BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Target Sustainable Development Goals salah satunya yaitu menurunkan angka kematian bayi (0-11 bulan) yaitu sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012, kematian neonatal (0-28 hari) sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup dengan cakupan Angka Kematian Bayi pada tahun 2012 sebesar 32 per 100 kelahiran hidup. Kematian neonatal ini menyumbang lebih dari setengahnya kematian bayi (59,4%), sedangkan jika dibandikan dengan angka kematian balita, kematian neonatal yaitu sebesar 47,5%.1Penyebab kematian neonatal terbanyak yaitu gangguan/kelainan pernafasan sebesar 35,9%, bayi berat lahir rendah 32,4%, sepsis 12%, hipotermi 6,3%, kelainan darah/ikterus 5,6%, post matur 2,8%, dan kelainan konginetal sebesar 1,4%.2 Salah satu penyebab kematian neonatal adalah BBLR. Bayi Berat Lahir Rendah merupakan penyebab kedua terbesar kematian neonatal yang hingga saat ini masih merupakan masalah di seluruh dunia. Prevalensi BBLR menurut World Health Organization pada tahun 2011 diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-3,8% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat
1
2
lahir lebih dari 2500 gram.3 Prevalensi kejadian BBLR di Indonesia menurut Riskesdas 2013 sebesar 10,2%, persentase ini menurun dari Riskesdas 2010 yaitu sebesar 11,1%. Persentase kejadian BBLR tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Tengah yaitu sebesar 16,8% dan terendah di Sumatera Utara (7,2%) sedangkan Daerah Istimewa Yogyakarta menduduki posisi ke-13 sebesar 9,4%.4 Prevalensi kejadian BBLR pada umumnya masih tinggi, hal ini dikerenakan adanya kompikasi yang sering terjadi pada bayi berat lahir rendah yaitu antara lain hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia, sindroma gawat nafas, paten duktus arteriosus, infeksi, perdarahan intraventrikuler, apnea of prematurity, serta anemia.5 Terjadinya hipotermi disebabkan oleh produksi panas yang kurang dan kehilangan panas yang tinggi. Panas kurang disebabkan karena sirkulasi belum sempurna, respirasi BBLR yang masih lemah, konsumsi oksigen yang rendah, otot yang belum aktif dan asupan makanan yang kurang. Kehilangan panas terjadi akibat permukaan tubuh yang relatif lebih luas, lemak subkutan yang kurang, ketidakmampuan untuk menggigil dan sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi belum matang.6 Hasil penelitian yang diambil dari tinjauan oleh WHO tahun 2004 menunjukkan bahwa perawatan yang tepat untuk bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu dengan cara memperhatikan nutrisi bayi, pemeliharaan suhu, perawatan tali pusat dan perawatan kulit, deteksi dini dan pengobatan infeksi, dan juga komplikasi termasuk sindrom gangguan pernapasan secara substansial dapat mengurangi mortalitas.7
3
Bayi Berat Lahir Rendah mempunyai kebutuhan khusus salah satunya yaitu kebutuhan untuk mempertahankan kehangatan suhu tubuh, karenanya sangat memerlukan kehangatan agar dapat bertahan hidup. Perawatan Metode Kanguru merupakan salah satu alternatif cara perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk merawat bayi berat lahir rendah. Hasil penelitian Worku & Kassie (2005), mengidentifikasi adanya perbedaan mortalitas yang bermakna antara BBLR yang dirawat secara konvensional dengan BBLR dengan Kangaroo Mother Care, yaitu 38% berbanding 22,5%. Hal ini membuktikan bahwa KMC lebih efektif untuk BBLR. Metode kanguru dengan “kontak kulit ke kulit” adalah cara yang efektif membantu BBLR agar tetap hangat. 8 Perawatan Metode Kanguru adalah metode perawatan bayi dengan berat kurang dari 2000 gram yang telah terbukti mengurangi angka kematian dalam studi berbasis rumah sakit di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.9 Perawatan Metode Kanguru merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact, yaitu ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi.10 Metode PMK diketahui dapat menurunkan angka kematian pada bayi, mencegah
bayi
dari
infeksi
berat/sepsis,
infeksi
nosokomial/sepsis,
hipotermia, penyakit parah, penyakit saluran pernapasan bawah, dan lama rawat inap di rumah sakit. Selain itu, PMK dapat meningkatkan berat badan, lingkar kepala, keberhasilan menyusui, kepuasan ibu dengan metode
4
