BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Musik klasik memberikan nuansa yang menghibur, Sifat menghibur ini menumbuhkan suasana yang menggembirakan dan menyenangkan bagi seorang anak. Nuansa hiburan itu memberi dukungan positif bagi anak dalam menjalankan aktifitasnya. Secara umum musik klasik menimbulkan gelombang vibrasi dan vibrasi itu menimbulkan stimulasi pada gendang pendengaran. Stimulasi itu di transmisikan pada susunan saraf pusat (limbic sistem di sentral otak yang merupakan gudang ingatan, lalu hypothalamus kelenjar sentral pada susunan saraf pusat akan mengatur segala sesuatunya untuk mengaitkan musik klasik dengan respon tertentu. Musik klasik memberi rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi pada otak (fungsi ingatan, belajar, bahasa, mendengar dan bicara, serta analisis intelek dan fungsi kesadaran) dan merangsang pertumbuhan gudang ingatan. Dengan menikmati musik klasik; gudang ingatan anak semakin lama semakin berkembang sehingga daya ingatan anak semakin besar, selain itu musik klasik mampu merangsang proses belajar anak.1 Musik klasik sangat mempengaruhi kondisi fisiologis selama melakukan pekerjaan mental yang berat, tekanan darah dan denyut jantung cenderung meningkat, gelombang-gelombang otak meningkat dan otot-otot menjadi tegang.2 Musik klasik lebih mudah diterima oleh orang yang memiliki kondisi fisik otak yang lebih baik Ada yang beranggapan bahwa bukan musik klasik
1
Monty P. Satiadarma, MS?AT> MCP/ MFFC, DCH, P.Si, Cerdas Dengan Musik, (Jakarta: Puspa Swara, 2004), hlm. 17-18. 2 Bobbi Deporter dan Mike Hernaki, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 2002), hlm. 72.
1
2
yang memperbaiki kondisi otak, melainkan kondisi fisik otak yang lebih baik memungkinkan seseorang belajar musik. Secara umum musik klasik mampu membantu seseorang untuk meningkatkan konsentrasi, menenangkan pikiran, musik klasik membentuk nuansa ketenangan dan membantu seseorang dalam melakukan meditasi.3 Musik klasik merangsang tumbuh kembangnya kemampuan asosiatif anak. Lagu anak-anak yang dirancang dengan menyisipkan kata-kata tertentu merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan asosiatif anak. Lirik lagu “satu-satu aku sayang ibu, dua-dua juga sayang ayah, tigatiga sayang adik kakak, satu dua tiga sayang semuanya”, menghasilkan ragam asosiasi yang memiliki makna kasih sayang. Irama musik yang sesuai dengan daya tangkap musical anak menumbuhkan ritme internal pada dirinya sehingga suatu saat anak mendengar musik klasik dengan irama tersebut, asosiasi terhadap nuansa kasih sayang terbentuk. Demikian juga ketika anak beranjak dewasa, asosiasi terhadap kasih sayang dan pengalaman masa kecilnya tergugah kembali. Dengan demikian lagu tersebut dapat menjadi perangsang yang menggugah individu untuk mengikat kembali pengalaman emosional pada masa kanak-kanak. Musik klasik merupakan bentuk data yang sudah terorganisir dalam irama dan intonasi serta interpretasi, Bentuk data ini merupakan satu kesatuan utuh dan bukan merupakan kepingan data yang setiap kali harus dibangun ketika individu hendak memanggil kembali ingatannya. Ketika seorang anak belajar sebuah lagu la belajar menghafal kata dan kalimat satu persatu. Kata, kalimat dan irama merupakan elemen-elemen yang berdiri sendiri. Namun ketika sudah menguasai lagu tersebut lagu itu menjadi suatu bentuk kesatuan yang tidak terpisahkan. Musik klasik mampu menggugah individu untuk memanggil kembali data lainnya karena adanya proses asosiatif. Musik klasik yang telah menjadi suatu kesatuan organisasi bukan lagi merupakan gabungan elemen bunyi memainkan merupakan bentuk stimulus tunggal yang mampu menggugah 3
Monty P Satiadarma, MS/ AT, MCP/ MFFC, CH, P.Si, Cerdas dengan Musik, (Jakarta: Puspa Swara, 2004), hlm. 20-21.
