BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sumber
daya
manusia
semakin
hari
semakin
dituntut
untuk
mengembangkan diri dan memiliki kualitas ilmu yang tinggi untuk menghadapi jaman yang terus berkembang. Globalisasi yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat dan penuh ketidakpastian serta tuntutan perubahan di segala bidang merupakan era keterbukaan yang berorientasi pada kualitas sumber daya manusia sebagai pelaku pembangunan di semua aspek kehidupan sangat diperlukan. Dalam kehidupan global yang sangat kompleks dan hyper competitive ini, salah satu isu yang sangat menarik untuk dikaji adalah berkaitan dengan rendahnya motivasi sebagian besar organisasi khususnya organisasi pemerintah Apabila kita mengamati fenomena yang ada dalam masyarakat menunjukkan masih rendahnya motivasi kerja pegawai pada organisasi pemerintah sehingga berdampak pada rendahnya efektivitas organisasi pemerintah dalam memenuhi fungsinya sebagai public service. Pelayanan publik atau sering disebut pelayanan umum, pelayanan masyarakat atau public service merupakan salah satu aktivitas pemerintah yang selalu menjadi perhatian masyarakat. Opini masyarakat tentang berbagai aktivitas pemerintah dalam bidang pelayanan cenderung lebih banyak yang bernada negatif
dibandingkan dengan yang bersifat positif. Hal ini tercermin dari banyaknya target kinerja organisasi yang tidak terealisasi terangkat ke ranah publik. PT. PLN (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam pengadaan listrik terhadap seluruh masyarakat Indonesia. Sebagai BUMN yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap sendi hidup masyarakat Indonesia PLN selalu dituntut untuk memberikan yang terbaik bagi para pelanggannya, hal ini kemudian membuat posisi PLN sangat peka terhadap perlakuan pelanggan, sehingga pihak perusahaan dituntut untuk mempunyai kemampuan yang tinggi dalam memenuhi kebutuhan pelanggan (service yang prima), agar mendapatkan loyalitas pelanggan kepada perusahaan. Selain itu PLN juga dituntut untuk memberikan yang terbaik bagi para pegawainya. Bagaimanapun tidak dapat dipungkiri bahwa pegawai memegang peranan yang sangat penting di dalam perusahaan. Oleh karena itu sewajarnyalah pegawai harus selalu diperhatikan menuju terciptanya kinerja pegawai yang selalu memberikan produktivitasnya bagi perusahaan. Untuk mencapai tujuan organisasi perlu adanya penggerak bagi para pegawai sehingga dapat mencapai kinerja maksimal. Kurangnya motivasi pegawai di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi dapat dilihat dari hasil akhir penilaian sasaran kinerja selama tiga tahun terakhir, seperti yang tertera pada tabel berikut:
Tabel 1. 1 Hasil Akhir Penilaian Sasaran Kinerja PT PLN (Persero) APJ Cimahi Tahun 2008-2010 Tahun No
Indikator
2008
2009
2010
(%)
(%)
(%)
1.
Perspektif Bisnis Internal
14,23
15,74
10,00
2.
Perspektif Pelayanan Pelanggan
10,00
9,70
20,00
3.
Perspektif Keuangan
46,16
52,90
47,00
4.
Perspektif Pembelajaran
4,40
5,10
5,00
5.
Perspektif Administratif
5,10
4,50
5,90
6.
