BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Minyak dan gas bumi merupakan salah satu komoditas yang vital. Dari sisi
permintaan (demand), migas merupakan komoditas yang memiliki tingkat utilitas yang tinggi baik oleh konsumen rumah tangga maupun konsumen perusahaan. Masyarakat tidak bisa lepas dari penggunaan komoditas migas dalam kehidupan sehari-hari seperti pemanfaatan migas sebagai bahan bakar kendaraan dan untuk kegiatan memasak. Dari sisi penawaran (supply), migas merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable) sehingga peningkatan kapasitas produksi baru bisa terjadi jika ditemukan sumber daya migas yang baru. Hal ini akan terjadi apabila ada eksplorasi di wilayah temuan baru tersebut. Dari sudut pandang penawaran, produksi migas Indonesia selama periode 2000-2015 mengalami penurunan yang signifikan seperti ditunjukkan pada gambar 1.1. Informasi dari gambar menunjukkan pada tahun 2012 merupakan Gambar 1.1. Produksi Migas Indonesia 2010-2015 (Rp milyar)
Migas 340000
336169,7
335737,1
330000
323632,4
320000
313328,1
310000
306855,3
307259,4
2014
2015
300000 290000 2010
2011
2012
2013
Sumber : Bank Indonesia 1
kondisi dimana terjadi penurunan yang signifikan produksi migas Indonesia dan kondisi ini berlanjut terus sampai dengan tahun 2015. Kontribusi sektor migas terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia selama periode 2010-2015 memiliki trend yang semakin menurun seperti dapat dilihat pada gambar 1.2. Informasi dari gambar menunjukkan pada tahun 2010 kontribusi sektor migas terhadap PDB Indonesia sebesar 4,89% dan nilai ini mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 4,60%. Tahun 2012 kembali ditandai dengan terjadinya penurunan kontribusi sektor migas Indonesia menjadi 4,18% dan juga pada tahun 2013 terjadi penurunan kontribusi sektor migas Indonesia pada level 3,84%. Penurunan kontribusi sektor migas terus terjadi pada tahun 2014 yaitu menjadi 3,58% dan pada tahun 2015 terjadi lagi penurunan kontribusi sektor migas Indonesia pada level 3,42%. Gambar 1.2. Kontribusi Migas Terhadap PDB Indonesia 2010-2015 (%)
Share Migas 4,897
2010
4,607
2011
4,188
2012
3,841
2013
3,582
3,423
2014
2015
Sumber : Bank Indonesia Kondisi diatas menunjukkan bahwa Industri migas di Indonesia menghadapi tantangan yang berat di masa yang akan datang. Di satu sisi 2
permintaan akan terus terjadi peningkatan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk sementara dari sisi penawaran terjadi penurunan produksi migas. Indonesia masih mempunyai potensi yang besar untuk sektor migas di kawasan Asia Tenggara (Steward, 2015) dan masih lebih baik dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand, akan tetapi disisi lain, lelang untuk blok migas di Indonesia sepi peminat. Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi sepinya hal tersebut yaitu: 1. Eksplorasi di wilayah Indonesia Timur kebanyakan di laut dalam yang tentu saja biayanya sangat mahal. 2. Skema production sharing contract (PSC) yang ada di Indonesia saat ini tidak terlalu menarik lagi bagi kontraktor migas karena kontraktor harus menanggung investasi 100% sampai ditemukan cadangan migas dan kalau tidak berhasil akan menanggung seluruh kerugian tersebut. 