3
individu mengingat suatu bagian yang memberi gambaran keseluruhan sesuai dengan prinsip Gestalt, yaitu suatu bagian dapat member gambaran keseluruhan. Dengan mendengar sekeping irama, seseorang bisa membayangkan gambaran lagu itu secara menyeluruh. Jadi musik klasik merupakan data yang juga berfungsi sebagai perangsang/ stimulator untuk memanggil kembali ingatan lain. Musik klasik mengandung ritme. Belajar mendengar dan memahami musik klasik merupakan suatu proses belajar memahami irama ketika anak-anak di sekolah mulai belajar musik klasik dengan bertepuk tangan mereka mengawali proses berfikir secara ritmis.4 Menurut Gloria net dalam uji cobanya dia telah menguji lebih dari 100.000 pasien dilestening centers. Pusat pelatihan bagi penyandang cacat pendengaran dan orang terganggu dalam hal vokal dan pendengaran di Paris, menurut dia berulang kali didapati apapun cita rasa si pendengar terhadap companies, musik karya Mozart mau tidak mau memberikan ketenangan selain memperbaiki persepsi spesialnya dan memungkinkan mereka untuk berkomunikasi baik dengan hati maupun pikiran. Dia juga merangsang dan menguatkan wilayah kreatif dan motivasi di otak musik klasik ini bermanfaat untuk mempertajam pikiran, meningkatkan kreatifitas dan menyehatkan tubuh.5 Musik klasik dipercaya memiliki banyak keunggulan khususnya bagi anak berupa pengembangan intelektualitas, motor, dan kemampuan serta ketrampilan sosial.6 Musik klasik dari sudut pandang psikologi seni memiliki arti luas yaitu menunjukkan setiap cara yang sesuai untuk mengekspresikan diri berupa tindakan/ sikap yang menyampaikan pada taraf kelengkapan dan kejernihan tertentu dari balik mental, ide dan emosi. Musik klasik sendiri memiliki dimensi kreatif dan memiliki bagian yang identik dengan proses belajar secara umum. Sebagai contoh, dalam musik klasik terdapat analogi melalui persepsi visual, auditori, antisipasi 4 5
Ibid., hlm. 22-27. http: // www. Mozart Effect . com.
4
pemikiran induktif-deduktif, memori, konsentrasi dan logika. Selain itu musik klasik juga berpengaruh sebagai alat untuk meningkatkan dan membantu perkembangan kemampuan kognitif; penalaran, inteligensi, kreatifitas, membaca, bahasa, sosial, perilaku dan interaksi sosial.7 Latihan musik klasik meningkatkan kemanapun verbal karena latihan bermain musik klasik mempengaruhi fungsi ingatan dan proses mengingat secara sistematis akibat adanya modifikasi neuroanatomis pada belahan otak sebelah kiri (left temporal tube). Anak yang diberi pelatihan musik klasik cenderung memiliki kekayaan ingatan verbal yang lebih baik dari pada yang tidak memperoleh perhatian. interaksi verbal secara ritmis (kata berirama) antara ibu dan anak mempengaruhi perkembangan kemampuan belajar anak. Anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan di dalam suasana keluarga yang diwarnai dengan nuansa musik klasik cenderung menjadi pribadi yang Lebih menyenangkan. Hal ini disebabkan karena musik klasik membentuk ikatan emosional dan menghasilkan daya ingat afektif (Affective Memory).8 Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah dasar berkembang secara berangsur-angsur dan secara tenang. Anak betul-betul ada dalam stadium belajar. Disamping keluarga. Sekolah memberikan pengaruh yang sistematis terhadap pembentukan akal budi anak. Ingatan anak pada usia 8-1 2 tahun ini mencapai intensitas paling besar dan paling kuat. Daya menghafal dan daya memorisasi (dengan sengaja memasukkan dan meletakkan pengetahuan dalam ingatan ) adalah paling kuat. Dan anak mampu memuat jumlah materi ingatan paling banyak.9 Kemampuan membaca adalah salah satu fungsi kemanuasiaan yang tertinggi dan menjadi pembeda manusia dan makhluk lain. Didunia modern saat ini, kemampuan membaca dapat menentuklan kualitas seorang manusia. Banyak m,embaca menjadikan seseorang memiliki ilmu pengetahuan luas, 6
Djohan, Psikologi Musik,(Yogyakarta: Buku baik,2oo5), hlm. 135-136. Ibid., hlm. 141-142. 8 Monty P Satiadarma, MS/ AT, MCP/ MFFC, CH, P.Si, Cerdas dengan Musik, op. cit., hlm. 30-33. 9 Dr. Kartini Kartono, Psikologi Anak, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Mandar Maju, 1995), hlm. 138. 7
5
