1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang lahir sejalan dengan perkembangan agama Islam dan kebutuhan masyarakat. Menurut Hasbullah, pondok pesantren merupakan “Bapak” dari pendidikan Islam di Indonesia, yang didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman. Hal ini bisa dilihat dari perjalanan sejarah, dimana ditinjau kembali sesungguhnya pesantren dilahirkan atas kesadaran dakwah Islamiyah, yakni menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam sekaligus mencetak kaderkader ulama dan da’i.1 Selain itu, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Dan sudah menjadi suatu kenyataan bahwa lembaga pendidikan pondok pesantren juga menjadi satu-satunya lembaga pendidikan non formal yang jasanya tidak diragukan lagi di tengah-tengah masyarakat, khususnya dibidang keagamaan.2 Selanjutnya Kegiatan Khitābah, yaitu ilmu yang membicarakan dan mengkaji cara berkomunikasi dengan menggunakan seni atau kepandaian berbicara (berceramah). Khitābah ini sering dikatakan suatu teknik atau metode
1
Habullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 136. 2 Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 59.
1
2
dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara seorang da’i pada suatu aktifitas da’wah.3 Didalam pesantren keberadaan para santri sangat diharapkan untuk dapat meneruskan dakwah Islam dengan ilmu mereka, yaitu dengan mengamalkan ilmu yang diperoleh ketika dipondok pesantren. Dengan dakwah yang dilakukan oleh santri maka akan meningkatkan eksistensinya dalam usaha mensyiarkan Islam, salah satunya melalui kegiatan Khitābah. Seorang pelajar (santri) dikatakan berhasil jika ia dapat mengamalkan ilmu yang ia peroleh, ilmu yang bermanfaat akan dapat mengubah lingkungan yang ada disekitarnya menjadi lebih baik. Dan dalam realitanya, banyak santri alumni pondok pesantren yang kurang dalam mengamalkan ilmunya. Dalam praktiknya sering sekali kita menjumpai anak lulusan pondok yang kurang berperan dalam kegiatan keagamaan, sering dari mereka tidak menunjukkan eksistensi mereka, misalnya: pada saat acara keagamaan, banyak dari mereka yang ditunjuk sebagai penceramah atau salah satu dari panitia yang berperan langsung dalam acara tersebut padahal dilihat dari segi kemampuan mereka termasuk dalam kategori mampu, namun mereka bersikap sebaliknya, banyak faktor yang menjadi penyebab itu semua dan salah satuya adalah karena kurangnya kepercayaan diri mereka. Dari situ, banyak orang beranggapan bahwa berceramah/berpidato (Khitābah) adalah sesuatu yang mudah dilakukan. Tetapi ketika seseorang 3
Miftahul Falah,” Peranan Muhadharah dalam Meningkatkan Penguasaan Khitâbah Siswa”,http://rayamifa.wordpress.com/2011/04/07/peranan-muhadharah-dalammeningkatkan-penguasaan-khitâbah-siswa-2/. Diakses 06 Nopember 2014, 15:22:04.
3
dihadapkan pada situasi yang mendesak dan menuntut kita untuk tampil secara spontan didepan umum maka hal ini bisa membuat kita tidak siap secara mental. Ketidakmampuan berkomunikasi dapat menyebabkan seseorang tidak percaya diri ketika ia tampil didepan umum. Bagi mereka yang memiliki rasa takut untuk berbicara didepan publik, akan muncul rasa panik yang sangat mengganggu pikiran. Saat-saat sebelum mulai berbicara didepan publik, tubuh yang belum siap akan mulai menunjukkan tanda-tanda awal dari reaksi panik akibat tekanan harus tampil. Detak jantung menjadi semakin cepat, telapak tangan mulai berkeringat, saat berdiri kepala terasa pusing dan kedua kaki gemetar. Selain itu, setiap bulan ramadhan tiba santri Pondok Pesantren Nurul Huda mendapatkan jatah kegiatan kemasyarakatan berupa ceramah setiap ba’da tarawih di masjid.4 Untuk itu diperlukan suatu kegiatan yang dapat memupuk rasa percaya diri santri sehingga akan tercipta santri yang optimis dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi, mereka tidak menjadi manusia yang penakut dan minder dan diharapkan mereka tidak mudah terpengaruh oleh halhal yang negatif. Dengan demikian diharapkan ada kegiatan yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri santri, dan salah satunya adalah kegiatan Khitābah. Dari kegiatan tersebut, diharapkan mampu membentuk sikap para remaja dalam bersikap dengan rasa percaya diri. Karena dengan mempunyai sikap percaya diri akan mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk menjalani kehidupan 4
Hasil Observasi kegiatan Pandansari, 9 Juli 2015.
