BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu penyebab penuaan dini adalah merokok. Dimana asap rokok mengandung komponen yang menyebabkan radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada akhirnya dapat menyebabkan suatu penyakit bahkan kematian. Pada dasarnya faktor yang dapat menyebabkan penuaan di kelompokan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal yaitu radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan genetik. Faktor eksternal yang utama yaitu gaya hidup, diet yang tidak sehat, kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, stres dan kemiskinan. Apabila faktor-faktor penyebab penuaan dapat dihindari, proses penuaan tentu dapat dicegah, diperlambat bahkan mungkin dihambat dan kualitas hidup dapat dipertahankan (Pangkahila, 2007). Dengan semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik, baik tingkat seluler, organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen, 2008). Penuaan yang terjadi menyebabkan seseorang menjadi tidak percaya diri karena wajah akan terlihat menua akibat kulit keriput dan kering sehingga merasa tidak cantik lagi, merasa badan tidak sesehat waktu muda dan cepat merasa lelah dan keluhan lain yang ditimbulkan akibat penuaan. Pola hidup yang sehat dan teratur seperti tidak merokok, olahraga teratur, makan makanan sehat akan mencegah terjadinya penuaan dini. Dengan adanya konsep baru dari AAM (Anti Aging Medicine) menganggap bahwa proses penuaan dapat diperlambat, ditunda dan dihambat dan usia harapan hidup dapat menjadi lebih panjang dengan kualitas hidup yang baik dimana proses penuaan sebenarnya sama dengan penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati. Anti Aging Medicine bukanlah pengobatan alternatif atau komplementer, bukan pula hanya upaya kosmetik semata dan juga bukan cara pengobatan yang tidak ilmiah (Pangkahila, 2007). Penyebab penuaan dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Beberapa faktor internal ialah radikal bebas, hormon berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan gen. Faktor eksternal yang utama ialah gaya hidup tidak sehat, kebiasaan yang salah, polusi lingkungan dan kemiskinan (Pangkahila, 2007). Radikal bebas dapat berasal dari dalam dan luar tubuh. Dari dalam tubuh karena proses metabolisme, proses respirasi sel, proses peradangan. Sedangkan dari luar tubuh karena polutan dari asap rokok atau asap kendaraan bermotor, sinar
ultraviolet, radiasi, alkohol, kopi, makanan berlemak, minyak goreng jelantah dan masih banyak lagi (Pham-Huy dkk., 2008). Jumlah radikal bebas yang berlebih dan menurunnya mekanisme kerja antioksidan menyebabkan kerusakan organ-organ seluler dan enzim, meningkatkan peroksidasi lipid dan menyebabkan terjadinya resisten insulin (Jana dkk., 2012). Untuk mengukur kadar reaksi peroksidasi lipid dapat menggunakan F2 Isoprostan, dimana memiliki implikasi penting untuk penanda biologis. Pengukuran dengan F2 Isoprostan banyak digunakan karena lebih mudah dan stabil sehingga dapat diandalkan untuk menilai status stres oksidatif in vivo. Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui plasma dan urin (Halliwell dan Gutteridge, 2007). Walaupun masyarakat luas mengetahui bahwa merokok merupakan salah satu penyebab dari kematian, kebiasaan merokok tetap dilakukan. Merokok merupakan kegiatan umum yang terjadi di seluruh dunia, 36,1% dari populasi penduduk Indonesia merokok dalam bentuk rokok tembakau biasa maupun rokok smokeless, di mana 67,4% perokok laki-laki dan 32,6% perokok wanita. Indonesia memiliki persentase perokok paling tinggi di Asia Tenggara dan menempati urutan kelima tertinggi dalam mengkonsumsi tembakau sejak tahun 2004 (Kosen dkk., 2011). Asap rokok yang dihirup seorang perokok, mengandung komponen gas dan partikel. Komponen gas yang sangat berpotensi untuk menimbulkan radikal bebas, yang diantaranya terdiri dari nikotin, karbon monoksida yang dikenal sebagai bahan karsinogen
dan
mutagen
dimethylbenzathracene,
seperti
polonium
dimethylnitrosamin,
radioaktif,
naphthalene
dan
benzopyrene, methnapthalene