Perspektif Pengawasan
2,34
2,10
2,13
Sumber: Bidang Administrasi Sumber Daya Manusia PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa adanya persentasi penilaian kinerja yang berbeda-beda. Ada beberapa indikator yang mengalami peningkatan kinerja dari tahun ke tahun, dan ada juga mengalami penurunan. Dengan demikian, kinerja di beberapa indikator belum optimal, yang diindikasikan oleh belum tercapainya target yang telah ditetapkan oleh perusahaan, dimana pencapaian sasaran kinerja untuk seluruh jumlah indikator adalah 100%. Belum tercapainya sasaran kinerja ini salah satunya disebabkan oleh faktor motivasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Tisnawati Sule dan Saefullah (2009:235) bahwa “kinerja ditentukan oleh tiga faktor yaitu motivasi, kemampuan dan lingkungan pekerjaan”. Hal ini menunjukkan bahwa dari hasil persentase penilaian kinerja di atas bahwa motivasi kerja di beberapa indikator PT. PLN
(Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi masih harus ditingkatkan lagi. Fenomena lain yang menunjukkan kurangnya motivasi kerja pegawai dapat dilihat dari daftar hadir pegawai di perusahaan yang menunjukkan kedisiplinan kerja pegawai. Beberapa pegawai juga masih banyak yang terlambat masuk kantor. Keterlambatan ini terjadi baik pada saat masuk kerja pagi hari ataupun jam masuk kerja setelah istirahat, keterlambatan tersebut terjadi antara 5 menit hingga 30 menit, dan sebelum jam kerja berakhir para pegawai sudah banyak yang pulang sebelum waktunya. Tingkat ketidakhadiran pegawai belum sesuai dengan batas toleransi yang diterapkan oleh perusahaan, batas toleransi ketidakhadiran yang diberikan sebesar 10% dan dalam hal kehadiran pada saat bekerja sebesar 90%. Tabel dibawah ini menunjukkan persentase absensi jam kerja pegawai PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi bulan Juli 2010 sampai bulan Desember 2010 yang dapat menunjukan fenomena rendahnya motivasi kerja pegawai. Tabel 1. 2 Persentase Absensi Jam Kerja Karyawan Bulan Juli 2010 – Desember 2010 Bulan
Juli
Agustus
September
144 jam
166 jam
168,5 jam
168,5 jam
18 jam
24,5 jam
27 jam
28 jam
Jam kerja seharusnya
174,5 jam
146,5 jam
Rata-rata absen jam kerja
19 jam
20 jam
Oktober
November Desember
Presentase rata-rata absen jam kerja
10,8%
13,6%
12,5%
14,8%
16,2%
16,6%
Sumber : Bidang Administrasi Sumber Daya Manusia PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi
Dari hasil persentase absensi jam kerja pegawai di atas dapat dilihat bahwa, ketidakhadiran pegawai di perusahaan dari bulan ke bulan mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari jumlah jam yang semakin lama semakin meningkat. Seharusnya, ketidakhadiran pegawai di perusahaan mendapatkan respon dari perusahaan untuk mencari tahu penyebab rendahnya motivasi pegawai yang tercermin dari absensinya. Perusahaan harus melakukan tindakan-tindakan pencegahan jangan sampai hal ini berlangsung lama, karena bagaimanapun kehadiran pegawai di perusahaan sangat penting menuju tercapainya produktivitas perusahaan. Mencermati belum optimalnya motivasi kerja pegawai PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi yang ditunjukkan oleh fenomena yang terungkap, memberikan indikasi masih adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya diperankan oleh PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi dengan kenyataan yang terjadi. Berkaitan dengan itu, sudah selayaknya dicari faktor-faktor yang menyebabkan motivasi kerja pegawai PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi masih rendah, sehingga PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi dapat dikelola dengan baik.
Pentingnya motivasi kerja pegawai PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi, secara efektif tidak terlepas dari kedudukan dan fungsinya sebagai pengelola public goods yang melayani penyediaan listrik kepada warganya, sebagai kebutuhan yang sangat mendasar dan penting bagi masyarakat. Pentingnya peranan listrik dalam aktivitas hidup dan kehidupan manusia, terlihat dari fungsinya sebagai kebutuhan vital dalam menggerakkan berbagai aktivitas perekonomian, seperti perhotelan, rumah sakit, industri, hiburan, perkantoran, dan sebagainya. Memperhatikan seluruh uraian di atas, terlihat bahwa PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi sedang dihadapkan pada permasalahan mengenai belum optimalnya tingkat motivasi kerja pegawai yang tercermin dari masih banyaknya absen pegawai dengan alasan yang tidak jelas dan belum optimalnya kinerja pegawai. Kondisi seperti ini tentu tidak boleh dibiarkan terus terjadi, karena PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi yang merupakan unit kerja publik pemerintah dan bertanggung jawab
memberikan
pelayanan
yang prima
kepada masyarakat
sebagai
pelanggannya. Oleh karena itu perlu dicari jalan keluarnya dalam bentuk pelatihan atau pendidikan kepada pegawai serta pemberian kompensasi. Selain hal-hal tersebut yang tidak kalah penting adalah pemberian fasilitas kantor yang memadai dan penataan tata ruang (layout) kantor yang efektif sehingga menciptakan suasana dan lingkungan yang kondusif dan nyaman untuk mengurangi tingkat kejenuhan pegawai dalam bekerja dan beraktifitas di dalam kantor.