bijaksana, dan memiliki nilai-nilai lebih dibandingkan orang yang pernah membaca sama sekali, sedikit membaca atau hanya membaca bacaan yang tidak berkualitas. Baca atau membaca dapat diartikan sebagai kegiatan menelusuri, memahami, hingga mengeksplorasi berbagai simbol, simbol dapat berupa rangkaian huruf-huruf dalam tulisan atau bacaan, bahkan gambar (denah grafik, dan peta).10 Kegiatan membaca bersifat komplek karena tidak hanya melibatkan otak sebagai pusat pengolah informasi tetapi melibatkan berbagai indera dan serangkaian gerakan-gerakan motorik. Secara lateral, otak manusia terbagi atas otak kanan dan kiri. Keduanya memiliki fungsi yang berbeda saat digunakan untuk mengolah informasi yang diterimanya. Otak kiri bersifat logis, linier dan rasional. Bersifat teratur, cara fikirannya sesuai untuk tugastugas teratur berupa ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi, auditori, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Cara berfikir otak kanan bersifat acak, tidak teratut, intuitif dan holistic. Otak kanan berhubungan dengan sifat non verbal, seperti perasaan, imajinasi, pengenalan bentuk danpola, spasial, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi. Walaupun
kedua
otak
tersebut
memiliki
spesialisasi
dalam
kemampuan tertentu, tetapi masih terjadi perselingan dan interaksi antara keduanya. Membaca adalah salah satu kegiatan yang melibatkan kerjasama dan hubungan timbal balik antara kedua belahan otak tersebut. Kerja sama kedua belahan otak ini memudahkan seseorang membaca dengan baik. Stimulus dari kedua belahan otak disalurkan ke pusat girus angular. Girus angular merupakan pusat otak manusia untuk kemampuan baca tulis yang terletak pada belahan otak kiri. Walaupun membaca melibatkan kerjasama antara kedua belahan otak tersebut, tetapi pada dasarnya setiap manusia memiliki karakteristik tertentu, termasuk dalam dominasi otaknya, sebagian 10
Firmanawati Sutan, Tiga Langkah Membaca,(Jakarta: Puspa Suara, 2004), hlm. 2.
Praktis
Menjadikan
Anak
Maniak
6
anak cenderung dominan menggunakan otak kirinya, sedangkan anak lain dominan menggunakan otak kanannya.11 Jika anak belajar dengan hanya memanfaatkan otak kiri, sementara otak kanannya tidak diaktifkan, maka mudah timbul perasaan jenuh, bosan dan mengantuk. Begitu juga anak yang hanya memanfaatkan otak kanan tanpa diimbangi dengan kemanfaatan otak kiri, bisa jadi ia akan banyak bernyanyi, mengobrol atau menggambar, tetapi hanya sedikit ilmu yang bisa masuk ke otaknya. Maka mengembangkan pemanfaatan otak kiri dan otak kanan menjadi penting dalam menciptakan suasana belajar. Caranya dengan memperbanyak paduan antara spesifikasi fungsi otak kanan dan otak kiri. Misalnya mengerjakan pekerjaan rumah dengan menciptakan aneka gambar yang memiliki arti khusus ketika menghafal pelajaran atau menggunakan sistem diskusi dalam proses pembelajaran. Belajar kelompok bersama teman, dapat pula menjadi alternatif, demikian juga dengan menggunakan sistem membaca cepat, sistem hafalan, menggunakan lagu, permainan dan sebagainya merupakan alternatif untuk mengaktifkan otak kanan dan otak kiri. Kelemahan sebagian sistem pembelajaran selama ini adalah kurangnya memberikan kesempatan berkembang pada kedua belahan otak secara maksimal. Otak kanan dibiarkan menganggur sehingga intelektual anak berkembang kurang “seimbang” anak hanya pandai berfikir dan menilai, tetapi kurang intuitif apalagi kreatif. Dengan demikian otak kanan perlu diaktifkan kembali supaya seimbang antara kedua belahan otak. Belajar dengan mendengarkan musik adalah baik untuk menyeimbangi otak kiri, karena jika belajar hanya dengan menggunakan otak kiri tanpa diimbangi dengan otak kanan maka anak akan cepat merasa jenuh dan mengantuk.12 Berdasarkan uraian di atas, bahwa musik klasik sangat dibutuhkan dalam suasana belajar anak, karena musik klasik tidak hanya berperan
11
Ibid., hlm. 3-4. Nur Rahardian Sari, Musik dan Kecerdasan Otak Bayi, Musik dapat Merangsang Tumbuhnay sel Otak Melahirkan Kecerdasan Berfikir dan Peraksaan Rilek yang akhirnya Memicu Fungi Berfikir Menjadi m,Aksimal (Bogor: KH. Kharisma Buka Aksara, 2005), hlm. 46 12 12
7
sebagai penghibur, tetapi juga dapat mempertajam pikiran, merangsang pertumbuhan gudang ingatan, dan menguatkan kecerdasan membaca .
