BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Banyak penelitian bidang akuntansi manajemen yang meneliti masalah partisipasi penyusunan anggaran/ partisipasi penganggaran dan kinerja manajerial. Partisipasi penganggaran mempunyai peran dalam meningkatkan kinerja manajerial. Hasil penelitian partisipasi penganggaran dan kinerja manajerial bervariasi yaitu ada yang menyatakan berpengaruh secara positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Hal tersebut dikarenakan sistem manajemen yang diterapkan oleh perusahaan berbeda-beda serta dilakukan pada situasi dan kondisi yang berbeda pula (Fisher, 1998 dalam Ardianto, 2008). Jadi para peneliti menggunakan pendekatan kontinjensi untuk menyelesaikan perbedaan dari hasil penelitian tersebut. Penelitian partisipasi penganggaran dan kinerja manajerial telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu. Para peneliti tersebut diantaranya Sumarno (2005) yang melakukan penelitian pada perusahaan perbankan di Jakarta, Rinarti dan Renyowijoyo (2007) pada perusahaan jasa travel di Jakarta, Sardjito dan Muthaher (2007) pada kantor pemerintah kota dan kabupaten di Semarang, Ritonga (2008) pada perusahaan PDAM Tirtanadi di provinsi Sumatera Utara, dan Rudhianto (2010) pada universitas Sebelas Maret di Surakarta. Dalam penelitian tersebut, partisipasi penganggaran ditempatkan sebagai variabel independen (variabel bebas) dan kinerja manajerial sebagai variabel dependen (variabel terikat).
1
Peran partisipasi penganggaran dalam meningkatkan kinerja manajerial telah dibahas secara luas dalam literatur akuntansi (Agbejule dan Saarikoski, 2006). Partisipasi anggaran dapat meningkatkan kinerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efektivitas organisasi. Peningkatan kinerja dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kemampuan, motivasi, dukungan yang diterima dari anggota organisasi, keberadaan pekerjaan yang dilakukan, dan hubungan dengan organisasi (Mathis dan Jakson, 2001 dalam Fahmi, 2009). Jadi seseorang yang mempunyai kemampuan memadai dan kreatifitas tinggi, motivasi, tempat kerja yang mendukung, dan hubungan dengan organisasi baik maka akan membuat perencanaan yang sesuai dengan tujuan perusahaan. Perencanaan dalam hal ini adalah proses yang mencakup penentuan sasaran anggaran. Anggaran merupakan pedoman bagi manajemen di masa yang akan datang. Selain itu, anggaran juga merupakan alat perencanaan manajerial (Ikhsan dan Ishak, 2008). Anggaran sebagai alat perencanaan memuat rencana kegiatan yang terdiri dari sejumlah target yang akan dicapai oleh para manajer departemen suatu perusahaan dalam melaksanakan kegiatan tertentu pada masa yang akan datang. Anggaran digunakan oleh manajer tingkat atas sebagai suatu alat untuk melaksanakan tujuan-tujuan organisasi dan mengkomunikasikannya kepada manajer-manajer tingkat menengah ke bawah sebagai rencana kerja jangka panjang maupun jangka pendek. Sasaran anggaran dapat dicapai melalui pelaksanaan aktifitas yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk angggaran. Anggaran dalam penyusunannya melibatkan beberapa pihak yaitu mulai dari manajemen tingkat atas sampai bawah. Perusahaan yang menganut metode demokrasi akan mengikutsertakan semua manajer untuk ikut berpartisipasi dalam
2
penyusunan anggaran. Partisipasi merupakan proses kerja sama dari berbagai pihak mulai dari manajemen tingkat atas sampai bawah. Dengan kata lain, anggaran yang disusun secara partisipatif tidak semata-mata ditentukan oleh atasan saja tetapi bawahan juga ikut terlibat dan ikut serta karena mereka juga merupakan bagian organisasi yang mempunyai hak untuk memilih tindakan dalam proses manajemen (Ardianto, 2008). Partisipasi mempunyai keuntungan yaitu penerimaan atas sasaran yang telah ditetapkan yang merupakan sasaran yang diinginkan. Seseorang yang berpartisipasi dalam penetapan sasaran maka lebih besar kemungkinan sasaran akan diterima karena individu lebih berkomitmen pada pilihan-pilihan dimana mereka turut serta menjadi bagian dari proses penetapan sasaran tersebut (Robbins, 2003 dalam Hehanusa, 2010). Terkait dengan partisipasi penganggaran, kinerja seorang manajer berorientasi pada proses. Tujuannya adalah untuk diarahkan dan dipastikan guna memaksimalkan produktivitas karyawan, tim, dan organisasi (Mondy, 2010: 238). Kinerja manajer merupakan kemampuan seorang manajer dalam melaksanakan tanggung jawab terhadap kualitas produk, kuantitas produk, ketepatwaktuan produk, pengembangan produk baru, pengembangan personel, pencapaian anggaran, pengurangan biaya untuk peningkatan pendapatan, dan urusan publik (Govindarajan, dalam Hehanusa, 2010). Dalam penelitian partisipasi penganggaran dan kinerja manajerial telah ditemukan hasil penelitian yang bervariasi karena partisipasi penganggaran tidak serta merta mempengaruhi kinerja. Oleh karena itu hasil penelitian antara peneliti yang satu dengan lainnya berbeda yaitu ada hasil yang positif dan ada yang negatif. Hasil penelitian Sumarno (2005) menunjukkan bahwa partisipasi
3
anggaran berpengaruh dan berhubungan negatif yang kuat terhadap kinerja manajerial. Rinarti dan Renyowijoyo (2007) menyatakan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja. Leach-Lopez et al. (2007) menyatakan bahwa ada asosiasi yang kuat dalam hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial. Sardjito dan Muthaher (2008), Eker (2008) dan Rudhianto (2010) menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran perpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Sehubungan
dengan
penelitian
tersebut,
berbagai
peneliti
telah
menyarankan untuk menggunakan pendekatan kontinjensi karena sistem manajemen setiap perusahaan diterapkan pada situasi dan kondisi yang berbeda. Faktor yang digunakan dalam penelitian ini bertindak sebagai variabel pemoderasi. Variabel-variabel pemoderasi dari penelitian sebelumnya yang mempengaruhi hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial antara lain komitmen organisasi (Sumarno, 2005), desentralisasi dan gaya kepemimpinan (Nor, 2007), budaya organisasi dan komitmen organisasi (Sardjito dan Muthaher, 2007), budaya organisasi (Rinarti dan Renyowijoyo, 2007), budaya paternalistik dan komitmen organisasi (Ritonga, 2008). Variabel pemoderasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah budaya organisasi dan komitmen organisasi. Dalam hubungan antara partisipasi penganggaran dan kinerja manajerial, budaya organisasi merupakan variabel penting yang dapat mempengaruhi kesuksesan perusahaan (Rinarti dan Renyowijoyo, 2007). Hal ini didukung oleh penelitian Sardjito dan Muthaher (2007) yang menyatakan bahwa variabel budaya organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan dalam memoderasi hubungan antara partisipasi penganggaran
4
dengan kinerja. Sama halnya dengan penelitian Rinarti dan Renyowijoyo (2007), budaya organisasi juga berpengaruh terhadap hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial. Budaya merupakan satu titik pandang yang pada saat bersamaan dijadikan sebagai jalan hidup yang meliputi sistem kepercayaan umum yang sesuai dengan perilaku atau pemikiran, pengetahuan dan penentuan cara untuk melakukan sesuatu. Budaya mempengaruhi perilaku manusia karena budaya menggambarkan perilaku yang sesuai untuk situasi tertentu (Ikhsan dan Ishak, 2008: 32). Walaupun setiap individu dalam suatu organisasi mempunyai kepercayaan, keyakinan, dan perilaku yang berbeda, budaya organisasi bisa menyatukan tujuannya. Suatu perusahaan atau organisasi mempunyai budaya organisasi yang berbeda-beda tergantung dari sikap dan keyakinan para anggota dari organisasi tersebut. Pada penelitian ini, akan dilakukan penelitian pada manajer tengah (midle manager) dan manajer bawah (lower manager) di perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) Pasuruan. Hal ini dikarenakan budaya antara individu yang satu dengan yang lain pada setiap perusahaan tersebut berbeda. Budaya organisasi merupakan nilai-nilai bersama dan keyakinan yang menjadi identitas suatu perusahaan (Kreitner dan Kinici, 2010: 64). Jadi apabila suatu organisasi bisa menyatukan persepsi para anggotanya yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda maka organisasi tersebut bisa mencapai tujuannya. Dalam memahami pentingnya nilai budaya, Hofstede mengajukan empat dimensi nilai budaya (dalam Hehanusa, 2010) yang meliputi jarak kekuasaan yaitu sejauh mana anggota yang berkuasa dalam organisasi dapat menerima bahwa
