BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Industri perbankan sangat erat kaitannya dengan Teknologi Informasi (TI),
Penggunaan TI di sektor perbankan saat ini merupakan suatu keharusan, terlebih dengan meningkatkan persaingan antar Bank yang saling berlomba memberikan layanan sedekat dan semudah mungkin kepada nasabahnya. Bersamaan dengan ketergantungan bank pada teknologi informasi maka perlu dipikirkan jika terjadi suatu kondisi yang menyebabkan hilangnya akses ke sistem. Kehilangan akses yang dimaksud adalah suatu kondisi disaster yang terjadi dalam periode waktu tertentu. Kondisi tersebut tentunya akan menimbulkan kerugian yang besar bagi perusahaan, kerugian yang ditimbulkan bukan hanya kehilangan produktivitas tetapi juga kehilangan data/informasi yang sangat beharga. Untuk menghadapi kondisi tersebut diperlukan suatu analisis apakah kerugian yang timbul akibat kondisi disaster bisa dieliminasi dengan membuat Disaster Recovery Plan (DRP). Schmidt, Klaus. (2006) menjelaskan Disaster recovery planning adalah aktivitas manajemen untuk mendefinisikan kegiatan yang perlu dilakukan untuk pemulihan bencana dan mengatur cara implementasinya. Disaster recovery planning juga berarti kemampuan untuk melanjutkan pelayanan saat terjadi bencana atau major outages dengan mereduksi kapabilitas serta kemampuan yang tersedia. 1
Sedangkan Bill Abram, (2005) dalam paper yang berjudul why your small business needs a disaster recovery plan mendefinisikan sebagai berikut A disaster recovery Plan is a documenented process or set of procedurs to recover and protect business IT infrastructure in the event of a disaster. Rencana pemulihan bencana adalah dokumentasi proses dan prosedur proses untuk memulihkan dan melindungi infrasruktur IT ketika terjadi gangguan. Pada saat ini persaingan industri perbankan telah bergeser ke fase kompetisi pelayanan dengan kebutuhan utama akan ketersediaan data sangatlah membutuhkan DRP oleh sebab itu diperlukan suatu proses perencanaan yang matang agar implementasi DRP berjalan efektif dan efisien. Rencana yang disusun tidak hanya mencakup aktivitas data processing, tetapi meliputi semua aspek di luar operasi data processing. Rencana tersebut harus meliputi prosedur yang telah diuji untuk meyakinkan keberhasilan proses recovery saat bencana benar-benar terjadi. Rencana yang sudah tersusun didokumentasikan dalam bentuk tulisan. Selain itu
Schmidt, Klaus. 2006 dalam paper High Availability and
Disaster Recovery Menjelaskan Disaster atau bencana, dalam konteks disaster recovery planning, dibagi menjadi dua jenis yaitu: 1. Minor outage Merupakan bencana yang akibatnya tidak terlalu dirasakan oleh pengguna serta konsumen secara signifikan. Bencana dalam jenis ini umumnya tidak berakibat gagalnya sistem beroperasi secara keseluruhan.
2
2. Major outage Merupakan bencana yang akibatnya fatal bagi sistem dan proses bisnis secara keseluruhan. Jika bencana jenis ini terjadi, maka disaster recovery planning yang sudah disusun harus sesegera mungkin diimplementasikan agar kegiatan bisnis tetap berjalan sesuai rencana (business continuity planning). Dalam praktek, bencana seringkali diasumsikan sebagai force majeur atau keadaan yang tidak terduga dan tidak mungkin diatasi. Padahal, bencana yang mungkin akan terjadi seharusnya diperhitungkan sebagai sebuah resiko dan dimasukkan sebagai biaya dalam sebuah perencanaan proyek sistem informasi. Bagi pihak manajemen secara keseluruhan, bencana yang ditimbulkan dari resiko kegagalan implementasi sistem informasi, tidak dianggap sebagai sebuah biaya tambahan. Tetapi konsekuensi dari bencana tersebut akan menyebabkan biaya yang bertambah dan kekacauan yang terjadi dalam proses bisnis secara keseluruhan. Secara luas, sasaran dari Disaster Recovery (DR) menggabungkan bisnis kesinambungan dan pemulihan bencana menjadi satu istilah yang telah dihasilkan dari pengakuan yang berkembang bahwa kedua eksekutif bisnis dan teknologi eksekutif perlu berkolaborasi erat bukan mengembangkan rencana secara terpisah. Pada tabel dihalaman selanjutnya dapat dilihat gambaran kerugian yang timbul jika terjadi kondisi disaster di berbagai jenis industri.
