhadap sesuatu hal, terutama yang terkait dengan pembelajaran. Dengan demikian, siswa akan mampu memberikan respon balik terhadap materi pembelajaran secara aktif, tidak harus menunggu informasi dari guru. Dari uraian tersebut, peneliti mengangkat judul penelitian ini, tentang
”Model
Pembelajaran
Berbasis
Mencari
Informasi
dalam
Peningkatan Kemndirian Kemampuan Berapresiasi di SMA Negeri 1 Jogonalan Jogonalan”
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian Pembelajaran berbasis informasi belum dikembangkan pada sekolah secara konvensional. Mengingat, tiap-tiap sekolah belum memenuhi
syarat
untuk
itu,
terutama
terkait
dengan
fasilitas
pembelajaran yang sampai saat ini belum merata. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dikemukakan dua rumusan permasalahan penelitian.kedua rumusan masalah penelitian disampaikan di bawah. 1. Bagaimana model implementasi pembelajaran berbasis mencari informasi yang mengarah pada peningkatan kemandirian kemampuan berapresiasi di SMA Negeri 1 Jogonalan?
5
2. Bagaimana kondisi pengalaman pola hidup dan prestasi akademik siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia dari pelaksanaan pembelajaran berbasis mencari informasi di SMA Negeri 1 Jogonalan?
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mendeskripsikan
pengembangan
pembelajaran
berbasis
mencari
informasi. 2. Tujuan Khusus a. Model implementasi pembelajaran berbasis mencari informasi yang
mengarah
pada
peningkatan
kemandirian
kemampuan
berapresiasi di SMA Negeri 1 Jogonalan b. Kondisi pengalaman pola hidup dan prestasi akademik siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia dari pelaksanaan pembelajaran berbasis mencari informasi di SMA Negeri 1 Jogonalan
D. Manfaat Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat, antara lain : 1. Manfaat Teoritis a. Dapat memberikan informasi tentang model pembelajaran berbasis mencari informasi dalam peningkatan kemandirian kemampuan berapresiasi di SMA Negeri 1 Jogonalan
6
b. Dapat diperguanakan sebagai bahan penelitian berikutnya yang sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Dapat
dipergunakan
pembelajaran
berbasis
sebagai
bahan
mencari
kajian
informasi
tentang
dalam
model
peningkatan
kemndirian kemampuan berapresiasi. b. Dapat diperguanakan sebagai bahan implementasi pembelajaran tentang model pembelajaran berbasis mencari informasi dalam peningkatan kemndirian kemampuan berapresiasi.
7
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Maka pelajaran bahasa dan sastra Indonesia diberikan kepada siswa pendidikan untuk membekali siswa dan merefleksi berbagai bahasa Indonesia. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa
dapat memilki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.Guna mengantisipasi dan agar kelak dapat ikut
bermain
dalam era globalisasi, maka perlu pembentukan pola hidup siswa. Pembentukan pola hidup siswa merupakan nilai kependidikan atas yang sangat mendasar. Dikatakan sangat mendasar, karena sangat dibutuhkan
dalam kehidupan bermasyarakat. Keberhasilan seseorang
dalam kehidupan banyak bergantung pada kemantapan nilai itu dalam dirinya. Karena itu, nilai pembentukan pola hidup siswa perlu ditumbuhkembangkan melalui tatanan kehidupan di sekolah menengah atas. Tatanan kehidupan di sekolah menengah atas secara formal yang paling dominant adalah perpelajaranan .Sehingga praktik perpelajaranan di sekolah menengah atas idealnya dapat meningkatkan pembentukan pola hidup siswa. Akan tetapi, sinyalemen bahwa perpelajaranan
di
sekolah
menengah
atas
sebagian praktik
belum
secara
serius
8
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip yang sahih untuk memberikan peluang siswa belajar cerdas, kritis,kreatif, dan memecahkan masalah. Sebagian besar praktik praktik perpelajaranan di sekolah menengah atas masih
menggunakan
cara-cara
lama
yang dikembangkan
dengan
menggunakan, atau berdasarkan pengalaman singkat. Perpelajaranan ”Bahasa Indonesia” yang diupayakan guru mata pelajaran bahasa Indonesia belum menunjukkan sebagai suatu proses pembentukan pola hidup siswa.Proses perpelajaranannya masih sebatas sebagai proses transfer of knowledge .bersifat verbalistik dan cenderung bertumpu pada kepentingan guru dari pada kebutuhan siswa. Hal ini didukung hasil pengamatan awal yaitu adanya kecenderungan guru dalam memilih dan menggunakan metode mengajar bersifat spekulatif, yang beraakibat kegiatan perpelajaranan berkurang menarik, tidak menantang, dan sulit mencapai target. Persoalan di atas sangat sulit dipecahkan dengan segera, membiarkan
persoalan tersebut berlarut-larut tanpa ada penyelesaikan
merupakan tindakan tidak bijaksana. Oleh karena itu untuk mengatasi persoalan tersebut,
salah satu cara bisa dilakukan adalah mengkaji
secara mendalam persoalan tersebut berdasarkan rujukan filosofis atau teori yang valid dan penelitian. Sehingga di sekolah menengah atas pada umumnya dan khususnya di SMA Negeri 1 Jogonalan Jogonalan Kabupaten Klaten diharapkan ada pemabaharuan pembelajaran dengan model yang inovatif.
9
Bertolak dari pemikiran diatas, penelitian memberikan alternatif pengembangan model pembelajaran berbasis mencari informasi. Model pembelajaran berbasis mencari informasi diyakini dapat memberi peluang mahsiswa untuk terlibat dalam diskusi, berpikir kritis, berani dan mau mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri (Zaini,dkk;2005:51). Hakekatnya model pembelajaran berbasis mencari informasi disamping memperoleh pengalaman
fisik terhadap objek dalam
pembelajaran, siswa juga memperoleh pengalaman atau terlihat secara mental.Meskipun
model
pembelajaran berbasis
mencari
informasi
mengutamakan peran aktif siswa, buka berarti guru tidak berpartisipasi, sebab dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai perancang, fasilitator, dan pembimbing proses pembelajaran. Secara umum, penelitian dan pengembangan ini bertujuan menghasilkan suatu model pembelajaran bagi pembentukan pola hidup siswa
dalam mata kulaih “Bahasa Indonesia “di sekolah menengah
atas.secara khusus, tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian dan pengembangan ini – yaitu (1) Menghasilkan suatau model pembelajaran yang cocok bagi pembentukan pola hidup siswa dalam mata kulaih “Bahasa Indonesia “ dilihat dari kesesuaian desainnya dengan kaidahkaidah
pembelajaran
dan
keterlaksanaan
atau
kelayakan
implementasinya oleh guru dengan sarana pendukung yang tersedia dan (2) mengetahui dampak dari penerapan model pembelajaran berbasis mencari informasi informasi dalam mata kulaih “Bahasa Indonesia
10
“dilihat dari pemahaman pola hidup dengan indicator (a)menunjukkan kesadaran sendiri,(b) mendemontrasikan kerja mandiri, (c) menggunakan pendekatan yang obyektif dalam memecahkan masalah,(d) memelihara kebiasaan hidup sehat, dan (e) menerapkan pola kerja dalam kegiatan kelompok.. Tataran teoritis, hasil penelitian dan pengembangan ini diharapkan bermanfaat mengembangkan prinsip-prinsip mengenai penerapan model pembelajaran berbasis informasi dalam mata kulaih “Bahasa Indonesia “ , terutama berkaitan dengan pembentukan pola hidup mahsiswa. Hal ini semakin Urgen
bagi
keperluan
kajian teoritis manakala
dengan masih minimnya bahan referensi penerapan model pembelajaran
dikaitkan
yang membahas tentang
bagi pebentukan pola hidup
dalam
implementasi pengajaran bahasa Indonesia. Secara praktis, studi ini dapat dimanfaatkan lembaga pendidika LPTK/sekolah maupun guru/Guru.Lembaga pendidikan LPTK/ Sekolah dapat memanfaatkan
hasil studi ini untuk pengembangan kompetensi
para calon guru / para guru di bidang pembelajaran. Kompetensi dalam bidang
pembelajaran merupakan kebutuhan yang mendesak, karena
pembelajaran bermutu merupakan jantungnya pendidikan secara umum. Para guru/guru dapat memanfaatkan model produk studi ini untuk penyelenggaraan layanan pembelajaran bagi pembentukkan pola hidup siswa / siswa. Dan desain
modelnya dapat diaplikasikan untuk
pengembangan desain model pembelajaran mata pelajaran lebih lanjut.