Pengertian kantor menurut Sedarmayanti (Manajemen Perkantoran:2001), “kantor merupakan tempat diselenggarakannya kegiatan menangani informasi mulai
dari
menerima,
mengumpulkan,
mengolah,
menyimpan,
sampai
menyalurkan/mendistribusikan informasi”. Untuk memotivasi kerja pegawai, usaha yang dapat dilakukan oleh manajemen berpedoman pada salah satunya jalinan komunikasi yang baik dan lancar antar pegawai dalam suatu organisasi. Agar terciptanya alur informasi dan komunikasi yang baik dapat dilakukan dengan penataan ruangan kantor yang efektif. Pengaturan tata ruang yang efektif akan mengakibatkan pelaksanaan pekerjaan kantor dapat diatur secara tertib dan lancar. Dengan demikian komunikasi kerja pegawai akan semakin lancar, sehingga koordinasi dan pengawasan semakin mudah serta akhirnya dapat mencapai efisiensi kerja. Pentingnya tata ruang (layout) kantor yang efektif pada suatu lembaga atau perusahaan dimana fungsi pekerjaan pegawai sebagai proses informasi. Informasi mengalir seperti aliran bahan baku menjadi barang jadi di sebuah pabrik. Dalam aliran tersebut perlu diketahui rute transportasinya, dimana waktu adalah pertimbangan yang paling utama. Bagaimana ruang itu dirancang dan digunakan mungkin akan mempengaruhi motivasi kerja pegawai dan berujung pada efisiensi dan
peningkatan
kinerja
(performance)
pegawai
dalam
melaksanakan
pekerjaannya, sebagaimana dikemukakan oleh Tisnawati Sule dan Saefullah (2009:235) bahwa “…kinerja tergantung dari motivasi, kemampuan, dan lingkungannya”.
Berdasarkan uraian di atas, maka jelas bahwa penggunaan tata ruang (layout) kantor yang efektif merupakan salah satu cara penyampaian informasi yang baik dalam suatu pekerjaan yang diduga terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat motivasi kerja pegawai. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh efektivitas penataan tata ruang (layout) kantor, maka penulis merasa tertarik untuk mengkajinya lebih lanjut melalui skripsi dengan judul : Pengaruh Efektivitas Penataan Tata Ruang (Layout) Kantor Terhadap Tingkat Motivasi Kerja Pegawai di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Inti kajian dalam penelitian ini adalah masalah tingkat motivasi kerja pegawai PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi Kota. Motivasi diperlukan untuk menciptakan organisasi yang efektif. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi diantaranya adalah gaya kepemimpinan, sikap individu dan situasi kerja. Gaya kepemimpinan yang tepat akan membuat pegawai termotivasi dalam bekerja, bagitupun dengan sikap individu. Ada individu yang statis dan ada pula yang dinamis. Demikian pula ada individu yang bermotivasi kerja tinggi dan ada pula yang bermotivasi kerja rendah. Situasi dan kondisi di luar diri individu memberi pengaruh terhadap motivasi. Situasi kerja meliputi lingkungan kerja, jarak tempuh dan fasilitas yang tersedia membangkitkan motivasi, jika persyaratan terpenuhi. Tetapi apabila
persyaratan tersebut tidak di perhatikan dapat menekan motivasi, orang dapat bekerja dengan baik apabila faktor pendukungnya terpenuhi. Sebaliknya, pegawai menjadi frustasi jika faktor pendukung yang dia kehendaki tidak tersedia. Efektivitas penataan tata ruang (layout) kantor
merupakan salah satu
faktor yang dapat menciptakan situasi kerja yang kondusif. Seorang pegawai yang senang dengan lingkungan kerjanya dan memiliki dedikasi tinggi berupaya memperioritaskan apa yang menjadi tugasnya, memandang pekerjaan sebagai tugas, bukan paksaan dan mempunyai perasaan yang positif terhadap pekerjaannya. Penggunaan tata ruang (layout) kantor yang baik merupakan salah satu cara untuk menyampaikan informasi dalam suatu pekerjaan. Apabila tidak ada tempat untuk menaruh surat-surat dan buku-buku yang diperlukan, telepon berada disisi meja yang salah, penerangan tidak cukup, pegawai-pegawai harus duduk menghadap jendela dan aliran pekerjaan tidak sama, maka hasilnya adalah jelas pekerjaan yang dilakukan tidak efisien. Secara ideal, tata ruang (layout) kantor yang optimum merupakan hasil dari penganalisaan informasi yang ada dan bukan sekedar pengamatan yang bersifat tergesa-gesa. Hal-hal yang dianalisa meliputi jumlah pegawai, frekuensi proses informasi, dan distribusi-distribusi dokumen yang dalam hal ini penting sekali untuk menyusun aliran informasi, yaitu gerakan tiap-tiap pekerjaan pegawai dari mulai masuknya sampai dengan selesai diproses.
