BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
1.1.1.
Masalah Kesehatan Di Rumah Sakit Rumah sakit seharusnya menjadi tempat penyembuhan penyakit, namun
sayangnya rumah sakit seringkali mengingatkan masyarakat akan rasa takut, tidak nyaman, dan tidak berdaya. Kesan tersebut justru membuat pasien merasa stress padahal rumah sakit akan menjadi tempat tinggal sementara selama masa perawatan, dimana pasien akan berurusan dengan serangkaian pemeriksaan, obatobatan, para dokter, dan perawat. Dengan kondisi seperti ini, proses penyembuhan pasien justru terhambat karena lingkungan sekitar pasien yang membuat pasien merasa stres dan merasa lebih sakit. Banyak pihak pengelola rumah sakit pemerintah maupun swasta yang beranggapan bahwa pemulihan kesehatan hanya dapat dilakukan dengan jalan medis saja. Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Salah satu faktor pendukung yang dominan bagi pemulihan kesehatan seseorang adalah faktor psikologis yang mempengaruhi penderita tersebut. Dalam praktik di lapangan tidak jarang faktor tersebut diabaikan dan dianggap tidak penting (Kaplan dkk, 1993). Keadaan fasilitas kesehatan paska perawatan tidak hanya minim dari segi kuantitas, tapi juga dari segi kualitas. Saat ini, sebagian besar fasilitas rehabilitasi medis yang ada suasananya kurang memadai untuk proses pemulihan. Ruang-ruang yang tersedia sebagian besar terdiri dari empat buah bidang dinding massive dengan sedikit bukaan ke arah luar bangunan. Padahal pemandangan ke arah luar bangunan dengan lingkungan alami yang asri dapat membantu penyembuhan pasien. Perancangan lingkungan fasilitas kesehatan, meliputi desain, warna, dan perabot harus dapat menimbulkan perasaan aman dan nyaman bagi pasien. Hal ini berlaku baik saat masa perawatan maupun saat pemulihan sehingga dapat menimbulkan kepercayaan pasien pada rumah sakit tersebut. Konsep perancangan rumah sakit pun harus dapat menyesuaikan dengan perubahan kondisi dan selera masyarakat. Pendekatan desain sebuah fasilitas kesehatan yang terbaru adalah tidak hanya bertujuan untuk menyembuhkan (curing) namun juga bertujuan untuk memulihkan (healing). Konsep yang digunakan adalah “melembutkan” lingkungan kesehatan dan membuatnya lebih “hangat” dan lebih terlihat menyambut pasien yang datang. Pendekatan semacam ini dapat dilakukan dengan menempatkan petunjuk
I-1
orientasi dan lokasi serta peralatan yang memudahkan dan mempercepat pelayanan media bagi pasien. Bentuk pendekatan yang lain adalah dengan memberi keleluasaan bagi pasien untuk mengatur keadaan melalui desain ruang dalam, contohnya dalam mengatur posisi mebel, pencahayaan, dan aliran udara di kamar periksa maupun ruang tunggu pasien. Desain kamar inap juga harus diperhatikan sehingga dapat menunjang proses penyembuhan serta tetap memperhatikan privasi bagi para pasien. Suasana lingkungan medis identik dengan ketakutan, kegelisahan, perasaan tertekan, serta ketidakpastian. Kegagalan proses adaptasi pasien terhadap lingkungan medis dapat menyebabkan stress psikologis dalam diri pasien yang berpengaruh terhadap proses penyembuhannya (Sartika, 2004). Pernyataan tersebut diperkuat oleh Dijkstra (2009), yang mengungkapkan bahwa efek fisiologis dari sebuah lingkungan fisik sangat berpengaruh pada hasil penyembuhan, dimana terdapat sebuah korelasi yang positif antara elemen-elemen lingkungan dengan hasil penyembuhan. Secara medis, stress psikologis yang terjadi pada pasien dapat menekan sistem imun sehingga pasien memerlukan waktu perawatan yang lebih lama dan bahkan dapat mempercepat terjadinya komplikasikomplikasi selama perawatan (Sartika, 2004). Fakta medis tersebut menunjukkan peran rumah sakit secara umum, serta ruang rawat inap secara khusus sebagai sebuah lingkungan perawatan cukup esensial dalam mereduksi stress psikologis pada diri pasien. Aspek psikologis Instalasi rawat jalan pada suatu ruamah sakit juga perlu diperhatikan untuk pasien anak. Desain ruang yang vakum dan berbau obat akan membuat pasien anak terasa takut. Alat-alat medis juga akan tidak nyaman jika diperlihatkan pada pasien anak yang juga takut pada alat-alat medis. Maka dari itu, pemisahan sirkulasi pasien dan sirkulasi medis sangat perlu diperhatikan. Bentuk ruang, warna dan suasanan didalam poliklinik anak akan lebih mendukung efek penyembuhan anak jika didesain dengan karakteristik anak. Pasien anak merasa lebih senang dan gembira saat memasuki ruang poliklinik anak jika ruangannya penuh playfull. Contohnya pada desain kursi mungil, dinding dengan gambar kartun lucu, taman bermain anak dan lain-lain. Penduduk D.I. Yogyakarta yang memanfaatkan Rumah Sakit selama satu tahun adalah 1.2 juta pengunjung yang terdiri dari kunjungan rawat jalan dan kunjungan rawat inap atau bila dibandingkan dengan 100.000 penduduk ternyata penduduk yang berkunjung ke Rumah Sakit ada 35 ribu lebih penduduk yang berkunjung ke Rumah Sakit atau lebih dari 35% penduduk telah memanfaatkan sarana Rumah Sakit (Sumber: Profil Kesehatan Provinsi DIY tahun 2007).
I-2
Tabel 1.1. Tabel Jumlah Rumah Sakit di Yogyakarta dan Jumlah Tempat Tidur
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi DIY
Dari data tabel diatas, RSUP Dr. Sardjito memiliki jumlah tempat tidur (TT) terbanyak dengan 750 TT. Artinya RSUP Dr. Sardjito dapat menampung kunjungan pasien dalam jumlah lebih besar dari rawat jalan atau rawat inap. Jumlah penduduk Provinsi DI Yogyakarta sebanyak 3.457.491 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 2 297 261 jiwa (66,44 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 1 160 230 jiwa (33,56 persen). Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 11,24 persen di Kota Yogyakarta hingga yang tertinggi sebesar 31,62 persen di Kabupaten Sleman. Median umur penduduk Provinsi DI Yogyakarta tahun 2010 adalah 32,05 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Provinsi DI Yogyakarta termasuk kategori tua. Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan penduduk tua jika median umur > 30 tahun.
I-3
Tabel 1.2. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Provinsi DI Yogyakarta 2010
Kelompok Umur 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95+ Jumlah
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
132,365 128,437 129,902 144,199 151,706 140,728 132,726 127,354 129,568 112,558 101,011 79,917 54,526 51,482 40,742 26,561 15,781 6,661 1,956 730 1,708,910
Laki-laki + Perempuan
124,558 121,410 122,711 141,564 144,840 137,237 132,697 130,460 136,044 121,461 106,595 79,220 64,923 59,566 51,990 36,447 21,910 9,548 3,495 1,905 1,748,581
256,923 249,847 252,613 285,763 296,546 277,965 265,423 257,814 265,612 234,019 207,606 159,137 119,449 111,048 92,732 63,008 37,691 16,209 5,451 2,635 3,457,491
Sumber: Data Sensus Penduduk 2010 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
1800000 1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0
1.620.108
759.383
Series1
860.274
Series2 217.726
Series3 Series4
Umur 0-14 Umur 15- Umur 30- Umur 7029 69 95+ Diagram 1.1. Grafik Penduduk Menurut Kelompok Umur Provinsi DI Yogyakarta 2010 Sumber: Analisa Penulis terhadap Data Sensus Penduduk 2010 – Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
I-4
1.1.2.
