BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah PT Bakrie Building Industries (BBI) pada awalnya adalah usaha Joint Venture dengan perusahaan Australia yang terus mengembangkan usahanya seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan akan bahan bangunan di bidang industri, komersial dan perumahan.Saat ini BBI telah menjadi salah satu pionir dari produsen bahan bangunan di Indonesia yang menghasilkan beragam produk bahan bangunan berkualitas tinggi seperti: atap semen fiber, plafon, partisi, dan juga produk pengganti kayu (wood substitution). Seluruh produk BBI telah mengantongi berbagai sertifikasi kualitas mutu dan keamanan seperti Standar Nasional Indonesia (SNI), ISO 9001:2008, ISO 14001:2004, OHSAS 18001:2007, serta diakuinya produk-produk BBI dalam direktori Green Listing Indonesia dan berhasil meraih penghargaan bergengsi Top Brand 2015-2016. BBI berdiri di lahan seluas 15 hektar di daerah Daan Mogot, Jakarta Barat dengan total lebih dari 1000 karyawan dan jaringan lebih dari 80 distributor dan
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
12.000 retailer nasional. Didorong pengalaman lebih dari 30 tahun, BBI mendapatkan reputasi sebagai perusahaan yang terpercaya dan kredibel, sukses meraih kepuasan mitra usaha lokal dan internasional. BBI akan terus memberikan yang terbaik dan membangun masa depan yang lebih baik untuk dunia dengan bergerak menuju sebuah arah baru yakni menjadi solution company yang terdepan dalam inovasi untuk efisiensi energi serta perlindungan lingkungan dengan melibatkan pengembangan inovasi produk baru yang berlandaskan teknologi ramah lingkungan dengan 3 pilar yaitu Green Technology, Green Product dan Green Building. Adapun masalah yang dihadapi oleh PT. Bakrie Building Industries Tbk masalah pengendalian kualitas produk yang masih banyak terjadi produk yang reject, dimana PT. Bakrie Building Industries Tbk sendiri mempunyai target reject perbulannya yaitu sebesar 0,5%, sedangkan reject yang terjadi di BBI pada bulan juli 1,49%, agustus 1,15% dan pada bulan september 1,69%. Kegiatan quality control yang kurang efektif dapat mengakibatkan banyaknya produk yag rusak atau cacat, target produksi tidak dapat tercapai baik dari segi kualitas maupun kwantitas. Keadaan tersebut hambatan bagi perusahaan dan sangat merugikan apabila berkepanjangan akan mengganggu kontiunitas perusahaan. Dengan melaksanakan quality control secara efektif diharapkan perusahaan mampu meningkatkan kualitas produk, dan diharapkan pula kepuasan dan kepercayaan konsumen dapat terpenuhi, sehingga perushaan mampu bersaing dan mempertahankan market share yang telah diraihnya serta dapat memperluas pangsa pasar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
Statistical Process Control adalah seni pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan suatu analisis informasi yang terkandung didalam suatu sampel dari populasi itu. Metode statistik memainkan peranan penting dalam jaminan kualitas. Metode statistik itu memberikan cara-cara pokok dalam pengambilan sampel produk, pengujian serta evaluasinya dan informasi didalam data itu digunakan untuk mengendalikan dan meningkatkan proses pembuatan. Lagi pula statistik adalah bahasa yang digunakan oleh insinyur pengembangan, pembuatan,pengusahaan,manajemen, dan komponen-komponen fungsional bisnis yang lain untuk berkomunikasi tentang kualitas. (Montgomery, 1993) Liu (2011) dan mendapatkan hasil Tim QCC ini telah mengurangi tingkat kesalahan dalam resep obat berhasil dicapai untuk mengahsilkan kinerja organisasi yang lebih baik. Shireen (2011) dan hasilnya Setelah memperkenalkan teknik lingkaran kualitas dalam skenario organisasi benar-benar berubah. Sekarang aksesibilitas ditingkatkan dan disempurnakan. Shinmura (2011) dan hasilnya yang akan memungkinkan untuk interaktif menganalisis hubungan antara produktivitas dan nilai-nilai subketif untuk meningkatkan kualitas pelayanan di masa depan. Likhitar (2011) hasil dari penelitian QC juga menigkatkan tingkat kepuasan karyawan dimana majikan bisa mendapatkan kepercayaan dan komitmen dari karyawan. Zhau (2011) hasil dari penelitian Sebuah sistem intrument traceability dikelola dengan baik memungkinkan untuk memastikan penggunaan yang aman dari peralatan medis selama operasi langsung mengarah ke melindungi kesehatan pasien kami.