keagamaan santri di Pondok Pesantren Nurul Huda,
4
pribadi dan sosial yang lebih berarti.5 Karena seseorang yang memiliki rasa percaya diri dapat bertindak cepat dan tidak ragu serta takut mengalami kegagalan, selain itu, sikap percaya diri tersebut dapat menyebabkan seseorang mempunyai sikap optimis, kreatif dan memiliki harga diri yang tinggi. Uraian latar belakang masalah di atas itulah yang menjadi alasan dipilihnya judul oleh penulis. Adapun alasan pemilihan judul tersebut adalah penulis ingin mengetahui sejauh mana kontribusi kegiatan Khitābah dalam meningkatkan rasa percaya diri santri di Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari Warungasem Batang.
B. Rumusan Masalah Penelitian Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kegiatan Khitābah yang ada di Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari Warungasem Batang? 2. Bagaimana rasa percaya diri santri Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari Warungasem Batang? 3. Bagaimana kontribusi kegiatan Khitābahdalam meningkatkan rasa percaya diri santri Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari Warungasem Batang?
5
Gael Lindenfield, Mendidik Anak Agar Percaya Diri, Terjemah Ediati Kamil, (Jakarta: Arcan, 1997), hlm. 8.
5
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menghindari pemahaman di luar konteks judul, maka peneliti memberikan pembatasan istilah yang tercakup dalam judul tersebut sebagai berikut: 1. Kontribusi Kontribusi artinya sumbangan.6 2. Kegiatan Khitābah Kegiatan adalah aktifitas, usaha, pekerjaan, dan ketangkasan dalam berusaha.7 Khitābah merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji cara berkomunikasi dengan menggunakan seni atau kepandaian berbicara (berpidato atau berceramah).8 3. Rasa Percaya diri Rasa adalah keadaan batin sewaktu menghadapi (merasai) sesuatu: bekerja dengan gembira, hasilnya akan memuaskan.9Percaya diri adalah keyakinan bahwa perasaan dan anggapan bahwa diri kita dalam keadaan baik untuk tampil dan berperilaku dengan cara menunjukkan kepada dunia luar.10 Dari penelitian istilah diatas telah jelas bahwa membangun rasa percaya diri akan sangat mudah jika melalui kegiatan-kegiatan yang
6
James, Kamus Psikologi (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1986), hlm. 233. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka utama), hlm. 1051. 8 Ridho Muhammad Firdaus, Definisi, Ferensi dan Diferensi Tabligh, Dakwah dan Khitâbah,, http://ridhomfirdaus.blogspot.com/2012/06/definisi-ferensi-dan-diferensi-tabligh.html. Diakses, 23 Oktober 2014, jam. 12.35. 9 Artikata.com, “Pengertian Rasa”,http://artikata.com/arti-347068-rasa.html. Diakses, 2 November 2014, jam 09.52. 10 Gael Lindennfield, op. cit.,hlm. 4. 7
6
mengarah pada tujuan yang kita inginkan, salah satunya yaitu melalui kegiatan Khitābah.
C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan bagaimana kegiatan Khitābah yang ada di Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari Warungasem Batang. 2. Untuk mendeskripsikan bagaimana rasa percaya diri santri Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari Warungasem Batang. 3. Untuk mendeskripsikan bagaimana kontribusi kegiatan Khitābah dalam meningkatkan kepercayaan diri santri Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari Warungasem Batang.
D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu: 1. Secara Teoritis a. Memberikan wacana bagi para pembaca, khususnya bagi Pengasuh Pondok Pesantren atau Ustadz untuk mengarahkan santrinya agar lebih bisa meningkatkan rasa percaya diri dalam kegiatan Khitābah. b. Memperkaya atau referensi dalam ilmu kependidikan khususnya jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan
7
2. Secara Praktis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif informasi bagi yang berminat mengadakan penelitian tentang Khitābah dan percaya diri.
