53
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dewasa ini merupakan hal penting dalam kehidupan. Pendidikan dianggap dapat memberikan informasi yang berharga mengenai pegangan dan pandangan hidup masa depan dunia dalam mempersiapkan kebutuhan peserta didik untuk menghadapi perubahan yang akan terjadi. Pendidikan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Bimbingan, pengajaran dan latihan ini merupakan kegiatan pendidikan yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini salah satunya adalah meliputi tujuan pembelajaran yaitu tujuan yang hendak dicapai setelah selesai diselenggarakannya suatu proses pembelajaran.1 Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.2 Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah ke mana kegiatan 1 2
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 2. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Rosdakarya, 1998), 4
1
54
belajar mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar menurut sekehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan perrnah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Dalam dunia pendidikan, guru sebagai pengajar lebih menekankan pada pelaksanaaan tugas merencanakan, melaksanakan proses belajar mengajar dan menilai hasilnya. Untuk melaksanakan tugas ini, guru di samping harus menguasai materi atau bahan yang akan diajarkan juga dituntut untuk memiliki seperangkat pengetahuan dan ketrampilan teknis mengajar. Sehubungan dengan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas mengajar ini, guru memerlukan cara atau alat yang dapat digunakan untuk mentransfer atau menyampaikan ilmu agar apa yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik oleh peserta didik. Tidak sedikit kegagalan guru dalam mengajar disebabkan karena lemahnya penguasaan metode yang digunakan dalam pengajaran. Sehingga, tugas guru adalah memilih metode apa yang terbaik, untuk mencapai suatu tujuan pengajaran yang diinginkan. Metode adalah alat untuk mencapai tujuan yaitu cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang telah ditentukan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki ketrampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Jadi, guru sebaiknya menggunakan metode yang
55
dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran. 3 Di dalam proses pembelajaran agama islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan atau materi pelajaran kepada peserta didik dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi sendiri. Sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta didik walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya materi yang cukup baik, karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi itu kurang dapat dicerna.4 Oleh karena itu, penerapan metode yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Penggunaan atau pemilihan metode mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain; tujuan, karakteristik siswa, situasi dan kondisi, kemampuan dan pribadi guru, serta sarana dan prasarana yang digunakan.5 Berdasarkan penjajakan awal di lapangan, di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Ponorogo melaksanakan metode team teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada kelas XI IPS 1. Adanya metode 6
team teaching yang dilaksanakan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam
3
Syaiful Bahri djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. rineka Cipta, 1996), 11 4 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 39. 5 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2005), 32. 6 Hasil wawancara dengan Bapak Thoha selaku guru Pendidikan Agama Islam SMAN 1 Ponorogo pada tanggal 6 Februari 2009 pukul 08.00-08.30 WIB.
56
di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo disadari karena adanya keberagaman dalam hal karakter siswa, kemampuan masing-masing siswa dalam menerima dan mencerna materi pelajaran serta kurang perhatiannnya siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan keberagaman tersebut secara tidak langsung berdampak pada proses kegiatan belajar mengajar baik pengelolaan maupun pengkondisian kelas. Penggunaan metode team teaching dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam akan sangat membantu siswa dan guru. Para siswa akan lebih mendapatkan bimbingan dan perhatian dari guru karena ditangani oleh beberapa guru yang bertanggung jawab terhadap kelancaran belajar. Begitu pula dengan guru akan terbantu dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas yang dijalankan bersama guru lain yang saling memiliki tanggung jawab. Berpijak dari latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode team teaching dalam sebuah penelitian dengan judul Sehubungan dengan hal ini mendorong penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul “PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE TEAM TEACHING DI KELAS XI IPS 1 SMAN 1 PONOROGO TAHUN AJARAN 2008-2009”
57
B. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah latar belakang diterapkan metode team teaching dalam kegiatan pembelajaran PAI, langkah-langkah kegiatan pembelajaran PAI dengan menggunakan metode team teaching, faktor pendukung dan penghambat diterapkan metode team teaching dalam pembelajaran PAI dan perubahan prestasi hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode team teaching.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa latar belakang diterapkan metode team teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo tahun ajaran 2008-2009? 2. Bagaimana langkah-langkah kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode team teaching di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo tahun ajaran 2008-2009? 3. Apa faktor pendukung dan penghambat diterapkannya metode team teaching dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo tahun ajaran 2008-2009? 4. Bagaimana perubahan prestasi hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo setelah mengikuti kegiatan pembelajaran metode team teaching?
58
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan latar belakang diterapkannya metode team teaching dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo tahun ajaran 2008-2009. 2. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode team teaching di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponoorogo tahun ajaran 2008-2009. 3. Untuk
mendiskripsikan
dan
menjelaskan
faktor
pendukung
dan
penghambat diterapkannya metode team teaching dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo tahun ajaran 2008-2009. 4. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan perubahan prestasi hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode team teaching.
E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu: 1. Manfaat Teoritis Dari hasil penelitian ini secara teoritis akan ditemukan pola pelaksanaan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode team teaching di SMAN 1 Ponorogo.
59
2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam rangka perbaikan dan peningkatan penggunaan metode team teaching. b. Bagi pendidik, dapat meningkatkan kreatifitas guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. c. Bagi peneliti, sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana dan untuk menambah wawasan berpikir dan pengalaman dalam penelitian F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7 Penelitian kualitatif memiliki karakteristik alami sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan adalah studi kasus, yaitu suatu deskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu, kelompok, institusi, atau masyarakat.8 Dalam studi kasus peneliti mencoba untuk mencermati individu atau sebuah unit secara mendalam. 2. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti merupakan instrumen penting dalam penelitian
7
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan (Jakarta: Rineka Cipta,
2000), 3. 1998), 314.
60
kualitatif. Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun peranan penelitian yang menentukan keseluruhan skenarionya.9 Untuk itu dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. 3. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi di SMAN 1 Ponorogo yang beralamatkan di Jln. Budi Utomo No 1 Ronowijayan Siman Ponorogo dengan alasan adanya kesesuaian dengan topik yang peneliti pilih
yaitu
adanya
pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran
dengan
menggunakan metode team teaching. 4. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain.10 Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manusia, yang meliputi kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, dan siswa-siswi SMAN 1 Ponorogo serta semua pihak yang terkait dengan penelitian ini. b. Non manusia, yang meliputi dokumen dan semua buku-buku yang relevan.
9 10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 112. ibid., 112.
61
5. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa metode yang relevan, yaitu: a. Teknik Wawancara atau Interview Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.11 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah, pihak kurikulum, guru Pendidikan Agama Islam dan siswa. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai latar belakang diterapkan team teaching, langkah-langkah metode team teaching, faktor pendukung dan penghambat metode team teaching serta perubahan prestasi hasil belajar siswa setelah mengikuti team teaching. b. Teknik Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian.12 Dalam penelitian ini observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung. c. Teknik Dokumentasi Dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan mencatat data-data atau dokumen-dokumen yang ada, yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dengan metode ini penulis ingin memperoleh 11 12
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2006), 317. Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: SIC, 1996), 77.
62
data tentang sejarah SMAN 1 Ponorogo, struktur organisasi, keadaan sarana dan prasarana.
6. Analisa Data Analisa data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperlukan dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.13 Analisa dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari dan membantu kesimpulan yang akan dapat diceritakan kepada orang lain. Teknik analisa kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman menemukan bahwa aktivitas dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktifitas dalam analisa data, meliputi data reduction, data display, dan conclusion.14 Langkah-langkah analisa ditunjukkan pada gambar berikut:
13
Sugiyono, Metodologi Penelitian, 334. Miles, A. Huberman, Analisa Data Kualitatif, terj. Tjetjep Rohendi Rohidi (Jakarta: UI-Press, 1992), 20. 14
63
Pengumpulan data
Reduksi data
Penyajian data
Kesimpulankesimpulan: penarikan/verivikasi
Keterangan:15 a. Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, membuat kategori. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. b. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network, dan chart. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian. c. Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
15
Pedoman Penulisan Skripsi STAIN Ponorogo Jurusan Syariah, Tarbiyah, Ushuluddin Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo, 2008, 54.
64
7. Pengecekan Keabsahan Temuan Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) serta derajat kepercayaan dan keabsahan data (kredibilitas data).16 Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengamatan yang tekun dan triangulasi. Ketekunan pengamat bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.17 Sedangkan teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.18
8. Tahapan-tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah: a. Tahap pra lapangan, yaitu meliputi penyusunan rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi, dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan dan yang menyangkut persoalan etika penelitian.
16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 171. ibid., 177. 18 Ibid., 178. 17
65
b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data kemudian dicatat dengan cermat, menulis peristiwa-peristiwa yang diamati kemudian menganalisa data lapangan secara intensif yang dilakukan setelah pelaksanaan penelitian selesai. c. Tahap analisis data, tahap ini dilakukan oleh penulis beriringan dengan tahap pekerjaan lapangan. Dalam tahap ini penulis menyusun hasil pengamatan, wawancara, serta data tertulis untuk selanjutnya penulis segera melakukan analisa data dengan cara distributif, dan selanjutnya dipaparkan dalam bentuk naratif. d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian. G. Sistematika Pembahasan Sebagai gambaran pola pemikiran penulis yang tertuang dalam karya ilmiah ini maka penulis susun sistematika pembahasan yang dibagi dalam lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang berkaitan erat dan merupakan kesatuan yang utuh, yaitu: Bab I: Pendahuluan. Dalam pendahuluan ini dikemukakan latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II: Kajian teoritis tentang metode team teaching mengenai pengertian Team teaching, latar belakang metode team teaching, tujuan team teaching, manfaat metode team teaching langkah-langkah metode
66
team teaching, kelebihan dan kekurangan metode team teaching dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam terkait pengertian, tujuan serta manfaatnya. Bab III: Berisi tentang penyajian data yang meliputi paparan data umum yang ada kaitannya dengan lokasi penelitian yang terdiri visi, misi, dan tujuan SMAN 1 Ponorogo, sejarah singkat berdirinya SMAN 1 Ponorogo, letak geografis, struktur organisasi, sarana dan prasarana dan paparan data khusus yang terdiri dari data tentang penerapan metode team teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang terdiri dari latar belakang penerapan team teaching, langkahlangkah penerapan metode team teaching, faktor pendukung dan penghambat metode team teaching serta perubahan prestasi hasil belajar siswa setelah mengikuti team teaching. Bab IV: Berisi tentang analisis data tentang latar belakang diterapkannya metode team teaching, analisis data tentang langkah-langkah dalam metode team teaching pada pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas XI IPS 1, analisis data tentang faktor pendukung dan penghambat diterapkan metode team teaching dan perubahan prestasi hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode team teaching. Bab V: Penutup. Bab ini dimaksudkan untuk memudahkan bagi pembaca yang mengambil intisari dari skripsi, yang berisi dari kesimpulan dan saran.
67
BAB II METODE TEAM TEACHING DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Metode Team Teaching Pengertian Metode Team Teaching Metode dari segi etimologis (bahasa) berasal dari bahasa Yunani, yaitu “methodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha" yang berarti melalui atau melewati, dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Maka metode memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.19 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang telah ditentukan.20 Sedangkan dalam bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan maka metode ini harus diwujudkan dalam proses pendidikan dalam rangka mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik
19
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Semarang: Rasail,
2008), 7. 20
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam ( Jakarta: Ciputat Press, 2002), 87.
15
68
menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik.21 Secara terminologi para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut: a) Mahfudh Shalahuddin mendefinisikan metode adalah cara tertentu yang paling tepat digunakan untuk mnyampaikan suatu bahan pelajaran sehingga tujuan dapat tercapai.22 b) Syaiful Bahri Djamarah mendefinisikan metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.23 c) Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan mata pelajaran.24 d) Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.25 Jadi metode adalah cara-cara yang digunakan guru untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Suatu metode dalam proses belajar mengajar merupakan teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, baik secara individual atau secara kelompok, agar
21 22
Ramayulis, Ilmu pendidikan Islam ( Jakarta; kalam Mulia, 2006), 184. Mahfudh Shalahuddin, Metodologi Pendidikan Agama ( Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1987), 29. 23
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), 53. 24 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996), 9. 25 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 184.
69
pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Di dalam proses pendidikan agama Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan, karena metode menjadi sarana untuk melaksanakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan. Oleh karena itu pemakaian metode harus dipertimbangkan dengan faktor-faktor tertentu. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan suatu metode adalah: B. Tujuan Setiap bidang studi mempunyai tujuan bahkan dalam setiap topik pembahasan tujuan pengajaran ditetapkan lebih terinci dan spesifik sehingga dapat dipilih metode mengajar yang bagaimanakah yang cocok dengan pembahasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. C. Karakteristik Siswa Adanya perbedaan karakteristik siswa dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan sosial ekonomi, budaya, tingkat kecerdasan, dan watak mereka yang berlainan antara satu dengan lainnya, menjadi pertimbangan guru dalam memilih metode apa yang terbaik digunakan dalam mengkomunikasikan pesan pengajaran kepada anak.26 Dari aspek biologis, siswa memiliki perbedaan dan persamaan ada laki-laki ada perempuan, postur tubuh tinggi, sedang dan rendah (pendek). Pada aspek intelektual siswa selalu menunjukkan perbedaan. 26
2002), 32
Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Pers,
70
Hal ini terlihat dari cepatnya tanggapan anak didik terhadap rangsangan yang diberikan dalam kegiatan belajar mengajar, dan lambatnya tanggapan siswa terhadap rangsangan yang diberikan guru. Dari aspek psikologis sudah diakui ada perbedaan. Di sekolah, perilaku siswa selalu menunjukkan perbedaan, ada yang pendiam, ada yang kreatif, ada yang suka bicara, ada yang tertutup (introver), ada yang terbuka (ekstrover), ada yang pemurung, ada yang periang dan sebagainya. Semua perilaku siswa tersebut mewarnai suasana kelas. Dinamika kelas terlihat dengan banyaknya jumlah anak dalam kegiatan belajar mengajar. Kegaduhan semakin terasa jika jumlah siswa sangat banyak di dalam kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, semakin mudah terjadi konflik dan cenderung sukar dikelola. Hal ini menjadi pertimbangan
guru
dalam
pemilihan
dan
penentuan
metode
pengajaran.27 D. Situasi dan Kondisi Di samping adanya perbedaan karakteristik siswa, tujuan yang ingin dicapai, juga tingkat sekolah, geografis, menjadi bahan pertimbangan dalam memilih metode yang digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang berlangsung. E. Perbedaan Pribadi dan Kemampuan Guru Seorang guru yang terlatih bicara disertai dengan gaya dan mimik, gerak, irama, tekanan suara akan lebih berhasil memakai
27
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, 90.
