BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan telah membuat Jutaan rakyat tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak ada investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus migrasi ke kota, dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas. Kemiskinan telah membatasi hak rakyat untuk mendapatkan pendidikan yang layak, kesehatan yang terjamin, mendapatkan pekerjaan yang layak dan kemiskinan menjadi alasan yang sempurna rendahnya Human Development Index (HDI) Pembangunan Manusia Indonesia. Menurut Prof.Dr. Janianton Damanik guru besar jurusan pembangunan sosial dan kesejahteraan Fisipol UGM, secara menyeluruh kualitas manusia Indonesia relatif masih sangat rendah, dibandingkan dengan kualitas manusia di negara-negara lain di dunia. Posisi Indonesia di bawah rerata indeks regional Asia-Pasifik. Pada tahun 2011 HDI Indonesia hanya menempati urutan ke-124 dari 189 negara. Patokan besarnya adalah usia harapan hidup, pendidikan dan
1
2
melek huruf, serta pendapatan perkapita (Kedaulatan Rakyat, 14 November 2011: 1) Secara umum, kemiskinan merupakan persoalan yang maha komplek dan kronis. Karena sangat komplek dan kronis, maka cara penanggulangan kemiskinan pun membutuhkan analisis yang tepat, melibatkan semua kompenen permasalahan, dan diperlukan strategi penanganan yang tepat, berkelanjutan dan tidak bersifat temporer. Sejumlah variabel dapat dipakai untuk melacak persoalan kemiskinan, dan dari variabel ini dihasilkan serangkaian strategi dan kebijakan penanggulangan kemiskinan yang tepat sasaran dan berkesinambungan. Menurut pandangan umum dimensi pendidikan yang rendah dianggap sebagai penyebab kemiskinan, dari dimensi kesehatan, rendahnya mutu kesehatan masyarakat menyebabkan terjadinya kemiskinan, dari dimensi ekonomi, kepemilikan alat-alat produktif yang terbatas, penguasaan teknologi dan kurangnya ketrampilan, dilihat sebagai alasan mendasar mengapa terjadi kemiskinan. Faktor kultur dan struktural juga kerap kali dilihat sebagai elemen penting yang menentukan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Tidak ada yang salah dan keliru dengan pendekatan tersebut, namun perlu dibutuhkan keterpaduan antara berbagai faktor penyebab kemiskinan yang sangat banyak
dengan
indikator-indikator
yang
jelas,
sehingga
kebijakan
penanggulangan kemiskinan tidak bersifat temporer, tetapi permanen, bersinergi antar program kegiatan dan berkelanjutan.
3
Selama beberapa dekade, upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan penyediaan kebutuhan dasar seperti pangan, pelayanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja, pembangunan pertanian, pemberian dana bergulir melalui sistem kredit, pembangunan prasarana dan pendampingan, penyuluhan sanitasi dan sebagainya. Dari serangkaian cara dan strategi penanggulangan kemiskinan tersebut, semuanya berorientasi material, sehingga keberlanjutannya sangat tergantung pada ketersediaan anggaran dan komitmen pemerintah. Di samping itu, tidak adanya tatanan pemerintahan yang demokratis menyebabkan
rendahnya
aksestabilitas
dan
inisiatif
masyarakat
untuk
menanggulangi kemiskinan dengan cara mereka sendiri. Upaya pengentasan kemiskinan kini semakin mendesak kembali untuk dikaji ulang. Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu ikon atau potret daerah miskin di Indonesia. Pada dasawarsa 80’an, Gunungkidul terkenal dengan kekeringan dan bahan makanan gaplek (singkong kering yang dijemur). Selain itu, Gunungkidul pada era tersebut terkenal sebagai suplier buruh rumah tangga di ibukota Jakarta. Kondisi semacam itulah yang menjadikan Gunungkidul dikenal sebagai daerah miskin. Gunungkidul merupakan satu dari 5 kabupaten/kota yang berada diwilayah Propinsi D.I. Yogyakarta mempunyai luas wilayah 1.485,38 km2 (148.536Ha), yang merupakan 46,63 % wilayah propinsi DIY. Dengan batas wilayah sebelah Utara Kabupaten Klaten dan Sukoharjo, sebelah Selatan Samudera Indonesia, sebelah Barat Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman dan
4
sebelah Timur Kabupaten Wonogiri. Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 18 kecamatan dan 144 desa dan 1.430 padukuhan (RPJMD Gunungkidul 2010-2015: 10). Luas wilayah dan sangat beragamnya kondisi geografis menyebabkan permasalahan kemiskinan di Gunungkidul menjadi spesifik. Sampai saat ini Gunungkidul masih menghadapi masalah kemiskinan yang antara lain ditandai oleh jumlah penduduk dan keluarga yang masuk dalam kategori miskin masih cukup tinggi. Kemiskinan di Gunungkidul hampir merata di semua kecamatan dan masih didominasi kemiskinan di daerah pedesaan. Tercatat 50 % kecamatan dari 18 kecamatan yang ada mempunyai jumlah keluarga miskin di atas 50 % dari jumlah KK di kecamatan yang bersangkutan. Selebihnya, angka kemiskinan berkisar antara 30 % - 49 %. Kecamatan yang masuk dalam kategori kantong kemiskinan di antaranya Saptosari, Gedangsari, Tepus, Girisubo dan Rongkop yang berada dalam daerah relatif jauh dari pusat aktivitas perekonomian dan pemerintahan yang terpusat di Wonosari (Ibukota Kabupaten). Tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan di pedesaan cenderung lebih tinggi dibanding di perkotaan. Masyarakat miskin di pedesaan dihadapkan pada masalah rendahnya mutu sumberdaya manusia, terbatasnya pemilikan tanah, kondisi tanah yang relatif kurang subur, banyaknya rumah tangga yang tidak memiliki aset, terbatasnya alternatif lapangan kerja, degradasi sumber daya alam dan lingkungan hidup, lemahnya kelembagaan dan organisasi masyarakat, dan
