BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latihan meningkatkan
endurance kemampuan
merupakan otot
dan
bentuk
latihan
aerobik
untuk
sistem
kardiorespiratori
dalam
melakukan olahraga (Fink et al., 2011). Salah satu cabang olahraga yang melakukan latihan endurance berat adalah olahraga sepatu roda. Olahraga sepatu roda jarak jauh (5000m, 10km dan marathon) membutuhkan energi yang besar untuk mendapatkan performa optimal, dengan sistem energy yang dominan digunakan adalah sistem aerobik. Jarak tempuh sepatu roda pada saat kompetisi dapat mencapai 50 km, sehingga diperlukan latihan endurance dengan jarak yang jauh untuk mendapatkan kapasitas aerobik yang maksimal (Cetin, 2011; Carlsson et al., 2015). Namun Sugiharto (2006) mengungkapkan bahwa selain memberikan keuntungan, ternyata latihan aerobik dapat menyebabkan adanya gangguan homeostasis dalam tubuh. Secara fisiologis, pada saat istirahat, rantai respirasi manusia menghasilkan efek produk berupa radikal bebas yang dapat diatasi oleh antioksidan dalam tubuh. Namun latihan fisik berat yang dilakukan atlet sepatu roda dapat menginduksi terjadinya stress oksidatif yaitu peningkatan radikal bebas yang tidak diimbangi dengan peningkatan antioksidan dalam tubuh. Beberapa jenis latihan seperti bersepeda pada 65% VO2max selama 90 menit, lari pada 70% VO2max selama 3 jam, dan lari >21 km dilaporkan dapat meningkatkan radikal bebas (Vollaard et al., 2005; Bonilla et al., 2005) . Peningkatan radikal bebas saat latihan terjadi karena adanya peningkatan konsumsi oksigen untuk memenuhi kebutuhan energi akibat peningkatan
1
kontraksi otot. Konsumsi oksigen dapat meningkat 10-15 kali lebih banyak dari normal pada latihan aerobik , bahkan mencapai 100-200x pada latihan berat (Bonilla et al., 2005; Sugiharto, 2006; Powers & Malcom, 2008). Radikal bebas dapat menyebabkan terjadinya kelelahan otot pada atlet setelah melakukan latihan. Radikal bebas ini merusak DNA, komponen protein seluler, penghambatan sintesis protein, fragmentasi protein dan kematian sel. Selain itu, radikal bebas juga dapat merusak sel darah merah (eritrosit) sehingga mengganggu performa atlet (Powers & Malcom, 2008; Meamarbashi & Rajabi, 2013). Eritrosit berperan penting dalam transportasi oksigen dan zat gizi dalam tubuh dan sangat rentan terhadap kondisi stress oksidatif karena membrannya kaya akan lipid dan zat besi. Hal ini membuat eritrosit menjadi substrat yang mudah untuk dirusak oleh radikal bebas. Kerusakan membran eritrosit ini dapat membuat eritrosit lisis dan hemoglobin keluar dari sel (hemolisis intravaskuler) sehingga terjadi penurunan jumlah eritrosit dan hemoglobin. Penurunan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin pada atlet endurance dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan darah dalam mengangkut oksigen dan juga kemampuan kardiorespiratorinya, sehingga pada akhirnya mengakibatkan rendahnya kapasitas aerobik yang berujung pada penurunan performa atlet (Nafita, 2012). Beberapa studi melaporkan bahwa olahraga endurance berat dalam jangka waktu yang lama dapat menurunkan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin pada atlet. Hal ini dikarenakan adanya penurunan produksi eritrosit akibat destruksi eritrosit dari shock mekanik dan hemolisis. Penurunan jumlah eritrosit inilah yang
2
diduga menjadi penyebab penurunan hemoglobin (Moosavizademonir, 2011; Sanghavi et al., 2012). Solusi yang dapat dilakukan untuk menghindari dampak buruk dari rendahnya angka eritrosit dan hemoglobin pada atlet adalah mencegah penurunannya. Salah satu zat gizi yang dapat meminimalkan kerusakan eritrosit adalah zink. Zink dilaporkan dapat melawan pembentukan radikal bebas yang menginduksi peroksidasi membran eritrosit, dan berperan sebagai kofaktor enzim dalam memproduksi heme dan globulin. Selain itu zink juga penting dalam pembentukan Retinol Binding Protein untuk membawa vitamin A yang berperan dalam mobilisasi Fe dari hepar
ke
sumsum tulang dan jaringan yang membutuhkan (Powell, 2000; Ryu, 2007). Studi menunjukkan bahwa suplementasi zink dapat menurunkan fragilitas eritrosit, meningkatkan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin secara signifikan pada atlet (Woodhouse et al., 1997; Kilic et al., 2004; Roozbeh et al., 2009; Polat, 2011). Penjelasan diatas menjadi dasar penulis untuk mengkaji pengaruh pemberian zink terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin pada atlet sepatu roda yang melakukan lakukan endurance. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar menentukan intervensi yang sesuai untuk membantu meningkatkan performa atlet dari sudut pandang gizi dan kesehatan.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh latihan endurance terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin atlet sepatu roda?
3
2. Bagaimana pengaruh pemberian zink terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin atlet sepatu roda setelah latihan endurance? 3. Adakah perbedaan jumlah eritrosit dan hemoglobin secara siginifikan pada atlet sepatu roda antara kondisi tanpa suplementasi zink dengan kondisi tersuplementasi zink C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh latihan endurance terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin atlet sepatu roda 2. Mengetahui pengaruh pemberian zink terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin atlet sepatu roda setelah latihan endurance 3. Mengetahui perbedaan perubahan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin pada atlet sepatu roda antara kondisi tanpa suplementasi zink dengan kondisi tersuplementasi zink D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Memberi tambahan ilmu dan pengalaman mengenai zat gizi yang dapat diberikan untuk memperbaiki jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin khususnya pada atlet cabang olahraga endurance. 2. Bagi Atlet Memberikan masukan kepada atlet dan sebagai bahan pertimbangan pelatih dalam memilih produk makanan dan minuman yang baik dikonsumsi untuk memperbaiki jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin.