71
metode ceramah dibanding guru yang kurang mempunyai kemampuan bicaranya. F. Sarana dan Prasarana Karena persediaan sarana dan prasarana berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya, maka perlu menjadi pertimbangan guru dalam memilih metode mengajarnya. Sekolah yang memiliki peralatan dan media yang lengkap, gedung yang baik, dan sumber belajar yang memadai akan memudahkan guru dalam memilih metode yang bervariasi.28 G. Kelebihan dan Kelemahan Metode Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dua sisi ini perlu diperhatikan oleh guru. Jumlah anak didik di kelas dan kelengkapan fasilitas mempunyai andil tepat tidaknya suatu metode dipergunakan untuk membantu proses pengajaran. Metode yang tepat untuk pengajaran tergantung dari kecermatan guru dalam memilihnya. Penggabungan metodepun tidak luput dari pertimbangan berdasarkan kelebihan dan kelemahan metode yang manapun juga. Pemilihan yang terbaik adalah mencari titik kelemahan suatu metode untuk kemudian dicarikan metode yang dapat menutupi kelemahan metode tersebut.29 Selain faktor-faktor tersebut di atas, penggunaan suatu metode dalam pendidikan islam ditentukan oleh prinsip-prinsip penggunaan metode pendidikan Islam. Prinsip disebut juga dengan asas atau dasar. 28
Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, 32. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 193. 29
72
Prinsip-prinsip pelaksanaan metode pendidikan Islam menurut Omar Muhammad Al-Toumy Al-Saibany adalah sebagai berikut: Mengetahui motivasi, kebutuhan, dan minat anak didiknya. Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum pelaksanaan pendidikan. Mengetahui tahap kematangan, perkembangan, serta perubahan anak didik. Mengetahui perbedaan-perbedaan individu di dalam anak didik. Memperhatikan
kepahaman,
dan
mengetahui
hubungan-hubungan,
integrasi pengalaman dan kelanjutannya, keaslian, pembaharuan dan kebebasan berpikir. Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi anak didik.30 Metode team teaching disebut juga dengan metode mengajar beregu atau sistem regu. Adapun pengertian metode team teaching banyak dirumuskan oleh para ahli yakni sebagai berikut: a. Menurut Imansyah Alipandie, metode team teaching ialah cara mengajar yang dilakukan dua orang guru atau lebih, bekerja sama mengajar sekelompok murid.31 b. Menurut Ismail metode team teaching pada dasarnya adalah metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama menngajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru. Sistem regu banyak macamnya, sebab untuk satu regu tidak senantiasa berisi guru secara 30
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 93. Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), 103. 31
73
formal saja, tetapi dapat melibatkan orang-orang luar yang dianggap perlu sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan.32 c. Menurut Engkoswara team teaching ialah suatu sistem mengajar yang dilakukan oleh dua orang guru atau lebih dalam mengajar sejumlah siswa yang mempunyai perbedaan minat, kemampuan atau tingkat kelas.33 d. Menurut Zuhairini metode sistem regu (team teaching) ialah metode mengajar dimana dua orang guru atau lebih bekerjasama mengajar sekelompok murid.34 e. Menurut Abu Ahmadi team teaching adalah suatu metode mengajar dengan cara menyajikan bahan pelajaran dilakukan bersama oleh dua orang atau lebih kepada kelompok pelajar untuk mencapai tujuan pengajaran.35 Jadi metode team teaching adalah cara mengajar yang dilakukan oleh dua orang guru atau lebih dalam mengajar sejumlah siswa yang mempunyai perbedaan minat, kemampuan atau tingkat kelas.
Latar Belakang Metode Team Teaching
32
Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, 22. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, 59. 34 Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet AS Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama Dilengkapi Dengan Sistem Modul dan Permainan Simulasi (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), 108. 35 Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 67. 33
74
Dilaksanakannya metode team teaching ini tentu ada hal yang melatar belakanginya sehingga terlaksananya metode tersebut, diantaranya adalah semakin berkembangnya kurikulum pengajaran, menuntut guru untuk semakin kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas. Guru dituntut untuk dapat memenuhi sejumlah prinsip pembelajaran diantaranya adalah guru harus memperhatikan kebutuhan dan perbedaan individu, mengembangkan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif dan nyaman belajar, serta menilai proses dan hasil pembelajaran siswa secara menyeluruh. Berbagai hal yang harus dipenuhi guru tersebut, tentu merupakan hal yang sulit jika semua itu dilakukan seorang diri, untuk itu membutuhkan partner agar semua hal tersebut dapat dilakukan secara maksimal. Maka dilakukanlah pelaksanaan metode team teaching dalam proses pembelajaran.36 Tujuan Metode Team Teaching Tujuan merupakan sesuatu yang akan dicapai dari suatu kegiatan atau usaha. Tujuan dapat membatasi ruang gerak suatu kegiatan agar dapat terfokus pada apa yang dilakukan. Menurut Roestiyah tujuan dari penggunaan metode team teaching adalah untuk membantu siswa agar lebih lancar terjadinya interaksi mengajar belajar secara kuantitatif maupun kualitatif, juga meringankan guru sehingga bisa bertanggung jawab bersama terhadap pelajaran yang diberikannya, dapat
36
http://akhmadsudrajat.wordpress.com.
75
saling membantu antar guru, meningkatkan kerjasama, saling mengisi dan saling memikirkan bersama pengembangan mata pelajarannya.37 Menurut Winarno Surachmad tujuan dari penggunaan metode team teaching adalah pemberian bantuan pada para siswa, dan juga membantu para pengajar. Siswa-siswa dibantu dalam arti kata bahwa akan lebih banyak orang-orang yang bertanggung jawab terhadap kelancaran mereka. Para pengajar dibantu pula dalam tugas-tugas mereka, karena dengan bertambah banyaknya staf pengajar setiap pengajar akan mempunyai cukup banyak waktu untuk membuat perencanaan mengajar yang lebih baik.38 Menurut Zainuddin Dja’far tujuan metode team teaching adalah: H.
Membantu para siswa dan juga para guru-guru.
I. Membantu dalam arti kata bahwa di dalam pengajaran akan lebih banyak orang-orang bertanggung jawab terhadap usaha belajar mereka. J. Membantu pengelolaan pengajaran terutama dalam bidang pengaturan proses belajar mengajar, karena bertambahnya tenaga-tenaga bantuan untuk itu.39 Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari penggunaan metode team teaching adalah pemberian bantuan kepada para siswanya dan pengajarnya, agar lebih maksimal dalam proses pembelajaran. Manfaat Metode Team Teaching Menurut Mila Puji Lestari dalam opininya mengatakan bahwa ada 37
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 96. Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional (Bandung: Jemmars, 1976), 99. 39 Zainudin Dja’far, Didaktik Metodik (Pasuruan: Garoeda Buana Indah. 1995), 40. 38
76
banyak manfaat dari metode team teaching. Manfaatnya antara lain: a. Team teaching bisa membantu kita dalam pengelolaan kelas Dengan adanya dua guru (minimal) dalam satu kelas, akan memudahkan kita untuk mengelola kelas. Sehingga kegaduhan-kegaduhan yang tidak berguna di dalam kelas bisa diminimalkan. Dengan demikian proses belajar mengajar bisa berjalan sesuai yang diharapkan. b. Team teaching membantu kita untuk bisa melayani kebutuhan siswa dengan cepat Karena fungsi guru juga sebagai pembimbing sekaligus fasilitator bagi peserta didik. Ingat, sekolah juga merupakan salah satu fasilitas pelayanan publik. Semakin baik fasilitas yang kita berikan tentunya semakin banyak pula peminat yang datang. c. Team teaching akan membantu kita dalam mengontrol emosi selama proses belajar mengajar berlangsung Karena akan ada teman yang akan saling mengingatkan satu sama lain jika yang satu khilaf melakukan hal yang kurang baik, sehingga kekerasan terhadap peserta didik yang dilakukan oleh guru bisa dihindari sekecil mungkin.40
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode team teaching mempunyai banyak manfaat untuk membantu guru dalam pengelolaan kelas karena ada pengajar lebih dari satu, juga dapat melayani kebutuhan siswa dengan cepat, dan membantu guru dalam mengontrol emosi. Kelebihan Metode Team Teaching Suatu metode yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar sudah tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian halnya dengan metode team
40
Puji Lestari, Mila. “Team Teaching or Teng Plencing,” dalam Ponorogo Pos, 2026 Maret 2008, 15.
77
teaching juga memiliki segi positif dan negatifnya. Kelebihan dari metode team teaching dalam proses pembelajaran antara lain: Sedangkan menurut Basyirudin Usman, kelebihan-kelebihan atau keunggulan metode team teaching adalah sebagai berikut: a. Setiap anggota regu memiliki pengertian dan pandangan yang sama dan searah. b. Anggota
regu
akan
mendapat
tugas
yang
sesuai
dengan
kemampuannya. c. Adanya pembagian tugas, memungkinkan bagi anggotanya untuk mendapatkan waktu yang senggang dan dimanfaatkan untuk pembinaan siswa lainnya. d. Sistem pengajaran dapat melakukan diskusi dan bertukar pikiran atau pengalaman.41 Menurut Hadari Nawawi kelebihan-kelebihan metode team teaching dalam pengajaran adalah sebagai berikut: a. Dalam keadaan jumlah guru yang terbatas dengan beban tugas yang berat, pembentukan tim guru dapat memperingan tugasnya. b. Murid (santri) memperoleh bantuan yang memadai karena lebih banyak orang yang bertanggung jawab di dalam proses pelaksanaan belajar mengajar.
41
Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, 60.
78
c. Materi pelajaran menurut ketentuan kurikulum, dapat diselesaikan sesuai dengan perencanaan yang disusun guru.42 Lalu menurut Mahfudh Shalahuddin diantara keunggulan metode team teaching adalah: a. Murid-murid yang mengalami kesulitan belajar atau lamban belajarnya segera dapat diketahui, karena para guru maupun asisten guru selalu mengikuti perkembangan kemajuan setiap anak didik. b. Membina kerjasama yang harmonis di antara para guru dalam bentuk tukar menukar pendapat, pengalaman, dan kesediaan untuk membantu semua usaha kegiatan belajar mengajar yang dihadapi semua guru seperti merencanakan pelajaran, cara mengevaluasi, dan sebagainya.43 Lalu menurut Roestiyah N.K diantara kelebihan metode team teaching
adalah siswa akan memperoleh pengetahuan yang luas dan
mendalam sebab diberikan oleh beberapa orang guru. Akibatnya guru juga lebih ringan tugas mengajarnnya, sehingga cukup waktu untuk menyiapkan diri dalam membuat perencanaan, mata pelajaran yang disajikan dengan sistem beregu, pelajaran akan lebih dapat dipertanggungjawabkan, karena ditangani oleh beberapa orang guru. Dari beberapa uraian pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode team teaching mempunyai banyak kelebihan atau keunggulan di dalam proses pelaksanaan belajar mengajar. Di antaranya untuk tim guru dapat memperingan semua tugas-tugasnya, juga bagi 42 43
Hadari Nawawi, Pendidikan dalam Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), 293. Mahfudh Shalahudin, Metodologi Pendidikan Agama, 60.
79
siswanya akan mendapatkan perhatian yang lebih karena banyak tenaga guru di dalam proses belajar mengajar. Kelemahan Metode Team Teaching Metode team teaching
di samping memiliki kelebihan atau
keunggulan juga memiliki kelemahan atau segi negatifnya dalam proses belajar mengajar, diantaranya sebagai berikut: Menurut Imansyah Alipandie kelemahan metode team teaching adalah: A) Apabila sebelum tiba pada giliran mengajar, guru-guru tersebut tidak memanfaatkannya untuk membuat persiapan atau rencana pengajaran yang lebih baik. B) Apabila pembentukan regu itu hanya didasarkan kepada pertimbangan ekonomis semata untuk mendapatkan biaya administrasi pengajaran, kelebihan jam mengajar, dan sebagainya. C) Apabila pengajar tidak dapat berinteraksi menjadi satu regu yang kompak, tidak mengenal tanggung jawab kelompok dan pimpinan regu tidak dapat mengkoordinasi usaha setiap anggota regu. D) Kemungkinan timbul penilaian negatif para murid terhadap seorang guru dengan membandingkannya dengan guru lain, sehingga minat dan perhatian murid menjadi berkurang.44 Menurut Zainuddin Dja'far kelemahan metode team teaching adalah:
44
Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, 104.
