BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan sintetis untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1176/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Notifikasi Kosmetik, dinyatakan bahwa definisi kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Depkes, 2010). Rambut adalah sesuatu yang ke luar dari dalam kulit, tumbuh sebagai batang-batang tanduk, dan tersebar hampir di seluruh kulit tubuh, wajah, dan kepala, kecuali pada bibir, telapak tangan dan telapak kaki. Batang-batang rambut merupakan penempatan sel-sel tanduk yang berada di atas permukaan kulit dan terdapat di masing-masing bagian tubuh yang berbeda dalam panjang, tebal, dan warnanya. Batang rambut ini tidak mempunyai saraf perasa sehingga tidak terasa sakit bila dipangkas. Wujud rambut di berbagai tempat berbeda,
15 Universitas Sumatera Utara
namun mempunyai kesamaan dalam hal susunannya. Perbedaan-perbedaan itu hanya terletak pada cara tumbuh, tebal, dan kedalaman akar rambut (Bariqina dan Ideawati, 2001). Selain berfungsi sebagai mahkota (perhiasan), rambut juga berfungsi sebagai pelindung terhadap bermacam-macam rangsangan fisik, seperti panas, dingin, kelembaban, sinar, dan lain-lain. Pelindung terhadap rangsangan kimia seperti berbagai zat kimia dan keringat (Bariqina dan Ideawati, 2001). Warna rambut ditentukan oleh pigmen melanin yang ada pada korteks rambut, baik jumlah maupun besarnya melanosit. Pigmen yang mempengaruhi warna rambut adalah eumelanin yang menyebabkan warna hitam atau coklat dan pyomelanin yang menyebabkan warna merah atau pirang. Di samping itu, jumlah dan ukuran granula pigmen dan ada-tidaknya gelembung udara dalam korteks juga menentukan warna rambut seseorang (Putro, 1998). Urutan pigmen yang menentukan warna rambut dari yang paling terang sampai yang paling gelap adalah pirang, merah, coklat muda, coklat tua dan hitam. Rambut pirang mengandung campuran pigmen warna merah dan warna kuning. Rambut merah mengandung campuran pigmen warna merah dan pigmen warna hitam. Rambut coklat muda mengandung pigmen-pigmen warna merah, coklat dan hitam. Rambut coklat tua mengandung lebih banyak pigmen warna hitam daripada rambut coklat muda. Rambut hitam hanya mengandung pigmen warna hitam (Tranggono dan Latifah, 2007). Bila sudah mencapai usia lanjut, warna rambut berubah menjadi putih yang sering kurang disukai keberadaannya (Wasitaatmadja, 1997). Warna
16 Universitas Sumatera Utara
rambut dapat diubah-ubah secara buatan dengan menggunakan cat rambut, di Indonesia disebut juga dengan semir rambut (Tranggono dan Latifah, 2007). Sediaan pewarna rambut adalah kosmetika yang digunakan dalam tata rias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut asli atau mengubah warna rambut asli menjadi warna baru. Keinginan untuk mewarnai rambut memang sudah berkembang sejak dahulu. Bahkan ramuan yang dijadikan zat warna pada waktu itu diperoleh dari sumber alam, pada umumnya berasal dari tumbuhan dengan tujuan untuk memperbaiki penampilan (Ditjen POM, 1985). Salaon (Indigofera tinctoria L.) merupakan salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pewarna alami. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai sumber pewarna adalah daunnya. Daun salaon menghasilkan pigmen berwarna biru, biasanya warna yang dihasilkan oleh daun salaon ini dimanfaatkan masyarakat Samosir untuk mewarnai benang dalam pembuatan ulos (Niessen, 2009). Daun salaon (Indigofera tinctoria L.) juga digunakan sebagai pewarna batik dan pewarna tekstil (Suheryanto, 2012). Daun salaon (Indigofera tinctoria L.) mengandung zat warna yang disebut dengan indigo, merupakan senyawa indoksil yang larut dalam air dan mudah teroksidasi menjadi indigo yang berwarna biru (Lemmens, 1992). Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk mengolah dan memanfaatkan daun salaon (Indigofera tinctoria L.) tersebut sebagai pewarna rambut.
17 Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas perumusan masalahnya adalah: a. Apakah serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.) dapat diformulasikan ke dalam sediaan pewarna rambut. b. Berapakah konsentrasi serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.) yang menghasilkan warna terbaik. 1.3 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah: a. Serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.) diduga dapat diformulasikan ke dalam sediaan pewarna rambut. b. Serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.) dapat memberikan warna terbaik pada konsentrasi tertentu. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: a.
Untuk mengetahui bahwa serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.) dapat dibuat sebagai sediaan pewarna rambut dengan penambahan bahan pembangkit warna pirogalol dan tembaga (II) sulfat.
b.
Untuk mengetahui konsentrasi serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.) yang menghasilkan warna terbaik.
1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil guna dari daun salaon. Selain itu juga dapat memberikan informasi bahwa
18 Universitas Sumatera Utara
zat warna daun salaon (Indigofera tinctoria L.) dapat digunakan sebagai pewarna rambut alami yang relatif aman dengan penambahan zat pembangkit warna.
19 Universitas Sumatera Utara