E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoritis Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari.11 Pesantren tetap
menjadi tujuan orang untuk memenuhi tuntutan
kependidikan bagi anak-anaknya, kesungguhan dan ketulusan orang tua bisa ditangkap sebagai suara hati nurani akan masa depam
umat Islam
Indonesia. Respon ini menjadi tanggung jawab yang sangat besar bagi kalangan pesantren untuk meningkatkan kualitasnya dibidang pendidikan.12 Kata Khitābah berasal dari akar kata: (khathaba, yakhthubu, khuthbatan atau khithãbatan), berarti: berkhutbah, berpidato, meminang, bercakap-cakap, mengirim surat. Poerwadarminta mengartikan Khitābah
11
Muhammad Yazid, “Sistem Pendidikan Pondok Pesantren: Bentuk Ideal Menciptakan Generasi Ekonom Rabbani Berkualitas”, http://edukasi.kompasiana.com/2013/02/08/sistempendidikan-pondok-pesantren-bentuk-ideal-menciptakan-generasi-ekonom-rabbani-berkualitas532009.html, Diakses 30 Oktober 2014, jam13. 35. 12 M. Dian Nafi’, et al., Praksis Pembelajaran Pesantren, (Yogyakarta: ITD Amherst, MA Forum Pesantren Yayasan Selasih, 2007), hlm. 7.
8
dalam bahasa Indoensia sinomim dengan kata pidato, terutama tentang menguraikan sesuatu ajaran Islam.13 Khitābah menurut Harun nasution seperti yang dikutip oleh Agam Bahtiar adalah ceramah atau pidato yang mengandung penjelasanpenjelasan tentang suatu atau beberapa masalah yang disampaikan seseorang dihadapan sekelompok orang atau khalayak.14 Percaya diri adalah modal dasar seorang manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan sendiri. Seseorang mempunyai kebutuhan untuk kebebasan berfikir dan berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berfikir dan berperasaan akan tumbuh menjadi manusia dengan rasa percaya diri. Salah satu langkah pertama dan utama dalam membangun rasa percaya diri dengan memahami dan meyakini bahwa setiap manusia memiiki kelebihan dan kelemahan masing-masing.15 Menurut Gael Lindenfield, percaya diri memiliki dua jenis yaitu percaya diri batin yang memiliki beberapa aspek seperti cinta diri, pemahaman diri, tujuan yang jelas, pemikiran yang positif. Sedangkan percaya diri lahir memiliki aspek seperti komunikasi, ketegasan, penampilan diri, pengendalian perasaan.16 Lauster mengemukakan bahwa kepercayaan
diri
merupakan
keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri sehingga seseorang tidak 13
Andri Aji Muklas, “Dakwah Melalui Khithabah”, http://andriajimuklas.wordpress.com/khitâbah/. Diakses 08 Nopember 2014, 13:50:28. 14 Agam Bahtiar, “Pengertian Khitâbah”,http://agambahtiar.wordpress.com/khitâbahdakwah-lisan/ 06 Nopember 2014, 15:36:23. 15 Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya, Usah Nasional, 1986), hlm. 229. 16 Gael Lindenfield, op.cit., hlm. 4-7.
9
terpengaruh oleh orang lain. Kepercayaan diri merupakan sifat kepribadian yang sangat menentukan dan saling mempenngaruhi satu sama lain. Kepercayaan
diri
mempengaruhi
sikap
hati-hati,
ketergantungan,
ketidakserakahan, toleransi, dan cita-cita. Rasa percaya diri adalah satu diantara aspek-aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia. Alfred Adler mencurahkan dirinya pada penyelidikan rasa rendah diri. Ia mengatakan bahwa kebutuhan yanng paling penting adalah kebutuhan akan rasa percaya diri dan rasa superiotitas.17 2. Analisis Penelitian Terdahulu yang Relevan Dalam skripsi Laila Chusnita (23204072) yang berjudul “Pengaruh Intensitas mengikuti Kegiatan IPNU IPPNU terhadap Sikap Percaya Diri (Studi Kasus pada Anggota IPNU-IPPNU Ranting Ambokembang Kedungwuni Pekalongan)” menyatakan, Remaja atau pemuda merupakan tulang punggung bangsa dan negara sebagai generasi yang akan menerima tonggak estafet untuk melanjutkan perjuangan dan pembangunan untuk mengisi kemerdekaan tanah air. Pembangunan dan pembinaan generasi muda harus senantiasa ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya serta diharuskan secara merata sehingga mengangkat remaja dari lapisan daerah terpencil. Untuk itu diperlukan suatu wadah bagi semua kegiatan remaja yang mana dapat menumbuhkan rasa positif, diantaranya sikap percaya. Dan wadah atau organisasi yang tersebut salah satunya adalah IPNU dan IPPNU.