Efektivitas penataan tata ruang kantor inilah yang di duga bisa manjadi salah satu faktor penting yang dapat menciptakan motivasi kerja. Dengan penataan ruang yang baik akan tercipta lingkungan yang kondusif maka pegawai akan merasa nyaman dan loyal dalam bekerja, motivasi kerja pegawai akan semakin meningkat sehingga tercipta rasa puas dan tujuan setiap pegawai dan organisasi dapat tercapai. Masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini, dirumuskan dalam pernyataan masalah (problem statement) sebagai berikut: “Efektivitas penataan tata ruang (layout) kantor yang diterapkan oleh PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi, yang menjadi faktor penting dalam penciptaan motivasi kerja pegawainya. Berdasarkan pernyataan masalah (problem statement) di atas, masalah dalam penelitian ini secara spesifik dirumuskan dalam pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran umum mengenai efektivitas penataan tata ruang (layout) kantor di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi? 2. Bagaimana gambaran umum mengenai tingkat motivasi kerja pegawai di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi?
3. Bagaimana pengaruh efektivitas penataan tata ruang (layout) kantor terhadap tingkat motivasi kerja pegawai PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan melakukan kajian secara ilmiah tentang penerapan penataan ruang kantor di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi dan sberapa besar pengaruh antara efektivitas penataan ruang kantor (layout) dengan tingkat motivasi kerja pegawainya. Secara terperinci tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui gambaran efektivitas penataan tata ruang (layout) kantor PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi. 2. Untuk mengetahui tingkat motivasi kerja pegawai dilihat dari efektivitas penerapan layout kantor. 3. Untuk mengetahui adakah pengaruh efektivitas penataan tata ruang (layout) kantor terhadap tingkat motivasi kerja pegawai. D. Kegunaan Hasil Penelitian 1. Kegunaan Teoritik Diharapkan dapat memperkaya konsep dan teori untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan manajemen sumber daya manusia, khususnya
yang terkait dengan pengaruh efektivitas penataan tata ruang (layout) kantor terhadap tingkat motivasi kerja pegawai. 2. Kegunaan Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini akan berguna: (1) sebagai bahan informasi bagi Manajer PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi untuk dapat memahami sifat-sifat yang berkaitan dengan motivasi kerja pegawai, sehingga dapat dikembangkan model pendekatan yang efektif bagi terjadinya kondisi kerja yang kondusif untuk mengembangkan motivasi kerja; (2) sebagai sumbangan pemikiran bagi Manajer PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Cimahi mengenai penerapan efektivitas penataan tata ruang (layout) kantor yang baik yang berpengaruh terhadap tingkat motivasi kerja pegawai; (3) sebagai bahan masukan bagi para pengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan peningkatan motivasi kerja pegawai; (4) sebagai bahan bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkan informasi dan data yang relevan dari hasil penelitian, khususnya mengenai efektivitas penerapan tata ruang (layout) kantor yang menunjang peningkatan motivasi kerja pegawai.