BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Masalah perekonomian merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
kemajuan suatu negara. Dalam upaya menghadapi persaingan dan mendorong perusahaan untuk tumbuh menjadi besar serta mampu memperoleh keuntungan, maka diperlukan berbagai usaha untuk memperoleh dana yang sangat besar. Setiap perusahaan pada umumnya mempunyai keinginan untuk tumbuh dan berkembang. Kelangsungan hidup maupun kesempatan untuk berkembang suatu perusahaan dalam era persaingan yang semakin ketat dewasa ini, sangat dipengaruhi oleh peran manajer keuangan sebagai pengambil keputusan. Banyak perusahaan mengalami kesulitan karena pimpinan perusahaan kurang mengetahui pengertian modal kerja dan fungsinya dalam suatu perusahaan. Untuk menghindari hal yang demikian perlu diketahui pengertian dari modal kerja.
Modal kerja merupakan masalah pokok dan topik penting yang sering kali dihadapi oleh perusahaan, karena hampir semua perhatian untuk mengelola modal kerja dan aktiva lancar yang merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva. Modal kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari, misalnya : untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membiayai upah gaji pegawai, dan lain-lain, dimana uang atau dana yang dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu singkat melalui hasil penjualan produksinya. Oleh karena itu,
perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi kerjanya sehingga dicapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan yaitu mencapai laba yang optimal. Salah satu masalah kebijaksanaan keuangan yang dihadapi perusahaan adalah masalah efisiensi modal kerja. Manajemen modal kerja yang baik sangat penting dalam bidang keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam mengelola modal kerja dapat mengakibatkan kegiatan usaha menjadi terhambat atau terhenti sama sekali. Sehingga, adanya analisis atas modal kerja perusahaan sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui situasi modal kerja pada saat ini, kemudian hal itu dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi pada masa yang akan datang. Dari informasi ini dapat ditentukan program apa yang harus dibuat atau langkah apa yang harus diambil untuk mengatasinya. Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan, karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana
menganggur yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan membuang kesempatan memperoleh laba. Modal kerja memiliki sifat yang fleksibel, besar kecilnya modal kerja dapat ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan. Menetapkan modal kerja yang terdiri dari kas, piutang, persediaan yang harus dimanfaatkan seefisien mungkin. Besarnya modal kerja harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan, karena baik kelebihan atau kekurangan modal kerja sama-sama membawa dampak negatif bagi perusahaan. Modal kerja yang berlebihan terutama modal kerja dalam bentuk uang tunai dan surat berharga dapat merugikan perusahaan karena menyebabkan berkumpulnya dana yang besar tanpa penggunaan secara produktif. Dana yang mati, yaitu dana-dana yang tidak digunakan menyebabkan diadakannya investasi dalam proyek-proyek yang tidak diperlukan dan yang tidak produktif. Disamping itu kelebihan modal kerja juga akan menimbulkan inefisiensi atau pemborosan dalam operasi perusahaan. Indikator adanya manajemen modal kerja yang baik adalah adanya efisiensi modal kerja (Tunggal,1995:165). Modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran piutang (receivable turnover), perputaran persediaaan (inventori turnover). Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode perputaran modal kerja, makin cepat perputarannya sehingga perputaran modal kerja makin tinggi dan perusahaan makin efisien yang pada akhirnya rentabilitas semakin meningkat.
Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan dihadapkan pada masalah adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas dan profitabilitas (Van Horne, 2005:161). Jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan
ingin
memaksimalkan
profitabilitas,
kemungkinan
dapat
mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka makin baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Di lain pihak ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan (Tunggal,1995 : 157). Selain masalah tersebut di atas perusahaan juga dihadapkan pada masalah penentuan sumber dana. Pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan dapat dipenuhi dari sumber intern perusahaan, yaitu dengan mengusahakan penarikan modal melalui penjualan saham kepada masyarakat atau laba ditahan yang tidak dibagi dan digunakan kembali sebagai modal. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dapat juga dipenuhi dari sumber ekstern yaitu dengan meminjam dana kepada pihak kreditur seperti bank, lembaga keuangan bukan bank, atau dapat pula perusahaan menerbitkan obligasi untuk ditawarkan kepada masyarakat.
