BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan dokumen sejarah yang sangat penting, sehingga perlu dilestarikan dalam upaya mempertahankan eksistensi karya sastra. Dalam hal ini, karya sastra yang berupa teks perlu dijaga dan dipertahankan untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca tentang aspek sejarah yang terkandung di dalamnya. Dengan adanya karya sastra yang tetap dipertahankan keberadaannya tersebut, akan memberi manfaat yang besar, terutama bagi pembaca kelak, karena dapat digunakan sebagai objek kajian penelitian, penambah wawasan keilmuan, dan pengetahuan. Sastra dapat memberikan keterangan tentang masa lampau, yang berupa informasi, sehingga pantas disebut sebagai bahan dokumenter bagi studi sejarah sastra. Sebagai bahan dokumenter, sastra memiliki ciri yang khas, yakni bersifat naratif. Demikian pula dengan “Tirani”, karya sastra periode ’66 ini merupakan jejak sejarah yang mengandung informasi tentang demonstrasi mahasiswa periode ’66, yang dirangkum secara rapi oleh Taufiq ismail dalam bentuk kumpulan puisi. “Tirani” merupakan sumber sejarah yang dapat dilihat dari corak sumber informasinya, yakni sumber naratif yang berisi uraian lengkap tentang peristiwa demonstrasi mahasiswa pada periode ’66 yang menyangkut masalah sosial dan politik. Sehubungan dengan hal tersebut, pemanfaatan “Tirani” sebagai sumber sejarah dapat dipahami dengan cara menempatkan karya sastra
1
2
dalam kerangka sastra dan realitas. Dalam hal ini, jika terdapat hubungan antara karya sastra dan realitas, maka dapat dikatakan bahwa karya sastra termasuk dokumen sejarah yang relevan dengan realitas. Dikatakan demikian, karena banyak di antara karya sastra yang memuat komponen-komponen rekonstruktif dari lingkungan sosial pengarang. Meskipun sastra kebanyakan imajinatif, secara tidak sadar pengarang mengungkapkan data yang berisi tentang keadaan sosial dari zaman terjadinya peristiwa. Dengan demikian, “Tirani” sangat relevan untuk digunakan sebagai bahan dokumenter dalam merekonstruksi keadaan serta kehidupan sosial dari masa tertentu dan berguna sebagai pelengkap informasi sejarah sastra. Puisi yang dijadikan sebagai objek penelitian berupa kumpulan puisi “Tirani” karya Taufiq Ismail. “Tirani” merupakan karya sastra periode ’66, yang sangat menarik untuk dikaji, karena memiliki beberapa
keunikan.
Menurut sudut pandang peneliti, keunikan tersebut dapat dilihat dari fungsinya. Secara umum,“Tirani” berfungsi rekreatif, yakni puisi “Tirani” memiliki nilai estetis, yang mampu memberi efek penyegaran bagi pembaca. Kedua, jika ditelusuri lebih jauh, “Tirani” berfungsi informatif, karena “Tirani” merupakan puisi yang berisi tentang fakta sejarah demonstrasi 1966, yang lebih menonjolkan aspek historis atau aspek sejarah, yang perlu disampaikan kepada pembaca. Perlu disampaikan karena suatu kebenaran atau kebathilan, sudah seharusnya dikabarkan kepada publik, bukan disembunyikan. Dengan demikian, puisi ini berfungsi memberikan informasi.