80
a. Apabila guru-guru yang mendapat giliran bebas tugas, tidak mempergunakan waktu luangnya tersebut untuk membuat rencanarencana pelajaran yang lebih baik, maka waktu itu niscaya akan menjadi sebagai kesempatan beristirahat. b. Apabila pembentukan regu hanya membincangkan faktor ekonomis, artinya bahwa dengan adanya partisipasi anggota-anggota lain sematamata untuk menekan ongkos-ongkos administrasi pengajaran. c. Apabila regu tidak dapat berintegrasi menjadi suatu regu yang kompak, partisipasi kelompok, dan tidak mempunyai pemimpin regu yang pandai mengkoordinasikan anggota-anggota regu dengan baik.45 Menurut Basyiruddin Usman kelemahan metode team teaching adalah: a. Sukar membentuk tim yang kompak, kadang-kadang didominasi oleh guru-guru yang cakap saja dan hal ini sukar untuk dihilangkan. b. Sangat rumit untuk mengatur organisasi kelas yang lebih fleksibel. c. Tim dapat merugikan siswa bilamana hanya didasarkan atas pertimbangan ekonomis. Sebagai contoh: menggabungkan kelas yang satu dengan yang lainnya dengan maksud agar dapat menghemat waktu giliran mengajar, biaya, dan sebagainya.46 Menurut Zuhairini dkk kelemahan metode team teaching adalah mengajar dengan sistem regu ini dapat merugikan murid. Apabila anggota regu (tim) tidak dapat berintegrasi menjadi satu regu yang kompak, yang 45 46
Zainudin Dja’far, Didaktik Metodik (Pasuruan: Garoeda Buana Indah. 1995), 40. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, 60.
81
tidak mengenal tanggung jawab kelompok, partisipasi kelompok dan tidak mempunyai koordinasi yang baik. Lebih daripada itu, kemungkinan murid dapat menilai kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh seseorang guru dengan membandingkan dengan guru yang lain, sehingga perhatian murid akan berkurang.47 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan atau kekurangan metode team teaching ini banyak terletak pada sisi tim guru itu sendiri. Yang mana peranan guru disini sangat mempengaruhi berhasil tidaknya proses pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran. Adapun kelemahan-kelemahan tersebut di atas dapat diperkecil secara semaksimal melalui berbagai hal, antara lain: a. Setiap anggota regu diupayakan agar memiliki pandangan dan pengertian yang sama atau searah. b. Diupayakan agar semua fasilitas misalnya ruangan, alat-alat, dan lainlain memungkinkan pengelompokan siswa ataupun dipecah menjadi sub-sub kelompok. c. Anggota-anggota regu, masing-masing mendapat tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing. d. Perencanaan pembagian tugas diusahakan seefektif mungkin, sehingga ada waktu bebas yang lama bagi setiap anggota regu untuk memungkinkan diskusi atau pertukaran pengalaman. e. Pembagian pekerjaan, diatur sedemikian rupa sehingga pada saat satu
47
Zuhairini et. al., Metodik Khusus Pendidikan Agama …, 109.
82
regu melaksanakan tugas utamanya regu yang lain dapat pula melaksanakan tugas-tugas lain, misalnya observasi, bimbingan dan penyuluhan secara individual pada siswa yang membutuhkan, mengontrol ketertiban, membantu anak yang memerlukan bantuan. f. Guru yang termasuk dalam tim sebaiknya harus memiliki rasa saling pengertian, pemahaman, kesamaan arah dan pendapat. 48 Jadi untuk mengurangi kelemahan yang ada guna memaksimalkan proses pembelajaran, tanggungjawab dan kekompakan kerjasama tim guru dalam
proses
pembelajaran
memang
sangatlah
penting
selain
mengupayakan fasilitas yang ada. Langkah-langkah Metode Team Teaching Adapun menurut Abu Ahmadi, pada umumnya langkah-langkah atau jalannya pembelajaran dengan metode team teaching sebagai berikut: a. Langkah pertama Salah seorang anggota tim menjelaskan bahwa pelajaran pada jam ini disajikan oleh beberapa orang. Apabila perlu, anggota team diperkenalkan kepada siswa. b. Langkah kedua Anggota-anggota penjelasan
tentang
tim
bahan
memberikan pelajaran.
keterangan
Pada
waktu
atau seorang
informasi anggota
menerangkan, anggota lain diperkenankan memberikan keterangan (tambahan atau pengurangan). Setelah anggota yang menyelingi itu selesai memberikan
48
Zainudin Dja’far, Didaktik Metodik, 41.
83
keterangan
tambahannya,
maka
anggota
pertama
tadi
meneruskan
keterangannya. Apabila ada pertentangan antara keterangan anggota pertama dengan keterangan anggota kedua maka dimungkinkan terjadi diskusi antara anggota tim. c. Langkah ketiga (apabila diperlukan) Anggota melanjutkan pelajaran. Prosesnya sama dengan yang di atas. d. Langkah keempat Pemimpin tim menyajikan kesimpulan tentang isi bahan pelajaran. e. Langkah penutup Siswa boleh menyalin atau bertanya atau memberikan tanggapantanggapan terhadap isi pelajaran. Langkah ini juga dapat diisi dengan penilaian.49 Adapun sebelum dilaksanakannya pembelajaran guru menyusun perencanaan pembelajaran secara bersama, sehingga setiap guru yang tergabung dalam team teaching memahami tentang apa-apa yang tercantum dalam isi perencanaan itu dan sistem evaluasi yang akan dilakukan. Kemudian membagi peran dan tanggung jawab masing-masing anggota tim, agar dalam proses pembelajaran di dalam kelas, masing-masing mengetahui peran dan tugasnya dan dapat saling membantu dalam melaksanakan pembelajaran, Apabila telah selesai dalam melaksanakan pembelajaran, semua anggota
tim
dapat
duduk
bersama
untuk
mengevaluasi
pelaksaan
pembelajaran, sehingga dapat merumuskan perbaikan-perbaikan untuk
49
Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, 68.
84
pembelajaran berikutnya.50
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun melalui unsurunsur manusiawi, material. Fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiana pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.51 Pembelajaran didefinisikan pada Udang-undang Sistem Pendidikan Nasional adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.52 Pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa yang dibangun sedemikian rupa oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan penguasaan terhadap materi pelajaran. Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan 50
http://muhammadirfani.wordpress.com Oemar Hamalik, Kurikulum dan pembelajaran (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), 57. 52 Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2008), 62. 51
85
pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.53 Pendidikan Agama Islam merupakan sebutan yang diberikan pada salah satu subyek pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa muslim dalam menyelesaikan pendidikannya pada tingkat tertentu. Ia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kurikulum suatu sekolah, subyek ini diharapkan dapat memberikan keseimbangan dalam kehidupan anak kelak, yaitu manusia yang memiliki kualifikasi tertentu tetapi tidak terlepas dari nilainilai agama islam. Ia merupakan salah satu subyek pelajaran yang bersamasama dengan subyek studi lain, dimaksudkan untuk membentuk manusia yang utuh.54 Pada hakekatnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah
suatu
proses
yang
berlangsung
secara
kontinyu
dan
berkesinambungan. Berdasarkan hal ini maka pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir hayat. Secara umum tugas pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta
53 Abdul Majid, Andayani Dian, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 132. 54 Erwin Yudi Prahara, Materi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam, 2009, 2.
86
didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar. Sebagai pengembangan potensi tugas Pendidikan Agama Islam adalah menemukan dan mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik, sehingga teraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari.55 Kegiatan (pembelajaran) Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam dari peserta didik, yang di samping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus membentuk kesalehan sosial. Pendidikan Agama Islam diterapkan dapat membentuk kader-kader bangsa yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia, karena Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.56 Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa lebih dapat berjalan dengan mudah dan terdorong oleh kemampuannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik. Karena itu, pembelajaran 55 56
Rasyidin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2005), 33. Ibid., 135.
87
berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam kurikulum yang menganalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi Pendidikan Agama Islam yang terkandung di dalam kurikulum dalam hal ini tugas guru adalah membelajarkan siswa. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam setiap proses pengajaran karena menjadi acuan seluruh langkah-langkah proses tersebut. Di samping itu ia juga sekaligus sebagai tolak ukur keberhasilan proses pengajaran. Ia merupakan gambaran tentang perilaku yang diharapkan akan tercapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses tersebut. Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, taqwa dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti ini diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global. Adapun tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA atau MA bertujuan untuk:
88
a. Menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.57 Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubunngan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam proses pembelajaran agama islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untyuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni dalam menstransfer ilmu pengetahuan atau materi pelajaran kepada peserta didik lebih signifikan dibanding dengan materi sendiri.58 Metode mempunyai posisi kedua terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran yang meliputi: tujuan, metode, materi,
57
Materi Pembekalan Bagi Mahasiswa Peserta PPLK II. Program Studi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Jurusan Tarbiyah. STAIN Ponorogo. 2008, 25. 58 Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, 39.
89
media dan evaluasi.59 Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan. Metode pendidikan yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena itu, metode yang ditetapkan oleh seorang guru dapat berdaya guna dan berhasil guna jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.60 Perlu dipahami bahwa penguasaan metode dalam Pendidikan Agama Islam pada prinsipnya adalah pelaksanaan sikap hati-hati dalam pekerjaan mendidik dan mengajar. Hal ini mengingat bahwa sasaran pendidikan Islam itu adalah manusia yang telah memiliki kemampuan dasar untuk dikembangkan. Sikap kurang hati-hati akan dapat berakibat fatal sehingga mungkin saja kemampuan dasar yang telah dimiliki peserta didik itu tidak akan berkembang secara wajar. Menurut Mahfudh Shalahuddin, metode-metode yang dapat dipakai dalam pendidikan dan pengajaran agama islam sebagai berikut:61 a. Metode ceramah Metode ini disebut juga one man show method adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran secara lisan oleh guru di depan kelas atau kelompok. Maka, peranan guru dan murid berbeda secara jelas,
59
Ibid., 109. Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 163. 61 Mahfudh Shalahuddin, Metodologi Pendidikan Agama, 42. 60
90
yakni bahwa guru, terutama dalam penuturan dan penerangannya secara aktif, sedangkan murid mendengarkan dan mengikuti secara cermat serta membuat catatan tentang pokok masalah yang diterangkan oleh guru. b. Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan jalan guru bertanya, sedang murid-murid menjawab. Pada umumnya metode ini sebagai rangkaian tindak lanjut metode ceramah. Tanya jawab ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bertanya yang mengandung latihan kemauan atau keberanian bertanya dan sebagai tolok ukur untuk mengetahui, sampai seberapa jauh pelajaran itu dipahami murid. Dengan begitu dibuka pintu jalur lintas dua arah, yaitu dari pengajar kepada murid dan sebaliknya. c. Metode diskusi Metode diskusi atau musyawarah adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan. Dalam metode ini menampilkan kegiatan menanyakan, memberi komentar, saran serta jawaban dalam kelompok. d. Metode tugas Metode tugas ini populer dengan sebutan Pekerjaan Rumah (PR), sebenarnya bukan hanya di rumah akan tetapi dapat dikerjakan di sekolah, di halaman, di perpustakaan, laboratorium, musholla, masjid dan
lain-lain.
Dan
tugas
ini
bisa
berbentuk
memperbaiki,
91
memperdalam, mengecek, mencari informasi, atau menghafal pelajaran yang akhirnya membuat kesimpulan tertentu. e. Metode permainan simulasi Metode permainan simulasi adalah cara pengajaran dalam mana situasi yang sesungguhnya dan bagian-bagian penting diduplikasikan dalam bentuk permainan. Jika mungkin peserta didik bertindak dalam suatu peranan. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan kesadaran diri, rasa simpati, perubahan sikap dan kepekaan. f. Metode team teaching Metode team teaching adalah suatu pengorganisasian mengajar dimana dua orang guru atau lebih dengan pembantu-pembantunya bekerjasama dalam megajar terhadap sekelompok siswa.
g. Metode kerja kelompok Metode kerja kelompok atau gotong royong adalah suatu metode mengajar, murid-murid disusun dalam kelompok-kelompok pada waktu menerima pelajaran atau pada waktu mengerjakan tugastugas tertentu. h. Metode karyawisata Metode karyawisata adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan membawa murid langsung kepada objek yang akan dipelajari dan objek itu terdapat di luar kelas. i. Metode demonstrasi
92
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan melalui kegiatan-kegiatan ekspresi. Melalui metode tersebut murid akan melihat gambaran sebenarnya, keadaan dan cara bekerja benda-benda atau orang-orang, dalam proses yang nyata. j. Metode proyek dan unit Metode proyek adalah cara mengajar dengan menggunakan unit-unit keaktifan hidup sehari-hari sebagai bahan pelajarannya, dalam usaha untuk memotivasi mata pelajaran di sekolah. Ciri khas metode ini adalah adanya kegiatan merencana yang matang sebelum melaksanakan kegiatan memecahkan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Metode unit adalah cara mengajar yang menggunakan unit bahan sebagai bahan pelajaran, unit bahan ini diuraikan lagi ke dalam unit-unit yang lebih kecil untuk dipecahkan, dikerjakan dan diselesaikan. k. Metode pemecahan masalah (problem solving) Metode pemecahan masalah adalah cara mengajar dengan merangsang murid untuk mau berpikir, menganalisis suatu persoalan sehingga menemukan pemecaahannya atas dasar inisiatif sendiri. Dalam proses belajar mengajar, metode ini sangat bermanfaat sebagai upaya untuk memantapkan pengetahuan yang diajarkan guru. Sebab dengan cara ini bahan pelajaran disajikan dalam bentuk problema (masalah) yang dihadapkan kepada murid untuk dipecahkan. Dengan
93
problema yang diajukan kepadanya, murid akan memberikan respon (jawaban) berupa usaha mencari pemecahannya. l. Metode uswatun hasanah (keteladanan) Sebagai pendidikan yang bersumber kepada al-Qur’an dan sunnah Rosulullah, metode keteladanan tentunya didasarkan kepada kedua sumber tersebut. Dimana keteladanan di sini adalah keteladanan yang dapat disajikan sebagai alat pendidikan Islam yaitu keteladanan yang baik sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. m. Metode anugerah Manusia mempunyai cita-cita, harapan dan keinginan. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh metode anugerah. Dengan metode ini, seseorang yang mengerjakan perbuatan yang baik atau mencapai suatu prestasi tertentu, diberikan suatu anugerah yang menarik sebagai imbalannya. Dengan demikian murid dirangsang untuk mengejar anugerah yang diinginkan, dengan melakukan sesuatu perbuatan atau mencapai suatu prestasi. n. Metode hukuman Metode hukuman adalah tindakan yang dijatuhkan kepada peserta didik secara sadar dan sengaja, sehingga menimbulkan nestapa. Dengan adanya nestapa itu, peserta didik akan menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji di dalam hatinya untuk tidak mengulanginya. Metode hukuman adalah yang paling akhir dilakukan, jika teguran dan peringatan belum mampu untuk mencegah peserta didik dalam
94
melakukan pelanggaran-pelanggaran. Maka dalam hal ini diberikan hukuman. o. Metode direct (Ath-Thariqatul Mubasyaroh) Metode direct adalah cara mendidik anak dengan secara langsung mempergunakan petunjuk, tuntunan, nasihat dan penjelasanpenjelasan tentang manfaat dan bahayanya sesuatu.