Pembiayaan dengan utang atau leverage keuangan menurut Brigham dan Houston (2006: 101) memiliki tiga implikasi penting, yaitu: Pertama, memperoleh
dana
melalui
utang
membuat
pemegang
saham
dapat
mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas. Kedua, kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk memberikan marjin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur. Ketiga, Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar. Sementara itu Sawir (2001: 11) menyebutkan bahwa leverage dapat digunakan untuk meningkatkan hasil pengembalian pemegang saham, tetapi dengan risiko akan meningkatkan kerugian pada masa-masa suram. Jika perusahaan menggunakan lebih banyak hutang dibanding modal sendiri maka tingkat leverage akan menurun karena beban bunga yang harus di tanggung juga meningkat. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas. Pada dasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah hutang sebagai sumber dananya hal tersebut dapat meningkatkan risiko keuangan. Jika perusahaan tidak dapat mengelola dana yang diperoleh dari hutang secara produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh negatif dan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas perusahaan. Sebaliknya jika hutang tersebut dapat dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif,
hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif dan berdampak terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan. Sedangkan pada Total Assets Turnover digunakan untuk mengukur seberapa efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Semakin efektif suatu perusahaan dalam memanfaatkan dana, semakin cepat perputaran dana tersebut. Sehingga variabel tersebut memungkinkan memiliki peranan yang cukup berpengaruh dalam mengoptimalkan profitabilitas. Berdasarkan studi pendahuluan pada industri barang konsumsi dapat diketahui bahwa terdapat beberapa perusahaan yang memiliki jumlah modal kerja yang tinggi tetapi memiliki tingkat profitabilitas yang rendah dan beberapa perusahaan memiiliki modal kerja yang rendah tetapi memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi. Kenyataan tersebut menyimpang dari teori yang ada, dimana secara teori apabila perusahaan industri Automotive and Allied Product yang memiliki tingkat modal kerja yang tinggi maka tingkat profitabilitasnya juga tinggi. Industri Automotive and Allied Product merupakan industri yang sedang berkembang pada saat ini. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya perusahaanperusahaan yang bergerak dalam industri tersebut di Indonesia. Tidak bisa dipungkiri bahwasanya dalam pengelolaan industri Automotive and Allied Product dibutuhkan banyak sumber daya termasuk di dalamnya sumber daya manusia. Oleh karena itu, industri Automotive and Allied Product memiliki peranan dalam menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan pada suatu negara.
Memperhatikan perkembangan industri automotive sebagai akibat dari integrasi pasar ASEAN pada masa yang akan datang dan perkembangan penunjang yang berkaitan dengan industri automotive diperkirakan akan memnajadi hal yang penting. Hal tersebut disebabkan industri automotive dalam negeri dari tahun ketahun semakin berperan dalam perkembangan industri nasional sekaligus dalam perekonomian keseluruhan. Bila ditinjau dari makro ekonomi, mengingat resesi dunia akibat peristiwa September 2001 di New York, tahun dimulainya AFTA, masuknya RRC sebagai anggota WTO, kenaikan hampir semua biaya produksi, serta permintaan pasar global yang cenderung menekan harja jual, perusahaan automotive merasa perlu adanya keseriusan dalam usahausaha efisiensi disegala bidang, terutama keuangan. Perkembangan dunia industri automotive diharapkan dapat terus berkembang dari tahun ketahun, keadaan ini tentunya sangat bergantung akan situasi moneter antara lain tersedianya fasilitas pembiayaan dan juga stabilnya nilai tukar rupiah, kebijakan fiskal dan factor-faktor non ekonomi lainnya, seperti kondisi sosial politik dan keamanan. Saat ini Jumlah perusahaan bangkrut di Jepang yang terkait dengan industri automotive seperti pemasok komponen dan penyalur kendaraan bekas meningkat 50,8 persen menjadi 273 perusahaan pada semester 1-2009 dibandingkan periode yang sama pada tahun 2008. Sementara jumlah gabungan hutang yang ditinggalkan oleh perusahaan yang bangkrut pada periode Januari-Juni 2009 meningkat dua kali lipat menjadi 106,1 miliar Yen di bandingkan periode yang sama pada tahun 2008 yang sebesar 47,9 miliar Yen. Dari 273 perusahaan yang bangkrut, 131 perusahaan bergerak di sektor ritel dan