4
3. Bagi Institusi Memberi masukan kepada institusi atau pengambil kebijakan terkait untuk menerapkan program atau mengembangkan produk yang dapat membantu memperbaiki jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin atlet. 4. Bagi Perkembangan Ilmu Menjadi dasar penelitian pengembangan produk dan pemberian intervensi yang sesuai untuk memperbaiki jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin atlet. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang serupa dengan penelitian ini belum pernah dilaksanakan, namun terdapat penelitian sejenis yang pernah dilakukan, yaitu : 1. Effect of Zinc Supplementation on hematological parameters of high performance athletes oleh Yahya polat (2011) Hasil penelitian ini menunjukkan suplementasi zink dan latihan dapat memperbaiki parameter hematologi atlet. Suplementasi zink sebesar 2,5 mg/kg/hari selama 8 minggu meningkatkan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin secara signifikan setelah latihan. Jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin lebih tinggi pada kelompok yang melakukan latihan dan tersuplementasi dibanding dengan kelompok yang hanya latihan dan kelompok yang hanya mendapatkan suplementasi. Persamaan penelitian : variabel terikat yaitu jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin serta variabel bebas yaitu suplementasi zink. Perbedaan penelitian
:
Desain
pada
penelitian
ini
adalah
true
experimental, sedangkan pada penelitian yang dilakukan menggunakan
5
desain kuasi experimental. Subjek pada penelitian ini adalah atlet tinju, sedangkan subjek pada penelitian yang dilakukan adalah atlet sepatu roda. Selain itu intervensi yang diberikan pada penelitian ini adalah latihan tinju 90-120 menit, 3 kali dalam satu minggu selama 8 minggu. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan subjek melakukan latihan endurance selama 12 hari dengan bentuk jadwal latihan diatur oleh pelatih atlet. Dosis dan lama pemberian zink pada penelitian ini adalah 2,5 mg/kg/hari selama 8 minggu sedangkan pada penelitian yang dilakukan zink diberikan 30 mg/hari selama 6 hari.
2. Effect of Zinc Supplementation on Hematological Prameters in Athletes oleh Mahmet Kilic et al. (2004) Hasil penelitian ini menunjukkan suplementasi zink memiliki efek positif terhadap parameter hematologi. Suplementasi zink sulfat 3 mg/kg/hari selama 4 minggu dapat meningkatkan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin pada atlet secara signifikan. Jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin lebih tinggi secara signifikan pada kelompok yang mendapatkan suplementasi , baik yang melakukan latihan maupun tidak melakukan latihan, dibanding dengan kelompok yang tidak mendapatkan suplementasi. Tidak ada perbedaan jumlah eritrosit
dan kadar
hemoglobin yang signifikan antara kelompok yang melakukan latihan dan kelompok yang tidak melakukan latihan. Persamaan penelitian : variabel terikat yaitu jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin serta variabel bebas yaitu suplementasi zink.
6
Perbedaan penelitian : Desain pada penelitian ini adalah true experimental, sedangkan pada penelitian yang dilakukan menggunakan desain kuasi experimental. Subjek pada penelitian ini adalah pegulat, sedangkan subjek pada penelitian yang dilakukan adalah atlet sepatu roda. Selain itu intervensi yang diberikan pada penelitian ini adalah latihan selama 90-120 menit/hari , 5 hari dalam 1 minggu selama 4 minggu. Bentuk latihan berupa latihan teknis, angkat beban dan lari. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan subjek melakukan latihan endurance selama 12 hari dengan bentuk jadwal latihan diatur oleh pelatih atlet. Dosis dan lama pemberian zink pada penelitian ini adalah 3 mg/kg/hari selama 4 minggu sedangkan pada penelitian yang dilakukan zink diberikan 30 mg/hari selama 6 hari.
3. Effect of Zinc Supplementation on Blood Rheology During Exercise oleh Khaled et al. (1999). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi zink mengurangi peningkatan viskositas darah selama latihan. Rigiditas eritrosit dan viskositas darah dengan koreksi hematokrit 45% meningkat saat latihan pada
placebo,
namun
tidak
ada
perubahan
pada
kelompok
suplementasi. Persamaan penelitian : variabel bebas yaitu suplementasi zink. Perbedaan penelitian : Variable terikat pada penelitian ini adalah viskositas darah, sedangkan pada penelitian yang dilakukan berupa jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin. Desain pada penelitian ini adalah true experimental dengan crossover, sedangkan pada penelitian yang
7
dilakukan menggunakan desain kuasi experimental. Subjek pada penelitian ini adalah pria sehat, sedangkan subjek pada penelitian yang dilakukan adalah atlet sepatu roda. Selain itu intervensi yang diberikan pada penelitian ini adalah latihan pada hari terakhir suplementasi selama 25 menit yang dilakukan secara berurutan dalam 5 menit dengan jeda 10 menit. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan subjek melakukan latihan endurance selama 12 hari dengan bentuk jadwal latihan diatur oleh pelatih atlet. Suplementasi zink yang diberikan dalam penelitian ini sebesar 20 mg selama 7 hari sedangkan pada penelitian yang dilakukan zink diberikan sebesar 30 mg selma 6 hari.
8