11
2. Apresiasi Ssatra Indonesia a. Pengertian Apresiasi Ssatra Setiap individu pada dasarnya memiliki bakat alam bakat itu dapat berkembang jika proses kreatif diasah dan senantiasa ditempa dengan baik. Ibarat mata pisau yang akan menjadi lebih tajam jika selalu dipakai dan diasah.Artinya seseorang akan berkembang dengan bakat alam
yang dimilikinya, jika ia tidak hanya
menggunakan filosofi sebagai gudang semata, tempat penampungan ilmu pengetahuan .Tetapi secara sadar dan vital yang mendasari sebagai pabrik proses pencerahan penting sekalijika keduanya berjalan senergi, niscaya bakat alam dan intelektualisme
menjadi
bagian yang tidak terpisahkan .Begitu pula proses apresiasi sastra itu istilah penyair Subagio Sastrawardoyo memadukan unsur keterpaduan kesengajaan keinginan untuk memahami makna diri. Aminudin
menyatakan
pada
hakekatnya
pembelajaran
Apresiasi Ssatra Indonesia adalah memperkenalkan kepada siswa nilai-nilaia yang dikandung
karya sastra dan mengajak siswa ikut
menghayati pengalaman-pengalaman yang disajikan. Supriyadi menyatakan bahwa apresiasi adalah kegairahan atau empati kita untuk mengenal nilai merasakan kenikmatan kenikmatan itu timbul karena merasa berhasil dalam menerima pengalaman orang lain serta kekaguman akan kemampuan sastrawan dalam mengarahkan segala alat yang ada pada medium seninya sehingga berhasil
12
memperjelas,
memadukan
dan
memberikan
makna
terhadap
pengalaman yang diolahnya. Maman S Mahayana menyarankan . Apresiasi Ssatra Indonesia di sekolah bertujuan agar siswa menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatakan pengetahuan dan kemampuan bahasa. Budi Darma, Apresiasi Ssatra yang sama
meskipun mempunyai objek
dengan kritik sastra berusaha untuk menerima
karya
sastra sesabagi sesuatu yang layak diterima, didalamnya berusaha untuk menerima nilai-nilai sastra sebagai suatu objek dan itu benar.
b. Sastra Karya sastra ditinjau dari ragamnya, ada karya sastra fiksi dan nonfiksi. Karya sastra fiksi misalnya puisi, hikayat, fabel, mite, cerita pendek, novel, dan sebagainya. Adapun karya sastra nonfiksi misalnya esai, biografi, autobiografi, dan sebagainya. Dengan demikian, karya sastra khususnya novel mengandung unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik. Dalam hubungannya dengan pengajaran sastra di SMU, ditegaskan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan Kurikulum SMA 2004 terdapat pokok bahasan pengantar teori kesusastraan, apresiasi sastra, dan mengarang cerita rekaan. Khusus dalam hubungannya dengan apresiasi sastra merupakan suatu kajian karya sastra yang berupa tanggapan atau penilaian dan penghargaan
13
pada karya sastra. Apresiasi mengandung arti tanggapan atau pemahaman yang sensitif terhadap sesuatu. Dengan demikian, apresiasi sastra dapat diartikan sebagai upaya untuk mempelajari, memahami, menanggapi, menghayati, dan menilai suatu karya sastra secara kognitif. Sensitif di sini mengacu pada aspek afektif, yaitu kemampuan
kepekaan
seseorang
dalam
menanggapi
dan
mengapresiasi suatu karya sastra, terutama mengenai unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Mengajarkan
sebuah
karya
sastra
tidak
sama
dengan
mengajarkan mata pelajaran yang lain pada umumnya, misalnya Biologi, Fisika, Matematika, dan sebagainya, yang sering hanya memindahkan suatu ilmu kepada siswa. Dalam pengajaran karya sastra, seseorang guru sastra harus memiliki pengetahuan yang luas di bidang sastra dan yang paling penting suka mengapresiasi karya sastra, sehingga dalam mengajar tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan sebatas yang ada dalam buku pegangan, namun juga dapat mendorong dan mengaktifkan siswa untuk berkreasi serta membantu siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya melalui media karya sastra. Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa yaitu pandangan, ide-ide, perasaan, pemikiran, dan semua kegiatan mental manusia. Ada batasan lain yang menyatakan bahwa sastra adalah inspirasi kehidupan yang diwujudkan dalam bentuk keindahan.
14
Teeuw
(1978
:
3)
dalam
Pengantar
Teori
Sastra,
mendefinisikan sebagai berikut “Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta; akar kata sas-, dalam kata kerja turunan berarti `mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi`. Akhiran tra biasanya menunjukkan alat, sarana. Maka dari itu, sastra dapat berarti alat untuk memberi mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengarajaran” . Lebih lanjut, Sumardjo dan Saini (1978 : 3), dalam Apresiasi Kesusastraan,
memberikan batasan : sastra adalah ungkapan
pengalaman pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Adapun Satoto (1986 : 24 ) dalam Metode Penelitian Sastra, menegaskan bahwa “Karya sastra adalah karya fiksi, sedangkan karya fiksi adalah karya imajinasi. Apa yang tersirat di dalam karya sastra jenis fiksi ini mungkin bersumber pada pengalaman batin atau realita pengarang, baik langsung maupun tidak langsung, setelah diolah berdasarkan teknik atau daya imajinasi pengarang”. Dari batasan-batasan tersebut, terdapat beberapa unsur yaitu : Unsur pertama adalah isi sastra yang merupakan pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, semangat, keyakinan, kepercayaan, dan lain-lain.
15
Unsur kedua adalah ekspresi yaitu upaya untuk mengeluarkan sesuatu dari dalam diri manusia. Unsur ketiga adalah bentuk. Tanpa adanya bentuk, unsur isi yang diekspresikan itu tidak dapat diketahui oleh orang lain. Unsur keempat adalah bahasa. Bahasa merupakan bahan utama untuk mewujudkan unsur pribadi dalam suatu bentuk yang indah. Dengan unsur-unsur tadi kiranya dapat dibuat batasan sastra dalam arti yang luas, yang tidak menunjuk kepada nilai atau norma yang menjadi syarat sesuatu karya disebut karya yang baik dan bermutu. Jadi sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.
c. Kegiatan Berapresiasi Ssatra Pada hakekatnya pengajaran sastra adalah menciptakan situasi siswa membaca dan merespon karya sastra serta membicarakan pula bersama=sama . maka kegiatan bersastra meliputi : 1) Mendengarkan, memahami, dan mengapresiasikan ragam karya sastra (puisi, prosa, drama) baik dalam karya asli, saduran maupun terjemahan. 2) Membahas, mendiskusikan ragam karya sastra sesuai dengan isi atau konteks lingkungan dan budaya.
16
3) Membaca dan memahami berbagai jenis dan ragam karya sastra mampu melakukan apresiasi secara tepat. 4) Mengekpresikan karya sastra yang diminati dalam karya tulis yang kreatif serta dapat menulis bentuk krtik, esai sastra berdasarkan ragam yang dibaca.
d. Tujuan Pembelajaran Apresiasi Ssatra Berpegang pada pandangan bahwa
kegiatan berapresiasi
merupakan proses yang terencana , maka untuk melaksanakan pembelajaran tersebut mmerlukan keterlibatan siswa dalam proses pemerolehan kebermaknaan.Ada beberapa tujuan yang menjadi dasar Pembelajaran Apresiasi Ssatra. 1) Mengembangkan kepekaan
siswa terhadap nilai-nilai inderawi,
nilai akali, nilai afektif, nilai keagamaan dan nilai sosial seperti yang tersirat dalam karya sastra. 2) Menciptakan situasi siswa membaca dan merespon karya sastra serta membicarakan secara bersama-sama (secara diskusi, dilogis, komunikatif) 3) Agar siswa menikmati dan membangun seseorang sehingga menjadi manusia berbudaya. 4) Menghargai
dan
mengembangkan
sastra
Indonesia
sebagai
khasanah budaya dan intelektual manusia / siswa memperoleh pengetahuan tentang sastar dan teorinya (nama buku, pengarang, judul dari berbagai angkatan sastra.)
17
d. Upaya peningkatan Apresiasi Ssatra Dalam Pembelajaran bahasa dan Ssatra pada khusunya siswa bukan hanya dituntut untuk memahami teori-teori sastra saja, tetapi siswa lebih dituntut untuk memiliki kemampuan mengapresias9ikan karya sastra wahana yang menampung kefgiatan tersebut meliputi : 1) Pengadaan buku-buku sastra yang cukup. Kehadiran buku-buku sastra mutlak wajib dipenuhi , agar siswa memiliki kesempatan untuk berakrab dengan karya sastra. Mustahil Pembelajaran Apresiasi SsatraIndonesia akan berhasil sesuai dengan harapan jika siswa tidak berhadapan langsung dengan hasil-hasil karya yang tertuang pada buku tersebut dengan harapan jika siswa tidak berhadapan langsung dengan hasil-hasil karya tertuang pada buku tersebut. 2) Mewajibkan siswa membaca buku-buku sastra dan sekaligus melakukan dialog budaya (berdiskusi, verdeklamasi, bermain peran, meresensi dan lain-lain) dan mengembang kegiatan seni yang lain. 3) Memberiokan dipadukan
alokasi
yang
cukup,
serta
pengajaran
tidak
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi
diusahakan sebagai mata ajar tersendiri. 4) Mengadakan berbagai (pentas seni) sebagai wahana siswa mengekpresikan (pengembangan kreatif dan Apresiaif)Dialog sastra, Bedah buku dan kegiatan sastra yang lain.
18
5) Pembekalan ”sastra” untuk guru-guru / Penggalnagan kedaran akan pentingnya kegiatan sastra agar secara konstruktif selalu di bangun oleh guru-guru bahasa.
