BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya ada tiga lingkungan yang sangat berpengaruh dalam pendidikan
seorang anak yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga
lingkungan itu disebut oleh Ki Hajar Dewantara sebagai tripusat pendidikan. Tripusat pendidikan memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Di dalam keluarga, pendidikan yang pertama dan utama diterima oleh anak. Mendidik anak sejatinya merupakan kewajiban dan tanggung jawab orangtua
tetapi sekarang tugas mendidik
cenderung
dibebankan ke pendidik di sekolah yaitu guru. Guru diakui sebagai pekerjaan yang professional oleh Pemerintah Indonesia dengan dikeluarkannya Undang – Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005. Profesi guru di Indonesia banyak diminati, salah satu pemicunya adalah adanya perhatian terhadap kesejateraan guru dalam Undang – Undang Guru dan Dosen
Nomor 14 Tahun 2005. Beberapa perguruan tinggi yang
memiliki jurusan kependidikan dibanjiri lulusan SMA yang ingin melanjutkan pendidikannya untuk menjadi guru. Bahkan ada lulusan SMK yang sebenarnya mereka dipersiapkan untuk terjun ke dunia kerja tertarik melanjutan pendidikan ke perguruan tinggi
untuk menjadi guru. Dari sekian banyak jurusan
kependidikan, jurusan yang paling diminati adalah Pendidikan Guru Sekolah
1
Dasar. “Universitas Sanata Dharma tahun ini menerima sekitar 300 mahasiswa PGSD, Universitas Sarjana Wiyata Yogyakarta dalam saringan gelombang kedua menerima 100 orang mahasiswa. Universitas Negri Yogyakarta menenerima 4 kelas baru PGSD dengan jumlah mahasiswa sekitar 200 orang”. 1 Segala macam kebijakan mengenai kuantitas maupun kualitas pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah pasti akan mempengaruhi guru. Menurut Adler dalam Ibrahim Bafadal (2004:4) guru merupakan unsur manusiawi yang sangat menentukan keberhasilan sekolah. Kebutuhan akan guru sekolah dasar di Indonesia pada tahun 1973 sangat tinggi, seiring
keberhasilan pemerataan
pendidikan dasar melalui program Inpres yang menjadikan jumlah siswa sekolah dasar di Indonesia pada tahun 1976 bertambah lebih dari 1,2 juta siswa . “Guna memenuhi keperluan tenaga guru SD untuk tahun ajaran 1976 telah disediakan pengangkatan 60 ribu guru, sehingga dalam tiga tahun pertama Repelita II seluruhnya telah diangkat 118 ribu guru baru (termasuk 10 ribu kepala sekolah), di samping pengangkatan 18 ribu guru dalam tahun 1973/74 sebagai kegiatan awal dalam meme nuhi kebutuhan tenaga guru SD Inpres”. 2 Kebijakan pengangkatan guru sekolah dasar secara serentak tahun 1976 juga diiringi dengan mengadakan program penyetaraan D2. Program penyetaraan
D2 dan pengangkatan guru sekolah dasar yang dilakukan
pemerintah tidak lain untuk memenuhi kebutuhan akan jumlah guru sekolah dasar yang berkualitas dengan kualifikasi diploma II dalam rangka menjaga 1
Widya Kiswara, Sisi Keberhasilan Program http://widyaforeducation.blogspot.com/2011_04_01_archive.html 2 Bab XIV Pendidikan Pembinaan Generasi Muda AN www.bappenas.go.id/get-file-server/node/7023/
2
Sertifikasi
Guru,
Kebudayaan
Nasional,
keberlangsungan proses pendidikan sekolah dasar . Proses pendidikan sekolah dasar berinti pada pembelajaran di kelas. Pembelajaran di kelas mengedapankan interaksi guru sekolah dasar dengan peserta didik yang menjadikan kebutuhan akan guru sekolah dasar menjadi penting.
Kelas dengan jumlah peserta didik yang terlalu sedikit cenderung
terjadi ketidakefisienan. Kelas dengan jumlah peserta didik yang cenderung menjadikan guru melakukan pengajaran
banyak
ranah kognitif
(
pengetahuan ) saja dan bersifat satu arah dimana peserta didik hanya menerima apa yang diajarkan oleh guru. Untuk itu guru memerlukan kelas dengan jumlah peserta didik yang ideal agar siswa dapat terlayani oleh guru dengan baik dan terjadi pembelajaran yang berkualitas. Melalui Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 053/U/2001, setiap kelas Sekolah Dasar di Indonesia
maksimal
menampung 40 siswa.