5
ketidak berdayaan dalam menentukan harga produk pertanian yang dihasilkan. Wilayah Gunungkidul memang dikenal sebagai daerah yang tandus dan berkapur. Dengan kondisi yang demikian Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menyelenggarakan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat berpedoman pada Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah periode Tahun 2005 - 2025 dan Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah periode Tahun 2010 - 2015 dengan visi dan misi Kepala Daerah terpilih. Visi tersebut “Mewujudkan Gunungkidul yang lebih Maju, Makmur, dan Sejahtera” , dan visi ini dijabarkan kedalam 7 (tujuh) misi sebagai berikut : 1. Peningkatan pemanfaatan air sebagai sumber kemakmuran. 2. Pemanfaatan sumber daya alam untuk menggerakan perekonomian daerah secara lestari. 3. Peningkatan pengelolaan pariwisata . 4. Pengembangan sumber daya manusia yang terampil,
profesional, dan
peduli. 5. Peningkatan iklim usaha yang kondusif. 6. Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). 7. Peningkatan peluang investasi dan penggalangan sumber-sumber pendanaan (RPJMD Gunungkidul 2010-2015: 110)
6
Dalam mengatasi kondisi Kabupaten Gunungkidul yang demikian, kesenjangan dengan Kabupaten lainnya se DIY dan dengan Provisi DIY atau kabupaten-kabupaten
lain
mempunyai
tekat/komitmen
mengembangkan
sumberdaya manusia yang terampil, profesional, dan peduli, sebagai mana tertuang dalam misi ke 4 (empat). Dalam arti upaya pemerintah daerah dalam mewujudkan peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, meningkatkan penguasaan, pemanfaatan, dan penciptaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mempunyai kesadaran dan kepedulian yang tinggi terhadap pembangunan. Misi ini dijadikan pedoman oleh semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana Stategis SKPD, Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah
di
setiap
tahunnya
serta
menjadi
acuan
dalam
menyelenggarakan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk mengetahui suatu SKPD mengampu, mercerminkan, atau melaksanakan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang berpedoman pada misi ke 4 (empat) dapat diketahui dari program-program dan kegiatan yang bernuansa masyarakat miskin, yang selama ini telah banyak program/kebijakan yang di laksanakan oleh pemerintah, akan tetapi program tersebut seperti hanya memanjakan masyarakat miskin saja dan mereka menjadi tidak bisa berupaya sendiri dikarenakan program yang di berikan pemerintah selama ini masih berupa program bantuan sumbangan,santunan terhadap keluarga miskin.
7
Dengan masih banyaknya program-program pemerintah yang masih belum optimal dan tidak berjalan dengan semestinya dalam penanggulangan kemiskinan, maka sejak tahun 2007 pemerintah Indonesia melaksanakan uji coba Program Keluarga Harapan (PKH). PKH adalah pemberian bantuan tunai bersyarat
(Conditional Cash Transfers) bagi rumah tangga sangat miskin
(RTSM). Persyaratan yang ditetapkan dalam PKH terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), khususnya bidang pendidikan dan kesehatan, karena dengan kesehatan yang terjamin maka pendidikan juga dapat berjalan dengan baik, dan dengan pendidikan yang layak maka kualitas dari SDM akan meningkat. Kedua komponen ini memiliki hubungn yang sangat erat dengan kemiskinan dan saling berpengaruh. Tujuan PKH dalam bidang pendidikan adalah untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah, khususnya bagi anak-anak Rumah Tngga Sangat Miskin (RTSM), serta untuk menguranggi pekerja anak di Indonesia. Untuk mencapai tujuan ini, PKH pendidikan berupaya memotivasi RTSM agar mendaftarkan anak-anaknya ke sekolah dan mendorong mereka untuk memenuhi komitmen kehadiran dalam proses belajar, minimal 85% dari hari efektif sekolah dalam sebulan, selama tahun ajaran berlangsung (Pedoman Umum PKH : 1-3) Meskipun strategi peningkatan akses sekolah kini telah tersedia, seperti program BOS, Beasiswa Miskin, tutor kunjung. Akan tetapi angka partisipasi sekolah di Indonesia, Khususnya bagi anak RTSM masih belum optimal. Demikian PKH pendidikan menjanjikan peluang yang lebih baik bagi anak-anak
8
RTSM dalam mengakses pelayanan pendidikan. Hal ini sangat dimungkinkan, karena dengan adanya adanya bantuan tunai PKH, anak-anak RTSM peserta PKH akan lebih mudah memcapai akses pelayanan pendidikan yang tersedia. Dengan adanya progranm PKH tersebut maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai PKH dan permasalahan penanggulangan kemiskinan. Apakah program PKH ini lebih baik dari program penanggulangan kemiskinan yang sebelumnya atau akan sebaliknya, khususnya di Kabupaten Gunungkidul.