p. Metode indirect (Ath-Thariqatul Ghairul mubasyaroh) Dengan metode ini, pendidikan agama disampaikan dengan jalan sugesti, melalui syair-syair, pepatah-pepatah, atau kisah-kisah yang mengandung hikmah dan suri tauladan hidup yang baik. q. Metode mengajar berprogram Metode mengajar berprogram adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran yang sudah diatur tujuannya (oleh guru), sehingga memungkinkan si pelajar mempelajarinya menurut keaktifannya sendiri. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam hal ini penulis memfokuskan kegiatan pembelajaran pada strategi, metode, dan pendekatan dalam proses pembelajaran. a. Strategi Belajar Mengajar Strategi belajar berasal dari bahasa Yunani “strategos” yang berarti jenderal atau panglima, sehingga diartikan “ilmu kejendralan” atau “ilmu kepanglimaan. Pengertian strategi tersebut kemudian
95
ditetapkan dalam dunia pendidikan.62 Dalam kaitannya dengan belajar mengajar, pemakaian istilah strategi dimaksudkan segala daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkaran yang memungkinkan terjadinya proses mengajar.63 Menurut Nana Sudjana dalam bukunya “Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar”, bahwa strategi mengajar merupakan tindakan guru dalam melaksanakan rencana mengajar, artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran seperti tujuan, bahan, metode dan alat serta evaluasi, agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.64 Strategi mengajar pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru atau merupakan praktek guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai efektif dan efisien.65 Sedangkan Noeng Muhadjir berpendapat bahwa strategi belajar mengajar adalah bagaimana menata potensi (subyek didik, pendidik) dan sumber daya (sarana biaya, prasarana) agar suatu program dapat dimanfaatkan secara optimal atau suatu mata pelajaran atau mata kuliah dapat mencapai tujuan.66 Tabrana Rusyan mengutip pendapat dari Newan dan Logan bahwa ada 4 strategi dasar dalam pembelajaran, yakni: 1) Pengidentifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi 62
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Grasindo, 2004), 1. Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, 11. 64 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Mengaja Microteaching (Ciputat: Quantum Teaching, 2005, 2. 65 Ibid., 2. 66 Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Suatu Teori Pendidikan (Jakarta: Raka Sarasir, 1993), 109. 63
96
perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan. 2) Pertimbangan dan pemilihan jalan pendekatan utama yang ampuh guna mencapai sasaran. 3) Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak titik awal hingga titik akhir. 4) Pertimbangan dan penetapan tolak ukur dan ukuran buku untuk dipergunakan dalam mengukur taraf keberhasilan usaha.67 b. Metode Pendidikan Metode adalah jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan, sedangkan Ahmad Tafsir membatasi bahwa metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik.68 Metode pendidikan adalah segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri perkembangan murid-muridnya dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.69 Dalam mencapai tujuan pendidikan atau pembelajaran, para pakar pendidikan mempunyai berbagai jenis metode, di antaranya: 67
A.Tabrani Rusyan, et. all, Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), 165. 68 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), 50. 69 Al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), 553.
97
1) Menurut Al-Abrosi, metode pengajaran dalam pendidikan Islam meliputi: metode ceramah dan munadharah (dialogis). Dalam metode ini guru hendaknya menguasai materi secara sempurna dan mengajarkan dari yang termudah ke hal yang sulit.70 2) Menurut Mahfudh Shalahuddin , metode pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam ada beberapa macam di antaranya adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, tugas, permainan simulasi, team teaching, kerja kelompok, karyawisata, demonstrasi, proyek dan unit, pemecahan masalah, uswatun hasanah, anugerah, hukuman, direct, indirect, dan mengajar berprogram.71 3) Menurut Suyudi, metode pendidikan dikelompokkan menjadi 3, yakni: pemahaman, penyadaran, praktek.72 c. Pendekatan Pendekatan adalah suatu obyek yang dianalisis, dikenai perlakuan, dievaluasi atau dijadikan obyek aktifitas fikir.73 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendekatan adalah: 1) Proses perbuatan,cara mendekati. 2) Usaha dalam rangka aktitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang penelitian.74
70
Muhammad Athiyah Al-Abrosy, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam (Yogyakarta: Titian Illahi Press, 1996), 52-54. 71 Mahfudh Shalahuddin, Metodologi Pendidikan Agama, 42 72 Suyudi, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: Rosda Karya, 1998), 68-80. 73 Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan, 109. 74 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Raja
98
Bila dikaitkan dengan pendidikan Islam, pendidikan berarti serangkaian
asumsi
mengenai
hakikat
pendidikan
Islam
dan
pengajaran agama Islam serta belajar agama Islam.75 Menurut Armai Arief, pendekatan yang dipakai dalam pembelajaran pendidikan agama Islam adalah: 1) Pendekatan filosofis Memandang manusia sebagai makhluk rasional, sehingga segala sesuatu yang menyangkut pengembangannya didasarkan pada pengembangan pola pikir. 2) Pendekatan induksi-deduksi a) Pendekatan induksi adalah penganalisaan secara ilmiah dari kaidah khusus untuk menentukan hukum yang bersifat umum. b) Pendekatan deduksi adalah kebalikan dari pendekatan induksi. 3) Pendekatan sosio kultural berpandangan bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan berkebudayaan. 4) Pendekatan fungsional, penyajian materi pendidikan agama Islam dengan penekanan pada segi kemanfaatannya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari. 5) Pendekatan emosional, usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami, dan menghafal ajaran agamanya.76 Dari beberapa uraian di atas dapat diambil sebuah kesimplan Grafindo Persada, 2001), 218. 75 Armai Arief, Pengantar Ilmu, 99. 76 Ibid., 100-107.
99
bahwa dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran agama tidak cukup bila hanya tertumpu pada transfer atau pemberian ilmu agama sebanyak-banyaknya (lebih menekankan aspek kognitif), namun harus dikembangkan ke arah proses internalisasi nilai (afektif) yang disertai dengan aspek kognitif, sehingga timbul dorongan kuat untuk mengamalkannya (psikomotorik). Prestasi Belajar Pengertian Prestasi Belajar Prestasi adalah hasil yang telah dicapai.77 Menurut Abin Syamsuddin Maknun menyatakan bahwa prestasi adalah kecakapan nyata atau aktual yang menunjukkan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga karena merupakan hasil atau belajar yang bersangkutan dalam hal tertentu yang telah dijalani.78 Sedangkan pengertian belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari intruksi.79 Jadi prestasi belajar siswa adalah hasil yang telah dicapai dari suatu kegiatan pembelajaran yang menunjukkan berupa penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan dalam bidang studi dalam hal tertentu yang telah dijalani. Dalam kaitannya dengan bidang studi Pendidikan Agama Islam, prestasi belajar siswa adalah hasil yang telah dicapai dari suatu kegiatan belajar yang berupa penguasaan pengetahuan dan ketrampilan siswa terhadap PAI. 77 78
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 700. Abin syamsuddin Maknun, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002), 54. 79
1995), 13.
Slameto, Belajar Dan Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
100
Untuk mengetahui semua itu maka diadakan evaluasi yang menghasilkan penilaian. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui hasil usaha p[endidikan terhadap siswa. Hasil inilah yang kita sebut dengan prestasi siswa. Maka evaluasi hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar siswa setelah ia mengalami proses belajar selama periode tertentu.80 Maka penting bagi guru mengetahui prestasi siswa baik secara individu maupun kelompok, sebab sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu dan sebagai feedback bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Pada dasarnya keberhasilan atau prestasi belajar siswa yang dicapai itu
merupakan
hasil
interaksi
antara
berbagai
faktor
yang
mempengaruhinya. Adapun hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor eksternal (yang bersal dari luar diri) dan faktor internal (yang berasal dari dalam diri).81 a. Faktor eksternal 1) Faktor keluarga, berupa cara orang tua mendidik, hubungan antar anggota keluarga, susunan rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. 2)
Faktor sekolah, mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi
80 Wayan Nurkancana dan Sunartana, Evaluasi Hasil Belajar ( Surabaya: Usaha Nasional, 1990), 11. 81 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), 106.
101
guru dengan siswa, relasi siswa dengan siwa, disiplin sekolah, pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung dan tugas rumah. 3)
Faktor
masyarakat,
mencakup
kegiatan
siswa
dalam
masyarakat, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. b. Faktor Internal 1) Faktor jasmaniah a) Kesehatan Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya tidak prima atau baik, seperti cepat lelah, kurang bersemangat, ngantuk, sulit konsentrasi dan lain-lain. Tetapi sebaliknya jika kondisi kesehatan individu yang sedang prima maka ia tidak mudah lelah, tidak mengantuk, bersemangat, mudah konsentrasi dan seterusnya. b) Cacat tubuh Cacat tubuh adalah kondisi kurang baik atau kurang sempurna mengenai anggota badan, seperti buta atau setengah buta, tuli atau setengah tuli, lumpuh, pincang, patah tangan dan sebagainya. 2) Faktor psikis a) Inteligensi Inteligensi atau kecerdasan seseorang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang.
102
b) Perhatian Untuk mendukung keberhasilan belajar seseorang siswa maka ia harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika perhatiannya tidak ada maka ia akan cepat bosan. c) Minat Minat berpengaruh besar terhadap belajar, karena jika bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, ia tidak dapat belajar dengan baik karena tidak ada daya tarik baginya. d) Bakat Siswa yang berbakat terhadap sesuatu akan lebih cepat belajar sesuatu tersebut daripada yang tidak berbakat. e) Motif Motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. f)Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang dimana organ-organ tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. g) Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau
103
reaksi. Kesiapan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dengan adanya kesiapan pada dirinya, maka hasil belajarnya akan lebih baik. 3) Faktor kelelahan a) Kelelahan jasmani (phisis) Kelelahan jasmani terlihat dari lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk memberingkan tubuh b) Kelelahan rohani (psikis) Kelelahan rohani dapat dilihat dari adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu menurun atau hilang.82
82
Psikologi Pendidikan, Kulliyatul Muallimin Al Islamiyah Pondok Modern Gontor Ponorogo. Bagian KMI, 110.
104
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE TEAM TEACHING DI KELAS XI IPS 1 SMAN 1 PONOROGO TAHUN AJARAN 2008-2009
A. Data Umum 1. Sejarah Singkat Berdirinya Sekolah SMA Negeri 1 adalah SMA paling tua di Ponorogo, didirikan pada tahun 1960, pada awal berdirinya sekolah ini belum memiliki gedung sendiri yang tetap dan memadai masih berpindah-pindah dari gedung yang satu ke gedung yang lain. Gedung SLTP Negeri II yang terletak di jalan Basuki Rahmat (dulu jalan Kasatrian) sekarang ini sebelumnya adalah gedung SMA Negeri 1 Ponorogo itu yang terdiri atas ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha dan beberapa kelas. Sedang beberapa kelas lain menempati gedung pasehan yang dulu sempat dijadikan lokasi masing-masing untuk kelas 2 C (2 sosial). Gedung CHTH yang sekarang ditempati DPRD Kabupaten Ponorogo pernah pula dihuni anak-anak 2 C (Sosial). Bahkan untuk kelas 2 B (IPA) terpaksa menyewa rumah joglo milik penduduk untuk ruang belajarnya. Di sebelah tenggara SLTP II sekarang ini, dulu berdiri barak-barak bekas penampungan Parmesta. Temapat ini dijadikan ruang belajar dan dimanfaatkan untuk ruang belajar kelas 1. Cukup unik bila mana turun hujan air bisa masuk melalui atap yang terbuat dari barak bekas tersebut jatuh ke atas meja dan
53
105
kepala anak-anak. Namun itu tidak berlangsung lama, karena kemudian SMA Negeri 1 Ponorogo mendapat pinjaman gedung milik Koperasi Bakti di jalan Batoro Katong. Koperasi ini ditempati cukup lama hingga tahun 1983, kemudian pindah lokasi setelah sebuah gedung baru dibangun di jalan Abiyoso di pinggiran kota sebelah timur. Tetapi semua itu tidak berpengaruh pada prestasi belajar dan mengajar, itu terbukti dari banyaknya alumni SMA Negeri 1 Ponorogo yang sukses. Sekarang ini SMA Negeri 1 Ponorogo telah benar-benar merasa lega karena tidak lagi dipondokkan. Disamping itu gedungnya sendiri dan lingkungan di sekitarnya cukup menunjang untuk memenuhi persyaratan sebuah sekolah.83 2. Letak Geografis SMA Negeri 1 Ponorogo secara geografis terletak di sebelah timur Kota Ponorogo tepatnya di Jl. Budi Utomo No. 1 Kelurahan Ronowijayan Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo, atau tepatnya di sebelah timur dari SDN Ronowijayan Siman Ponorogo. SMA Negeri 1 Ponorogo didirikan di atas sebidang tanah seluas + 21.110 m2.84 3. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah Visi dari SMAN 1 Ponorogo adalah: “ Terwujudnya lulusan yang cerdas, agamis, berbudaya dan berprestasi tingkat ASEAN” dengan indikator: 83 Lihat trasnkrip dokumentasi nomor: 03/D/02-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini 84 Lihat trasnkrip observasi nomor: 01/O/25-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
106
a. Unggul dalam prestasi akademik b. Unggul dalam penguasaan kompetensi dan berwawasan kecakapan hidup c. Unggul dalam penguasaan bahasa Inggris sebagai sarana komunikasi global d. Berakhlak mulia e. Unggul dalam kepribadian f. Perwujudan budaya bangsa dan nilai-nilai luhur g. Disiplin dan tanggung jawab Adapun misi dari SMAN 1 ponorogo adalah: a. Mengembangkan profesionalisme guru dan siswa b. Meningkatkan bakat dan prestasi siswa dalam bidang akademik dan non-akademik c. Mengembangkan wawasan, inovasi dan kualitas guru dan siswa dalam menghadapi perubahan Adapun tujuan dari SMAN 1 Ponorogo adalah: a. Tujuan umum Tujuan pendidikan menengah adalah menigkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. b. Tujuan sekolah 1) Memberikan layanan kegiatan belajar mengajar yang efektif, efisien serta berkualitas melalui pengaktifan kegiatan MGMP internal sekolah dan pendayagunaan koordinator mata pelajaran 2) Menciptakan kegiatan belajar yang nyaman bagi siswa 3) Memberi bekal kecakapan akademis dan vokasional yang bermanfaat bagi masa depan siswa 4) Mewujudkan sekolah sebagai tempat penggemblengan diri para siswa baik dalam kecakapan akademis maupun vokasional
107
5) Menciptakan keharmonisan hubungan anatar guru, staff sekolah dengan siswa 6) Menciptakan suasana agamis di segala kegiatan sekolah 7) Mengaplikasikan etika pergaulan yang berkepribadian Indonesia 8) Mendorong siswa untuk berpacu dalam menuntut kecakapan akademis dan vokasional 85 4. Struktur Organisasi SMAN 1 Ponorogo Untuk menjalin kerjasama yang baik dalam menjalankan visi dan misi serta mencapai tujuan pendidikan di SMA Negeri 1 Ponorogo, dibutuhkan struktur organisasi yang nantinya memiliki fungsi dan peran masing-masing. Struktur organisasi ini merupakan gagasan yang berhubungan dengan garis kekuasaan serta tanggung jawab keseluruhan susunan organisasi. Adapun struktur organisasi SMA Negeri 1 Ponorogo adalah sebagai berikut:86
85 Lihat trasnkrip dokumentasi nomor: 04/D/02-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 86 Lihat trasnkrip dokumentasi nomor: 05/D/04-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
108
Bagan 3.1 Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Ponorogo KOMITE SEKOLAH
KEPALA SEKOLAH
Drs. Hastomo, M.Pd.I
TATA USAHA Mutma’ninah
WAKASEK
URUSAN SARANA
PERWATI, S.Pd.