Jumlah ini lebih besar dari negara – negara lainnya. Ketentuan ini diperbaharui melalui peraturan menteri pendidikan nasional yang baru yaitu Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 15 Tahun 2010 dimana setiap kelas
Sekolah Dasar tidak diisi lebih dari 32 peserta didik dimana disetiap SD/MI harus ada satu orang guru untuk melayani setiap 32 peserta didk ( rasio guru terhadap murid 1 : 32 ). Guru
Sekolah Dasar Kecamatan Sidomukti
Kota Salatiga
merupakan tumpuan kegiatan pendidikan sekolah dasar di kelas. Guru Sekolah dasar Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga menurut Undang – Undang Guru dan Dosen UU RI No 14 Th. 2005 (2009:8) wajib memiliki kualifikasi akademik,
3
kompetensi guru, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Data dari Disdikpora Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga pada tahun 2005 guru Sekolah Dasar
di Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga
mendidik 2575 peserta didik di 17 Sekolah Dasar. Jumlah peserta didik yang harus dilayani guru Sekolah Dasar di Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga dari tahun ke tahun semakin bertambah dan pada tahun 2010 terdapat 3235 peserta didik yang harus dilayani di 20 Sekolah Dasar. Dari hasil pengamatan terhadap SD/MI, peserta didik SD/MI, dan guru SD/MI di Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga, terdapat gejala problematis yaitu : 1. Sembilan guru SDN Mangunsari 01, enam guru SDN Mangunsari 06, empat guru SDN Dukuh 05, dua guru SD Muhammadyah, dua guru SD Kristen 01, satu guru MI candran di Kecamatan Sidomukti Salatiga pada tahun 2010 berkualifikasi akademik DII. 2. Rombongan kelas SDN Mangunsari Rata- rata didisi oleh 46 peserta didik, Rombongan kelas SDN Mangunsari 06 rata-rata didisi oleh 16 siswa, Rombongan kelas SD Muhammadiyah rata – rata diisi oleh 26 peserta didik, Rombongan kelas SD Kristen 01 rata – rata diisi oleh 20 peserta didik, Rombongan kelas MI Kecandaran rata – rata diisi oleh 21 peserta didik, Rombongan kelas MI Ma’arif rata – rata diisi oleh 11 peserta didik.
4
B. Masalah Penelitian Ketidakadaan guru atau kelebihan guru
sangat mempengaruhi
pembelajaran di kelas. Untuk menjaga keberlangsungan pembelajaran di kelas perlu diadakan perencanaan mengenai kebutuhan guru Sekolah Dasar di Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Untuk itu berdasarkan gejala problematis di atas masalah dalam penelitian ini adalah “Berapa Kebutuhan Guru SD / MI Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga tahun 2010 dan
Berapa Proyeksi
Kebutuhan Jumlah Guru SD / MI Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga tahun 2011-2018 ?”. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui : 1. Jumlah guru SD/MI Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga tahun 2010. 2. Kualifikasi akademik guru SD/MI
Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga
Tahun 2010. 3. Kebutuhan Jumlah guru SD/MI Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga tahun 2010. 4. Proyeksi kebutuhan guru SD/MI Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2011 – 2018.
5
D. Signifikansi Penelitian D.1 Signifikansi Praktis Hasil dari penelitian ini akan memberikan gambaran kebutuhan guru Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga tahun 2010 dan memproyeksikan Kebutuhan Jumlah Guru Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Kota Salatiga pada tahun 2011 – 2018. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk UPTD Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kecamatan Sidomukti agar lebih memperhatikan keadaan guru dan siswa sehingga tercipta proses pembelajaran yang berkualitas dan tercapainya tujuan pendidikan dasar. D.2 Signifikansi Teoritis Dengan penelitian ini diharapkan dapat mendukung pendapat dari Combs, Philip H (1982 : 55) yang menyatakan bahwa “Perencanaan pendidikan memperhitungkan segi kualitatif karena perkembangan pendidikan bukan karena perluasan secara kuantitatif saja,dengan memperhitungkan segi kualitatif dan kuantitatif maka rencana pendidikan dapat menjadikan pendidikan lebih relevan, efisien, dan efektif”. E.Keterbatasan Penelitian Kebutuhan Guru Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga pada tahun 2010 dan Proyeksi Kebutuhan Jumlah Guru Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga tahun 2011-2018 terdapat keterbatasan ruang lingkup penelitian yaitu
6
hanya menggambarkan
kebutuhan jumlah Guru Sekolah Dasar / Madrasah
Ibtidaiyah Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga dan menggambarkan Kualifikasi akademik Guru Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga tahun 2010. Keterbatasan lainnya yaitu keterbatasan waktu proyeksi yang hanya memproyeksi kebutuhan jumlah Guru Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga dari tahun 2011 sampai 2018.
7