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka diperlukan penelitian tentang “pelaksanaan pengawasan kualitas”, sehingga dapat dicari faktor-faktor penyebab dimana pengawasan kualitas produk yang seharusnya dilaksanakan secara efektif ternyata kurang diperhatikan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan pembahasan latar belakang permasalahan dapat diidentifikasi beberapa masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Reject apa yang paling tertinggi persentasenya ? 2. Apakah kerusakan produk yang selama ini terjadi masih dalam toleransi pengawasan atau berada di luar toleransi pengawasan perusahaan ? 1.3 Pembatasan Masalah Suatu batasan masalah jelas diperlukan agar ruang lingkup dalam kegiatan penelitian ini terarah terhadap tujuan yang ingin dicapai nantinya. Adapun batasan masalah yang dimaksudkan adalah sebagai berikut : 1. Pembahasan masalah hanya menyangkut pengendalian kulitas produk harflex di PT. Bakrie Building Industries Tbk. 2. Penelitian quality control menggunakan metode SPC (Statistical Process Control). 1.4 Perumusan Masalah Bedasarkan uraian latar belakang yang mendasari penelitian ini maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Reject apa yang paling tertinggi persentasenya ?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
2. Apakah kerusakan produk yang selama ini terjadi masih dalam toleransi pengawasan atau berada di luar toleransi pengawasan perusahaan ? 3. Apa saja jenis kerusakan dan penyebab kerusakan pada produk tersebut ? 4. Bagaimana cara perbaikan kualitas produk harflex ? 1.5
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Reject apa yang paling tertinggi persentasenya ? 2. Apakah kerusakan produk yang selama ini terjadi masih dalam toleransi pengawasan atau berada di luar toleransi pengawasan perusahaan ? 3. Apa saja jenis kerusakan dan penyebab kerusakan pada produk tersebut ? 4. Bagaimana cara perbaikan kualitas produk harflex ?
1.6
Sistematika Penulisan Dalam laporan penelitian ini, untuk mendapatkan hasil yang teratur,
terarah dan mudah dipahami, maka penulis menyusun laporan ini dengan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan secara garis besar tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan dengan maksud memperoleh gambaran umum mengenai masalah yang dihadapi dalam penelitian ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diterapkan secara singkat tentang teori yang berhubungan dan berkaitan erat dengan masalah yang akan dibahas serta merupakan tinjauan kepustakaan yang menjadi kerangka dan landasan berfikir dalam proses pemecahan masalah penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menguraikan tentang langkah-langkah dari awal hingga akhir yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah dan mengenai pendekatan dan model masalah. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Dalam bab ini mencakup pengumpulan data, menguraikan tempat, proses produksi dan data jenis-jenis cacat yang terjadi serta jumlah cacat yang dikumpulkan dan diolah selama proses produksi yang terjadi dengan mempertimbangkan teori yang terkait. BAB V ANALISA Dalam bab ini membahas keterkaitan antar faktor-faktor dari data yang di peroleh dengan metode yang diajukan untuk menganalisa proses dan hasil serta analisa penyelesaian masalah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan bab terakhir dari tugas akhir ini yang berisi kesimpulan dari hasil penulisan dan saran-saran yang diberikan peulis berkaitan dengan penulisan ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/