Masalah Pada RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta RSUP DR, Sardjito Yogyakarta sebagai penyedia jasa haruslah mampu
memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan, karena pasien yang menikmati jasa maka pasien pula yang seharusnya menentukan kualitas layanan jasa yang diberikan, selanjutnya semua itu menjadi patokan bagi pihak rumah sakit didalam memberikan pelayanan seterusnya.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agus Marwoto Bady, Hari Kusnanto, Dwi Handono (2007), didapatkan bahwa fasilitas Rumahsakit dalam pengendalian Inos RSUP DR, Sardjito Yogyakarta tidak tersedia ruang khusus untuk merawat pasien yang infeksius, Alat Pelindung Diri untuk pasien tertentu tidak tercukupi, dinding dan kaca tidak selalu bersih dari debu. sirkulasi udara ruangan kurang baik, ventilasi dan penyinaran kurang baik. Bukan hanya dalam pengendalian inos saja, RSUP DR. Sardjito sebagai rumahsakit umum kelas A juga harus menjadi rumah sakit yang unggul dalam pelayanan anak, khusunya instalasi rawat jalan anak. RSUP DR Sardjito akan menjadi pusat dan patokan rumahsakit lainnya jika diterapkan healing environment anak pada instalasi rawat jalan. Instalasi rawat jalan khususnya poliklinik anak yang menjadi permasalah dalam pembahasan skripsi ini merupakan pelayanan kesehatan anak yang mendukung proses penyembuhan anak sakit menjadi anak sehat. Banyak poliklinik anak di rumah sakit Indonesia yang didesain seperti halnya poliklinik dewasa atau poliklinik tua (Mature). Poliklinik anak seharusnya dedesain sesuai karakter anak sehingga menimbulkan suasana ruang yang lebih playfull baik eksterior maupun interior bangunan. Dalam hal tersebut yang diistilah dengan Healing environment untuk pasien anak. Komunikasi desain ruang arsitektur dengan pasien anak dapat memberikan dukungan mental bagi pasien anak. Poliklinik yang awalanya terkesan terasa takut bagi anak karena terfikirkan oleh obat-obatan pahit dan alat medis seperti alat suntik dapat dihilangkan dengan desain ruang yang penuh warna warni, taman bermain, penuh gambar dan patung lucu. Pemisahan zona anak sakit dan anak sehat juga perlu diperhatikan, karena penuluran penyakit sangat rentan bagi pasien anak khususnya di poliklinik anak. Jangan sampai pasien anak tambah sakit karena tertular penyakit lain dari pasien anak lainnya. Pada kenyataannya, kondisi pelayanan kesehatan pada instalasi rawat jalan anak RSUP DR. Sardjito dan rumah sakit lain khususnya untuk pelayanan kesehatan anak masih kurang memadai. Hal ini ditinjau dari segi pelayanan maupun kelengkapan medis maupun penampilan fisiknya. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan tuntutan psikologis pasien anak. Melihat kondisi tersebut maka pengadaan Instalasi rawat jalan anak pada RSUP DR. Sardjito dengan fasilitas yang memadai terutama mengenai tuntutan
pengadaan
interior
dan
eksterior
bengunan
yang
dapat
mendukung
penyembuhan mental pasien yang disebut dengan healing environment.
I-5
Tabel 1.3. Jumlah Pengunjung Instalasi Rawat Jalan Anak RSUP Dr. Sardjito
Kunjungan
Bulan
Total
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Ju
Agust
Sep
Okt
Nop
Des
2012
2990
2786
2653
3641
3192
2612
2921
2516
2389
2722
2338
2022
32782
2011
1253
1127
1775
2131
2219
2421
2923
2773
3012
4718
2456
2402
29210
2010
2912
2341
2789
2546
2113
3578
3418
2968
3202
2909
2423
2213
33412
2009
2990
2786
2653
3641
3192
2612
2921
2516
2389
2722
2338
2022
32782
2008
2516
2639
2892
3304
2782
2792
2772
2230
2061
2297
2098
2551
30934
2007
2177
2911
2331
2362
2317
2320
2804
2832
2713
2187
2292
1932
29178
2006
1892
1692
1911
1773
1766
1751
1645
1802
2099
2355
2431
2141
23258
Sumber: Rekam medis bagian instalasi rawat jalan anak RSUP Dr. Sardjito.
