BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Usaha Kecil Menengah di bidang agribisnis merupakan sektor yang sangat
penting bagi perekonomian negara ini, terbukti pada masa krisis , sektor ini menjadi salah satu usaha pemulihan yang dapat menyerap banyak tenaga kerja dan hasilnya pun mengalami pertumbuhan yang positif dibandingkan dengan sektor perekonomian yang lain. Sektor agro menjadi landasan perekonomian negara, sebagai sumber pangan, sandang, dan papan yang bermutu, murah, serta berkesinambungan bagi masyarakat suatu bangsa (Taryoto, 1992). Salah satu subsistem agribisnis yang memiliki peluang sangat besar adalah perikanan, khususnya ikan gurami. Menurut Surat Kabar Harian Jogja tanggal 17 April 2012, “Kebutuhan ikan gurami di DIY mencapai 10 ton per hari. Padahal kemampuan produksinya baru mencapai 1 ton per hari”. Hal ini juga dibenarkan oleh para pengepul di DIY, bahwasanya kebutuhan ikan gurami konsumsi DIY mencapai 10 ton per hari, dengan hampir 90% pasokan berasal dari Tulungagung.
Gambar 1.1 Kebutuhan rata-rata ikan gurami konsumsi di DIY ( Sumber: Hasil wawancara peneliti dengan para pengepul di DIY ) 1
Grafik tersebut menunjukkan kenaikan angka kebutuhan ikan gurami konsumsi di DIY dari tahun ke tahun, menurut hasil wawancara dengan para pengepul ikan gurami. Dari realitas tersebut, tentu masih sangat terbuka lebar peluang usaha untuk para pembudidaya ikan gurami. Disisi lain, Desa Jambidan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, DIY, merupakan desa yang sudah dikenal sebagai penghasil ikan gurami, terutama bibitnya. Di desa ini juga banyak terdapat kubangan bekas galian batu bata yang tidak dimanfaatkan. Para pembudidaya ikan di sini sebagian besar memakai kolam tanah dalam budidaya ikan gurami dan ada pula yang memakai kolam permanen. Adapun masalah yang sering dihadapi mereka yang memakai kolam tanah adalah adanya predator, seperti: ikan gabus (kutuk), ular, dan burung. Selain itu tentu adanya penyakit baik dari faktor lingkungan maupun faktor bakteri. Masalah lainnya yaitu mereka masih menganggap bahwa budidaya gurami sebagai usaha sampingan karena membutuhkan waktu yang lama sekitar satu tahun. Berdasarkan analisis situasi serta melihat peluang pasar yang ada, peneliti mempunyai suatu terobosan dalam bisnis budidaya gurami tersebut. Inovasi yang akan diterapkan dalam bisnis ini adalah sistem segmentasi budidaya gurami menggunakan bibit ukuran tiga jari dan lima jari dengan metode jaring apung. Metode jaring apung yang dimaksud disini berbeda dengan jaring apung yang sudah biasa dikenal oleh masyarakat. Namun pada prinsipnya sama yaitu jaring yang terapung, maksudnya berada pada bagian atas kolam.
2
Keramba jaring apung adalah sistem budidaya dalam wadah yang berupa jaring yang mengapung dengan bantuan pelampung dan ditempatkan di perairan seperti danau, waduk, sungai, selat, dan teluk. Sistem ini terdiri dari beberapa komponen seperti rangka, kantong jaring, pelampung, dan jalan inspeksi. Kantong jaring terbuat dari bahan polyethelene dan polyprophelene dengan berbagai ukuran mata jaring dan ukuran benang yang berfungsi untuk tempat pemeliharaan ikan ( Rochdianto, 2005 ). Inovasi metode jaring apung yang akan diterapkan adalah menggunakan bambu sebagai rangka atasnya, serta menggunakan waring (jaring halus) yang dibentuk balok sebagai jalanya. Jaring apung ini ditanam pada kolam sawah (kubangan) yang mempunyai kedalaman air 3 meter setinggi 1 meter. Metode ini sangat tepat untuk mengatasi masalah predator dan penyakit karena sistimnya yang tertutup dari berbagai predator, namun dengan ketersediaan oksigen yang tetap melimpah dan terpisah dari berbagai bahan sisa/ kotoran yang merugikan. Adapun penelitian ini dilaksanakan untuk mengukur kelayakan usaha tersebut, baik dari sisi teknologi maupun keuangan. Sehingga nantinya dapat terwujud model usaha baru dalam bidang perikanan khususnya gurami, yang lebih menguntungkan serta dengan waktu yang singkat.
3
1.2. Perumusan Masalah 1. Masih banyaknya peluang kebutuhan ikan gurami di Daerah Istimewa Yogyakarta yang belum bisa dipenuhi oleh para pembudidaya di daerah tersebut. 2. Banyaknya kolam sawah (kubangan bekas galian batu bata) yang belum dimanfaatkan, paradigma budidaya gurami sebagai usaha sampingan, serta gangguan predator yang menyebabkan hasil panen tidak sesuai harapan. 3. Kelayakan usaha budidaya gurami dengan media kolam jaring apung belum teruji.
1.3. Batasan Masalah 1. Penelitian hanya dilakukan di Kolam Tim Usaha Brigama Group, Dusun Combongan, Desa Jambidan, Kec. Banguntapan, Kab. Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Penelitian ini merupakan studi empiris yang dilakukan dengan pengamatan usaha peneliti bersama timnya dan wawancara dengan warga masyarakat di Combongan yang terlibat dalam usaha ini. 3. Studi kelayakan usaha yang dilakukan meliputi kelayakan teknologi dan finansial. 4. Waktu penelitian dibatasi selama 5 bulan, mulai Bulan September 2012 sampai dengan Bulan Februari 2013.
4
1.4. Tujuan Penelitian 1. Mengaplikasikan usaha budidaya gurami dengan media kolam jaring apung untuk ikut memenuhi permintaan ikan gurami konsumsi di Yogyakarta. 2. Mengamati usaha budidaya gurami dengan media kolam jaring apung sebagai solusi dalam mengatasi masalah predator, penyakit, dan lamanya waktu panen. 3. Menguji kelayakan usaha budidaya gurami dengan media kolam jaring apung.
1.5. Luaran Yang Diharapkan 1. Terciptanya suatu model usaha baru budidaya gurami dengan media kolam jaring apung.
1.6. Manfaat Penelitian 1. Memberikan pengalaman bagi peneliti dalam usaha budidaya gurami dengan media kolam jaring apung. 2. Menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang adanya suatu model baru dalam budidaya gurami.
5