3. Konsep Pengembangan dan Tujuan Teoritik a. Konsep Pengembangan mencari informasi sebagai metode pembelajaran diwali oleh isu/ masalah yang memerlukan suatu pemecahan .Secara berkelompok siswa mencari informasi, kemudian mereka menyimpulkan informasi yang tersedia untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Strategi instruksional yang digunakan dalam model ini adalah diskusi kelompok kecil, curah pendapat, dan pemecahan masalah. Model pembelajaran berbasis mencari informasi ini dapat diupakai guru / guru untuk
menghidupkan materi perpelajaranan yang dianggap
kurang menarik oleh siswa / siswa, baik secara perorangan maupun kelompok.
Model
pembelajaran
dirancang untuk membantu
berbasis
mencari
informaso
terjadinya pembagian tanggung jawab
ketika siswa /siswa mewngikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia social (Mafune, 2005). Model pembelajaran berbasis mencari informasi dipandang sebagai proses pembelajaran
yang aktif, sebab mahasiswa /siswa
akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan (Controling) dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagai pengetahuan,
19
serta tanggung jawab individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran (Surtikanti dan Sutama, 2007). Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan model ini, yaitu
(1) untuk membentuk pola hidup siswa dapat
ditempuh melalui pengembangan proses kreatif menunju suatu kesadaran dan pengembangan alat bantu yang secara
eksplisit
mendukung, kreativits, (2) komponen emosional lebih penting dari pada
yang
rasional,,
dan
(3)
untuk
meningkatkan
peluang
keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah harus lebih dahulu memahami komponen emosional dan irasional. Model pembelajaran berbasis mencari informasi yang dipakai dalam penelitian dan pengembangan ini adalah mengadopsi pendapat Zaini (2004:51). Tahapan pembelajarannya seperti disampaikan di di bawah. a. Langkah 1 : Input Substantif Guru metode
memperkenalkan
prosedur
pembelajaran. Dalam langkah
informasi
sebagai
ini guru mengajukan
berbagai tantangan yang merangsang setiap pada suatu kelas harus memecahkan problem dengan cara menyimpulkan informasi yang tersedia.Disini
guru
sekaligus
mengarahkan
kelas
untuk
pembeuatan kelompok dan mencari informasi dari buku, majalah, maupun internet. b. Langkah 2 : Analogi Langsung Guru
mengajukan
pengadaian
perencanaan
tentang
bagaimana menyelesaikan permasalahan. Siswa secara individu
20
atau kelompok diminta mendeskripsikan tentang bagaimana melakukan investigasi problem. c. Langkah 3:Analogi Personal Guru memberikan tugas kepada setiap
siswa untuk
membuat pengandaian diri beserta alas an-alasannya, penyelesaian problem yang sedang diabahas. d. Langkah 4 :Membandingkan Analogi Pada tahap ini mahesiswa diminta mengidentifikasi dan menjelaskan butir-butir yang sama antara penyelesaian problem hasil kerja kelompok dengan individu.dalam membahas hasil pekerjaan siswa digunakan pendekatan curah pendapat. e. Langkah 5 : Penyelesaian problem Dalam penyelesaian problem. Guru mengarahkan anggota kelompok
pada
penyelesaian
tugas
yang
besifat
individu,
kemudian disenteseskan sehingga akhir tugas akan terbentuk hasil kesimpulan investigasi yang siap disajikan di depan kelas. f. Langkah 6 :Eksplorasi Guru memberikan waktu secara bergantian untuk siap kelompok memaparkan hasil investigasi problem di depan kelas. Tugas kelompok lain ketika satu kelompok presentasi adalah melakukan evaluasi sajian kelompok. Siswa diminta menjelajah terhadap
materi
yang
baru
dibahas
dengan
menggunakan
bahasanya sendiri, komentar maupun kritik tertulis dijadikan masukan balik.
21
g. Langkah 7 :Memunculkan balik Pemunculan objek dari investigasi problem yang di bahas ,
dilakukan
evaluasi
dalam
bentuk
diskusi
atau
curah
pendapat.Diskusi evaluasi dimulai mendiskusikan kekuarangan dalam internal kelopok, kemudian berlanjut pada diskusi evaluasi seluruh kelas. Model pembelajaran berbasis mencari informasi yang dikembangkan dalam penelitian pencarian informasi balik
dan pengembangan ini berupa
dari buku teks,majalah maupun
internet. Langkah-langkah pencarian informasi sebagai metode pembelajaran dapat diilustraikan dalam gambar 1
Orientasi umum
Mencari informasi
Perencanaan mengatasi
Penyelesaian problem
Umpan balik
masalah
Pembentukan Pola hidup Siswa
gambar 1:
kesadaran diri, kerja mandiri Objektif dalam pemecahan masalah Kebiasaan hidup sehat, kerja sama
Pengembangan Model Mencari Informasi
Pembelajaran
Berbasis
b. Tinjauan Teoritik Pola
hidup
merupakan
mengaplikasikan sikap dan sifat
level
teratas
ranah
afektif,
yang memuat prinsip menghargai
22
diri sendiri, orang lain dan pekerjaan (Zaini , dkk;2002:91). Menghargai diri sendiri dimaksudkan memahami, mengelola dan memanfaatkan serta selalu berusaha meningkatkan kemampuannya. Menghargai orang lain dimaksudkan mosi, pikiran, sifat, san sikap orang lain
teruitama yang menyangkut kehidupan, kemudian
mengembangkan hubungan saling menguntungkan . Menghargai pekerjaan dimaksudkan merasa senang dan bangga akan pekerjaan serta
melaksanakan
tugas
dengan
sepenuh
dan
setulus
hati
(Tampubolon, 2001:152) Indikatot dari pembentukan pola hidup, yaitu (1)menunjukkan kesadaran
diri,
(2)
mendemontrasikan
kerja
mandiri,
(3)
menggunakan pendekatan objektif dalam pemecahan masalah, (4) memelihara kebiasaan hidup sehat, dan (5) menerapkan kerja sama dalam kegiatan kelompok (Zaini, dkk; 2002:91).
c. Model Pembelajaran Berbasis Mencari Informasi Hakikat Model pembelajaran berbasis mencari informasi adalah proses sosiual yang dididalamnya siswa belajar melaui pengalaman fisik maupun secara mental (Zaini, dkk;2004:51) .Pengalaman fisik dalam arti pembelajaran
.Pengalaman
melibatkan siswa dengan objek
mental
dalam
arti
memperhatikan
informasi awal yang telah ada pada diri siswa , dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyusun sendiri informasi yang diperolehnya.
23
Model
pembelajaran
berbasis
mencari
informasi
memnugkinkan siswa leluasa dalam mengembangkan potensinya. Siswa dapat berlatoih memadukan konsep yang diperoleh dari penjelasan guru dengan penerapannya. Siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi di luar kelas. siswa dapat
membuat alternatif
untuk mengatasi topik /objek yang dibahas. siswa dapat membuat keputusan berkaitan dengan konsep yang telah dipelajarinya, dengan mempertimbangkan niali-nilai yang ada. siswa dapat
merumuskan
langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah.. Model pembelajaran berbasis mencari informasi, memberikan keragaman sumber belajar dan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memilih sumber belajar yang sesuai. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip dalam pengembangan KTSP , yakni berpusat pada peserta didik sebagai pembangun pengetahuan.Artinya upaya untuk mendirikan siswa dalam belajar, berkolaborasi, membantu teman, mengadakan pengamatan, dan penilaian diri untuk suatu refleksi akan mendorong mereka membangun pengetahuannya sendiri.Semua ini baru akan diperoleh melalui pengalaman langsung secara efektif. Penerapan Model pembelajaran berbasis mencari informasi mengacu panduan, model ini terdiri
yang disampaikan Zaini,dkk (2004).Penerapan dari dua dimensi, yaitu penerapan model dalam
dimensi desain mpdel pembelajaran yang dilakukan dalam persiapan pembelajaran
dan penerapan model dalam dimensi implementasi
model pembelajaran dalam kegiatan
pembelajaran dikelas.Kedua
24
berkaitan
karena antara desain dengan implementasi model
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Secara garis besar, ada duakegiatan dalam membuat desaian pembelajaran,
Pertama,
mengembangkan
segenap
pembelajaran, berupa rancangan kegiatan
aspek-aspek
pembelajaran
yang
memuat rumusan tujuan, uraian materi, prosedur peblejaran, dan teknik penilaian hasil pembelajaran .Kedua, menyiapkan seperangkat media
dan
sarana
pendukung
bagi
pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran di kelas. Implementasi model pembelajaran merupakan bentuk realisasi terhadap persiapan Pembelajaran yang telah dibuat guru. Dalam konteks pembelajaran yang mengimplementasikan Model mencari informasi terhadap tujuh langkah yang perlu dilakukan dalam merealisasikan desain model yang telah dibuat.