grosir mobil, sebagian besar penyalur mobil bekas menyatakan menghadapi kesulitan untuk mendapat pinjaman untuk membiayai kelanjutan usaha mereka. Oleh karena itulah perlu adanya tinjauan yang ketat dari struktur keuangannya terutama dari modal kerja yang merupakan dasar dari proses keuangan yang terjadi, likuiditas, total assets turnover, dan leverage ratio yang apabila kesemuanya dapat dikelola dengan baik, akan menghasilkan profitabilitas yang optimal bagi perusahaan, sehingga perusahaan dalam industri automotive pun mampu bersaing di era globalisasi ini dan dapat mempertahankan prestasi operasional dan kondisi struktur keuangan pada masing-masing perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor dan calon investor untuk merumuskan kebijakan dalam melakukan investasi pada perusahaan dalam sektor industri Automotive and Allied Product supaya tingkat pengembalian dari penanaman investasi tersebut memperoleh hasil yang maksimum. Dan dapat memberikan kemudahan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajer keuangan untuk dapat mengoptimalkan profitabilitas perusahaan. Berdasarkan gambaran tersebut
menarik untuk diteliti
mengenai
PERANAN MODAL KERJA, LIKUIDITAS, TOTAL ASSETS TURNOVER DAN
LEVERAGE
RATIO
DALAM
MENGOPTIMALKAN
PROFITABILITAS PERUSAHAAN PADA INDUSTRI AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCT (2003-2007) .
1.2
Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang permasalahan maka masalah penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana peranan modal kerja dalam mengoptimalkan profitabilitas dalam sektor industri Automotive and Applied Product dan seberapa besar pengaruhnya ? 2. Bagaimana peranan likuiditas dalam mengoptimalkan profitabilitas dalam sektor industri Automotive and Applied Product dan seberapa besar pengaruhnya? 3. Bagaimana peranan total asset turnover dalam mengoptimalkan profitabilitas dalam sektor industri Automotive and Applied Product dan seberapa besar pengaruhnya? 4. Bagaimana
peranan
leverage
ratio
dalam
mengoptimalkan
profitabilitas dalam sektor industri Automotive and Applied Product dan seberapa besar pengaruhnya? 5. Bagaimana peranan modal kerja, likuiditas, total asset turnover, dan leverage ratio dalam mengoptimalkan profitabilitas perusahaan dalam sektor industri Automotive and Applied Product dan seberapa besar pengaruhnya?
1.3
Tujuan Penelitian
Untuk dapat melaksanakan penelitian ini dengan baik dan mengenai sasaran, maka peneliti harus mempunyai tujuan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana peranan modal kerja, likuiditas, Total Asset Turnover, dan Leverage Ratio dalam mengoptimalkan profitabilitas perusahaan, baik secara simultan maupun secara parsial pada pada perusahaan-perusahaan industri Automotive and Applied Product yang go public di BEI tahun 2003-2007. b.
Untuk mengetahui seberapa besar peranan modal kerja, likuiditas, Total Asset Turnover, dan Leverage Ratio dalam mengoptimalkan profitabilitas perusahaan, baik secara simultan maupun secara parsial pada pada perusahaan-perusahaan industri Automotive and Applied Product yang go public di BEI tahun 2003-2007.
1.4
Kegunaan Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, antara lain: 1. Kegunaan secara teoritis a. Bagi penulis sebagai bahan pembanding antara teori yang didapat di bangku kuliah dan fakta di lapangan. b. Bagi peneliti berikutnya penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian sejenis dan sebagai pengembangan penelitian lebih lanjut.
c. Bagi pembaca merupakan bahan informasi tentang peranan modal kerja, likuiditas,
total
asset
turnover,
dan
leverage
ratio
dalam
mengoptimalkan profitabilitas perusahaan dalam sektor industri Automotive and Applied Product di Bursa Efek Indonesia. 2. Kegunaan secara praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi calon investor sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi di Bursa Efek Indonesia.