Koordinator guru mata pelajaran MGMP…… …………
Koordinator guru mata pelajaran MGMP Agama
URUSAN KURIKULUM
Drs.h. MUCHTAROM SYAHID
Koordinator guru mata pelajaran MGMP…… ………..
URUSAN KESISWAAN
Dra. HEREKNO AS.
Koordinator guru mata pelajaran MGMP…… ………..
WALI KELAS
URUSAN HUMAS
Drs. HARIADI
GURU MATA PELAJARAN
GURU TENAGA PEMBIMBING KEPENDIDIKAN
SISWA
109
5. Keadaan Guru dan Karyawan Guru memegang peranan yang sangat penting pada suatu lembaga pendidikan karena guru yang terlibat secara langsung serta bertanggung jawab terhadap suksesnya proses belajar mengajar. Jumlah tenaga pendidik dan karyawan di SMAN 1 Ponorogo sebagaimana terlampir pada dokumentasi 06/D/04-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 6. Keadaan Siswa Yang dimaksud siswa di sini adalah mereka yang secara resmi menjadi siswa SMAN 1 Ponorogo dan yang terdaftar dalam buku induk sekolah. Keadaan siswa dan siswi saat peneliti melakukan penelitian tahun ajaran 2008/2009 berjumlah 1053 siswa. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:87 SMA Negeri 1 Ponorogo terdiri dari 27 kelas sedang kelas XI dan XII terbagi menjadi dua jurusan yaitu IPA dan IPS. Dengan perincian jumlah siswa sebagai berikut:
87
Lihat trasnkrip dokumentasi nomor: 07/D/04-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
110
Tabel 3.1 Keadaan Siswa Tingkat Kelas
Perempuan
Laki-laki
Jumlah
Kelas X
228
131
359
Kelas XI IPA
154
80
234
Kelas XI IPS
40
70
110
Kelas XII IPA
157
86
243
Kelas XII IPS
52
61
113
Total
1053
7. Sarana dan Prasarana Pendidikan SMA Negeri 1 Ponorogo secara keseluruhan memiliki tanah bersertifikat seluas 21.110, dengan perincian sebagai berikut: 88 a. Bangunan
: 3.717 m2
b. Halaman
: 2.991m2
c. Lapangan Olah Raga
: 1.290 m2
d. Kebun
: 10.376 m2
e. Lain-lain
: 2.736 m2
Untuk memperlancar kegiatan pendidikan di SMAN 1 Ponorogo dibutuhkan perlengkapan yang mendukung proses belajar mengajar di lembaga pendidikan tersebut. Adapun perlengkapan itu adalah:
88
Lihat trasnkrip dokumentasi nomor: 08/D/07-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
111
Tabel 3.2 Sarana Dan Prasarana Luas (m²)
Kondisi
No.
Sarana
Baik
Rusak Ringan Berat
1
Ruang Kelas/Teori
27
1994
2
Laboratorium Kimia
1
144
3
Laboratorium Fisika
1
103
4
Laboratoium Biologi
1
103
5
Lab. Komputer
1
128
6
Lab bahasa
1
104
7
Lab IPS
1
104
8
Perpustakaan
1
140
9
Ruang UKS
1
12
10
Koperasi
1
84
11
Ruang BK/BP
1
105
12
Ruang Kepala Sekolah
1
38
13
Ruang Guru
1
88
14
Ruang TU
2
36
15
Ruang OSIS
1
35
16
Toilet/K.Mandi Guru
1
9
17
Toilet/K.Mandi Siswa
18
104
18
Tempat Ibadah/Masjid
1
117
19
Gudang
1
24
20
Rumah Penjaga Sekolah
1
28
21
Sanggar MGMP
2
250
22
Komputer
40
-
23
Printer
2
-
24 25 26
TV Lemari Meja
1 67 863
-
112
27
Kursi
1.129
-
B. Data Khusus 1. Data Tentang Latar Belakang Diterapkan Metode Team Teaching Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo tahun Ajaran 2008-2009 Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Tugas guru adalah menstransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Oleh karena itu guru memerlukan cara atau alat yang digunakan untuk menstransfer atau menyampaikan ilmu agar apa yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik oleh peserta didik. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa di SMAN 1 Ponorogo dilaksanakan metode team teaching dalam kegiatan belajar mengajar yaitu salah satunya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dilaksanakannya metode team teaching ini tentu ada hal yang melatar belakanginya sehingga terlaksananya metode tersebut. Sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Drs. Hastomo M.Pd.I selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Ponorogo bahwa latar belakang penerapan metode team teaching di SMAN 1 Ponorogo, yaitu: Adanya kurikulum baru yang mana guru harus mempunyai kemampuan untuk melakukan penilaian afektif, kognitif dan psikomotorik. Guru harus menilai ketiganya tersebut. Maka dengan dua guru ini diharapkan tim ini bisa saling membantu untuk mampu melaksanakan pembelajaran dan evaluasi pembelajarannya. Dan dalam hal ini guru bisa saling melengkapi mengenai konsep pembelajaran yaitu materi dan pengaturan siswa.89 89
Lihat transkrip wawancara nomor 01/1-W/F-1/18-III/2009 dalam lampiran laporan
113
Bapak Hastomo juga menjelaskan : Jadi begini team teaching ini merupakan sebuah metode pembelajaran yang digunakan untuk mencarikan solusi kaitannya dengan pengelolaan kelas, untuk meningkatkan efektifitas KBM dan untuk memudahkan penilaian siswa.90 Selain itu dituturkan juga oleh bapak Drs. H. Muchtarom selaku Waka
kurikulum
yang
membidangi
kurikulum
dan
pembelajaran
menjelaskan yaitu: Adanya team teaching ini merupakan pembaharuan bagi SMAN 1 Ponorogo dalam meningkatkan mutu KBM , mutu layanan dan solusi permasalahan yang ada pada siswa.91
Kemudian dijelaskan oleh bapak Drs. Thoha Tharam selaku tim guru PAI mengenai latar belakang penerapan metode team teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI IPS 1, yaitu: Team teaching ini mulanya adalah inisiatif dari guru bidang studi matematika yang dilaksananakan pada waktu proses pembelajaran. Untuk guru yang lain waktu itu belum menggunakannya. Setelah lama ternyata terbukti dengan adanya dua guru dalam kelas situasi kelas dapat teratasi dan hasilnya bagus. Maka dari itu kepala sekolah memberikan kebijakan untuk pemakaian team teaching. Dengan adanya tim guru, pembelajaran tetap berlangsung meskipun ada tim guru lain yang berhalangan hadir maka kelas tidak ada jam kosong.92
Bapak Thoha Tharam juga menjelaskan: Siswa kurang memperhatikan pelajaran, jika di kelas ada anak yang bermain HP, ngobrol dengan temannya sehingga tidak fokus pada hasil penelitian ini. 90 Lihat transkrip wawancara nomor: 01/1-W/F-1/18-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 91 Lihat transkrip wawancara nomor: 02/2-W/F-1/19-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 92 Lihat transkrip wawancara nomor: 03/3-W/F-1/19-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
114
pelajaran. Jadi dengan team teaching ini guru dapat mengontrol siswa dengan mengawasinya supaya fokus pada pemebelajaran dan untuk mengefektifkan pembelajaran.93 Bapak Thoha juga menambahkan: Seorang guru bila mengajar itu kan ada mengatur dan mengajar. Mengatur adalah suatu pekerjaan dan mengajar adalah suatu pekerjaan. Jadi double pekerjaannya maka dengan team teaching dapat membantu guru memanaje dan mengajar.94 Selanjutnya diperkuat juga oleh bapak Sarto S.Pd.I selaku tim guru PAI yaitu: Kebanyakan karena perilaku siswa yang aktif, sebenarnya bisa diatur, misalnya anak-anak jika di kelas ramai, lebih mudah pengaturannya di musholla dan tidak monoton di kelas. Untuk siswa IPS itu lebih over aktivitas mereka dan aktif, dari kondisi tersebut maka diatur sehingga aktifnya itu harus diarahkan, maka dari itu perlu menggunakan team teaching. Kondisi siswa ini karena karakter mereka yang berbeda-beda maka seperti yang saya katakan tadi keaktifannya harus diarahkan. Untuk di kelas siswa ada yang main HP, ada baju yang tidak dimasukkan maka dari sini tim guru bisa mendampingi dan mengingatkan siswa sementara tim guru yang lain menerangkan materi. Inipun juga untuk mengkondisikan kelas biar kondusif.95 Bapak Sarto juga menambahkan: Jadi team teaching ini, bila ada anak menemui kesulitan tidak mungkin semua anak bisa menyampaikan pertanyaan. Hal ini bisa dibantu oleh guru yang lain. Teknis saja seumpama guru ada yang menerangkan materi di depan, maka guru yang satu bisa membantu, dan kesulitan anak ini segera bisa tertangani. Demikian juga guru akan terbantu oleh guru yang lain dalam pelaksanaan proses pembelajaran. 96
93
Lihat transkrip wawancara nomor: 03/3-W/F-1/19-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 94 Lihat transkrip wawancara nomor: 03/3-W/F-1/19-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 95 Lihat transkrip wawancara nomor: 04/4-W/F-1/20-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 96 Lihat transkrip wawancara nomor: 04/4-W/F-1/20-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
115
Dari hasil wawancara tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa latar belakang penerapan metode team teaching di SMAN 1 Ponorogo adalah karena adanya perbedaan karakter dari siswa, siswa kurang memperhatikan pelajaran, membantu guru dalam pembelajaran, guru harus menilai hasil belajar siswa secara keseluruhan dan peningkatan efektifitas kegiatan pembelajaran. 2. Data Tentang Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Metode Team Teaching Di Kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo Langkah-langkah dalam metode pembelajaran merupakan bagian dari sebuah strategi mengajar. Strategi adalah suatu pola umum kegiatan guru murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Untuk
mengetahui
langkah-langkah
yang
digunakan
dalam
pembelajaran dengan metode team teaching di SMAN 1 Ponorogo, penuulis melakukan wawancara dan observasi secara langsung kepada guru PAI dan observasi terhadap metode team teaching pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran PAI dengan metode team teaching sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Sarto S.Pd.I selaku tim guru PAI yaitu:
Kami tim guru koordinasi dahulu mengenai pembagian materi yang diajarkan. Untuk materi ini cukup satu guru yang menerangkan bila nanti ada kekurangan dari materi yang disampaikan maka teman
116
guru bisa menambah.97 Bapak Sarto juga menjelaskan: Langkah-langkahnya sebenarnya sama dengan pengajaran guru tunggal secara umum ada pembuka, menjelaskan kompetensi dasar yang akan dicapai, inti kegiatan pembelajaran dan penutup seperti dalam RPP. Namun yang membedakan adalah kegiatan pembelajarannya, disini ada dua guru yang menyampaikan materi dan satu guru yang lain mengontrol siswa, bila ada kekurangan dari materi maka bisa saling menambah dan melengkapi.98 Bapak Sarto menambahkan lagi: Saya membuka pelajaran kemudian menerangkan materi, sedangkan pak Thoha mengontrol siswa baik dari segi perhatian siswa pada pelajaran atau bila ada ketidakpahaman siswa maka bisa membantu menjelaskan. Kemudian juga menambah keterangan, lalu tanya jawab pada siswa. Setelah pembelajaran selesai maka kami tim guru evaluasi sesama tim, untuk perbaikan kami dalam mengajar selanjutnya.99 Hal tersebut juga diungkapkan dengan hasil wawancara dengan bapak Thoha Tharam sebagai berikut: Kami sesama guru sudah ada rencana mengenai pembagian tugas masing-masing pada saat pembelajaran. Seperti biasa sama membuka pelajaran, melaksanakan proses pembelajaran lalu diakhiri. Saat mengajar dua guru ini saling melengkapi, ketika teman guru menerangkan materi maka saya ini mengontrol siswa, serta membantu bila ada kesulitan dan sesekali menerangkan untuk menambah keterangan teman guru.100
97
Lihat transkrip wawancara nomor: 05/4-W/F-2/23-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 98 Lihat transkrip wawancara nomor: 05/4-W/F-2/23-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 99 Lihat transkrip wawancara nomor: 05/4-W/F-2/23-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 100 Lihat transkrip wawancara nomor: 07/3-W/F-2/26-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
117
Selain itu wawancara juga penulis lakukan dengan Hella Pristiwaningsih siswi XI IPS 1 sebagai berikut; Ketika mengajar dilakukan dua guru, guru yang satu menerangkan materi sedangkan guru yang lain berkeliling ruangan untuk mengontrol sikap siswa dan membantu siswa dalam kesulitan, adakalanya guru yang berkeliling tadi juga menerangkan materi.101 Hal tersebut juga diungkapkan oleh Aralia lintang siswi kelas XI IPS 1 sebagai berikut: Salah satu guru menerangkan materi, sedangkan yang lainnya mengamati sikap /afektif siswa. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Tim guru bekerjasama dalam pemahaman siswa, bila sedang mengerjakan soal yang kurang dipahami, mengingat jumlah siswa dalam kelas yang tidak sedikit, sehingga siswa lebih leluasa dalam sesi tanya jawab dengan guru.102 Begitu juga diungkapkan oleh Puput Dwi siswi kelas XI IPS 1 sebagai berikut: Pada saat pembelajaran dengan team teaching, guru yang satu menerangkan di depan kelas dan guru yang satu menjelaskan kepada murid yang belum paham di pelajaran tersebut.103 Dari pemaparan data hasil wawancara tersebut, penulis akan memperkuat kembali
data yang ada berdasarkan observasi yang telah
penulis amati pada kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu: Pembelajaran dilakukan di musholla, bapak Sarto sebagai pemateri dan bapak Thoha sebagai fasilitator lain. Proses pembelajaran dibuka oleh bapak Sarto dengan ucapan salam secara bergantian. Beliau menjelaskan materi yang akan dipelajari. Kemudian siswa dibagi menjadi 4 kelompok yang dikondisikan oleh bapak Thoha. Kali ini tim guru menggunakan kelompok atau peer lesson. Masing-masing kelompok diberi tugas yang berbeda untuk didiskusikan, 101
Lihat transkrip wawancara nomor: 10/6-W/F-2/27-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 102 Lihat transkrip wawancara nomor: 09/5-W/F-2/26-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 103 Lihat transkrip wawancara nomor: 11/7-W/F-2/27-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
118
mendiskusikan mengenai isi kandungan dari ayat al-Qur'an terkait kelestarian alam. Bapak Sarto memandu proses diskusi sedangkan bapak Thoha memantau perjalanan diskusi dengan berkeliling, sesekali beliau memperingatkan siswa yang tidak memperhatikan pelajaran dan juga membantu siswa yang belum jelas, begitu pula bapak Sarto. Kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi lalu diadakan tanya jawab. Para siswa dari masingmasing kelompok banyak bertanya dan menanggapi pada teman yang presentasi Kemudian bapak Sarto mengklarifikasi dan menambahi keterangan siswa, sesekali pak Thoha juga bergilir menambah keterangan. Kedua tim guru saling menambah informasi. Kemudian guru memberikan pertanyaan pada siswa terkait pelajaran hari ini selanjutnya memberikan tugas rumah pada masing-masing kelompok.104 Dari beberapa wawancara dan observasi yang penulis lakukan terlihat bahwa metode team teaching dilaksanakan secara sistematis bersama tim guru yang saling melengkapi satu dengan lainnya dan mempunyai tugas masing-masing dalam pembelajaran. 3. Data Tentang Faktor Pendukung Dan Penghambat Diterapkannya Metode Team Teaching Dalam Pelaksanaan kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo H.