4. Metode Pengembangan dan Implementasi Model a. Metode Pengembangan Model Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
penelitian
pengembangan atau Research and Development (R&D). Sukmadinata (2005:164) menyebutkan penelitian dan pengembangan suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan. Langkah-langkah proses penelitian dan pengembagan menunjukan suatu siklus yang diawali dengan adanya kebutuhan,
25
permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan menggunakan suatu produk tertentu. Pendekatan penelitian dan pengembangan dipandang tepat digunakan dalam penelitian ini, karena tujuan penelitian ini tidak sekedar menemukan profil implementasi model pembvelajaran . namun lebih dari itu yaitu mengembangkan model pembelajaran yang efektif adaptable sesuai kondisi dan kebutuhan nyata. Subjek penelitian ini adalah guru pengampu dan siswa semester IV yang mengambil mata pelajaran bahasa Indonesia, di SMA Negeri 2007/2008.
1 Jogonalan Jogonalan
penelitian
ini
bukan
Klaten tahun pelajaran
penelitian
populasi,
tetapi
menggunakan sample. Pengambilan sample dilakukan dengan (1) memilih secara acak pada saat survai awal sebanyak dua kelas dari empat kelas yang ada masing-masing kelas banyaknya siswa 45 orang, (2)menentukan satu kelas dari dua kelas menjadi subjek penelitian survai awal, sebagai lokasi uji coba terbatas, dan (3) membagi dua kelompok, kelas yang digunakan dalam survai awal yaitu kelas control (kelas yang tidak dijadikan uji coba model) dan kelas eksperimen (kelas yang dijadikan uji coba model) sebagai subjek pada tahap validasi. Alat pengumpulan data yang dipakai, yaitu angket, observasi kelas, dan penilaian prestasi akademik. Angket dipakai untuk keperluan survai awal, yaitu untuk mengungkap pendapat guru dan siswa tentang pembentukan pola hidup. Panduan observasi kelas
26
dipakai untuk keperluan uji coba model maupun validasi model. Panduan observasi ini memuat aspek-aspek performasi guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan model mencari informasi. Pedoman penilaian presatsi akademik dibuat dan dikembangkan peneliti berdasarkan indicator pemahaman materi dan sistematika tugas pada mata pelajaran bahasa Indonesia .Semua alat pengumpulan data ini sebelum digunakan divalidasi isi. Teknik analisis data yang dipakai, yaitu teknik statistic deskriptif “Sebaran Frekuensi”analisis kualitatif, dan Uji t.sebaran frekuensi dipakai untuk menganalisis hasil survey awal, yaitu melihat kecenderungan guru dan siswa tentang pembentukan pola hidup . Analisis
kualitatif
dipakai
untuk
menganalisis
hasil
pengamatan kelas pada uji coba model maupun validasi model. Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan antara kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan guru /. Siswa (das sein) dengan kegiatan – kegiatan yang seharusnya dilakukan guru / Siswa (das solen) pada saat implementasi model. Uji t dipakai untuk menganalisis skor ratarata prestasi akademik siswa.. b. Implementasi Model Seperti telah disampaikan pada bagian tmodel pembelajaran berbasis portopolio terdapat tujuh langkah. Guna pengembangan model ini, dalam implementasi
pembelajarandikelas ditempuh
langkah-langkah sesuai pendapat Borg dan Gall (Sukmadinata, 2005:169) langkah-langkah tersebut disampaikan dibawah.
27
a. penelitian dan pengembangan data (Reaarchand information collecting); tahap ini melakukan pengukuran kebutuhan, studi literature survai awal. b. Perencanaan (planning); Menyusun rencana penelitian, meliputi tujuan yang hendak dicapai , langkah-langkah penelitian , dan analisis data. c. Pengebangan draf produk (develop preminary from of product); pada tahap ini melakukan , pengembangan bahan pembelajaran , proses pembelajaran dan instrument evaluasi. d. Uji coba lapangan awal(preliminary field testing) Pada saat uji coba diadakan pengamatan kelas terhadap aktivitas guru dan siswa. e. merevisi hasil uji coba awal (main product revision) f. Uji coba lapanagan (main field testing) selama uji coba diadakan pengamatan dan pengukuran terhadap kemampuan kreativitas siswa. g. Penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan (operasional prodct revision); h. Uji pelaksaanaan lapangan (operasional field testing) tahap ini biasa disebut uji validasi, dan pada pelaksanaannya diadakan pengamatan maupun pegukuran kemampuan kreativitas siswa i. Penyempurnaan model akhir didasarkan masukan dari data uji validasi.
28
j. Diseminasi
tahap akhir penelitioan dan
and implemation)
pengembangan,
melaporkan
hasilnya
dalam
pertemuan
professional dan penerbitan dalam jurnal pendidikan. Implemantasi model dalam penelitian dan pengembangan mengacu desain model yang telah direncanakan. Implementasi model ini secara diagramatik diilustrasikan gambar 2
Survai awal
Perencanaan Pengembangan Darf
Uji Coba Validasi
Uji Coba Awal
Revisi Hasil Uji Coba Awal
Revisi Hasil Uji Coba Lapangan
Revisi Produk Akhir
Uji Coba Lapangan
Diseminasi Implementasi
Gambar 2. Tahapan Implementasi Model
5. Indikator Kinerja Secara diperolehnya pemahaman
umum
kinerja
prodiuk
model.
konsep
ini
berupa
penelitian
dan
pembelajaran desain
dan
pengembangan bagi
ini,
peningkatan
implementasi
model
pembelajaran berbasis portropolio.Indikator kineerjannya dapat diamati / diukur dari aspek aktivitas guru dan siswa dalam unjuk kerja di kelas.,
29
serta prestasi akademik siswa. Prediksi perkembangan indikator kinerja penelitian dan pengembangan ini dapat diilustrasikan pada table 1.
Table 1. Prediksi Perkembangan Indikator Kinerja Penelitian Penelitian No
Aspek Awal
Pertengahan
Akhir
1
Aktivitas Guru
Tidak tersedia data
Sedang
Baik
2
Aktivitas siswa
Tidak tersedia data
0,55*)
0,60*)
3
Pola hidup siswa
Tidak tersedia data
0,50*)
0,60*)
4
Prestasi akademik siswa 0,25**)
0,60**)
0,75**)
Keterangan: *) Presentase banyaknya siswa dengan aktivitas baik **) Presentase banyaknya siswa dengan nilai ≥ 60.
6. Pemanfaatan Teknologi Informasi Pendidikan nasional dihadapkan pada berbagai kendala. Pemanfaatan teknologi informasi untuk pendidikan merupakan salah satu alteratif untuk mengatasi kendala tersebut dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Seiring perkembangan teknologi informasi di masyarakat, teknologi ini sudah waktunya dimanfaatkan dalam pendidikan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan model belajar berbasis teknologi informasi di masyarakat. Model ini dikelola oleh pihak-pihak terkait mulai dari pengembangan bahan ajar,
30
distribusi materi ajar, hingga penggunaan materi ajar. Disamping itu standariasasi perlu dilakukan dalam memberi jaminan mutu. Teknologi informasi (information technology) mulai berkembang pesat di diawal tahun 1980-an. Pesatnya perkembangan teknologi ini didukung oleh pesatnya perkembangan prosesor (chip) yang berfungsi sebagai otak sebuah komputer pribadi (Personal Computer). Perkembangan teknologi hardware ini diikuti
pula
oleh
kemajuan
dalam
bidang
software,
meskipun
perkembangannya jauh di belakang perkembangan hardware. Pada mulanya, prosesor dan software dirancang untuk sebuah komputer pribadi yang berdiri sendiri (stand alone PC). Namun sejalan dengan perkembangannya, PC-PC tersebut akhirnya dapat diintegrasikan melalui suatu jaringan (network) secara fisik. Sehingga sekarang kita mengenal berbagai jenis jaringan yang mengintegrasikan beberapa buah PC. Contoh jaringan yang sering kita jumpai adalah Local Area Network (LAN), Wide Area Network (WAN), dan Internet. Jaringan internet merupakan salah satu jenis jaringan yang popular dimanfaatkan, karena internet merupakan teknologi informasi yang mampu menghubungan komputer di seluruh dunia, sehingga memungkinkan informasi dari berbagai jenis dan bentuk informasi dapat dipakai secara bersama-sama. Saat ini telah banyak perusahaan swasta di Indonesia yang menyediakan jasa sambungan internet, misalnya IndoInternet, Radnet, D-Net, Idola, dan lain-lain. Perusahan lain seperti PT Pos Indonesia yang juga menjadi penyedia jasa sambungan ke internet (Wasantara-Net) yang membuka cabang di setiap kota, yang kemudian menjadi pengembangan Nusantara 21. Nusantara 21
31