17
Peter Lauster, Tes Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 4.
10
Dengan mangikuti kegitan tersebut diharapkan dalam perkembangannya tidak berbelok ke hal-hal yang tidak diinginkan.” 18 Dalam skripsi Diah Lestari (202109464) yang berjudul “Peran Kegiatan Karang Taruna Dalam Membangun Rasa Percaya Diri Remaja (Studi Kasus Anggota Karang Taruna Tunas Harapan Dukuh Ujung Biru Desa Brayo Kec. Wonotunggal Kab. Batang)”, menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan
Karang
Taruna
Dukuh
Ujung
Biru-Brayo
Kec.
Wonotunggal Kab. Batang, belum memiliki peran maksimal untuk membentuk semua remaja Di Karang Taruna Tunas Harapan di Dukuh Ujung Biru, karena dalam pembentukan sikap remaja di butuhkan proses, keseimbangan faktor pribadi dan faktor ekstern, serta adanya keseriusan dalam membangun sikap percaya diri.19 Dalam skripsi Widiati (09220077)
yang berjudul “Pelaksanaan
Bimbingan Kelompok Sebagai Upaya Meningkatkan Percaya Diri Siswa di Man Yogyakarta II”, menyatakan bahwa upaya meningkatkan percaya diri siswa yang dilakukan oleh guru BK dan guru pembimbing yaitu: 1) pelajaran bimbingan 2) diskusi kelompok 3) unit pengembangan diri. Dengan ketiga kegiatan itu maka potensi diri dan kepercayaan diri siswa tidak cenderung kurang. Adapun faktor pendukungnygaa antara lain
18
Laela Chusnita, 23204072,“Pengaruh Intensitas mengikuti Kegiatan IPNU-IPPNU terhadap Sikap Percaya Diri (Studi Kasus pasa Anggota IPNU-IPPNU rantinf Ambokembang Kedungwuni Pekalongan)”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam. (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2009). 19 Diah Lestari, 202109464, “Peran Kegiatan Karang Taruna Dalam Membangun Rasa Percaya Diri Remaja(Studi Kasus Anggota Karang Taruna Tunas Harapan Dukuh Ujung Biru Desa Brayo Kec. Wonotunggal Kab. Batang)”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2013).
11
kesadaran siswa, adanya guru BK dan pembimbing yang cukup profesional, fasilitas yang tersedia di sekolah yang menunjang sehingga mencukupi untuk menggali potensi dan meningkatkan rasa percaya diri siswa. Sedangkan faktor penghambatnya antara lain masih adanya siswa yang memiliki percaya diri kurang, kurangnya pemahaman diri dan motivasi untuk menggali potensi diri pada siswa, dan tidak adanya jam masuk kelas BK.20 Dalam skripsi Lina Listuti (202309003) yang berjudul “Efektivitas Metode Pembelajaran Demokratis Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Kelas VI Di SDN 03 Tembelang Gunung Lebak Barang”, menyatakan
bahwa
berdasarkan
perhitungan
nilai
angket
tentang
Kepercayaan Diri Siswa di SDN 03 Tembelang Gunung Lebak Barang di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata pre test siswa [angket tentang Kepercayaan Diri Siswa sebelum diberlakukan di SDN 03 Tembelang Gunung Lebak Barang] adalah sebesar 66. Sedangkan nilai rata-rata post test siswa [angket tentang Kepercayaan Diri Siswa sesudah diberlakukan di SDN 03 Tembelang Gunung Lebak Barang] adalah sebesar 66,85. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan penggunaan terhadap Kepercayaan Diri Siswa di SDN 03 Tembelang Gunung Lebak Barang. Metode Pembelajaran Demokratis memiliki efektivitasdalam meningkatkan Kepercayaan Diri
20
Widiati,09220077, “Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Sebagai Upaya Meningkatkan Percaya Diri Siswa di Man Yogyakarta II”, Skripsi Sarjana Dakwah dan Komunikasi, (Yogyakarta: Uin SUKA, 2013).