Faktor Pendukung Pada hakikatnya keberhasilan suatu usaha banyak tergantung pada
faktor pendukung. Adanya faktor pendukung dapat memungkinkan maksimalnya proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Sarto diungkapkan pendukung metode team teaching sebagai berikut: Kekompakan tim guru dan tempat pembelajaran yang kondusif, anak-anak kalau di dalam kelas itu jenuh, capek apalagi jam 104
Lihat transkrip obsevasi nomor: 01/O/F-2/27-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
119
terakhir ngantuk, kesal dan sebagainya, terus saya bawa ke musholla. Maka pemantauannya itu lebih enak dan pengendalian kelasnya juga enak dan juga untuk mengurangi ketegangan pada siswa. Jadi untuk suksesnya pembelajaran tidak boleh memaksakan anak dan sekarang ini guru tidak hanya menstransfer ilmu saja tapi juga menanamkan akhlakul karimah melalui pembiasaan seperti sholat dhuha sebelum pelajaran.105 Kemudian menurut bapak Thoha Tharam faktor pendukung dari metode team teaching adalah: Pendukungnya adalah karena anak sudah terbiasa team teaching maka dengan kondisi seperti ini anak sudah tahu, tidak bingung “ada apa ini, ada apa ini” tapi kalau anak sudah merasa terbiasa dan tahu serta menerima sehingga mudah dan enak untuk mengkondisikan serta melaksanakan team teaching ini.106
Bapak Thoha Tharam juga menambahkan mengenai pembelajaran yang dilakukan di musholla sebagai berikut: Hal ini juga berpengaruh pada berlangsungnya pembelajaran. Kalau di tempat terbuka seperti ini kondisi fress, tidak tegang dan mengikuti kemauan anak dan lebih dari itu kalau seperti ini kegiatan belajar siswa bisa diamati. Jadi kalau di lapangan tidak ada team teaching ini akhirnya anak bertindak semaunya, tidak terkontrol seperti mainan HP dan tidak memperhatikan pelajaran. Karena masing-masing guru punya tanggung jawab.107 Beliau juga menjelaskan: Tanggung jawab guru dalam kelas tidak hanya mengajar saja, namun juga mengkondisikan siswa, jadi tim inilah yang mempunyai tanggung jawab antara mengajar dan mengkondisikan kelas untuk mengatur dan membantu terutama siswa agar tujuan pembelajaran tercapai.108 105
Lihat transkrip wawancara nomor: 06/4-W/F-3/23-III/2009 dalam hasil penelitian ini. 106 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/3-W/F-3/27-III/2009 dalam hasil penelitian ini. 107 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/3-W/F-3/27-III/2009 dalam hasil penelitian ini. 108 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/3-W/F-3/27-III/2009 dalam hasil penelitian ini.
lampiran laporan lampiran laporan lampiran laporan lampiran laporan
120
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa kerjasama kekompakan tim guru, tanggung jawab yang tinggi dari tim guru dan tempat pembelajaran yang kondusif dapat memperlancar berlangsungnya kegiatan pembelajaran. I. Faktor Penghambat Dalam menyelenggarakan suatu kegiatan berwujud apapun maka sudah pasti akan menemui hambatan-hambatan. Begitu juga dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode team teaching. Apabila hal itu tidak segera dicarikan jalan keluarnya maka akan mengganggu jalannya proses belajar mengajar sehingga berakibat tidak baik bagi siswa maupun guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Sarto menngenai faktor penghambat metode team teaching diungkapkan sebagai berikut: Seolah-olah siswa seperti diawasi sehingga menjadi tegang, karena posisi guru itu satu menerangkan di depan satu di belakang mengontrol siswa, konsentrasi pada siswa untuk pengkondisian kelas.109 Bapak Sarto juga menambahkan: Hambatannya ya jika guru ada yang tidak datang, sehingga team teaching tidak berjalan. Terus kemudian kekompakan kerjasama guru dalam mengajar kurang. Kalau pelajaran eksak itu kan jelas rumusnya dan pas, tapi kalau PAI ini terkadang kan ada khilafiah seperti itu, misalnya tentang jual beli kotoran kalau menurut imam Syafi'i begini, kalau menurut imam yang lain begitu. Jadi saya menyampaikan menurut pendapat ulama-ulama. Saya khawatir jika saya misalnya condong kepada haram kemudian saya mengharamkan maka ada pendapat lain dari teman guru yang 109
Lihat transkrip wawancara nomor: 06/4-W/F-3/23-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
121
berbeda nanti siswa bisa bingung.110 Kemudian dijelaskan juga oleh bapak Thoha Tharam mengenai faktor penghambat team teaching sebagai berikut: Hambatannya adalah jika ada teman guru kita yang tidak masuk, sehingga team teaching tidak bisa berjalan.111 Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui hambatan-hambatan dalam berlangsungnya kegiatan pembelajaran adalah kondisi siswa yang seolah-olah diawasi sehingga siswa menjadi tegang, bila ada tim guru yang tidak masuk dan kurang kompaknya kerjasama tim guru. Dari adanya hambatan-hambatan tersebut tim guru PAI ini juga melakukan usaha untuk memperlancar proses pembelajaran sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Sarto sebagai berikut: Untuk mengatasi ketegangan siswa ini saya bersama pak Thoha melakukan pembelajaran di musholla agar anak-anak merasa santai tapi tetap serius. Untuk kurang kompaknya kerjasama guru maka kami tim guru koordinasi dahulu sebelum melakukan pembelajaran.112 4. Data Tentang Perubahan Prestasi Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo Setelah Mengikuti Kegiatan Pembelajaran Metode Team Teaching Berhasil tidaknya suatu pembelajaran dalam mencapai tujuan dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi output yang dihasilkan, jika hasilnya sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam tujuan pendidikan, maka 110
Lihat transkrip wawancara nomor: 06/4-W/F-3/23-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 111 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/3-W/F-3/27-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 112 Lihat transkrip wawancara nomor: 06/4-W/F-3/23-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
122
usaha pendidikan itu dapat dinilai berhasil tetapi jika sebaliknya maka ia dinilai gagal. Untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 ponorogo terutama siswa kelas XI IPS 1 ini diungkapkan oleh bapak Thoha Tharam bahwa prestasi siswa sebelum digunakan metode team teaching dalam kegiatan pembelajaran adalah sedang. Namun setelah digunakannya metode team teaching mengalami perubahan seperti yang diungkapkan beliau sebagai berikut: Sikap siswa yang terkadang tidak memperhatikan jadi memperhatikan pelajaran, ketidakpahaman siswa teratasi dengan dibantu teman guru, pengkondisian kelas baik, keaktifan mereka dalam belajar bertambah dan hasilnya baik.113 Dari hasil wawancara dengan Aralia Lintang siswi kelas XI IPS 1 diungkapkan sebagai berikut: Dengan adanya pengajaran team teaching lebih memudahkan pemahaman pada siswa. Karena tidak semua penjelasan oleh satu guru dapat diterima dengan baik oleh siswa, jadi ada alternatif atau dapat memilih guru lain yang dirasa mengajarnya lebih mudah dipahami oleh siswa. Aralia Lintang juga menambahkan: Lebih mudah memahami pelajaran, lebih konsentrasi pada apa yang diajarkan oleh guru. Pulsa tidak cepat habis, karena merasa diawasi dinilai afektifnya. Namun secara tidak langsung dan bertahap membentuk kedisiplinan. Dengan begitu siswa mulai tidak bermain HP saat pelajaran berlangsung.114 Hal tersebut juga diungkapkan oleh Puput Dwi siswi kelas XI IPS 1 sebagai berikut:
113
Lihat transkrip wawancara nomor : 09/3-W/F-4/27-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 114 Lihat transkrip wawancara nomor : 10/5-W/F-2-4/26-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
123
Menurut saya team teaching sangat baik untuk siswa, karena ketika guru menerangkan belum jelas, guru yang satunya dapat membantu kelancaran para siswanya.
Puput Dwi juga menambahkan: Pelajaran yang belum dipahami dapat menjadi paham dan lebih jelas dalam menerangkan.115 Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui implikasi dari metode team teaching yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam mampu memberikan kepahaman bagi para siswa. Dari pemaparan data di atas, penulis akan memperkuat kembali data yang ada dengan dokumentasi mengenai daftar nilai siswa sebelum digunakan team teaching dan setelah digunakannya team teaching pada tema pembahasan yang sama yaitu aspek al-Qur'an terkait kandungan isi ayat al-Qur'an. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan prestasi akademik
115
siswa.
Lihat transkrip wawancara nomor : 12/7-W/F-2-4/27-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
73
Hasil belajar siswa sebelum dan setelah menggunakan metode team teaching adalah sebagai berikut:116 Tabel 3.4 Nilai Hasil Belajar Siswa Nomor Nama Siswa Urut
Induk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
13086 13310 13318 13335 13343 13364 13377 13383 13388 13404 13418 13423 13430 13442 13452 13457 13476 13497 13511 13513 13527 13528 13538 13565 13568 13577 13586 13587 13605 13614 116
GSP AL FM PDK VF IWP SN ATAP DSKW NIH YWFY ANV DDC MDH W AR EAF AOH HS HP RA SAT AAKA RRW TVD AKP FA HP TAR AL
Nilai Hasil Belajar Sebelum Setelah menggunakan menggunakan team teaching team teaching 60 78 67 83 70 85 70 80 74 82 67 79 68 82 70 86 68 78 75 86 72 83 79 87 69 81 80 86 71 84 72 82 74 85 72 80 80 90 74 82 72 84 67 79 64 79 80 86 70 79 80 83 80 88 73 81 73 83 76 84
Lihat transkrip dokumentasi nomor : 09/D/F-4/31-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
124
125
31 13617 32 13627 33 13641 34 13644 Rata-rata
BNP JR UR WSJS
76 80 75 80 72,88
84 85 85 85 83,06
Keterangan: KKM = 75 A = 90-100 B = 75-89 C = 60-74 D = < 60 Dari data di atas dapat diketahui adanya perubahan yang berarti atas prestasi hasil belajar siswa sesudah digunakan team teaching. Prestasi hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo yang semula nilai prestasi rata-rata adalah 72,88 meningkat menjadi 83,06.