kekuasaan
didistribusikan
secara
tidak
merata,
penghindaran
5
ketidakpastian yaitu kepercayaan dan intuisi untuk menghindari situasi yang tidak menentu, individualisme dan kolektivisme yaitu kecenderungan orang untuk memperhatikan dirinya sendiri dan kecenderungan orang untuk memperhatikan orang lain, maskulinitas (kuantitas) dan femenim (kualitas) yaitu situasi dimana nilai-nilai yang dominan dalam masyarakat adalah sukses, uang, dan harta. Sedangkan femenim (kualitas) yaitu situasi dimana nilai yang dominan dalam masyarakat adalah dapat membantu orang lain, kesederhanaan/ kedamaian, dan keseimbangan hidup. Komitmen organisasi dapat mempengaruhi hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial (Sardjito dan Muthaher, 2007). Hasil penelitian yang sama juga ditunjukkan oleh Sumarno (2005) yang menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial. Ritonga (2008) juga menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh secara positif terhadap hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial. Komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan kinerja dalam partisipasi penyusunan anggaran (Sardjito dan Muthaher, 2007). Komitmen yang tinggi menjadikan individu lebih mementingkan organisasi dari pada kepentingan pribadi dan berusaha menjadikan organisasi menjadi lebih baik. Sebaliknya komitmen organisasi yang rendah akan membuat individu berbuat untuk kepentingan pribadinya. Berdasarkan penemuan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada manajer menengah ke bawah pada perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) di Pasuruan. Penelitian ini menggunakan variabel budaya dan
6
komitmen organisasi sebagai variabel. Variabel-variabel yang digunakan sama dengan penelitian Sardjito dan Muthaher (2007) yaitu partisipasi penganggaran sebagai variabel independen, kinerja sebagai variabel dependen, serta budaya dan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Sardjito dan Muthaher adalah pada subyek penelitian. Pada penelitian ini dilakukan pada perusahaan swasta yaitu pada manajer tengah dan bawah pada perusahaan AMDK di Pasuruan, sedangkan Sardjito dan Muthaher pada instansi pemerintah yaitu pejabat setingkat kepala bagian/ bidang/ subdinas dan kepala subbagian/ subbidang/ seksi dari dinas dan kantor pada pemerintah daerah kota/ kabupaten Semarang.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Apakah partisipasi penganggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial?
2.
Apakah budaya organisasi sebagai variabel pemoderasi berpengaruh terhadap hubungan antara partisipasi penganggaran dan kinerja manajerial?
3.
Apakah komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi berpengaruh terhadap hubungan antara partisipasi penganggaran dan kinerja manajerial?
7
1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1.
Untuk menguji pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial.
2.
Untuk menguji pengaruh budaya organisasi dalam memoderasi hubungan antara partisipasi penganggaran dan kinerja manajerial.
3.
Untuk menguji pengaruh komitmen organisasi dalam memoderasi hubungan antara partisipasi penganggaran dan kinerja manajerial.
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi perusahaan maupun bagi peneliti lainnya. 1.
Perusahaan AMDK di Pasuruan Sebagai masukan bagi para manajer guna memahami berbagai variabel yang mempengaruhi kinerja manajerial. Selain itu juga diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
2.
Peneliti lain Dapat menambah penelitian-penelitian sejenis dalam bidang perilaku organisasi dan akuntansi keperilakuan, serta menjadi referensi bagi calon peneliti yang akan melakukan penelitian dengan topik yang sama atau hampir sama.
8