BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang keberadaannya sangat penting dalam sejarah perkembangan agama Islam dan juga perkembangan pendidikan Islam di Indonesia. Pada dasarnya Pondok Pesantren berdiri dengan kokoh, melalui lima unsur yang sangat menentukan yaitu: kyai (guru), santri (siswa), masjid, pondokan (asrama) dan pengajaran pengetahuan. Pondok Pesantren bertugas untuk mencetak manusia yang benarbenar ahli dalam bidang agama, ilmu pengetahuan dan kemasyarakatan serta berakhlak mulia.
Pendidikan pada dasarnya sebuah proses transformasi pengetahuan menuju ke arah perbaikan, penguatan dan penyempurnaan semua potensi manusia agar tercipta insan kamil (manusia paripurna) yang memiliki kecerdasan intelektual, moral, serta spiritual. Pendidikan islam tidak mengenal ruang dan waktu serta tidak dibatasi tebalnya tembok sekolah dan sempitnya waktu belajar di kelas (Moh. Roqib, 2009: 42). Pendidikan berlangsung kapan saja serta dilakukan dimana saja.
Pondok pesantren merupakan contoh pendidikan yang bertujuan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas tidak terlepas dari ilmu pengetahuan yang diterima
1
2
serta dipelajari oleh siswa di bangku sekolah. Salah satu dari ilmu pengetahuan yang dianggap penting untuk dipelajari adalah matematika. Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan, misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula membentuk kepribadian siswa. Hal itu mengarahkan perhatian kepada pembelajaran nilai-nilai dalam kehidupan melalui matematika. Selain itu matematika sebagai ilmu pengetahuan merupakan ilmu tentang logika perhitungan dalam kehidupan. Secara umum tujuan diberikannya pelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan umum adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang yaitu melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien. Matematika bagi sebagian kecil siswa merupakan mata pelajaran yang paling digemari dan menjadi suatu kesenangan, namun bagi sebagian besar siswa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang berat dan sulit tidak terkecuali bagi siswa yang belajar di sebuah pondok pesantren. Bagi sebagian siswa dari kelompok kedua ini beranggapan untuk mendapatkan nilai cukup mereka harus belajar keras. Faktor ini membuat mereka takut terhadap matematika dan sekaligus malas mempelajarinya. Faktor lain yang juga berperan penting dalam perkembangan kualitas pembelajaran matematika yaitu perilaku siswa dalam menerima pelajaran. Seseorang siswa ingin berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas belajar
3
pendidikan matematika serta memperoleh prestasi belajar yang baik, maka seorang siswa harus bertingkah laku mendukung suasana belajar dan mencegah terjadinya tingkah laku yang merusak suasana belajar selama mengikuti proses belajar mengajar pendidikan matematika di kelas. Rendahnya kualitas pendidikan matematika salah satunya dipengaruhi oleh perilaku siswa dalam proses pembelajaran matematika (Dajuli, 2004: 13). Perilaku siswa dalam pembelajaran matematika juga tergantung pada penyajian materi, apakah penyajian materi tersebut membuat siswa tertarik, termotivasi, dan timbul perasaan pada diri siswa untuk menyenangi materi tersebut atau justru membuat siswa jenuh terhadap materi matematika yang disajikan.
B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang penelitian tersebut, fokus penelitian ini yaitu “Bagaimana perilaku siswa dalam pembelajaran matematika di pondok pesantren Imam Syuhodo?”. Fokus permasalahan penelitian ini kemudian dirinci dalam tiga sub fokus. 1.
Bagaimana kesiapan belajar matematika siswa pondok pesantren Imam Syuhodo?
2.
Bagaimana kebiasaan belajar matematika siswa pondok pesantren Imam Syuhodo?
3.
Bagaimana antusias belajar matematika siswa pondok pesantren Imam Syuhodo?
4
C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan fokus penelitian diatas maka secara garis besar penelitian ini memiliki tujuan umum “Mendiskripsikan perilaku siswa dalam pembelajaran matematika Pondok Pesantren Imam Syuhodo”. Tujuan penelitian ini kemudian dirinci dalam tiga tujuan khusus. 1.