B. Pokok Masalah Dengan latar belakang di atas, maka pokok masalah yang akan diungkapkan yaitu: - Apakah musik klasik mempengaruhi kemampuan membaca pada anak?
C. Tujuan Penulisan Skripsi Adapun tujuan penulisan skripsi yang akan penulis kemukakan dalam hal ini adalah sebagai berikut: - Untuk mengetahui apakah musik klasik mempengaruhi kemampuan membaca pada anak.
D. Tinjauan Pustaka Psikologi Musik, karangan Rhei Duranjaya Djohan. Dalam buku itu dijelaskan bahwa musik klasik sangat berpengaruh dalam kehidupan apalagi selain dapat di dengarkan dan diselenggarakan la juga dapat dipelajari berdasarkan ilmu pengetahuan. Pythagoras matematikawan Yunani pada abad 6 SM telah mengupas suatu gejala dalam musik yakni bila seutas rentangan tali nada alat musik di perpendek lima puluh persen akan menyebabkan nada yang dihasilkan menjadi satu oktaf lebih tinggi. Hal ini diketahui dari penelitian yang dilakukan dengan memperdengarkan balk musik secara lengkap/ hanya irama ternyata denyut nadi kecepatan pernafasan, tekanan listrik pada kulit dan pembuluh darah si pendengar mengalami perubahan. Bahkan terbukti bahwa denyut jantung akan menyesuaikan dirt dengan irama yang didengarnya. Musik klasik -juga dipercaya memiliki banyak keunggulan khususnya bagi anak berupa
pengembang-an
intelektualitas,
motor,
dan
kemampuan
serta
ketrampilan sosial. Dalam psikologi musik, Djohan menjelaskan bahwa musik dapat digunakan sebagai terapi, yaitu sebagai peralatan terapis untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan
8
emosi. Kemampuan non-verbal, kreativitas dan rasa alamiah dari musik klasik menjadi fasilitator untuk hubungan, ekspresi diri komunikasi dan pertumbuhan. Terapi musik digunakan untuk mengembangkan hubungan interpersonal, ekspresi, emosi secara alamiah dan meningkatkan kesadaran diri. Cerdas dengan musik; karangan Monty P. Satiadarma, menjelaskan bahwa musik klasik merangsang kecerdasan, merangsang fungsi otak- dan merangsang otak secara fisik musik klasik memberikan nuansa yang menghibur. Sifat menghibur ini menumbuhkan suasana yang menggembirakan dan menyenangkan bagi seorang anak. Oleh karena itu, pemanfaatan musik dalam berbagai aktivitas anak sangat dianjurkan. Musik klasik memberi rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi pada otak (fungsi ingatan, belajar, bahasa. mendengar dan bicara, serta analisis; intelek dan fungsi kesadaran) dan merangsang pertumbuhan gudang ingatan. Dengan menikmati musik klasik , gudang ingatan anak semakin lama semakin berkembang sehingga daya ingat anak semakin besar. Selain itu, musik klasik mampu merangsang proses belajar anak sebagai contoh. anak dapat belajar mengembangkan kemampuan bahasa dengan memperkaya kosa kata yang diperoleh dari lagu yang didengar, selain itu dengan mendengarkan musik anak juga belajar mengembangkan fungsi analisis. Monty P. Satiadanna, dalam cerdas dengan musik juga menjelaskan bahwa musik klasik sebagai salah satu sarana terapi, disamping menggunakan ramuan obat dari berbagai macam tumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa musik klasik mampu mengaktifkan kembali fungsi fisik otak yang telah mengalami penurunan akibat adanya gangguan sakit
9
E. Metode Penelitian Skripsi Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu mengadakan kegiatan percobaaan untuk melihat suatu hasil.13 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipakai adalah field reseach (penelitian lapangan). Yaitu penelitian yang dilakukan dalam kancah yang sebenarnya yakni, penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data di tempat terjadinya gejala yang diteliti. Penelitian ini pada hakekatnya merupakan metode untuk menemukan secara khhusus realitas yang terjadi ditengahtengah masyarakat.14 2. Metode Penelitian 1. Metode Eksperimen Yaitu suatu prosedur penelitian yang sengaja