3
Kumpulan puisi “Tirani” karya Taufiq Ismail merupakan luapan emosi, asumsi, dan isi hati Taufiq tentang peristiwa pergerakan mahasiswa periode ’66, dalam melawan ketidakadilan Pemerintah Orde Lama pada masa itu. Hal tersebut dapat digambarkan melalui masing-masing judul puisi di dalam “Tirani”, yang dikemas begitu rapi, menggunakan diksi yang sederhana, dan mudah dipahami pembaca, namun tidak melewatkan nilai estetis sedikitpun. Tujuan ditulisnya puisi ini adalah menyampaikan kebathilan pada masa itu kepada pembaca, agar pembaca mengetahui betapa pada tahun 1966 begitu sulit memperjuangkan kebebasan dan keadilan rakyat. Informasi tidak hanya didapatkan melalui koran, televisi, dan radio saja, karena kemungkinan besar yang disampaikan kurang mendapatkan respon yang maksimal dari publik. Hal itu dikarenakan penggunaan bahasa yang terlalu formal dan monoton, sehingga terdengar membosankan dan kurang menarik perhatian publik. Berbeda dengan Taufiq Ismail, ia menggunakan puisi sebagai media penyampai informasi, yakni tentang peristiwa ‘66, yang merupakan saksi sejarah lahirnya Orde Baru. Taufiq Ismail tidak perlu menulis artikel politik atau apapun untuk meluapkan emosi dan protes sosialnya terhadap pemerintah Orde Lama pada era 1966. Ia cukup menulis kumpulan puisi “Tirani” yang indah, penuh makna, dan mampu menyentuh perasaan siapapun yang membacanya, karena penggambaran peristiwa sejarah di dalam “Tirani” mampu menggugah imajinasi pembaca dan mampu membuktikan betapa Taufiq menyuarakan
4
protes sosialnya. “Tirani” memiliki nilai sejarah tertentu, sehingga perlu dianalisis. Tujuan analisis kumpulan puisi “Tirani” pada dasarnya berupaya membantu pembaca dalam mengenali aspek kesejarahan yang terdapat di dalam puisi. Dalam hal ini, kegiatan analisis ini diawali dengan kegiatan membaca masing-masing puisi secara keseluruhan, kemudian menganalisis unsur-unsur intrisniknya. Dengan demikian hasil analisis dapat diperoleh secara maksimal. “Tirani” berjumlah 18 puisi, judul-judul puisi ini antara lain: Sebuah Jaket Berlumur Darah, Merdeka Utara, Harmoni, Jalan Segara, Karangan Bunga, Salemba, Tableau Menjelang Malam, Dari Catatan Seorang Demonstran, Percakapan Angkasa, Geometri, Aviasi, Mimbar, Arithmetik Sederhana, Depan Sekretariat Negara, 22 Tahun Kemudian, Seorang Tukang Rambutan Pada Isterinya, Doa, dan Kita Adalah Pemilik Sah Republik ini. Dalam hal ini, 18 judul puisi dalam satu kumpulan puisi “Tirani” karya Taufiq Ismail mengandung unsur perlawanan terhadap ketidakadilan dan protes sosial terhadap Pemerintah Orde Lama. Hal tersebut dapat dilihat dari masing-masing puisi “Tirani”, yang jika diparafrasekan secara keseluruhan, akan mengandung kebenaran sejarah pada masa lampau, yakni pada masa Orde Lama, tepatnya tahun 1966 ketika puisi ini dilahirkan. Melalui kumpulan puisi ini, Taufiq Ismail berusaha menggambarkan, mengungkap, dan meluapkan jiwa protes sosialnya terhadap kesewenang-wenangan pemerintah pada masa Orde Lama, yang begitu menyengsarakan dan menyulitkan rakyat kecil, termasuk dirinya.
5
Taufiq Ismail secara konkret telah menunjukkan tanggung jawab dan keterlibatan sastra dan sastrawan, melalui kumpulan puisi “Tirani”, yang menunjukkan keberpihakan terhadap rakyat, saat negara tidak menaruh simpati kepada penderitaan rakyat. Pemihakan Taufiq Ismail terhadap rakyat, dituangkan dalam kumpulan puisi “Tirani” yang merepresentasikan peristiwa protes sosial. Dengan demikian, latar belakang ditulisnya kumpulan puisi “Tirani” ini, dikarenakan adanya keresahan hati dan perasaan simpati Taufiq Ismail terhadap perilaku pemerintah Negara Indonesia pada Orde Lama. Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan analisis kesejarahan puisi adalah, penelahaan terbatas pada masalah yang berhubungan dengan kenegaraan,
kebangsaan,
masalah
sosial-politik,
masalah
kehidupan
masyarakat, dan sikap penyair terhadap fenomena kehidupan masyarakat. Hal inilah yang membuat penelitian ini relevan, karena objek kajian penelitian ini adalah kumpulan puisi “Tirani”, yang berisi peristiwa sejarah demonstrasi mahasiswa ’66 dalam menghadapi masalah sosial dan politik pada masa itu. Dengan demikian, objek penelitian yang dikaji relevan dengan pendekatan yang digunakan. “Tirani” termasuk ungkapan protes sosial Taufiq Ismail, karena sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Saini K.M (1986: 3), bahwa suatu karya sastra dikatakan protes sosial jika suatu individu bersikap prihatin, menyanggah, memberontak, mengutuk, dan tidak membatasi sasarannya hanya pada hubungan perorangan, masyarakat, manusia pribadi, dan manusia dengan Tuhan. Dalam hal ini, terlihat jelas bahwa Taufiq Ismail menyampaikan protes
6
sosial yang ditujukan kepada “kemunafikan” dan “kesewenang-wenangan” Pemerintah Orde Lama. Dalam menyampaikan protesnya, Taufiq Ismail menggunakan kritik yang cukup keras, namun berusaha dikemas dalam wujud pengucapan gaya bahasa yang lembut dan halus, dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan. Taufiq Ismail sadar bahwa tujuannya menciptakan puisi adalah untuk memperjuangkan keadilan, kebenaran, dan hak asasi manusia, meskipun hanya melalui karya sastra. Hal tersebut dapat dilihat dari cara pengungkapan protes sosial, yang dikemukakan begitu berapi-api oleh Taufiq Ismail. Hal yang mendukung suatu karya sastra dikatakan protes sosial adalah kesejatian antara kesadaran dengan kenyataan (realitas) sosial yang dihadapi oleh pengarang. Dengan kata lain, pengarang tidak perlu memaksakan dirinya untuk menciptakan suatu karya sastra karena mengikuti zaman, melainkan karyanya harus orisinil dari hati pengarang sendiri, sesuai dengan masa karya sastra itu diciptakan.