12
Siswa sesudah diberlakukan di SDN 03 Tembelang Gunung Lebak Barang.21 Dalam skripsi Hermadi fajar arifin (106070002246), dengan judul “Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Komunikasi Interpersonal Santri di Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta Solo”, menyatakan bahwa Variabel kepercayaan diri memiliki aspek-aspek komunikasi interpersonal (keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, dan kesamaan) semua mendapatkan hasil signifikan. Dalam penelitian ini diujikan juga variabel sosiodemografis jenis kelamin, dimana hasil dari perhitungan adalah variabel jenis kelamin hanya variabel empati dan keterbukaan saja yang memiliki pengaruh signifikan, sedangkan yang lain (kesamaan, dukungan dan sikap positif) tidak.22 Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah pernah dilaksanakan diatas, terlihat jelas bahwa fokus pembahasan penelitian-penelitian tersebut berbeda dengan fokus pembahasan pada penelitian yang peneliti lakukan. Fokus pembahasan pada penelitian ini yaitu kontribusi kegiatan Khitābah dalam meningkatkan rasa percaya diri santri di Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari Warungasem Batang.
21
Lina Listuti, 202309003, “Efektivitas Metode Pembelajaran Demokratis Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Kelas VI Di SDN 03 Tembelang Gunung Lebak Barang”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2011). 22 Hermadi Fajar Arifin, 106070002246, “Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Komunikasi Interpersonal Santri di Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta Solo.” Skripsi Sarjana Psikologi, (Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah , 2011)
13
3. Kerangka Berfikir Dengan kegiatan Khitābah, maka dapat memberikan kontribusi bagi para santri, yaitu mereka dapat mengembangkan kreatifitasnya guna melatih mereka agar dapat menimbulkan sikap positif pada diri mereka sebagai bekal kehidupan mereka kelak. Diantara sikap positif tersebut adalah sikap percaya diri. Santri diharapkan memiliki pegangan yang kuat, mampu mengembangkan motivasi, serta penuh keyakinan terhadap peran yang dijalaninya. Apalagi bagi santri pondok pesantren dimana mereka dapat mengamalkan ilmunya kepada diri, keluarga serta masyarakat sekitar dan berguna bagi nusa dan bangsa. Untuk itu alangkah lebih baiknya agar yakin menerima dan menghargai diri sendiri secara positif, serta percaya diri yaitu yakin akan kemampuan diri sendiri, optimis, tenang, aman, dan tidak perlu ragu dalam menghadapi masalah.
14
Skema Konsep Penelitian Pondok Pesantren Nurul Huda
Kegiatan Khitâbah
Aspek-aspek Percaya diri
Keyakinan kemampuan diri
Rasa optimis
objektif
Bertanggung jawab
Rasional/ realistik
Gambar: Kerangka Berfikir
F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian a. Jenis Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu untuk memahami tentang fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara menyeluruh dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dans bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.23
23
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 6.
15
b. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research), dimana peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena secara langsung.24 Dan data yang dihasilkan berupa data deskriptif tentang bagaimana kontribusi kegiatan Khitābah dalam meningkatkan rasa percaya diri santri Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari Warungasem Batang. 2. Sumber Data Penelitian Adapun sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua) yaitu: a. Sumber Data Primer Merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data atau memberikan data secara langsung.25 Adapun yang sumber data primer dalam penelitian ini adalah 14 santri Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari. b. Sumber Data Sekunder Merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.26 Adapun yang tergolong dengan sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah ustadz dan pengasuh Ponpes Nurul Huda Pandansari, dokumen-dokumen dan buku-buku serta artikel-artikel ataupun literaturliteratur lain yang relevan. 24
Ibid., hlm. 26. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 308. 26 Ibid., hlm. 309. 25
16
c. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar dan yang ditetapkan.27 Adapun
tekhnik
pengumpulan
data
yang
digunakan
untuk
memperoleh data yang cukup dan sesuai dengan pokok permasalahan, maka penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik, antara lain: a. Teknik Observasi Adalah pengamatan pencatatan sistematis terhadap fenomena yang diteliti.28 Teknik observasi digunakan dengan cara mengamati objek penelitian secara langsung yaitu mengenai kegiatan Khitābah yang ada di Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari, rasa percaya diri santri di Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari Warungasem Batang atau peristiwa yang dianggap penting dan relevan dengan penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang kegiatan Khitābah yang ada di Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari, rasa percaya diri santri di Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari, lingkungan sekitar pondok pesantren, dan keadaan sarana dan prasarana.