1.5
Kerangka Pemikiran Profitabilitas merupakan perbandingan antara laba perusahaan dengan
investasi atau ekuitas yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Profitabilitas juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan semakin tinggi efisiensi perusahaan tersebut dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan. Menurut Brigham and Houston (2006;107), profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Rasio profitabilitas akan menunukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi. Rasio profitabilitas ini akan memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin baik, karena kemakmuran pemilik
perusahaan meningkat dengan semakin tingginya profitabilitas. Ada bermacam cara untuk mengukut profitabilitas, yaitu: 1) Profit Margin Profit margin adalah margin keuntungan yang ditentukan atas harga penjualan. Margin keuntungan menunjukkan besar kecilnya laba dibandingkan dengan harga penjualan. Profir margin menunjukkan laba per rupiah penjualan. 2) Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva yang tertanam dalam perusahaan. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba. 3) Return on Equity (ROE) ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atas penggunaan modal sendiri. 4) Rentabilitas Ekonomi Rentabilitas Ekonomi merupakan perbandingan antara laba dengan total kekayaan yang dimilikinya (Indriyo Gitosudarmo, 2003:218).
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah return on Equity (ROE) ROE ini dapat mempengaruhi terhadap efisiensi perusahaan dan dipergunakan untuk mengawasi pertumbuhan laba pada perusahaan. Dikarenakan ROE merupakan laba yang diperoleh berdasarkan penggunaan modal sendiri, maka peneliti mengambil variabel ini sebagai variable dependen yang dapat diperkirakan akan mempunyai peranan dalam pengoptimalan profitabilitas
perusahaan. Berikut merupakan faktor-faktor yang akan diteliti sebagai faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi pengoptimalan profitabilitas perusahaan :
1. Modal Kerja J.Fred Weston dan Thomas E.Copeland memberikan pengertian modal kerja sebagai berikut : Working capital is defined as curreilt assets minus current liabilities. Thus, working capital represents the firm's investment in cash, marketable securities, accounts receivable, and inventories less the current liabilities used to finance the current assets. Dari pengertian diatas, modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva lancar. Tunggal (1995:165) menyebutkan indikasi pengelolaan modal kerja yang baik adalah adanya efisiensi modal kerja yang dapat dilihat dari perputaran modal kerja yang dimiliki dari asset kas di investasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Efisiensi modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran persediaan (inventory turnover), dan perputaran piutang (receivable turnover). Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas dinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode peputaran modal kerja
makin cepat perputarannya, sehingga modal kerja semakin tinggi dan perusahaan makin efisien yang pada akhirnya rentabilitas meningkat. Pengelolaan manajemen modal kerja yang baik dapat dilihat dari efisiensi modal kerja. Penilaian terhadap modal kerja umumnya diukur dengan melihat perputaran modal kerja (working capital turnover), Jika perputaran modal kerja semakin tinggi maka semakin cepat dana atau kas yang diinvestasikan dalam modal kerja kembali menjadi kas, hal itu berarti keuntungan perusahaan dapat lebih cepat diterima. Oleh karena itulah, penelitian ini mengambil variabel tersebut untuk melihat peranan modal kerja dalam mengoptimalkan laba perusahaan. Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safeti) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana mengaggur yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan membuang kesempatan memperoleh laba.
2. Likuiditas Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan dihadapkan pada masalah adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas
dan profitabilitas (Van Horne, 2005:161). Jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya
jika
perusahaan
ingin
memaksimalkan
profitabilitas,
kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka makin baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Di lain pihak ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan (Tunggal,1995 : 157). Selain masalah tersebut di atas perusahaan juga dihadapkan pada masalah penentuan sumber dana. Jika perusahaan menggunakan lebih banyak hutang dibanding modal sendiri maka tingkat solvabilitas akan menurun karena beban bunga yang harus di tanggung juga meningkat. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas. Pada dasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah utang sebagai sumber dananya hal tersebut dapat meningkatkan risiko keuangan. Jika perusahaan tidak dapat mengelola dana yang diperoleh dari utang secara produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang negatif dan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas perusahaan. Sebaliknya jika utang tersebut
dapat dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif dan berdampak terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan.