126
BAB IV ANALISIS DATA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE TEAM TEACHING DI KELAS XI IPS 1 SMAN 1 PONOROGO TAHUN AJARAN 2008-2009
A. Analisis Tentang Latar Belakang Diterapkan Metode Team Teaching dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo Tahun Ajaran 2008-2009 Dalam bab II dijelaskan bahwa metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan.117 Suatu metode dalam proses belajar mengajar merupakan teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, baik secara individual atau secara kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Oleh karena itu penyampaian
metode
yang
tepat
sangat
mempengaruhi
pencapaian
keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Penggunaan suatu metode dalam proses pembelajaran harus mempertimbangkan dan didasarkan atas faktorfaktor tertentu yaitu tujuan, karakteristik siswa, situasi dan kondisi, perbedaaan pribadi dan kemampuan guru serta sarana dan prasarana. Selain faktor-faktor tersebut, penggunaan sebuah metode juga harus memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan metode pendidikan Islam. 117
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), 53.
127
Menurut Engkoswara, team teaching ialah suatu sistem mengajar yang dilakukan oleh dua orang guru atau lebih dalam mengajar sejumlah siswa yang mempunyai perbedaan minat, kemampuan atau tingkat kelas.118 Tujuan dari penggunaan metode team teaching menurut Winarno Surachmad adalah pemberian bantuan pada para siswa, dan juga membantu para pengajar. Siswasiswa dibantu dalam arti kata bahwa akan lebih banyak orang-orang yang bertanggung jawab terhadap kelancaran mereka. Para pengajar dibantu pula dalam tugas-tugas mereka, karena dengan bertambah banyaknya staf pengajar setiap pengajar akan mempunyai cukup banyak waktu untuk membuat perencanaan mengajar yang lebih baik.119 Adapun hal yang melatar belakangi metode team teaching diantaranya adalah semakin berkembangnya kurikulum pengajaran, menuntut guru untuk semakin kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas. Guru dituntut untuk dapat memenuhi sejumlah prinsip pembelajaran diantaranya adalah guru harus memperhatikan kebutuhan dan perbedaan individu, mengembangkan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif dan nyaman belajar, serta menilai proses dan hasil pembelajaran siswa secara menyeluruh. Berbagai hal yang harus dipenuhi guru tersebut merupakan hal yang sulit jika semua itu dilakukan seorang diri, untuk itu membutuhkan partner agar semua hal tersebut dapat dilakukan secara maksimal. Maka dilakukanlah pelaksanaan metode team teaching dalam 118
Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), 59. 119
1976), 99.
Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional (Bandung: Jemmars,
128
proses pembelajaran.120 Dari deskripsi data bab III dapat diketahui dari hasil wawancara yang telah dilakukan, penulis dapat menganalisis bahwa latar belakang penerapan metode team teaching adalah adanya perbedaan karakter dari siswa, siswa kurang memperhatikan pelajaran, membantu guru dalam pembelajaran, guru harus menilai hasil belajar siswa secara keseluruhan dan peningkatan efektifitas kegiatan pembelajaran, atas dasar inilah diterapkannya metode team teaching. Dari keterangan di atas, dapat diketahui bahwa latar belakang penggunaan metode team teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo sesuai dan selaras dengan faktorfaktor yang harus dipertimbangkan dalam pemakaian suatu metode belajar dan prinsip penggunaan metode pendidikan Islam yaitu adanya perbedaan karakter atau ragamnya karakter dari diri siswa antara satu dengan lainnya. Perbedaan-perbedaan individual siswa ini dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mana yang sesuai dan sebaiknya digunakan guru untuk menciptakan lingkungan belajar mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna terhadap siswa, sehingga apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran dapat tercapai sesuai yang diharapkan. Perilaku siswa yang menunjukkan perbedaan itu mewarnai suasana kelas, karena di kelas itu siswa ada yang pendiam, kreatif, suka bicara, ada yang tertutup dan terbuka, ada yang cepat menerima dan memahami pelajaran dan ada yang lambat
120
http://akhmadsudrajat.wordpress.com.
129
menerima dan memahami pelajaran. Dinamika kelas terlihat dengan banyaknya jumlah siswa dalam kegiatan pembelajaran. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, semakin mudah terjadi konflik dan cenderung sukar dikelola.121 Sebagai upaya pemecahannya adalah dengan mengenal dan pendekatan individual siswa. Maka guru akan mengetahui perbedaanperbedaan pada siswa dan akan lebih mudah memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya metode team teaching yang digunakan pada siswa kelas XI IPS 1 di SMAN 1 Ponorogo ini diharapkan akan sangat membantu para siswa yang beragam karakternya. Dengan adanya dua guru pada saat pembelajaran berlangsung para siswa akan terbantu karena mendapatkan perhatian dari para guru dan terlayani dengan baik serta kegiatan pembelajaran lebih terkontrol. Latar belakang penggunaan metode team teaching ini juga sudah sesuai dan selaras dengan latar belakang metode team teaching, diantaranya membantu guru dalam pembelajaran dan guru harus menilai hasil belajar siswa secara keseluruhan. Dengan adanya dua orang pengajar dalam pembelajaran dapat membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui metode team teaching ini. Dengan pembagian peran dan tanggung jawab secara jelas dan seimbang antar guru dapat bekerjasama dan saling melengkapi dalam mengelola proses pembelajaran. 121
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), 90.
130
Dalam
proses
pembelajaran
untuk
mengetahui
sejauh
mana
keberhasilan siswa dalam belajar maka guru harus mengadakan evaluasi. Dengan kata lain penilaian sebagai barometer untuk mengukur tercapai tidak tujuan yang telah ditetapkan dari ranah afektif, kognitif dan psikomotorik. Untuk mengukur ketiganya tersebut agar berhasil guna maka dengan adanya dua tim guru dapat memudahkan penilaian pada siswa. Guru dapat bekerjasama untuk merencanakan evaluasi yang akan diberikan kepada siswa, dan membagi tugas pada saat pembelajaran berlangsung, guru satu menyampaikan materi pelajaran sedangkan tim guru yang lain mengadakan pengawasan dan pengamatan (observasi) langsung untuk menilai sikap siswa selama proses pembelajaran (praktek berlangsung). Dari beberapa uraian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa latar belakang diterapkan metode team teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo sudah sesuai dan selaras dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode dan prinsip-prinsip penggunaan sebuah metode pendidikan serta latar belakang penggunaan metode team teaching.
B. Analisis Tentang Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Metode Team Teaching di Kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo Dalam proses pembelajaran agama Islam metode mempunyai
131
kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Tugas guru adalah menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga terjadi interaksi belajar mengajar yang mendorong siswa menjadi aktif. Untuk menciptakan suasana yang nyaman serta memungkinkan komunikasi dan pemberian bimbingan, bantuan dan perhatian kepada siswa diperlukan pengorganisasian dalam sistem pembelajaran. Dalam bab II dijelaskan bahwa metode team teaching adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan oleh dua orang guru atau lebih dalam mengajar sejumlah siswa yang mempunyai perbedaan minat, kemampuan, atau tingkat kelas. Dalam pelaksanaannya pada pembelajaran suatu metode pasti menggunakan langkah-langkah pelaksanaannya. Adapun langkahlangkah dari metode team teaching melalui beberapa tahap. Untuk tahap atau langkah pertama adalah pembukaan, pengenalan anggota tim. Langkah kedua adalah memberikan penjelasan tentang bahan pelajaran. Pada waktu anggota tim menerangkan, anggota lain diperkenankan memberikan keterangan. Setelah anggota yang menyelingi itu selesai memberikan keterangan tambahan, maka anggota yang semula meneruskan kembali keterangannya. Dalam pelaksanaan pembelajaran, seorang guru sebagai penyaji atau menyampaikan informasi, guru yang lain membantu menyiapkan media pembelajaran, membimbing diskusi kelompok atau membimbing latihan individual. Anggota tim dapat pula secara bergantian menyajikan topik atau materi. Diskusi dan tanya jawab dibimbing secara bersama dan saling melengkapi jawaban dari anggota tim. Kemudian langkah ketiga adalah
132
anggota tim melanjutkan pelajaran. Langkah keempat adalah menyajikan kesimpulan tentang isi bahan pelajaran dan langkah terakhir adalah penutup.122 Adapun langkah-langkah pelaksanaan metode team teaching oleh tim guru Pendidikan Agama Islam SMAN 1 Ponorogo yaitu sebelum melaksanakan pembelajaran, tim guru koordinasi dahulu atau merencanakan pembagian tugas. Pada saat pembelajaran langkah-langkahnya adalah pembukaan dengan salam oleh tim guru, tim guru pertama menjelaskan materi yang dipelajari, kemudian tim guru yang lain berkeliling mengatur sesuai metode yang telah direncanakan sebelumnya dan mengontrol siswa dalam segi perhatian siswa pada pelajaran dan membantu siswa yang menemui ketidakpahaman materi pelajaran, selanjutnya setelah tim guru pertama selesai menyampaikan materi maka mempersilahkan tim guru kedua untuk menambah keterangan atau informasi. Kemudian tanya jawab siswa yang belum paham tentang materi yang dipelajari lalu tim guru saling menambah dan melengkapi keterangan atas pertanyaan siswa. Kemudian yang terakhir adalah evaluasi dan penutup. Selanjutnya untuk tim guru sendiri di luar pembelajaran mengadakan evaluasi atas pembelajaran untuk perbaikan mengajar selanjutnya. Dari sini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa langkah-langkah dalam pelaksanaan metode team teaching di SMAN 1 sudah sesuai dengan langkah-langkah dalam menggunakan metode team teaching pada teori. Tim 122
Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 68.
133
guru membagi tugas masing-masing sebelum pembelajaran kemudian saat pembelajaran sudah sesuai dengan tahapan-tahapan yang meliputi pembukaan, penyampaian materi, evaluasi dan penutup. Dalam hal ini tim guru dapat bekerjasama dengan baik karena sudah adanya perencanaan sebelumnya mengenai
pembagian
tugas
masing-masing
ketika
pembelajaran.
Pembelajaran dapat berjalan dengan lancar karena adanya dua orang guru yang saling membantu dan melengkapi, baik dalam hal perhatian siswa pada pelajaran maupun kepahaman siswa. Selain itu guru juga dapat menggunakan metode-metode lain dalam pembelajaran ketika dilaksanakan dengan dua guru.
C. Analisis Tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Diterapkannya Metode Team Teaching Dalam Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo Penggunaan suatu metode di dalam proses pembelajaran pasti ada faktor pendukung dan faktor penghambat, mengingat bahwa sebuah metode di dalam pendidikan tidak ada yang sempurna pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Dalam pelaksanaan metode team teaching pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo tentu tidak terlepas dari faktor pendukung dan penghambat. Adanya faktor pendukung dapat memungkinkan maksimalnya proses belajar mengajar. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa yang mendukung metode team teaching berjalan adalah: yang pertama, kekompakan kerjasama tim guru. Dengan
134
adanya kerjasama yang baik diantara tim tersebut akan dapat mendorong lancarnya pembelajaran. Kerjasama yang harmonis tersebut dapat dibina dalam bentuk tukar menukar pendapat, pengalaman dan membantu semua usaha kegiatan belajar mengajar yang dihadapi semua guru seperti merencanakan pembelajaran, proses pembelajaran dan evaluasinya. Kedua adalah tanggung jawab yang tinggi dari tim guru, dengan rasa tanggung jawab yang tinggi dari tim guru tentu saja berpengaruh terhadap pelaksanaan proses pembelajaran dan lebih dapat dipertanggung jawabkan karena lebih banyak guru yang memberikan perhatian pada pembelajaran. Dalam hal ini guru bertanggung jawa antara mengajar dan mengkondisikan kelas untuk mengatur dan membantu terutama siswa agar tujuan pembelajaran tercapai. Ketiga adalah tempat pembelajaran yang kondusif, siswa bila pada saat jam terakhir di dalam kelas keadaaannnya jenuh, lelah, megantuk, kesal dan sebagainya maka guru mengambil jalan keluar ke musholla sehingga lebih mudah memantau dan mengendalikan kelasnya serta mengurangi ketegangan pada siswa. Keempat adalah siswa sudah merasa terbiasa dengan team teaching yang dilaksanakan di sekolah sehingga mudah untuk mengkondisikan serta melaksanakan team teaching. Dengan demikian dapat diketahui bahwa adanya faktor pendukung ini dapat memperlancar pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan faktor penghambat dari berjalannya metode team teaching diantaranya: yang pertama, kondisi siswa yang seolah-olah diawasi sehingga siswa menjadi tegang. Adanya dua guru dalam pembelajaran yang memiliki tugas masing-masing yaitu guru pertama sebagai penyampai materi dan guru
135
yang lain sebagai pengatur atau pengontrol pengkondisiannya. Jadi dalam hal ini hendaklah tim guru dapat meminimalkan ketegangan siswa. Kedua, bila ada tim guru yang tidak masuk atau tidak hadir. Dengan demikian jelas bahwa team teaching tidak dapat berjalan, tugas-tugas mengajar terfokus pada satu orang saja atau lebih sedikit orang-orang yang bertanggung jawab pada pembelajaran. Ketiga, kurang kompaknya kerjasama tim guru, maka tim guru kurang dapat bersatu dengan baik menjadi suatu regu yang kompak. Pada saat proses pembelajaran berlangsung terkadang antara tim guru yang satu dengan lainnya terdapat satu perbedaan pendapat terkait dengan materi pelajaran. Maka disini hendaklah guru dapat mengupayakan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengatasi beberapa penghambat tersebut. Dengan adanya hambatan-hambatan tersebut tim guru PAI juga melakukan usaha untuk meminimalisir adanya hambatan tersebut sehingga pembelajaran dapat menguntungkan semua pihak baik guru maupun siswa. Langkah yang ditempuh oleh guru adalah melaksanakan pembelajaran di musholla agar siswa merasa santai, tidak tegang namun tetap fokus pada pembelajaran. Kemudian tim guru berkoordinasi dahulu atau merencanakan pengajaran sebelum dilaksanakannya pembelajaran guna kerjasama yang baik diantara guru. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode team teaching di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo terdapat faktor pendukung dan juga penghambat. Dengan menggunakan metode team teaching ini dapat membantu para siswa dan juga
136
guru, membantu dalam arti kata bahwa di dalam pengajaran akan lebih banyak orang-orang yang bertanggung jawab terhadap usaha belajar mereka, dan membantu guru dalam pengelolaan pengajaran terutama dalam pengaturan proses belajar mengajar, karena bertambahnya tenaga bantuan untuk itu. Adanya faktor pendukung ini diharapkan dapat lebih meningkatkan kualitas pembelajaran. Sedangkan adanya faktor penghambat ini agar lebih diperhatikan supaya dapat dicarikan solusinya untuk kemudian dapat diminimalkan sehingga pembelajaran dapat menguntungkan semua pihak, baik guru maupun siswa.