(Colagar dkk., 2007). Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat atau mencegah terjadinya oksidasi. Cara kerja senyawa antioksidan adalah bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tidak reaktif yang relatif stabil, menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, menghambat terjadinya reaksi rantai dari pembentukkan radikal bebas (Utami dkk., 2009). Tanaman obat sangat penting untuk kesehatan. Nilai medis dari suatu tanaman adalah mempunyai kandungan bahan kimia aktif yang menghasilkan aksi fisiologi pada tubuh manusia dan kesehatan hewan. Dimana kandungan bioaktif dari tanaman yang penting adalah alkaloid, tanin, flavonoid dan fenolik (Edeoga dkk., 2005). Indonesia mempunyai kekayaan alam berupa tanaman obat yang beraneka ragam, salah satunya adalah biji gorek (Caesalpinia bonducella). Genus Caesalpinia ini terkenal di India, Thailand dan Indonesia. Biji gorek bewarna abu-abu, berbentuk bulat, permukaan halus dan mengkilap (Dickson dkk., 2011). Selama ini masyarakat memanfaatkan tanaman biji gorek hanya sebagai minuman penghangat sehari-hari, penggunaan ekstrak biji gorek belum populer di masyarakat sebagai antioksidan padahal biji gorek sendiri mengandung fenol dan tanin yang tinggi. Kandungan kimia bersifat antioksidan pada biji gorek yaitu flavonoid, fenolik, triterpenoid
dan
diterpenoid
mempunyai
efek
biologi
karena
kandungan
antioksidannya yang mampu menangkap radikal bebas. Kandungan fitokimia ini menghasilkan efek proteksi terhadap tumor, penyakit jantung dan berbagai macam
penyakit (Gupta dkk., 2004). Ekstrak ethanol biji gorek mengandung kadar fenolik yang tinggi yang mampu mengikat radikal bebas, memutuskan reaksi rantai. Terdapat hubungan yang berkaitan erat antara aktivitas antioksidan dan kandungan fenolik, dimana fenolik merupakan kontributor utama dari aktivitas antioksidan yaitu dengan menghambat DPPH, radikal hydroxyl, nitric oxide (NO), aktivitas superoxide anion dan hydrogen peroxide dibandingkan dengan penggunaan asam askorbit standar (Shukla dkk., 2009). Pada penelitian oleh Jana dkk. (2011) ditemukan bahwa ekstrak hidromethanol Caesalpinia bonducella menghambat pembentukan peroksidasi lipid pada kondisi in vitro. Sedangkan pada penelitian ini penulis ingin meneliti bagaimana ekstrak ethanol Caesalpinia bonducella apabila digunakan pada tikus sebagai sampel. Pemberian ekstrak ethanol Caesalpinia bonducella secara oral dengan dosis 250 mg/kgBB dapat menurunkan peroksidasi lipid dengan memperbaiki aktivitas antioksidan enzim SOD (superoksida dismutase) dan CAT (katalase) pada hepar sehingga dapat mengurangi oksigen reaktif radikal bebas (Jana dkk., 2012). Dari hasil uji fitokimia di Laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana Bali, biji gorek mengandung flavonoid, fenol, kapasitas antioksidan dan tanin (lampiran 5). Penulis telah melakukan penelitian tentang ekstrak ethanol biji gorek terhadap stres oksidatif akibat radikal bebas yang disebabkan oleh paparan asap rokok. Dengan begitu dapat mengoptimalkan manfaat salah satu dari berbagai jenis tanaman di
Indonesia yang belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. 1.2
Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut: Apakah pemberian ekstrak ethanol biji gorek (Caesalpinia bonducella) secara oral dapat menurunkan kadar F2 Isoprostan pada urin tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan yang dipapar asap rokok? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pemberian ekstrak ethanol biji gorek sebagai antioksidan dapat menurunkan kadar F2 Isoprostan pada urin tikus putih Wistar jantan yang dipapar asap rokok. 1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Ilmiah Memberi informasi ilmiah mengenai kegunaan ekstrak ethanol biji gorek sebagai antioksidan dapat menurunkan kadar F2 Isoprostan pada urin tikus putih Wistar jantan yang dipapar asap rokok. 1.4.2 Manfaat Praktis Diharapkan masyarakat luas mengetahui manfaat ekstrak ethanol biji gorek, sehingga setelah dilakukan uji klinis maka dapat dipergunakan sebagai suplemen anti aging karena mengandung antioksidan.