adalah jalan raya lintasan informasi yang menghubungkan seluruh kawasan nusantara dengan bandwidth yang sangat besar, sehingga memungkinkan pertukaran informasi dalam berbagai bentuk (teks, grafis, suara dan video) dapat terjadi dengan cepat. a. Beberapa Kendala dan Potensi Pengembangan Pemanfaatan teknologi informasi, khususnya internet di kalangan institusi pendidikan pada berbagai jenjang dan jenis nampaknya masih belum merata, kecuali pada sekolah menengah atas umumnya telah akses dengan teknologi internet ini. Pada jenjang dan jalur pendidikan lain di mana proses belajarnya relatif masih konvensional (tatap muka), yang sesungguhnya sudah tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan pendidikan untuk masyarakat yang semakin kompleks, memerlukan inovasi dan media yang mampu menangulanginya. Keterbatasan ini dikarenakan oleh beberapa kendala, di antanya. Pertama, kendala dari pihak pemerintah yaitu terbatasnya dana untuk menambah lahan, gaji tenaga pengajar, serta terbatasnya sumber daya manusia yang akan menjadi pengajar pada institusi yang akan dibangun. Kedua, kendala dari pihak peserta belajar (masyarakat) itu sendiri yaitu, selain jauhnya jarak tempat tinggal dengan pusat sekolah, juga sebagian besar di antara mereka telah bekerja Kehadiran teknologi informasi, merupakan solusi yang dapat mengatasi kendala yang dihadapi oleh dunia pendidikan sebagaiman tersebut di atas. Pernyataan tersebut cukup beralasan, karenal pertama,
32
hampir dapat dipastikan bahwa setiap kantor telah memiliki dan menggunakan komputer. Demikian juga pada setiap keluarga, terutama diperkotaan komputer sudah menjadi fasilitas biasa dan dapat dioperasikan oleh hampir semua anggota keluarga. Jumlah keluarga yang mempunyai komputer
menunjukan
peningkatan
sebagai
hasil
kemajuan
dari
perkembangan ekonomi. Ini berarti bahwa jumlah masyarakat yang mempunyai akses terhadap komputer meningkat dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, program pendidikan berbasis komputer dapat dikembangkan untuk kelompok (masyarakat) ini. Kedua, proses penyampain materi ajar yang akan ditransformasikan kepada peserta belajar dapat lebih efektif dan efisien, karena di Indonesia sudah banyaknya dibuat software pendidikan oleh para pakar komputer, walaupun tergolong pada fase “early stage” dan bersifat sporadis dan belum terkoordinir dengan baik. Saat ini suda banyak software pendidikan yang bermutu atas, namun biasanya software tersebut adalah buatan luar negeri sehingga muncul kendala baru yaitu masalah bahasa inggris. Beberapa contoh software pendidikan yang dikenal diantaranya: computer assisted instruction (CAI), yang umumnya software ini sangat baik untuk keperluan remedial. intelligent computer assited instructional (ICAL), dapat digunakan untuk material tau konsep. Computer assisted training (CAT), computer assisted design (CAD), computer assisted media (CAM), dan lain-lain. Kedua alasan tersebut di atas sangat masuk akal , karena kalau dikaji dari konsep karateristik inovasi (Everett Rogers, 1981) baik dari
33
aspek keuntungan relatif (relative advantage), kesepadanan (compability), kompleksitas
(complexity),
kemungkinan
dapat
dicoba
(triability),
kemungkinan dapat diamati (obsevability), perubahan pendidikan dengan pendekatan teknologi informasi serta memperhatikan potensi-potensi yang ada dalam masyarakat sangat mungkin dilakukan.
b. Penerapan Teknologi Informasi dalam Pendidikan Mengingat tofografi dan demografi penduduk Indonesia yang kurang menguntungkan, maka kita sudah saatnya memikirkan sistem pendidikan yang dapat dijangkau oleh penduduk paling terpencil dan paling minim sumber dayanya. Dilihat dari upaya penerapan teknologi tersebut, sungguh banyak potensi yang dapat dijadikan modal dasar penerapan informasi dalam pendidikan masyarakat. Ada beberapa alasan yang dapat diangkat, bahwa teknologi informasi dapat diterapkan dalam pendidikan masyarakat, di antaranya: Pertama, karena alasan masyarakat sudah banyak yang memiliki komputer sendiri. maka memungkinkan dikembangkannya Paket belajar PersonalInteraktif. Paket ini dilakukan dengan cara memanfaatkan software pendidikan seperti; Computer Assisted Instructional (CAI) atau ComputerBased Training (CBT). Pada pemanfaatan jenis ini, informasi atau materi ajar dikemas dalam suatu software. Peserta belajar dapat belajar dengan cara menjalankan program komputer atau perangkat lunak tersebut di komputer secara mandiri dan di lokasi masing-masing. Melalui paket
34
program belajar ini peserta dapat melakukan simulasi atau juga umpan balik kepada peserta ajar tentang kemajuan belajarnya. Kedua, karena alasan negara Indonesia terdiri atas ribuan pulau yang tersebar dalam wilayah yang sangat luas, serta dihuni oleh lebih dari 200 juta pendiuduk dengan distribusi secara tidak homogen. Kondisi ini memang disadari kendala ketika akan diterapkan system pendidikan konvensional (tatap muka). Maka teknologi informasi yang mungkin diterapkan untuk kondisi tersebut adalah melalui jaringan internet. Ada beberapa alternatif paradigma pendidikan melalui internet ini yang salah satunya adalah system “dot.com educational system” (Kardiawarman, 2000). Paradigma ini dapat mengitegrasikan beberapa system seperti; (1) paradigma virtual teacher resources, yang dapat mengatasi terbatasnya jumlah guru yang berkualitas, sehingga siswa tidak haus secara intensif memerlukan dukungan guru, karena peranan guru maya (virtual teacher) dan sebagian besar diambil alih oleh system belajar tersebut. (2) virtual school system,
yang dapat membuka
peluang menyelenggarakan
pendidikan dasar, menengah dan atas yang tidak memerlukan ruang dan waktu. Keunggulan paradigma ini daya tampung siswa tak terbatas. Siswa dapat melakukan kegiatan belajar kapan saja, dimana saja, dan darimana saja. (3) paradigma cyber educational resources system, atau dot com leraning resources system. Merupakan pedukung kedua paradigma di atas, dalam membantu akses terhadap artikel atau jurnal elektronik yang tersedia secara bebas dan gratis dalam internet.Semua paradigma tersebut di atas dapat diintegrasikan kedalam suatu system pendidikan jarak jauh (distance
35
educational) dengan pemanfaatan teknologi internet. Salah satu bentuk pemanfatan teknologi internet pada pendidikan jarak jauh adalah pengajaran berbasis Web yang dikenal dengan istilah e-Learning. Melalui media ini proses belajar dapat dijalankan secara on line atau di-down-load. Untuk keperluan off line. Peserta didik dapat mengakses system kapan saja dibutuhkan dan sesering mungkin (time independence), tidak terbatas pada jam belajar dan tidak tergantung pada tempat (place independence). Fungsi lain yang dapat digunakan untuk proses belajar tersebut melalui e-mail atau grup diskusi, yang dapat berinteraksi dan mengirimkan naskah secara electronic. Pada sekolah menengah atas, pemanfaatan teknologi informasi telah dibangun dalam suatu system yang disebut e-University (electronic university).
Pengembangan
penyelenggaraan
pendidikan
e-University sehingga
ini
bertujuan
mendukung
dapat menyediakan
layanan
informasi yang lebih baik kepada komunitasnya baik di dalam (internal) maupun diluar (eksternal) sekolah menengah atas tersebut. Ketiga, karena alasan untuk kesamaan mutu dalam memperolah materi, dikembangkan paket belajar terdistribusi. Materi ajar dapat dikemas dalam bentuk Webpage, ataupun program belajar interaktif (CAI atau CBT). Materi belajar kemudian di tempatkan disebuah server yang tersambung ke internet sehingga dapat diambil oleh peserta ajar baik memakai Web-Browser ataupun File Transport Melalui pemanfaatkan teknologi informasi (Komputer), seolah-olah materi ajar dapat diakses oleh siapa saja dan kapan saja. Akses terhadap materi ajar sebenarnya dapat diatur bila dikehendaki karena tersedia
36
fasilitas pengaman di mana hanya orang yang telah mendaftar saja yang bisa mengakses materi ajar tersebut. Mengingat
negara
bertanggung jawab
untuk
mencerdaskan
kehidupan bangsa, maka negara perlu menyediakan materi ajar dengan mempekerjakan pakar yang mempunyai dedikasi atas untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Mahalanya biaya honor dan pembuatan materi ajar bukan masalah, karena dapat dijustifikasi, apabila materi ajar tersebut dapat
dipakai
oleh
segenap
anggota
masyarakat
di
Indonesia.
Ada dua materi ajar yang dapat dikembangkan: pertama, materi yang dapat dikembangkan adalah Materi untuk Tutor (pendamping warga belajar) paket A dan paket B, sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuannya seiring dengan perkembangan zaman. Kedua, materi ajar yang akan dikonsumsi oleh warga belajar (masyarakat luas). Materi ajar ini adalah materi ajar yang dapat memberdayakan masyarakat, seperti keterampilan praktis yang segera dapat diterapkan nyata. Sebagai contoh; untuk daerah wisata, materi ajarnya kiat menjajakan souvenir. Begitu pula untuk para nelayan di daerah pantai, untuk pengrajin, atau ibu rumah tangga dan Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal
37
dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
7. Pemikiran tentang Belajar Mencari Informasi a. Proses belajar 1) Belajar
tidak
hanya
sekedar
menghafal.