35000
32782
30000
29210
25000 20000 14955
15000 10000
14292
13143
14273
Series3
14575
12928
15044
Series2 Series1
5000 0 th. th. th. th. th. th. th. th. th. 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Diagram 1.2. Grafik Jumlah Pengunjung Pertahun Sumber: Analisa penulis terhadap rekam medis bagian instalasi rawat jalan anak RSUP Dr. Sardjito.
Dari data pengunjung tersebut rata-rata pengunjung poliklinik anak semakin tinggi yang sigifikan dari tahun 2004 sampai tahun 2012. Dapat disimpulkan titik median dari pengunjung tahun 2012 berjumlah 2800 pengunjung setiap bulan, 700 pengunjung setiap minggu, atau + 140 pengunjung setiap hari. Konsep healing environment pada lingkungan rumah sakit ditujukan untuk menyeimbangkan intervensi ilmu dan teknologi medik dengan potensi internal pasien. Menurut Dijkstra (2009), healing environment adalah lingkungan fisik fasilitas kesehatan
I-6
yang dapat mempercepat waktu pemulihan kesehatan pasien atau mempercepat proses adaptasi pasien dari kondisi kronis serta akut dengan melibatkan efek psikologis pasien di dalamnya. Penerapan konsep healing environment pada lingkungan perawatan akan tampak pada kondisi akhir kesehatan pasien, yaitu pengurangan waktu rawat, pengurangan biaya pengobatan, pengurangan rasa sakit, pengurangan stres atau perasaan tertekan, memberikan suasana hati yang positif, membangkitkan semangat, serta meningkatkan pengharapan pasien akan lingkungan. 1.2.
Rumusan Masalah Dari paparan latar belakang di atas, dapat disimpulkan beberapa inti
permasalahan yang ada, yaitu: 1.2.1.
Permasalahan Umum 1.
Meningkatkan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan anak pada Poliklinik anak.
2.
Bagaimana merancang Poliklinik Anak pada Rumah Sakit dengan fasilitas yang mendukung sehingga dapat menjadi rujukan bagi daerah sekitarnya.
3.
Bagaimana mendesain sebuah bangunan yang mempu membawa image positif sehinggan pengguna tidak merasa takut akan Rumah Sakit.
1.2.2.
Permasalahan Khusus 1.
Bagaimanakah merencanakan dan merancang bangunan instalasi rawat jalan anak yang memiliki tampilan fisik menarik untuk anak-anak.
2.
Bagaimanakah menciptakan suasana interior dan eksterior yang sesuai dengan karakter anak pada bangunan poliklinik anak RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.
1.3.
Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.
Menciptakan konsep rancangan arsitektur rumah sakit yang mempunyai nilai kreatif, sehat, dan modern.
2.
Fasilitas
rehabilitasi
medis
yang
menerapkan
konsep
healing
environment pada fasilitas rehabilitasi medis, khususnya pada ruang rawat jalan RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. 3.
Dapat tercipta suatu rancangan interior dan eksterior yang sesuai dengan karakter anak atau berbasis Healing environment
1.4.
Sasaran Sasaran yang ingin didaapatkan dari penelitian ini adalah mendapatkan suatu perancangan bangunan rumah sakit dengan arsitektur yang melibatkan
I-7
lingkungan
dalam
proses
penyembuhan
pasien
yang
dirawat,
serta
memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung rumah sakit, dan mengurangi dampak penularan penyakit kepada pihak lain dengan menerapkan konsep healing environment yang komprehensif pada struktur dan desain bangunannya. 1.5.