3. Total Asset Turnover Total Asset Turnover (TATO) merupakan bagian dari rasio aktivitas yaitu merupakan rasio yang mengukur seberapa besar efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Penggunaan variable ini oleh peneliti, dikarenakan variable ini mempunyai hubungan yang kuat dalam memprediksi profitabilitas yang optimal pada perusahaan. Dalam total asset turnover dapat diketahui dengan jelas berapa dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva ratarata daam satu tahun atau dapat diketahui jumlah pendapatan dalam tiap rupiah aktiva yang dikelola dalam setahun. Sehingga tujuan perusahaan untuk dapat mengoptimalkan profit akan dapat terpenuhi dengan menganalisis variabel ini.
4. Leverage Ratio Rasio keuangan ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak dana yang disupply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan. Rasio ini mempunyai beberapa implikasi, pertama, para pemberi kredit akan melihat kepada modal sendiri untuk melihat batas keamanan pemberian kredit. Kedua,dengan menggunakan hutang, memberi dampak yang positif bagi pemilik, karena perusahaan memperoleh dana tetapi pemilik tidak kehilangan kendali atas perusahaan. Ketiga, apabila perusahaan
mendapat keuntungan yang lebih besar dari beban bunga, makakeuntungan bagi pemilik modal sendiri akan menjadi lebih besar. Didalam praktek rasio ini dihitung dengan dua cara. Pertama, dengan memperhatikan data yang ada dineraca. Kedua, mengukur resiko hutang dari laporan laba rugi, yaitu seberapa banyak beban tetap hutang bisa ditutup oleh laba operasi. Kedua, kelompok rasio ini bersifat saling melengkapi, dan umumnya para analis menggunakan keduanya. Untuk memperjelas alur kerangka pemikiran diatas, maka dapat digambarkan gambar diagram sebagai berikut : Gambar 1.1 Karangka Pemikiran
PERUSAHAAN INDUSTRI AUTOMOTIVE AND APPLIED PRODUCT
ANALISIS RASIO KEUANGAN PERUSAHAAN
MODAL KERJA
WCT
CURRENT RATIO
PROFITABILITAS PERUSAHAAN
TATO
LEVERAGE RATIO
1.6.
Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan penulis dalam penelitian adalah
metode deskriptif dan metode deskriptif verifikasi. Definisi metode deskriptif menurut Moh. Nazir, (2003:54) dalam bukunya Metodologi Penelitian adalah : Metodologi deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode deskriptif kuantitatif yaitu suatu metode untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, menganlisis dan mengklasifikasikan masalah dengan menggunakan fakta-fakta dengan data yang jelas. Sedangkan definisi metode deskriptif verifikatif menurut Rasdihan Rasyad (2003:6) adalah sebagai berikut : Metode verifikatif adalah metode yang digunakan untuk melakukan perkiraan (estimate) dan pengujian hipotesis. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam penelitian ini penuis menggunakan cara penelitian sebagai berikut : Studi Pustaka Yaitu penulis memperoleh data sekunder dengan mempelajari teori-teori atau konsep-konsep yang terdapat dalam buku literature-literature, catatan perkuliahan, buku Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan sumbersumber yag mendukung dalam penulisan skripsi yang dijadikan sebagai landasan teoritis yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
1.7.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Industri Automotive and Allied Product periode
2003-2007, dimana data diperoleh dari Capital Market Center Universitas Sangga Buana YPKP Jl.PHH Mustofa no.68 Bandung, dan Pojok Bursa Universitas Widyatama Jl.Cikutra No.204A Bandung. Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan guna penyusunan skripsi, maka penelitian ini dimulai pada bulan Oktober 2009 sampai dengan selesai.