3. Harga minyak dunia yang terus menurun merupakan salah satu faktor penyebab sepinya lelang blok migas karena dengan penurunan harga migas akan berdampak pada penurunan pendapatan yang diperoleh dari investasi dan eksplorasi. Hal ini menjadi salah satu item budget yang harus dihapus karena dalam kondisi penurunan harga minyak, perusahaan-perusahaan minyak akan lebih fokus melakukan investasi pengembangan blok migas yang sedang mereka kerjakan untuk meningkatkan pendapatan dalam jangka pendek. 4. Kepastian Hukum dengan dikenakannya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada masa eksplorasi. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) nomor 79/2010 tentang biaya operasi yang dapat dikembalikan dan perlakuan pajak
3
penghasilan migas, wilayah eksplorasi mulai dikenakan pajak pada kurun waktu 2012-2013 dan hal ini merupakan pertama kalinya terjadi pada industri migas, sementara di sisi lain
kerugian yang terjadi pada saat eksplorasi
menjadi risiko perusahaan migas. Dengan berbagai kondisi diatas maka kebijakan yang diambil perusahaan migas saat ini lebih difokuskan untuk menjalankan proses produksi yang ada saat ini secara optimal. Untuk mengoptimalkan kondisi proses produksi tersebut, masalah efisiensi menjadi titik penting bagi perusahaan dimana efisiensi berkaitan dengan bagaimana perusahaan berdasarkan input tertentu dapat menghasilkan output lebih banyak atau bagaimana perusahaan menghasilkan suatu output tertentu menggunakan jumlah input yang lebih sedikit. Perusahaan-perusahaan migas yang ada akan mengalami masalah financial distress (tekanan keuangan), jika proses produksi mereka terjadi pada tingkat efisiensi yang rendah, tentu saja akan berdampak pada kinerja perusahaan secara keseluruhan. Lucal et al. (2007) meneliti mengenai pengukuran efisiensi energi di negara-negara GCC (The Gulf Cooperation Council) yang terdiri dari enam negara penghasil minyak yaitu UEA, Saudi Arabia, Qatar, Oman, Kuwait, Bahrain dan menambahkan tiga negara, Australia, Norwegia dan Swiss sebagai benchmark untuk perbandingan. Untuk pengukuran efisiensi energi dengan menggunakan konsumsi energi sebagai input, dengan menggunakan metode DEA menghasikan temuan bahwa tingkat efisiensi dari enam negara penghasil minyak kelompok GCC masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara Australia, Norwegia dan Swiss. Penggunan model efisiensi energi dengan menggunakan
4
faktor-faktor ekonomi sebagai input variabel menghasilkan temuan sekalipun dilihat dari konsumsi energi negara-negara GCC masuk dalam kelompok tidak efisien, namun untuk model dengan efisiensi energi dengan faktor-faktor ekonomi sebagai input variabel diperoleh hasil beberapa negara memiliki kinerja yang efisien seperti Saudi Arabia, Qatar dan Kuwait dan memiliki kinerja yang tidak terlalu berbeda dengan negara-negara yang dijadikan benchmarking seperti Norwegia dan Swiss. Kinerja perusahaan merupakan salah satu faktor utama yang akan menentukan kelangsungan usaha perusahaan ke depannya. Perusahaan yang proses produksinya dapat dilakukan dengan efisien tentu saja akan berdampak pada meningkatnya kinerja perusahaan yang pada akhirnya akan memberikan kepastian usaha yang positif bagi perusahaan di masa yang akan datang. Banyak penelitian yang membahas mengenai prediksi tingkat kegagalan dan kesuksean perusahaan di masa yang akan datang dengan menggunakan model Altman Z-Score (Subramanyam dan Wild, 2010).