27
Ibid, hlm. 308. Sutrisno Hadi,Metodologi Research (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Buku Fakultas Psikologi, UGM, 1993), hlm. 193. 28
17
b. Teknik Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara tanya-jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis berdasarkan tujuan penelitian.29Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan kegiatan Khitābah yang ada di Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari, Rasa percaya diri santri Pondok pesantren Nurul Huda Pandansari dan kontribusi kegiatan Khitābah dalam meningkatkan rasa percaya diri santri Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari Warungasem Batang. c. Teknik Dokumentasi Dokumentasi adalah sekumpulan data verbal yang berbentuk tulisan, dokumen, sertifikat, dansebagainya.30 Penulis menggunakan teknik ini untuk memperoleh data sekunder tentang gambaran umum Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari Warungasem Batang, yaitu:letak geografis, sejarah berdirinya pondok pesantren, visi, misi dan tujuan, struktur organisasi, keadaan pengasuh, ustadz dan santri, serta keadaan sarana dan prasarana. d. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyususn secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan (observasi) dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam 29
Ibid. hlm. 193. Koentjononingrat, Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia 1981), hlm. 63.
30
18
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.31 Analisis data menggunakan metode induktif, yaitu berangkat dari data empirik lewat observasii menju kepada teori. Dengan kata lain, proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil pengamatan yang terpisah-pisah menjadi suatu rangkaian hubungan atau suatu generalisasi.32 Adapun tahap-tahap analisis data menurut model Miles dan Huberman (model interaksi) antara lain: 1. Reduksi data Merupakan proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi bentuk tulisan yang kemudian dianalisis. Yaitu dengan mengubah data hasil observasi ataupun wawancara ke dalam bentuk tulisan. 2. Penyajian data (Display data) Yaitu mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks
kategorisasi
sesuai
dengan
tema-tema
yang
sudah
dikelompokkan dan dikategorikan, kemudian dipecah lagi ke dalam subtema.
31
Sugiyono, op.cit., hlm. 335. Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 40
32
19
3. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification) Merupakan tahap terakhir dalam rangkaian analisis data kualitatif dan menjurus pada jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan.33 Dengan demikian, penelitian ini akan menggambarkan secara sistematis mengenai kegiatan Khitābah di Pondok pesantren Nurul Huda Pandansari, rasa percaya diri santri Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari dan Kontribusi kegiatan Khitābah dalam meningkatkan rasa percaya
diri
santri
pondok
pesantren
Nurul
Huda
Pandansari
Warungasem Batang. G. Sistematika Penulisan Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas dan agar mudah dipahami oleh setiap orang, maka penulis memudahkan tentang sistematika penulisan skripsi secara garis besar. Sistematika skripsi ini tersusun atas 5 bab, yaitu: Bab I Pendahuluan. Meliputi: Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, dan Sistematika Penulisan. Bab II Landasan Teori, merupakan kajian atau tinjauan terhadap teoriteori yang relevan. Pada bab ini akan dibahas kedalam dua bab bahasan.Pertamakegiatan Khitābahyang meliputi : Pengertian Khitābah, komponen-komponen Khitābah dan bentuk-bentuk Khitābah. kedua rasa
33
Sugiono, op. cit., hlm. 337
20
percaya diriyang meliputi : pengertian rasa percaya diri, perkembangan kepercayaan diri, aspek-aspek percaya diri, faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri individu dan rasa percaya diri dalam dimensi agama. Bab III Laporan Hasil Penelitian. Pada bab ini terdiri dari empat sub bahasan. Pertama, meliputi Gambaran Umum Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari, terdiri dari: letak geografis,sejarah berdirinya, visi, misi dan tujuan, struktur organisasi, , keadaan Pengasuh, Ustadz dan Santri, Sarana dan Prasarana.Kedua, kegiatan Khitābah di Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari. Ketiga, rasa percaya diri santri di Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari sebelum dan sesudah mengikuti kegitaan Khitābah.Keempat, kontribusi kegiatan Khitābah dalam meningkatkan rasa percaya diri santri Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari. Bab IV Analisis Kontribusi Kegiatan Khitābah dalam meningkatkan Rasa Percaya Diri Santri Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari, yang terdiri dari tiga sub bahasan. Pertama, analisis tentang kegiatan Khitābah di Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari. Kedua, Analisis rasa percaya diri santri di Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan Khitābah. Ketiga, analisis kontribusi kegiatan Khitābah dalam meningkatkan rasa percaya diri santri Pondok Pesantren Nurul Huda pandansari. Bab V Penutup. Terdiri dari Kesimpulan dan Saran