perawatan bayi dan juga bermanfaat dalam perkembangan saraf dan neurosensorik di usia satu tahun.10 Didukung dengan hasil penelitian Ali et al di Rumah Sakit Aligarh India pada tahun 2009 menyimpulkan bahwa metode kanguru dapat meningkatkan berat badan bayi. Peningkatan berat badan bayi yang mendapatkan perlakuan dengan metode kanguru meningkat 19,3 gram per hari, sedangkan pada bayi yang
mendapatkan perlakuan dengan metode
konvensional meningkat 10,44 gram per hari.11 Penelitian serupa juga didukung oleh penelitian Lusmilasari dkk di Rumah Sakit Umum Pusat dokter Sardjito Yogyakarta (2003) yang menunjukkan bahwa peningkatan berat badan bayi yang mendapatkan perawatan bayi lekat lebih tinggi dibandingkan yang mendapatkan perawatan konvensional. Rata-rata berat badan bayi yang mendapatkan perawatan bayi lekat sebesar 1.999 gram, sedangkan rata-rata berat badan bayi yang mendapatkan perawatan konvensional sebesar 1.921 gram.12 Data Dinas Kesehatan provinsi DIY tahun 2014 menunjukkan bahwa angka kejadian BBLR terbanyak terjadi di kabupaten wates yakni sebesar 7,11 % menyusul kemudian kabupaten bantul sebesar 6 %. Prevalensi untuk kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Daerah Wates yakni sebesar 16,25 %, untuk BBLR <2500-2000 gram sebanyak 271 bayi, BBLR 1500-1999 gram sebanyak 87 bayi, dan BBLR <1500 sebanyak 45 bayi dari 2480 jumlah total kelahiran.13 Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
5
mengenai perbedaan berat badan pada BBLR sebelum dan sesudah dilakukan PMK di Rumah Sakit Umum Daerah Wates . B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan berat badan pada bayi berat lahir rendah sebelum dan sesudah dilakukan perawatan metode kanguru di Rumah Sakit Umum Daerah Wates?” C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui perbedaan berat badan pada bayi berat lahir rendah sebelum dan sesudah dilakukan perawatan metode kanguru di Rumah Sakit Umum Daerah Wates.
2.
Tujuan Khusus a.
Mengidentifikasi berat badan pada bayi berat lahir rendah sebelum dilakukan perawatan metode kanguru di Rumah Sakit Umum Daerah Wates.
b.
Mengidentifikasi berat badan pada bayi berat lahir rendah sesudah dilakukan perawatan metode kanguru di Rumah Sakit Umum Daerah Wates.
c.
Menganalisis kenaikan berat badan normal pada bayi berat lahir rendah sebelum dan sesudah dilakukan perawatan metode kanguru di Rumah Sakit Umum Daerah Wates.
6
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis a.
Sebagai bahan referensi dalam penanganan bayi berat lahir rendah dengan perawatan metode kanguru.
b.
Sebagai
bahan
referensi
untuk
penelitian
berikutnya
yang
berhubungan dengan perawatan metode kanguru pada bayi berat lahir rendah. 2.
Manfaat praktis a.
Memberikan informasi khususnya pada tenaga kesehatan mengenai perawatan metode kanguru pada bayi berat lahir rendah.
b.
Tenaga kesehatan terkait dapat melakukan perawatan metode kanguru pada bayi berat lahir rendah.
E. Keaslian penelitian Penelitian yang serupa dengan penelitian ini yaitu dilakukan oleh Saudari Muliani pada tahun 2010 dengan judul “Pengaruh durasi Kangaroo Mother Care (KMC) di rumah terhadap peningkatan berat pada bayi berat lahir rendah (BBLR) saat kunjungan ulang”. Hasil dari penelitian tersebut bahwa penerapan durasi KMC ≥4 jam/hari selama di rumah berpeluang meningkatkan berat bayi ≥30 gram/hari sebesar 4 kali lebih besar dibandingkan bayi yang KMC <4 jam/hari. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel penelitian, dan metode penelitian. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuasi eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian the one-group pretest-posttest design. Variabel
7
bebasnya yaitu BBLR dengan KMC di rumah, kemudian variabel terikatnya yaitu berat bayi saat kunjungan ulang dan untuk variabel luarnya yaitu tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, serta jenis nutrisi bayi. Sedangkan dalam penelitian saya jenis penelitian yang digunakan adalah pre eksperimental studies dengan menggunakan rancangan penelitian the one-group pretestposttest design dengan variabel bebas yaitu PMK, variabel terikat perubahan berat badan pada bayi berat lahir rendah setelah di lakukan PMK, dan variabel luar yaitu nutrisi, suhu, posisi, dan dukungan.