Utama dan Arlin (2013)
mengkaji mengenai analisis prediksi tingkat kebangkrutan perusahaan sub sektor Pertambangan Minyak dan Gas yang terdaftar di BEI selama periode 2009-2012. Hasil temuan menunjukkan bahwa secara keseluruhan kinerja perusahaan sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi yang terdaftar di BEI ke depannya diprediksikan akan mengalami masalah kebangkrutan seperti ditunjukkan dengan nilai Z score model Altman yang berada pada tingkatan bangkrut. Secara konseptual, proses produksi yang dilakukan secara efisien akan berdampak pada kinerja perusahaan. Beberapa penelitian mengenai hubungan
5
antara efisiensi dengan kinerja perusahaan telah banyak dilakukan (Yuli, 2007). menghasilkan temuan bahwa rasio efisiensi operasional BOPO dan CAR terbukti berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan sementara MSDN dan LDR tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam sektor perbankan yang go public di BEI. Kuncoro dan Suhardjono (2002) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji hubungan antara tingkat efisiensi operasional terhadap kinerja profitabilitas 40 bank umum swasta nasional devisa di Indonesia. Hasil penelitian memberikan bukti semakin efisien kinerja operasional suatu bank maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Proses bisnis suatu perusahaan bersifat holistik (atau menyeluruh), artinya ketika proses produksi yang dilakukan perusahaan terjadi dengan tingkat efisiensi yang tinggi maka hal tersebut akan berdampak signifikan pada kinerja perusahaan yang dalam hal ini diproksi melalui kinerja perusahaan. Beberapa peneliti yang sudah melakukan penelitian secara parsial, yaitu : 1. Etty Puji Lestari (2001). Efisiensi teknik perbankan di Indonesia tahun 1995-1999 2. Donsyah Yudistira (2003). Efficiency in Islamic bank banking:an empirical analysis of 18 banks. 3. Mohammed A. Alsahawi (2013). Measuring energy efficiency in GCC countries using data envelopment analysis.
6
4. Rina Sari Qurniawati (2013). Efisiensi perbankan di Indonesia dan pengaruhnya terhadap return saham dengan pendekatan data envelopment analysis.
a. Pengukuran efisiensi teknis banyak dilakukan dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). b. Hubungan antara tingkat efisiensi dalam kaitannya dengan kinerja perusahaan digunakan dengan menggunakan pendekatan yang relatif terlalu umum sehingga proksi
pengukuran variabel yang digunakan relatif kurang
mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Pengukuran efisiensi sebagian besar dilakukan dengan menggunakan pendekatan variabel-variabel rasio keuangan seperti BOPO dan CAR. Mengukur kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa rasio keuangan seperti ROA, ROE, ROI, NPM. Selain itu banyak penelitian yang mengukur kinerja suatu perusahaan secara holistik yaitu dengan menggunakan sejumlah rasio-rasio keuangan yang diperoleh dengan pengukuran kinerja melalui alat ukur Altman Z Score sebagai besaran penentu kesuksesan dan kegagalan suatu perusahaan. Penelitian ini mencoba untuk meneliti hubungan antara tingkat efisiensi dengan kinerja perusahaan dimana masing-masing variabel dilakukan dengan menggunakan metode tertentu. Untuk efisiensi digunakan DEA dengan terlebih dahulu menghitung tingkat efisiensi perusahaan dengan menggunakan struktur input dan struktur outputnya. Sementara untuk pengukuran kinerja perusahaan dilakukan dengan metode Altman Z Score yang di dalamnya mencakup sejumlah
7
rasio keuangan yang menentukan perusahaan akan mengalami keberhasilan dan kegagalan. Berkaitan dengan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk menganalisis tingkat efisiensi perusahaan dan kinerja perusahaan dengan melihat dari sudut pandang prediksi keberhasilan atau kebangkrutan perusahaan di masa yang akan datang khususnya untuk sektor pertambangan minyak dan gas bumi. Dipilihnya sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi didasari pada penjelasan sebelumnya bahwa bagi perusahaan migas dengan kondisi biaya eksplorasi yang mahal maka perusahaan akan mengoptimalkan kondisi yang sudah ada.
1.2. Perumusan Masalah Sektor migas saat ini masih menjadi perhatian dan mempunyai isu strategis baik dari sisi konsumen maupun dari sisi produsen. Dari sisi produsen, turunnya harga minyak yang signifikan di pasaran dunia tentu saja berdampak pada penerimaan produsen yang pada akhirnya akan menurunkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Dalam kasus di Indonesia permasalahan sub sektor minyak dan gas bumi bersifat multidimensi. Sumber daya ini bersifat unrenewable (tidak dapat diperbaharui) sementara di sisi lain eksplorasi pertambangan migas baru di Indonesia akan sangat mahal karena keberadaannya yang ada di dasar laut, skema PSC yang memberatkan, harga minyak dunia yang menurun tajam serta pengenaan pajak pada masa eksplorasi menyebabkan penulis tertarik untuk meneliti mengenai sub sektor minyak dan gas bumi di Indonesia.