B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah merupakan upaya memberikan batasan yang jelas pada bagian yang diteliti atau yang tidak diteliti, agar penelitian tidak meluas ke mana-mana. Dengan demikian, maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini. Adapun pembatasan masalah ini, yakni sebagai berikut.
7
1. Peneliti menganalisis relevansi antara pengarang, karya yang dihasilkan, dan peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra yang dihasilkan. 2. Penelitian ini menggunakan pendekatan historis, sehingga penelitian hanya mengarah pada aspek kesejarahan karya sastra.
C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kebenaran sejarah dalam kumpulan puisi “Tirani” karya Taufiq Ismail? 2. Bagaimana keterlibatan pengarang dalam kumpulan puisi “Tirani” karya Taufiq Ismail? 3. Bagaimana amanat yang disampaikan pengarang dalam kumpulan puisi “Tirani” karya Taufiq Ismail?
D. Tujuan Penelitian 1. Menjelaskan kebenaran sejarah dalam kumpulan puisi “Tirani” karya Taufiq Ismail. 2. Menjelaskan keterlibatan pengarang dalam kumpulan puisi “Tirani” karya Taufiq Ismail. 3. Menjelaskan amanat yang disampaikan pengarang dalam kumpulan puisi “Tirani” karya Taufiq Ismail.
8
E. Manfaat 1. Manfaat Teoretis a. Memberikan khazanah pengetahuan tentang kebenaran sejarah dalam kumpulan puisi “Tirani” karya Taufiq Ismail. b. Memberikan khazanah pengetahuan tentang keterlibatan pengarang dalam kumpulan puisi “Tirani” karya Taufiq Ismail. c. Memberikan khazanah pengetahuan tentang amanat yang disampaikan pengarang dalam kumpulan puisi “Tirani” karya Taufiq Ismail.
2. Manfaat Praktis a. Skripsi ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk menganalisis berbagai karya sastra, khususnya kumpulan puisi. b. Hasil skripsi ini dapat diaplikasikan di masyarakat, agar mengetahui tentang bagaimana cara mengapresiasi dan merespon karya orang lain.
F. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman pembaca dalam mengartikan istilah-istilah yang terdapat dalam skripsi ini, maka peneliti menjelaskan istilah-istilah berdasarkan definisi kamus dan beberapa asumsi, yakni sebagai berikut. 1.
Analisis Penguraian suatu pokok atas berbagai penelaahan (Maulana dan Putri, Tt: 23).
2.
Kesejarahan
9
Berasal dari kata dasar “sejarah” yang merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau (Maulana dan Putri, Tt: 370). 3.
Kumpulan Puisi Buku yang berisi puisi-puisi, yang ditulis oleh pengarang/ sastrawan. Kumpulan puisi dapat berupa antologi, bunga rampai, maupun koleksikoleksi puisi uang dikemas dalam satu buku.
4.
Tirani Judul kumpulan puisi Taufiq Ismail yang diterbitkan pada tahun 1966.
5.
Karya Karya berarti buatan, karangan, pekerjaan, dan hasil dari perbuatan (Maulana dan Putri, Tt:195).
6.
Taufiq Ismail Salah satu sastrawan angkatan ‘66, yang membuat kumpulan puisi “Tirani. Nama lengkap Sang pelopor adalah Taufiq Abdul Ghafar Ismail, lahir di Bukittinggi tahun 1937 (Natia 2008:56).