dipakai untuk mengetahui pengaruh suatu kondisi, yang sengaja di adakan terhadap suatu gejala sosial. Tujuan umum eksperimen ialah meneliti pengaruh dari suatu kondisi atau beberapa kondisi terhadap suatu gejala. Dipandang pendidikan umpamanya, suatu eksperimen dipakai untuk menilai pengaruh satu tindakan-tindakan terhadap sekelompok anak didik. Atau dipakai untuk mengetes hipotesa tentang ada tidaknya pengaruh dari tindakan pendidikan itu. Yang dimaksud sebagai “tindakan” dalam eksperimen ialah treatment; yaitu berupa semua variasi syarat perilaku dan semua kondisi yang akan dinilai pengaruhnya. Menilai disini bukan hanya berarti penulisan deskriptif dan pengukurannya saja, akan tetapi terutama mengetes signifikansi (berarti atau tidak berartinya) pengaruh treatment tadi. Untuk mengetahui dengan jelas pengaruh variabel eksperimental terhadap situasi (kegiatan dan tingkah laku) itu diperlukan paling sedikit ada dua kelompok atau dua unit. Kelompok yang dikenai 13
Prof. Dr. Winarno Surahmat, N.Sc, Ed, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode Teknik, (Bandung: Tarsito, 1994), hlm. 47. 14 Dr. Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1990), hlm. 32
10
variabel eksperimental disebut sebagai kelompok eksperimen dan unit lainnya yang tidak dikenai variabel eksperimental disebut kelompok kontrol.15 Dalam penelitian ini desain eksperimen yang digunakan adalah Randomized blocked two group-design,posttest only.16 Dalam penelitian ini eksperimen dilakukan dengan cara memberi sebuah cerita dengan diiringi alunan musik klasik selama 30 menit dengan volume nada yang telah diatur sedemikian rupa, sedangkan pada kelompok kontrol ,anak-anak diminta membaca bacaan yang sama tanpa diiringi alunan musik, setelah itu kedua kelompok tersebut diberi soal tentang bacaan yang dibaca. 2. Variabel penelitian Variabel adalah obyek penelitian yang dilaksanakan di MI Ki Ageng Giri Mranggen Demak, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.17 Melihat pengertian di atas maka menjadi variabel penelitian adalah musik klasik dan kemampuan membaca anak. -
Musik klasik sebagai variabel bebas
-
Kemampuan membaca pada anak sebagai variabel terikat.
3. Definisi Operasional Agar tidak muncul salah satu pengertian serta permasalahan tidak menjadi meluas (bagi pembaca dalam memahami dan menafsirkan yang dimaksud dalam skripsi ini), maka perlu adanya definisi operasional mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam judul skripsi ini. a) Musik Klasik. Musik klasik yaitu musik yang memiliki irama yang teratur dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada miring.18 Musik 15
Ibid., hlm. 268-270. Liche Seniati, dkk, Psikologi Eksperimen, (Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia, 2005), hlm. 65. 17 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 99. 18 Nur Rahadian Sari, Musik dan Kecerdasan Otak Bayi, Musik Merangsang Tumbuhnya Sel Otak, Melahirkan Kecerdasan Berfikir dan Perasaan Rileks, yang Akhirnya Memicu Fungsi Berfikir Menjadi Maksimal (Bogor; KH. Kharisma Buka Aksara, 2005), hlm. 96. 16
11
klasik juga merangsang kompleksitas fakultas otak, makin banyak fakultas otak makin beragam kemampuan manusia.17 b) Kemampuan Membaca Adalah kemampuan untuk mengumpulkan makna dari simbolsimbol yang tercetak, mengenali beberapa kata, dan menganalisis bunyi-bunyi huruf sampai berhasil menghafalkan masing-masing simbol kata tercetak. Kemampuan membaca merupakan suatu proses yang kompleks karena melibatkan proses-proses yang bersifat fisik maupun psikis. Ketika membaca seseorang harus mengaktifkan
kembali
komponen-komponen
psikis
seperti
perhatian, kemampuan asosiasi, kemampuan mengingat dan menyerap semua bahan bacaan.18 c) Anak Yang dimaksud anak disini adalah anak kelas 1V Di MI KY AGENG GIRI MRANGGEN DEMAK
yang masih belajar
membaca.
b. Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode test. Test yang digunakan adalah test yang sudah tersusun dan disesuaikan dengan buku bahasa indonesia untuk kelas 1V MI yang bertema tentang cerita Nabi dan rasul. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan penyekoran nilai diantaranya: •
-1: Subyek menjawab benar.
•
-0: Subyek menjawab salah. Sebelum test kemampuan membaca digunakan untuk posttest
eksperimen, test ini akan diuji cobakan pada murid kelas 1V lain yang tidak disertakan dalam penelitian untuk diuji validitas dan reliabilities. 17
Monty P Satiadarma, MS/ AT, MCP/ MFFC, CH, P.Si, Cerdas dengan Musik, (Jakarta: Puspa Swara, 2004), hlm. 36 18 Spache dan Spache, Proses Kognitif Pemahaman Bacaan, (Buletin Psikologi, Tahun VI, No. 2, (Fakultas Psikologi, UGM: 1989), hlm.12
12
c. Pengolahan Data Dalam pengolahan data metode ini menggunakan teknis analis statistik, yaitu t-test independen sampel .19
d. Populasi dan sampel Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.20 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua anak kelas VI MI ky Ageng Giri Mranggen Demak , sebanyak 65 anak. Sample adalah sebagian individu yang diteliti. Dalam pengambilan sampel, ini menggunakan metode random sampling, yaitu dengan cara mengacak atau mencampur subyek-subyek, sehingga penulis terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subyek untuk dijadikan sampel. Dalam pengambilan sampel penulis mengambil 40 anak sebagai sampelnya, yakni terdiri dari 20 anak kelas “A” dan 20 dari anak kelas, “B”, yang masing-masing 10 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Dari jumlah sampel yang diambil 20 anak sebagai kelompok eksperimen dan 20 anak sebagai kelompok kontrol.
e. Analisis Data Setelah diolah sejumlah data yang diperlukan maka data tersebut segera dianalisis
untuk
mendapatkan
kesimpulan
secara
obyektif,
dalam
menganalisis data dipergunakan teknis analisis kuantitatif yang disebut juga dengan teknik statistik yaitu cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk mengumpulkan, menyusun, menyajikan, dan menganalisis data penelitian, yang berwujud angka-angka.21dan dengan menggunakan t-test independent sample.
19
t-test independen sample memiliki arti test yang dilakukan secara mandiri “sutrisno hadi, statistik 2, (yogyakarta : Andi offset, 1988), hlm. 28 20 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Offset, 1989) hlm. 70.
13
F. Sistematika Penulisan Skripsi Dalam penulisan skripsi ini dituliskan dalam lima bab, yaitu dengan sistematika sebagai berikut: Bab I.
Pendahuluan Pada bab ini memaparkan tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan penulisan skripsi, tinjauan pustaka, metode penulisan skripsi, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II.
Gambaran umum tentang musik klasik dan kemampuan membaca pada anak, bab ini merupakan landasan dari permasalahan yang dikaji, oleh karena itu dibahas masalah musik klasik dari segi pengertiannya, pengaruh musik klasik, jenis musik yang mempengaruhi kecerdasan, dan kemampuan membaca pada anak.
Bab III.
Jalannya penelitian, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. pada bab ini menerangkan bagaimana jalannya penelitian eksperimen.
Bab IV.
Analisis, pada Bab ini menjelaskan hasil analisa terhadap data dari penelitian eksperimen.
Bab V.
Penutup, Pada bab ini merupakan proses akhir dari bab-bab sebelumnya
sehingga
disampaikan
kesimpulan,
mengenai
pengaruh musik klasik terhadap kemampuan membaca anak . kemudian saran-saran dan diakhiri penutup.
21
Prof. Dr. Sutrisno Hadi, M.A, Metodologi Research III, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan fakultas psikologi UGM, 1987), hlm. 221.