8
Karena permasalahan sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi bersifat kompleks maka dalam tesis ini hanya akan dilihat dari sudut pandang : 1. Efisiensi proses produksi sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi di Indonesia. 2. Prediksi keberhasilan dan kebangkrutan sub sektor pertambangan migas dan gas bumi di Indonesia 3. Keterkaitan antara tingkat efisiensi produksi dengan prediksi keberhasilan dan kebangkrutan sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi di Indonesia. Dengan berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana tingkat efisiensi produksi dari perusahaan yang bergerak pada sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi di Indonesia? 2. Bagaimanakah prediksi tingkat keberhasilan dan kebangkrutan perusahaanperusahaan sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi di Indonesia? 3. Apakah tingkat efisiensi produksi berhubungan dengan prediksi tingkat keberhasilan dan kebangkrutan perusahaan di dalam menjalankan kegiatan usahanya?
1.3. Pembatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan dibatasi hanya pada permasalahan tingkat efisiensi produksi, tingkat keberhasilan dan kegagalan perusahaan-perusahaan sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi di Indonesia. Perusahaan-perusahaan
9
yang dijadikan sebagai sampel penelitian hanya dibatasi pada perusahaanperusahaan sub sektor minyak dan gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak terjadinya krisis global tahun 2008 sampai tahun 2014.
1.4. Tujuan Penelitian Perusahaan yang dapat mengelola kegiatannya secara efisien dapat ditunjukkan dengan tingkat penggunaan input tertentu maka akan dapat dihasilhan output yang lebih besar. Efisiensi yang tinggi dari perusahaan diharapkan akan berdampak kepada kinerja perusahaan yaitu perusahaan akan sukses menjalankan kegiatan bisnisnya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menganalisis tingkat efisiensi produksi dari perusahaan yang bergerak pada sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi di Indonesia. 2. Menganalisis tingkat keberhasilan dan kebangkrutan dari perusahaanperusahaan yang bergerak pada sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi di Indonesia. 3. Menganalisis hubungan antara tingkat efisiensi produksi dengan tingkat keberhasilan dan kebangkrutan pada perusahaan yang bergerak dalam sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi di Indonesia.
1.5. Manfaat penelitian Beberapa manfaat penelitian yang diharapkan akan dihasilkan dari penelitian ini adalah:
10
1.
Praktisi Dapat memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di dalam memecahkan permasalahan sub sektor minyak dan gas bumi dilihat dari aspek efisiensi dan kinerja (performance).
2.
Akademisi a. Dalam bidang keilmuan diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk memperkaya perkembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan permasalahan efisiensi dan masalah kinerja (performance). b. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister manajemen pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universias Gadjah Mada.
1.6. Sistematika Penulisan Sistematika tesis ini terdiri dari lima bab. Bab 1 yaitu pendahuluan berisikan mengenai latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II adalah landasan teori/tinjauan pustaka/kajian pustaka yang didalamnya terdiri dari tiga bagian yaitu tinjauan pustaka, teori dasar/landasan teori serta hipotesis penelitian. Bab III adalah metode penelitian yang di dalamnya terdiri dari desain penelitian, definisi istilah/operasionalisasi, populasi dan sampel, alat analisis dan instrumen penelitian, sumber dan metode pengumpulan data serta metode analisis data. Bab IV adalah hasil penelitian dan pembahasan yang didalamnya terdiri dari deskripsi data, pengujian hipotesis/hasil estimasi/analisis
11
data dan hasil penelitian serta pembahasan penelitian. Bab V yaitu simpulan, keterbatasan dan implikasi berisikan mengenai simpulan hasil penelitian, keterbatasan, implikasi dan rekomendasi yang diajukan.
12