Mendiskripsikan kesiapan belajar matematika siswa pondok pesantren Imam Syuhodo.
2.
Mendiskripsikan kebiasaan belajar matematika siswa pondok pesantren Imam Syuhodo.
3.
Mendiskripsikan antusias belajar matematika siswa pondok pesantren Imam Syuhodo.
D. Manfaat Penelitian Sebagai studi ilmiah, studi ini dapat memberikan sumbangan konseptual utamanya kepada pendidikan matematika dan juga memberikan urunan substansial kepada lembaga pendidikan formal, para guru, peserta didik yang berupa perilaku dalam pembelajaran matematika. 1. Manfaat Teoritis Studi ini memberikan sumbangan kepada bidang pendidikan matematika, terutama dalam bidang perilaku siswa dalam pembelajaran matematika. Perilaku siswa dalam pembelajaran matematika ini dapat berdampak pada peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan hasil belajar.
5
2. Manfaat Praktis a. Untuk Siswa Menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar matematika b. Untuk Guru Memberikan masukan kepada guru pada umumnya dan guru matematika
pada
khususnya
tentang
perilaku
siswa
dalam
pembelajaran matematika. c. Untuk Sekolah Dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya penyelesaian masalah-masalah
yang
timbul
akibat
perilaku
siswa
dalam
pembelajaran matematika. d. Untuk Perpustakaan Menambah perbendaharaan referensi di Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Matematika Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Modern Islamic Boarding School of Imam Syuhodo.
E. Definisi Istilah 1. Lembaga Pendidikan Pesantren Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang bertugas untuk mencetak manusia yang ahli dalam bidang agama, ilmu pengetahuan dan kemasyarakatan serta berakhlak mulia. Pondok pesantren merupakan kiblat bagi umat islam Indonesia dalam berbagai hal, termasuk dalam
6
pendidikan. Keunggulan pendidikan pesantren adalah pendidikan dengan waktu pembelajaran selama 24 jam. Pendidikan pesantren yang telah melengkapi program pendidikannya diakui mampu memberikan pendidikan integratif dan komprehensif yaitu integrasi ilmu dengan moralitas santri oleh sebab itu peran pondok pesantren cenderung sama yakni fokus dalam bidang Islamic studies.
2. Pembelajaran Matematika Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari unsur tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi dan semuanya berfungsi dengan berorientasi kepada tujuan. Dalam pembelajaran matematika siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan obyek.
3. Perilaku Siswa dalam Belajar Matematika Perilaku adalah aktivitas diri individu yang akan memberikan kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak. Dengan kata lain perilaku adalah
kecakapan
individu untuk memilih macam-macam tindakan yang akan dilakukan sebagai hasil dari kecakapan intelektual yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi lingkungan dengan menggunakan simbol-simbol.
7
4. Kesiapan Belajar Matematika Kesiapan belajar matematika adalah suatu kemampuan siswa dalam mengontrol segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap dan perilaku pada saat siswa belajar matematika. Siswa mampu mengendalikan segala bentuk pengekspresian diri yang tidak seharusnya dilakukan dalam kegiatan pembelajaran matematika serta mampu mengontrol perasaan bosan yang timbul pada diri siswa saat pembelajaran matematika berlangsung.
5. Kebiasaan Belajar Matematika Kebiasaan adalah suatu tindakan atau aktivitas yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang relatif lama sehingga menjadi sebuah budaya. Jadi kebiasaan belajar matematika disini adalah suatu tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam belajar matematika yang telah berjalan dalam waktu yang relatif lama sehingga menjadi sebuah budaya belajar matematika.
6. Antusias Siswa dalam Belajar Matematika Antusias Belajar Siswa adalah suatu sikap dimana siswa merasa tertarik, semangat dan berpartisipasi aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru sehingga timbul perasaan senang dan termotivasi dalam proses belajar serta menjadi salah satu pendorong berkembangnya minat siswa dalam pembelajaran.