Siswa
harus
mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri 2) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru 3) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan 4) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisak, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. 5) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru. 6) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi didrinya, dan bergelut dengan ide-ide 7) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang. b. Transfer Belajar 1) Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain
38
2) Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit) 3) Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu c. Siswa sebagai Pembelajar 1) Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru 2) Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting 3) Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui. 4) Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri. d. Pentingnya lingkungan Belajar 1) Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan. 2) Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan
baru
dibandingkan hasilnya
mereka.Strategi
belajar
lebih
dipentingkan
39
3) Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar 4) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
e. Hakekat Pembelajaran Pembelajarn
adalah
konsep
belajar
yang
membantu
guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri),
masyarakat
belajar
(Learning
Community),
pemodelan
(Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) Jadi, intinya hakekat pembelajaran berbasis mencari informasi, antara lain mencakup : a. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
40
b. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat 1) Pemilihan informasi berdasarkan kebutuh-an siswa 2) Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran 3) Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/-masalah yang disimulasikan 4) Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa 5) Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang 6) Siswa
menggunakan
waktu
belajarnya
untuk
menemukan,
menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok) 7) Perilaku dibangun atas kesadaran diri 8) Keterampilan dikem-bangkan atas dasar pemahaman 9) Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri 10) Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tsb keliru dan merugikan 8. Impolementasi Kurikulum Pembelajaran berbasis mencari informasi dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan pembelajaran berbasis mencari informasi dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
41
a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya b) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik c) kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya d) Ciptakan masyarakat belajar e) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran f) Lakukan refleksi di akhir pertemuan g) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
9. Tujuh Komponen Pemebelajaran Mencari Informasi a. Konstruktivisme 1) Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal 2) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan b. Inquiry 1) Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman 2) Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis c. Questioning (Bertanya) 1) Kegiatan
guru
untuk
mendorong,
membimbing
dan
menilai
kemampuan berpikir siswa 2) Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
42
d. Learning Community (Masyarakat Belajar) 1) sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar 2) bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri 3) tukar pengalaman 4) berbagi ide e. Modeling (Pemodelan) 1) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar 2) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya f. Reflection ( Refleksi) 1) Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari 2) Mencatat apa yang telah dipelajari 3) Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok g. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya) 1) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa 2) Penilaian produk (kinerja) 3) Tugas-tugas yang relevan dan mencari informasi h. Karakteristik Pembelajaran Pembelajaran Mencari Informasi 1) Kerjasama 2) Saling menunjang 3) Menyenangkan, tidak membosankan 4) Belajar dengan bergairah 5) Pembelajaran terintegrasi
43
6) Menggunakan berbagai sumber 7) Siswa aktif 8) Sharing dengan teman 9)
Siswa kritis guru kreatif
10) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain 11) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain
i. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Mencari Informasi Dalam pembelajaran mencari informasi, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut,
materi
pembelajaran,
langkah-langkah
pembelajaran,
dan
authentic assessmennya. Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran mencari informasi. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk
44
pembelajaran mencari informasi lebih menekankan pada skenario pembelajarannya. Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis mencari informasi adalah sebagai berikut. 1) Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standara Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar 2) Nyatakan tujuan umum pembelajarannya 3) Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu 4) Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa 5) Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
B. Kerangka Berpikir Pembelajaran
berbasis
mencari
informasi
dalam
peningkatan
kemandirian kemampuan berapresiasi merupakan model pembelajaran yang saat ini dikembangkan di beberapa sekolah unggulan, karena di sekolah unggulan telah disediakan fasilitas yang memadai, seperti fasilitas internet, televisi, radio, majalah, koran, dan sebagainya.hal ini yang mendorong kompetensi belajar siswa untuk lebih kreatif, mandiri, dan mampu mencari berbagai informasi yang terkait dengan bahan ajar. Untuk itu, dapat disajikan skema pembelajaran berbasis mencari informasi berikut ini.
45
Guru
Pembelajaran berbasis mencari informasi
Hasil belajar
Proses
Siswa
Gambar 3 Kerangka berpikir pembelajaran berbasis mencari informasi
46
BAB III TEKNIK PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Jogonalan Klaten.
2. Waktu Penelitian Aktivitas penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan selama empat bulan, sejak bulan Agustus 2007 sampai dengan bulan Februari 2008. Tabel 1 Jadwal Penelitian No.
Tahapan Kegiatan
1
Persiapan
2
Observasi
3
Dokumentasi
4
Angket
5.
Konsultasi
Waktu Pelaksanaan Agus’07 Sept’07 Okto’07 Nov’ 07 Des’07
Jan’08
Feb’08
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif etnografi yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dan informan.
47
Di samping itu, juga memanfaatkan gambar-gambar misalnya foto-foto yang dapat digunakan dalam kelengkapan data Penelitian kualitatif mempunyai lima macam karakter, yaitu : 1) Peneliti sebagai instrumen utama langsung mendatangi sumber data, 2) Data yang kumpulkan cenderung berbentuk kata-kata dari pada angka-angka, 3) Peneliti lebih menekankan proses, bukan semata-mata pada hasil, 4) Peneliti melakukan analisis induktif cenderung mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati, 5) Kedekatan peneliti dengan responden sangat penting dalam penelitian. Sesuai dengan karakter tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu berusaha mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai bagaimana pembelajaran berbasis mencari informasi. Informasi yang digali lewat wawancara mendalam terhadap informan (kepala sekolah, guru, maupun siswa) Teknik kualitatif dipakai sebagai pendekatan dalam penelitian ini, karena teknik ini untuk memahami realitas rasional sebagai realitas subjektif khususnya warga sekolah. Proses observasi dan wawancara mendalam bersifat sangat utama dalam pengumpulan data..
2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi. Studi etnografi
(ethnographic
studies)
mendeskripsikan
dan
menginterpretasikan budaya, kelompok sosial atau sistem. Meskipun makna budaya itu sangat luas, tetapi studi etnografi biasanya
48
dipusatkan pada pola-pola kegiatan, bahasa, kepercayaan, ritual dan cara-cara hidup (Sukmadinata, 2006: 62). Etnografi adalah pendekatan empiris dan teoretis yang bertujuan mendapatkan deskripsi dan analisis mendalam tentang kebudayaan
berdasarkan
penelitian
lapangan
(fieldwork)
yang
intensif. Etnograf bertugas membuat thick descriptions (pelukisan mendalam)
yang
menggambarkan
‘kejamakan
struktur-struktur
konseptual yang kompleks’, termasuk asumsi-asumsi yang tak terucap dan taken-for-granted (yang dianggap sebagai kewajaran) mengenai kehidupan. Seorang etnografer memfokuskan perhatiannya pada detildetil kehidupan lokal dan menghubungkannya dengan proses-proses sosial yang lebih luas. Kajian budaya etnografis memusatkan diri pada penjelajahan kualitatif tentang nilai dan makna dalam konteks ‘keseluruhan cara hidup’, yaitu dengan persoalan kebudayaan, dunia-kehidupan (lifeworlds) dan identitas. Dalam kajian budaya yang berorientasi media, etnografi menjadi kata yang mewakili beberapa metode kualitatif, termasuk pengamatan pelibatan, wawancara mendalam dan kelompok diskusi terarah. Inti dari etnografi adalah upaya untuk memperlihatkan maknamakna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami. Beberapa makna tersebut terekspresikan secara langsung dalam bahasa, dan di antara makna yang diterima, banyak yang disampaikan hanya secara tidak langsung melalui kata-kata dan
49
perbuatan, sekalipun demikian, di dalam masyarakat, orang tetap menggunakan sistem makna yang kompleks ini untuk mengatur tingkah laku mereka, untuk memahami diri mereka sendiri dan orang lain, serta untuk memahami dunia tempat mereka hidup Sistem makna ini
merupakan
kebudayaan
mereka,
dan
etnografi
selalu
mengimplikasikan teori kebudayaan (Spradley, 2007: 5). Beberapa kritik pada etnografi yang patut diperhatikan: Pertama, data yang dipresentasikan oleh seorang etnografer selalu sudah merupakan sebuah interpretasi yang dilakukan melalui mata seseorang (sumber data), dan dengan demikian selalu bersifat posisional. Tapi ini adalah argumen yang bisa diajukan pada segala bentuk penelitian. Argumen ini hanya menunjuk pada ‘etnografi interpretatif’. Kedua, etnografi dianggap hanya sebagai sebuah genre penulisan yang menggunakan alat-alat retorika, yang seringkali disamarkan, untuk mempertahankan klaim-klaim realisnya. Argumen ini mengarah pada pemeriksaan teks-teks etnografis untuk mencari alat-alat retorikanya, serta pada pendekatan yang lebih reflektif dan dialogis terhadap etnografi yang menuntut seorang penulis untuk memaparkan asumsi, pandangan dan posisi-posisi mereka. Juga, konsultasi dengan para ‘subjek’ etnografi perlu dilakukan agar etnografi tidak menjadi ekspedisi pencarian ‘fakta-fakta’, dan lebih menjadi percakapan antara mereka yang terlibat dalam proses penelitian.