B. Identifikasi Masalah 1. Kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul yang masih sangat komplek 2. Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih kurang terampil menyebabkan kemiskinan semakin komplek 3. Rendahnya Keberhasilan dari berbagai program penanggulangan kemiskinan 4. Implementasi program keluarga harapan akan lebih baik dari program penanggulangan kemiskinan yang sebelumnya atau akan sebaliknya 5. Keterpaduan antara berbagai faktor penyebab kemiskinan dengan indikator yang jelas sehingga kemiskinan tidak bersifat temporer tetapi permanen 6. Penanggulangan kemiskinan saat ini masih berorientasi material sehingga keberlanjutannya sangat tergantung pada ketersediaan anggaran dan komitmen pemerintah
9
7. Angka partisipasi sekolah kuhususnya bagi anak-anak RTSM masih belum optimal. PKH menjanjikan peluang untuk yang lebih baik untuk anak RTSM mengakses pendidikan
C. Batasan Masalah Melihat identifikasi masalah yang dipaparkan di atas, dan agar cakupan penelitian ini tidak terlalu luas dan tidak banyak menimbulkan penafsiran, maka penelitian ini dibatasi pada: a.
Implementasi kebijakan Program Keluarga Harapan di Kecamatan Gedangsari
b.
Faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan Program Keluarga Harapan di Kecamatan Gedangsari
c.
Upaya yang dilakukan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dari Program Keluarga Harapan
D. Rumusan Masalah 1. Bagaimana implementasi kebijakan Program Keluarga Harapan di Kecamatan Gedangsari? 2. Faktor-faktor apa yang memengaruhi kebijakan Program Keluarga Harapan di Kecamatan Gedangsari? 3. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan yang timbul dari Program Keluarga Harapan di Kecamatan Gedangsari?
10
E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui
implementasi
kebijakan
program
keluarga
harapan
di
Kecamatan Gedangsari 2. Mengetahui Faktor-faktor apa yang memengaruhi kebijakan program keluarga harapan di Kecamatan Gedangsari 3. Mengetahui permasalahan yang dihadapi program keluarga harapan di Kecamatan Gedangsari
F. Manfaat Penelitian Adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan memberikan kegunaan untuk pengembengan Ilmu Hukum Administrasi Negaradan kebijakan publik yang merupakan rumpun dari pendidikan kewarganegaraan. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam penelitian berikutnya yang sejenis.
2. Praktis a. Bagi Peneliti Diharapkan dapat menerapkan dan mengembangkan teori yang selama ini telah diperoleh pada bangku kuliah pendidikan kewarganegaraan dan hukum kususnya pada mata kuliah Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Publik dan menjadi bekal untuk menjadi guru yang profesional.
11
b. Bagi pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam merumuskan program kebijakan, khususnya mengenai Program Keluarga Harapan sehingga mampu memberikan kebijakan yang berkesinambungan.
G. Batasan Pengertian Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas terhadap masalah dalam penelitian ini diperlukan penegasan istilah yang terdapat dalam judul, yaitu : 1.
Implementasi kebijakan Implementasi kebijakan berarti pelaksanaan dan pengendalian arah tindakan kebijakan sampai dicapainya hasil kebijakan (William N. Dunn, 2003: 58).
2.
Program Keluarga Harapan (PKH) PKH adalah pemberian bantuan tunai bersyarat (Conditional Cash Transfers) bagi rumah tangga sangat miskin (pedoman umum PKH)
3.
Kecamatan Gedangsari Kecamatan Gedangsari yang merupakan salah satu kecamatan pemekaran di Gunungkidul di mana sebagian daerahnya semula berasal dari Kecamatan Patuk dan Nglipar dan Gedangsari merupakan kecamatan yang berada di wilayah paling Utara Kabupaten Gunungkidul dengan kontur berbukit.
12
4.
Kabupaten Gunungkidul Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia Kabupaten adalah pembagian wilayah administratif setelah provinsi, yang dipimpin oleh seorang Bupati. Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu dari lima kabupaten/kota yang berada di wilayah provinsi D.I. Yogyakarta dengan batas wilayah sebelah Utara Kabupaten Klaten dan Sukoharjo, sebelah Selatan Samudra Indonesia, sebelah Barat Kabupaten Bantul dan Sleman, dan sebelah Timur Kabupaten Wonogiri Dari definisi di atas, dapat dirumuskan bahwa pengertian dari judul penelitian “Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan di Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul” adalah bagaimana penerapan dari kebijakan Program Keluarga Harapan di Kecamatan Gedangsari.