Lingkup Pembahasan Agar dapat lebih terarah dan tidak meluas, terdapat batasan-batasan pada
pembahasan ini, yaitu: 1. Membatasi perancangan pada masalah penerapan konsep healing environment pada ruang-ruang untuk rawat jalan. 2. Membatasi perancangan dengan penitikberatan masalah aplikasi healing environment pada ruang luar dan integrasinya dengan ruang dalam, terutama pada fasilitas ruang rawat jalan RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. 1.6.
Metode Pembahasan Deskriptif Pengumpulan data mengenai segala tulisan didalam skripsi ini baik data
eksisting maupun perubahannya serta kawasan di sekitarnya melalui observasi lapangan (pengukuran, sketsa, foto), wawancara dengan pihak rumah sakit, dan suber-sumber data lain yang menerangkan mengenai keadaan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Studi literatur Mencari beberapa literatur yang menerangkan landasan teori mengenai segala hal yang berhubungan dengan instalasi rawat jalan anak dan konsep Healing environment. Studi kasus Mencari data serta melakukan perbandingan baik langsung atau melalui media buku dan internet mengenai poliklinik anak konsep Healing environment. Analisis Melakukan analisis terhadap hasil observasi yang didapatkan, dan kemudian dibandingkan dengan hasil studi literatur. Setelah proses tersebut kemudian diambil prinsip-prinsip, persyaratan bangunan, standar-standar, dan kesimpulan.
I-8
Sintesis Hasil analisis kemudian dituangkan kedalam proses perencanaan dan perancangan, yang selanjutnya diwujudkan dalam bentuk sebuah konsep bangunan dan desainnya.
1.7.
Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Berisikan latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan dan sasaran,
lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika penulisan, orisinalitas penulisan dan pola pikir. Bab II : Tinjauan Pustaka Berisikan tinjauan pustaka terhadap aspek perencanaan dan perancangan bangunan instalasi rawat jalan anak yang meliputi landasan teori, karakteristik, klasifikasi, jenis, komponen, dan standar-standar mengenai perencanaan bangunan dengan konsep healing environment. Bab III : Tinjauan Lokasi Pada bab ini akan diulas berupa data-data awal mengenai kondisi tapak terpilih yang dapat menjelasakan baik potensi tapak maupun kelemahan yang dapat dioptimalkan serta analisis bisnis kesehatan rumah sakit. Bab IV : Pendekatan Konsep Desain Berisi analisis untuk merumuskan pendekatan serta konsep meliputi analisis makro, alternative pengembangan bangunan dan kawasan serta kesimpulan yang dipakai pada konsep perencanaan dan perancangan bangunan instalasi rawat jalan anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Bab V : Konsep Desain Terdiri dari konsep perencanaan dan perancangan instalasi rawat jalan anak, serta pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan tema perancangan.
I-9
1.8. Orisinalitas Penulisan Penulisan pra tugas akhir dengan judul “Pengembangan Instalasi Rawat Jalan Anak Pada Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta”, belum pernah dibuat sebelumnya. Dilihat dari beberapa judul pra tugas akhir sebelumnya terdapat beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan teruatama pada tipe bagunan namun lokasi dan permasalahan yang diuraikan berbeda. Beberapa judul tugas akhir yag pernah ada: a. Rumah Sakit Anak dan Keluarga di Yogyakarta (Pipik Hari D.A, 2010). b. Rumah sakit Anak Dan Ibu Bersalin, Penekanan Ruang Arsitektur Dengan Bentuk Penggabungan Rawat Ibu Dan Anak (Andrita Nindyani, 2009). c.
Rumah Sakit Anak di Yogyakarta (Sentagi Sesotya Utami, 1998).
d. Perancangan Rumah Sakit Bersalin di Samarinda: Penekanan Pada Pengaruh Kenyamanan Unit Rawat Inap Terhadap Psikologi Ibu (Yunisa Asrianie, 2012). e. Rumah Sakit Ibu dan Anak di Kebumen (Jihana Sapta Malinda, 2012). f.
Rumah Sakit Anak Surabaya Tema : Fibonacci (Nilus Fatmarini, 2012)
1.9. Pola Pikir
Diagram1.3. Pola Pikir Sumber: Analisa penulis
I-10