50
Etnografi
merupakan
pekerjaan
mendeskripsikan
suatu
kebudayaan. Tujuan utama aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli, sebagaimana dikemukakan oleh Bronislaw Malinowski, bahwa tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya. Oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak dengan cara yang berbeda. Jadi etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, tetapi lebih dari itu, etnografi belajar dari masyarakat (Spradley, 2007 : 3-4). Hasil akhir penelitian komprehensif etnografi adalah suatu naratif deskriptif yang bersifat menyeluruh disertai interpretasi yang menginterpretasikan
seluruh
aspek-aspek
kehidupan
dan
mendeskripsikan kompleksitas kehidupan tersebut
C. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI. Pengambilan sumber data penelitian ini menggunakan teknik “purpose sampling” yaitu pengambilan sampel didasarkan pada pilihan penelitian tentang aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat situasi tertentu dan saat ini terus-menerus sepanjang penelitian, sampling bersifat purpossive yaitu tergantung pada tujuan fokus suatu saat Dalam hal ini adalah kelas XI A.
51
D. Objek Penelitian Dalam penelitian ini objek penelitiannya adalah yang terkait dengan masalah-masalah yang akan diteliti, yaitu : model pembelajaran berbasis mencari informasi dalam peningkatan kemandirian kemampuan berapresiasi
E. Metode Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan sumber data yang akan digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan analisis dokumen, observasi dan wawancara. Untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian diperlukan caracara atau teknik pengumpulan data tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan lancar. Sumber data dan jenis data yang terdiri atas kata-kata dan tindakan, sumber tertulis, foto, dan data statistik. Selain itu masih ada sumber data yang tidak dipersoalkan di sini seperti yang bersifat nonverbal (Moloeng, 2007: 241). Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa cara pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan utama yang harus diperhatikan dalam suatu penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan teknih observasi, wawancara, dan dokumentasi, atas dasar konsep tersebut,
52
maka ketiga teknik pengumpulan data di atas digunakan dalam penelitian ini. 1. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik penelitian yang sangat penting. Pengamatan itu digunakan karena berbagai alasan. Ternyata ada beberapa tipologi pengamatan. Terlepas dari jenis pengamatan, dapat dikatakan bahwa pengamatan terbatas dan tergantung pada jenis dan variasi pendekatan (Moloeng, 2007: 242). Jorgensen dalam Mulyana (2004:164), mengemukakan bahwa metode pengamatan berperanserta dapat didefinisikan berdasarkan tujuh ciri berikut : minat khusus pada makna dan interaksi manusia berdasarkan perspektif orang-orang dalam atau anggota-anggota situasi atau keadaan tertentu, fondasi penelitian dan metodenya adalah kedisinian dan kekinian kehidupan sehari-hari, bentuk teori dan penteorian yang menekankan interpretasi dan pemahaman eksistensi manusia, logika dan proses penelitian yang terbuka, luwes, oportunistik,
dan
menuntut
redefinisi
apa
yang
problematic,
berdasarkan fakta yang diperoleh dalam situasi nyata eksistensi manusia, pendekatan dan rancangan yang mendalam, kualitatif, dan studi kasus, penerapan peran partisipan yang menuntut hubungan langsung
dengan
pribumi
lapangan,
penggunaan
pengamatan
langsung bersama metode lainnya dalam mengumpulkan informasi.
53
Menurut
Arikunto
(2006:229),
sebagai
contoh
dapat
dikemukakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui proses belajar mengajar di kelas. Variabel akan diungkap didaftar, kemudian di tally kemunculannya, dan jika perlu kualitas kejadian itu dijabarkan lebih lanjut. Teknik observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung dan tidak langsung tentang perilaku personel sekolah terutama kepala sekolah dan guru dalam rangka implementasi pembelajaran.
2. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan
oleh
dua
pihak,
(interviewer)
yang
mengajukan
pertanyaan
(interviewee)
yang
memberikan
jawaban
yaitu
pewawancara
dan
pewawancara
atas
pertanyaan
itu
(Moloeng, 2007: 186). Peneliti harus mencatat teknik yang mana kondisi dan situasi yang mana mendukung penerimaan informasinya yang paling tepat. Sebaiknya pada waktu uji coba, digunakan tape recorder (Arikunto, 2007: 228). Teknik
wawancara
dipergunakan
untuk
mnengadakan
komunikasi dengan pihak-pihak terkait atau subjek penelitian, antara lain kepala sekolah, pembantu kepala sekolah urusan kurikulum, sarana prasarana, guru, dan siswa dalam rangka memperoleh
54
penjelasan atau informasi tentang hal-hal yang belum tercantum dalam observasi dan dokumentasi. Wawancara ini dilakukan peneliti dengan subjek penelitian yang terkait dengan kepentingan pengelolaan pembelajaran berbasis mencari informasi sekaligus digunakan untuk mengkonfirmasikan data yang telah terkumpul melalui observasi dan dokumentasi.
3. Dokumentasi Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun yang berada berada diluar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Menurut Arikunto (2007:231), dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.. Dokumen dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji,
menafsirkan,
bahkan
untuk
meramalkan
(Moloeng,
2007:217). Dokumen digunakan untuk keperluan penelitian menurut Guba dan Lincoln dalam Moloeng (2007:217), karena alasan : 1) Dokumen digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya, dan mendorong, 2) berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, 3) berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang
55
alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks, 4) dokumen harus dicari dan ditemukan, 5) hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang pembelajaran berbasis mencari informasi di SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten
Klaten,
terutama
yang
terkait
dengan
dokuemen
pembelajaran.. Dokumentasi digunakan untuk mempelajari berbagai sumber dokumentasi terutama yang berada di sekolah itu sendiri dan didukung oleh sumber-sumber yang representatif.
4. Pemberian Tugas Kegiatan interaksi belajar mengajar harus harus selalu ditingkatkan efektifitas dan efisiensi. Dengan banyakya kegiatan pendidikan di sekolah, dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu peserta didik untuk mengatasi keadaan tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas di luar jam pelajaran. Disebabkan bila hanya menggunakan seluruh jam pelajaran. Disebabkan bila hanya menggunakan seluruh jam pelajaran yang ada untuk tiap mata pelajaran hal itu tidak akan mencukupi tuntutan di dalam kurikulum. Dengan demikian perlu diberikan tugas-tugas, sebagai selingan untuk variasi Metode penyajian ataupun dapat berupa pekerjaan rumah. Tugas semacam itu dapat dikerjakan di luar jam
56
pelajaran, di rumah maupun sebelum pulang, sehingga dapat dikerjakan bersama temannya. Tugas dapat diberikan dalam bentuk daftar sejumlah pertanyaan yang mengenai mata pelajaran tertentu, atau satu perintah yan harus dibahas dengan diskusi atau perlu dicari uraiannya pada buku pelajaran, dapat ditugaskan untuk mengumpulkan sesuatu, membuat sesuatu, megadakan observasi terhadap sesuatu dan bisa juga melakukan eksperimen. Hanya diharapkan bila guru telah memberikan tugas pada peserta didik, hari berikutnya harus dicek apakah sudah dikerjakan atau belum. Kemudian perlu dievaluasi, karena akan memberi motivasi belajar peserta didik. Tugas itu dapat juga berupa perintah, menyusun laporan/resume. Esok harinya laporan itu dibacakan di depan kelas dan didiskusikan dengan peserta didik seluruh kelas. Sistem tugas semacam ini disebut resitasi. Ialah menyusun suatu laporan sebagai hasil dari apa yang telah dipelajari. Metode pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar peserta didik memiliki hasil belajar yang lebih mentap, karena peserta didik melaksanakan latihan-latihan selama melakukan, karena peserta didik melaksanakan latihan-latihan
selama melakukan tugas,
sehingga pengalaman peserta didik dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terinegrasi. Hal itu terjadi disebabkan peserta didik mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda, waktu menghadapi masalah-masalah baru. Disamping itu untuk memperoleh pengetahuan secara melaksanakan tugas dan akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta ketrampilan
57
peserta didik di sekolahan, melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah itu. Dengan kegiatan melaksanakan tugas peserta didik aktif belajar, dan merasa terangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggung jawab sendiri. Banyak tugas yang harus dikerjakan peserta didik, hal itu diharapkan waktu senggangnya untuk halhal yang menunjang belajarnya, dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang berguna dan konstruktif. Pada guru diharapkan bila akan menggunakan Metode ini agar sasaran
yang
disebutkan
di
atas
dapat
tercapai,
maka
perlu
mempertimbangkan apakah tujuan-tujuan yang akan dicapai dengan tugas itu cukup jelas ? Cukup dipahami oleh peserta didik, sehingga mereka melaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Begitu juga tugas yang anda berikan cukup jelas bagi peserta didik, sehingga mereka tidak bertanyatanya lagi apa yang hasru dikerjakan, dan apa yang menjadi tugasnya. Setelah peserta didik memahami tujuan dan makna tugas, maka mereka akan melaksanakan tugas dengan belajar sendiri, atau mencarai nara sumber sesuai dengan tujuan yang telah digariskan dan penjelasan dari guru. Dalam proses ini guru perlu mengontrol, pelaksanaan tugas itu, apakah dikerjakan dengan baik, apakah dikerjakan oleh peserta didik sendiri, tidakdikerjakan oleh orang lain, maka perlu diawasi dan diteliti. Peserta didik bila telah selesai melaksanakan atau mempelajari tugas, maka mereka harus membuat laporan (fase resitasi) yang bentuknya juga telah ditentukan sesuai dengan tujuan tugas. Oleh guru harus sudah disiapkan alat evaluasi, agar dapat menilai hasil kerja peserta didik
58
melaksanakan tugas itu. Evaluasi ini penting untuk peserta didik dan dapat menumbuhkan semangat kerja yang lebih baik, dan meningkatkan hasrat belajar. Dalam penggunaan Metode resitasi ini peserta didik mempunyai kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil pekerjaan orang lain, dapat mempelajari dan mendalami hasil uraian orang lain. Dengan demikian akan memperluas, memperkaya dan meperdalam pengetahuan, serta pengalaman peserta didik. Tetapi kalau tugas yang dikerjakan oleh peserta didik tidak sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan, maka kita tidak dapat menggunakan Metode resitasi itu. Bial keadaan demikian guru harus memilih Metode yang lain. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh peserta didik dapat dilakukan di dalam kelas, halaman sekolah, di laboratorium, perpustakaan, bengkel, di rumuah peserta didik sendiri, atau dimana saja asal tugas itu dapat dikerjakan. Memang kita mengalami bahwa Metode resitasi ini memiliki kebaikan sebagai Metode penyajian ialah : karena peserta didik mendalami dan mengalamio sendiri pengetahuan yang dicarinya, maka pengetahuan itu akan tinggal lama di dalam jiwanya. Apalagi dalam melaksanakan tugas ditunjang dengan minat dan perhatian peserta didik, daya inisiatif, tanggung jawab dan melatih berdiri sendiri. Namun tekinik juga tidak lepas dari kelemahan-kelemahan seperti peserta didik kemungkinan hanya meniru pekerjaan temannya itu kelemahannya bila guru tidak dapat mengawasi langsung pelaksanaan tugas itu, jadi peserta didik tidak menghayati sendiri proses belajar mengajar itu sendiri.