D. Analisis Tentang Perubahan Prestasi Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo Setelah Mengikuti Kegiatan Pembelajaran Metode Team Teaching Proses belajar mengajar sangat erat kaitannya dengan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, penguasaan pengetahuan, ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang ditunjukkan oleh nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.123 Untuk mengetahui prestasi belajar siswa maka berdasarkan teori diadakan evaluasi yang menghasilkan penilaian. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada pembelajara Pendidikan Agama Islam dan mengetahui tujuan yang ditetapkam tercapai atau tidak hasil belajarnya dapat dilihat melalui evaluasi kemudian penilaiannya. Hasil inilah yang disebut dengan prestasi belajar
123
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 700.
137
siswa. Maka hasil evaluasi belajar dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai keberhasilan siswa setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu.124 Pada bab II dijelaskan bahwa prestasi belajar siswa ini dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah faktor internal dan eksternal dari masing-masing individu. Pada saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo ada sebagian dari siswa yang mengantuk lelah, bermain HP dan perhatian siswa pada pelajaran kurang, hal ini juga dapat mempengaruhi prestasi belajar mereka. Dengan menerapkan metode team teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dimana pengajaran disajikan secara bersama oleh dua orang guru atau lebih untuk mencapai tujuan pengajaran menunjukkan hasil yang baik bagi siswanya. Metode team teaching yang dalam pelaksanaannya terdapat dua guru yang masing-masing memiliki tugas dan tanggungjawab terhadap pembelajaran dapat membantu guru dan siswanya. Guru ketika mengajar dapat dibantu oleh tim guru lainnya dalam mengkondisikan kelas sesuai dengan rencana sebelumnya, seperti membantu guru untuk membentuk kelompok siswa ketika diskusi. Kedua guru dapat bekerjasama untuk kesuksesan pembelajaran sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Seperti halnya kondisi siswa yang mengantuk, lelah dan kurang perhatian pada pelajaran maka dengan adanya dua guru bisa mengarahkan dan membawa mereka dalam suasana yang dianggap kondusif , 124
Wayan Nurkancana dan Sunartana, Evaluasi Hasil Belajar ( Surabaya: Usaha Nasional, 1990), 11.
138
misalnya di musholla, dengan dua guru maka bisa saling membantu mengkondisikan kelas dan siswa merasa nyaman. Dilihat dari kelebihan metode team teaching ini yakni siswa yang mengalami kesulitan belajar atau lamban belajarnya segera dapat diketahui, karena para guru maupun asistennya guru mengikuti perkembangan kemajuan siswa125. Berdasarkan dari data yang penulis peroleh dari wawancara dengan Aralia Lintang bahwasanya asisten guru berkeliling mengontrol sikap siswa dan membantu siswa bila ada pertanyaan dari siswa yang belum jelas. Maka dengan ini siswa merasa lebih leluasa dalam tanya jawab dan menjadi lebih aktif. Dengan adanya metode team teaching lebih memudahkan pemahaman siswa karena kedua tim guru saling melengkapi. Sedangkan manfaat dari team teaching dijelaskan bahwa team teaching dapat membantu guru dalam pengelolaan kelas. Dengan adanya dua guru (minimal) dalam satu kelas, akan memudahkan kita untuk mengelola kelas. Sehingga kegaduhan-kegaduhan yang tidak berguna di dalam kelas bisa diminimalkan126 Adanya pengontrolan dari guru oleh tim guru dalam pembelajaran PAI mengenai sikap siswa dalam kelas menjadikan siswa dapat terfokus pada pembelajaran dan berusaha membuat kelas menjadi kondusif agar tujuan pembelajaran tercapai. Dari data pada bab III mengenai prestasi belajar siswa sebelum menggunakan team teaching dan setelah team teaching dapat diketahui bahwa hasil prestasi siswa setelah menggunakan metode team teaching mengalami 125
Mahfudh Shalahuddin, Metodologi Pendidikan Agama ( Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1987), 60. 126
Puji Lestari, Mila. “Team Teaching or Teng Plencing,” dalam Ponorogo Pos, 2026 Maret 2008, 15.
139
perubahan yakni peningkatan yang signifikan, karena siswa sudah memenuhi standar nilai yaitu 75, yang mana sebelum digunakan metode team teaching hasil belajar siswa rata-rata di bawah standar nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu 72,88, sedangkan setelah guru menggunakan metode team teaching hasil belajar siswa dapat memenuhi standar yakni 83,06. Dari beberapa uraian di atas dapat diambil suatu pemahaman bahwa dengan diterapkan metode team teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat meningkatkan kepahaman siswa. Hal ini dapat diketahui dari hasil belajar siswa sebelum menggunakan metode team teaching dan setelah menggunakan metode team teaching.
140
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
B. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai pelaksanaan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode team teaching di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo tahun ajaran 2008-2009 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Latar belakang penerapan metode team teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo adalah adanya perbedaan karakter siswa, siswa kurang memperhatikan pelajaran, membantu guru dalam pembelajaran, guru harus menilai hasil belajar secara keseluruhan dan peningkatan efektifitas kegiatan belajar mengajar. Latar belakang diterapkan metode team teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo sudah sesuai dan selaras dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode dan prinsip-prinsip penggunaan sebuah metode pendidikan serta latar belakang penggunaan metode team teaching. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode team teaching di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo sudah lumayan baik. Karena telah mengikuti tahapan-tahapan pelaksanaan langkah-langkah dalam menggunakan metode team teaching mulai tahap pembukaan, tahap penyampaian materi, dan tahap evaluasi, serta penutup.
89
141
Di dalam penerapan metode team teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo tahun ajaran 20082009 tidak terlepas adanya faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukungnya adalah bahwa kerjasama kekompakan tim guru, tanggung jawab yang tinggi dari tim guru, tempat pembelajaran yang kondusif dan terbiasanya siswa dengan team teaching di sekolah. Sedangkan faktor penghambatnya adalah kondisi siswa yang seolah-olah diawasi sehingga siswa menjadi tegang, bila ada tim guru yang tidak masuk dan kurang kompaknya kerjasama tim guru. Prestasi hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo setelah mengikuti kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode team teaching mengalami peningkatan yang signifikan. Siswa dapat memenuhi standar nilai yaitu 75. Hal ini dapat diketahui dari sebelum menggunakan metode team teachimg hasil belajar siswa di bawah standar nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu 72,88, sedangkan setelah guru menggunakan metode team teaching hasil belajar siswa dapat memenuhi standar yaitu 83,06. Saran Bagi Kepala Sekolah SMAN 1 Ponorogo, hendaknya senantiasa melakukan kontrol dan kerjasama yang baik dengan tenaga pengajar khususnya guru Pendidikan Agama Islam dan para siswa agar pelaksanaan metode team teaching bisa berjalan dengan baik, dan mengirimkan guru untuk mengikuti workshop pengembangan metode pembelajaran.
142
Bagi Bidang Kurikulum SMAN 1 Ponorogo, hendaknya terus meningkatkan kwalitas pendidikan dan membuat inovasi pendidikan agar kegiatan pembelajaran semakin berkembang dan berhasil sesuai tujuan dan harapan yang telah ditetapkan. Bagi Guru Pendidikan Agama Islam, hendaknya selalu memperhatikan metode yang tepat untuk mengajar karena untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan metode dan juga selalu berusaha meningkatkan kemampuan dalam segi apapun karena merupakan salah satu pencetak siswa yang beriman dan berakhlak mulia, harus pandai menciptakan suasana belajar yang kondusif agar pelaksanaan metode pembelajaran dapat berhasil.
143
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
C. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai pelaksanaan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode team teaching di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo tahun ajaran 2008-2009 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Latar belakang penerapan metode team teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo adalah adanya perbedaan karakter siswa, siswa kurang memperhatikan pelajaran, membantu guru dalam pembelajaran, guru harus menilai hasil belajar secara keseluruhan dan peningkatan efektifitas kegiatan belajar mengajar. Latar belakang diterapkan metode team teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo sudah sesuai dan selaras dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode dan prinsip-prinsip penggunaan sebuah metode pendidikan serta latar belakang penggunaan metode team teaching. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode team teaching di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo sudah lumayan baik. Karena telah mengikuti tahapan-tahapan pelaksanaan langkah-langkah dalam menggunakan metode team teaching mulai tahap pembukaan, tahap penyampaian materi, dan tahap evaluasi, serta penutup.
86
144
Di dalam penerapan metode team teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo tahun ajaran 20082009 tidak terlepas adanya faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukungnya adalah bahwa kerjasama kekompakan tim guru, tanggung jawab yang tinggi dari tim guru, tempat pembelajaran yang kondusif dan terbiasanya siswa dengan team teaching di sekolah. Sedangkan faktor penghambatnya adalah kondisi siswa yang seolah-olah diawasi sehingga siswa menjadi tegang, bila ada tim guru yang tidak masuk dan kurang kompaknya kerjasama tim guru. Prestasi hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMAN 1 Ponorogo setelah mengikuti kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode team teaching adalah baik dan dapat meningkatkan kepahaman siswa. Hal ini dapat diketahui dari sebelum menggunakan metode team teachimg hasil belajar siswa yang belum memenuhi standar nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu 75, sedangkan setelah guru menggunakan metode team teaching hasil belajar siswa dapat memenuhi standar nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam 75 yakni siswa memperoleh nilai di atas 75.
Saran Bagi Kepala Sekolah SMAN 1 Ponorogo, hendaknya senantiasa melakukan kontrol dan kerjasama yang baik dengan tenaga pengajar khususnya guru Pendidikan Agama Islam dan para siswa agar pelaksanaan metode team teaching bisa berjalan dengan baik.
145
Bagi Bidang Kurikulum SMAN 1 Ponorogo, hendaknya terus meningkatkan kwalitas pendidikan dan membuat inovasi pendidikan agar kegiatan pembelajaran semakin berkembang dan berhasil sesuai tujuan dan harapan yang telah ditetapkan. Bagi Guru Pendidikan Agama Islam, hendaknya selalu memperhatikan metode yang tepat untuk mengajar karena untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan metode dan juga selalu berusaha meningkatkan kemampuan dalam segi apapun karena merupakan salah satu pencetak siswa yang beriman dan berakhlak mulia, harus pandai menciptakan suasana belajar yang kondusif agar pelaksanaan metode pembelajaran dapat berhasil.
146
DAFTAR RUJUKAN
Al-Syaibani. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1979. Alipandie, Imansyah. Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Nasional, 1984. Ahmadi, Abu, Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 67. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Arif, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 1997. Al-Abrosy, Muhammad Athiyah. Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam. Yogyakarta: Titian Illahi Press, 1996. Andayani Dian, Abdul Majid. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996. Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Dja’far, Zainudin. Didaktik Metodik. Pasuruan: Garoeda Buana Indah, 1995. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Raja Grafindo Persada, 2001. Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo, 2004. Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Hubermen, Miles A. Analisa Data Kualitatif Jakarta: UI-Press, 1992.
terj. Tjetjep Rohendi Rohidi.
147
http://akhmadsudrajat.wordpress.com. http://muhammadirfani.wordpress.com Ismail SM. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: Rasail, 2008. Ihsan, Hamdani, Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2001. Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Materi Pembekalan Bagi Mahasiswa Peserta PPLK II. Program Studi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Jurusan Tarbiyah. STAIN Ponorogo. 2008 Muhadjir, Noeng. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Suatu Teori Pendidikan. Jakarta: Raka Sarasir, 1993. Nawawi Hadari. Pendidikan dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1993. Prahara, Erwin Yudi. Materi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam, 2009. Pedoman Penulisan Skripsi STAIN Ponorogo Jurusan Syariah, Tarbiyah, Ushuluddin Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo, 2008. Psikologi Pendidikan, Kulliyatul Muallimin Al Islamiyah Pondok Modern Gontor Ponorogo. Bagian KMI. Puji Lestari, Mila. Team Teaching Or Teng Plencing dalam Ponorogo Pos 2008. Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998. Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC, 1996. Ramayulis. Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: kalam Mulia, 2006. Roestiyah N.K. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2001. Rasyidin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2005. Rusyan, A.Tabrani, et. All. Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006. Shalahuddin, Mahfudh. Metodologi Pendidikan Agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu,
148
1987. Surachmad, Winarno. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars, 1976. Sagala, Syaiful, Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2008. Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar Mengajar Microteaching. Ciputat: Quantum Teaching, 2005. Suyudi. Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Rosda Karya, 1998. Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996. ____________. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994. Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya, 1998. Usman, Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2005. Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet AS Yusuf. Metodik Khusus Pendidikan Agama Dilengkapi Dengan Sistem Modul dan Permainan Simulasi. Surabaya: Usaha Nasional, 1983.