59
Kemungkinan lain orang lain yang mengerjakan tugas itu, maka perlu diminta bantuan orang tua, dengan memberitahu bahwa anaknya mempunyai tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga dapat turut mengawasi pelaksanaan peserta didik sebenarnya atau bukan. Juga perlu diingat, bahwa semua pasti memberi tugas. Jadi kenyataan peserta didik banyak mempunyai tugas dari beberapa mata pelajaran itu. Akibatnya tugas itu terlalu banyak diberikan pada peserta didik,
menyebabkan
peserta
didik
mengalami
kesukaran
untuk
mengerjakan, serta dapat menganggu pertumbuhan peserta didik, karena tidak mempunyai waktu lagi untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain yang perlu untuk perkembangan jasmani dan rohaninya pada usianya. Kalau guru memperhatikan hal-hal di atas, maka walaupun Metode ini baik untuk digunakan, tetapi jangan terlalu kerap kali diberikan agar tidak terlalu menyita waktu peserta didik, dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara wajar Sebab itu dalam pelaksanaan Metode pemberian tugas dan resitasi perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut : Pertama, merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan. Kedua,pertimbangan betul-betul apakah pemilihan Metode resitasi itu telah tepat dapat mencapai tujuan yang telah anda rumuskan. Ketiga, perlu merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah dimengerti Namun sebelumnya anda perlu mendalami alasan-alasan anda untuk memberi tugas itu, perlu tidaknya, bermanfaat atau tidak bagi peserta didik.
60
Perlu anda pertimbangkan pula penggunaan Metode resitasi itu apakah tugas-tugas itu wajar anda berikan, tidak memberatkan peserta didik ? Juga selama peserta didik melaksanakan pengawasan dengan baik. Apakah ada kemungkinan-kemungkinan yang mengganggu peserta didik? Maka keempatnya
anda
perlu
menetapkan
bentuk
resitasi
yang
akan
dilaksanakan, sehingga peserta didik pasti mengerjakannya, karena bentuknya telah pasti. Untuk hal ini anda perlu memahami bentuk-bentuk resitasi yang mungkin dapat digunakan, sehingga anda dapat memilih dengan tepat. Serta meneliti apakah kemungkinan tindak lanjut setelah anda menggunakan Metode resitasi. Kelima anda telah menyiapkan alat evaluasi, sehingga setelah resitasi selesai dilaporkan di depan kelas, atau didiskusikan atau untuk tanya jawab, maka guru segera bisa mengevaluasi hasil kerja peserta didik itu.
F. Teknik Analisis Data Manurut Patton (dalam Moelong, 2007:280), teknik analisis data adalah proses kategori urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensidimensi uraian. Sedangkan menurut Bogdan dan Tylor dalam Moloeng (2007:280), analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis seperti yang di saranakan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada
61
tema dan hipotesis tersebut, jika dikaji definisi pertama lebih menitik beratkan pada pengorganisasian data sedangkan definisi tersebut dapat pengorganisasian data sedangkan definisi yang kedua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data, dan dari kedua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan, analisis data, adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data dimulai denganmenelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan rangkuman yang inti, proses dengan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dibuat sambil melakukan koding. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah tahap ini mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantive dengan menggunakan metode tertentu (Moloeng, 2007: 247). Analisis
data
dilakukan
dalam
suatu
proses,
proses
berarti
pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan dilakukan secara intensif, yakni sesudah meninggalkan lapangan, pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengarahan tenaga fisik dan pikiran dari peneliti, dan selain menganalisis data peneliti juga perlu
62
mendal;ami kepustakaan guna mengkonfirmasikan atau menjustifikasikan teori baru yang barangkali ditemukan. Menurut Miles dan Huberman dalam Moloeng (2007:308), pada dasarnya analisis data ini didasarkan pada pandangan paradigmanya yang positivisme. Analisis data itu dilakukan dengan mendasarkan diri pada penelitian lapangan apakah : satu atau lebih dari satu situs. Jadi seorang analisis sewaktu hendak mengadakan analisis data harus menelaah terlebih dahulu apakah pengumpulan data yang telah dilakukannya satu situs atau dua situs. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada satu situs yaitu di SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten. Langkah-langkah mengnalisis data adalah sebagai berikut 1. Reduksi Data Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–catatan lapangan dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali.
2. Display data Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian, baik yang berbentuk matrik atau pengkodean, dari hasil reduksi data dan display data itulah selanjutnya peneliti dapat
63
menarik
kesimpulan
data
memverifikasikan
sehingga
menjadi
kebermaknaan data.
3. Kesimpulan dan Verifikasi Untuk menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi berbentuk kesimpulan yang coba-coba, maka verifikasi dilakukan sepanjang penelitian
berlangsung sejalan dengan memberchek,
trianggulasi dan audit trail, sehingga menjamin signifikansi atau kebermaknaan hasil penelitian.
G. Keabsahan Data Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik trianggulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan melalui sumber yang lainnya. Menurut
Moloeng
(2007:330),
trianggulasi
adalah
teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.
64
Denzin dalam Moloeng (2007:330) membedakan empat macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Trianggulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung dan observasi tidak langsung, observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam bentuk pengamatan atas beberapa kelakukan dan kejadian yang kemudian dari hasil pengamatan tersebut diambil benang merah yang menghubungkan diantara keduannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan akan melengkapi dalam memperoleh data primer dan skunder, observasi dan interview digunakan untuk menjaring data primer yang berkaitan penanganan pendidikan pasca gempa dengan kesiapan sekolah dalam penerapan pembelajaran, sementara studi dokumentasi digunakan untuk menjaring data skunder yang dapat diangkat dari berbagai dokumentasi tentang tugas-tugas pokok dan pengelolaan sekolah. Tahap-tahap dalam pengumpulan data dalam suatu penelitian, yaitu tahap orientasi, tahap ekplorasi dan tahap member chek. Tahap orientasi, dalam tahap ini yang dilakukan peneliti adalah
melakukan
prasurvey ke lokasi yang akan diteliti, dalam penelitian ini, pra survey dilakukan peneliti di lokasi penelitian, melakukan dialog dengan kepala sekolah, beberapa perwakilan guru, juga dari karyawan dan peserta didik.Kemudian peneliti juga melakukan studi
dokumentasi serta
kepustakaan untuk melihat dan mencatat data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Tahap eksplorasi, tahap ini merupakan tahap pengumpulan data di lokasi penelitian, dengan melakukan wawancara
65
dengan unsure-unsur yang terkait, dengan pedoman wawancara yang telah disediakan peneliti, dan melakukan observasi tidak langsung tentang kondisi sekolah dan mengadakan pengamatan langsung tentang pembelajaran di sekolah itu. Tahap member chek, setelah data diperoleh di
lapangan,
baik
melalui
observasi,
wawancara
ataupun
studi
dokumentasi, dan responden telah mengisi data kuesioner, serta responden diberi kesempatan untuk menilai data informasi yang telah diberikan
kepada peneliti, untuk melengkapi atau merevisi data yang
baru, maka data yang ada tersebut diangkat dan dilakukan audit trail yaitu menchek keabsahan data sesuai dengan sumber aslinya.