3
Tabel 1. Gambaran kerugian yang timbul jika terjadi kondisi disaster
Sumber: Cisco sistem Inc. Data Center Networking: Enteprise Distributed Data Centers Solutions Reference Nework Design March, 2013
Hilangnya layanan dapat disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari bencana alam (kebakaran, banjir, gempa bumi), kesalahan sistem (server rusak, disk rusak, jaringan putus), sampai ke upaya pengrusakan yang dilakukan secara sadar (attack).
Pengamanan
terhadap
ancaman
ini
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan sistem backup dan menyediakan Disaster Recovery Center yang dilengkapi dengan panduan untuk melakukan pemulihan (disaster recovery plan) DRP. Melihat begitu besarnya kerugian yang akan ditimbulkan jika perusahaan tidak memiliki kegiatan untuk pemulihan bencana, Maka penelitian ini akan membahas mengenai Implementasi Disaster Recovery Planning (DRP) pada Bank Syariah Bukopin yang telah dilakukan selama 3 tahun terakhir.
4
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang ada, studi ini mengidentifikasikan
permasalahan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi implementasi DRP pada PT.Bank Syariah Bukopin? 2. Indikator-indikator apakah yang mempengaruhi faktor implementasi DRP pada PT. Bank Syariah Bukopin? 3. Bagaimana model implementasi DRP pada PT.Bank Syariah Bukopin? 4. Bagaimana evaluasi implementasi DRP pada PT.Bank Syariah Bukopin?
1.3
Tujuan Penelitian Ada beberapa pertanyaan sehubungan dengan dampak diterapkannya
DRP pada Bank Syariah Bukopin, yakni: 1. Mencari faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi DRP pada PT.Bank Syariah Bukopin. 2. Mencari indikator-indikator yang mempengaruhi faktor implementasi DRP pada PT.Bank Syariah Bukopin. 3. Membangun model implementasi DRP pada PT.Bank Syariah Bukopin. 4. Melakukan evaluasi implementasi DRP pada PT.Bank Syariah Bukopin. 5
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi DRP pada PT.Bank Syariah Bukopin. 2. Menemukan
indikator-indikator
yang
mempengaruhi
faktor
implementasi DRP pada PT.Bank Syariah Bukopin. 3. Menghasilkan model kesiapan implementasi sistem DRP pada PT.Bank Syariah Bukopin 4. Menghasilkan evaluasi implementasi DRP pada PT.Bank Syariah Bukopin.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pembahasan pada penelitian dibatasi pada: 1. Penelitian implementasi DRP dibatasi pada PT.Bank Syariah Bukopin Kantor Pusat. 2. Penelitian ini didasari oleh faktor-faktor yang didapatkan dari tinjauan pustaka yang dilakukan. 3. Kesimpulan dan saran yang dihasilkan penelitian ini didapatkan dari Analisis yang dilakukan dengan metode Analisis faktor yang kemudian diinterpretasi oleh peneliti dan disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang menjadi objek penelitian.
6
1.6.
Sistimatika Penulisan Penulisan tesis ini dibagi menjadi 6 (enam) bab, di mana untuk setiap bab
terdapat beberapa sub-bab, yaitu: BAB I. PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manaat penelitian, batasan penelitian dan sistimatika penulisan. BAB II. LANDASAN TEORI Pada bab ini diuraikan teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam penyusunan penelitian dan pembahasan yang dihadapi BAB III. METODE PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai metode yang digunakan sebagai kerangka berpikir di dalam penelitian berupa variabel-variabel yang hendak diteliti. BAB IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini dibahas tentang temuan yang diperoleh dari analisis faktor dan keterbatasan dari penelitian serta penlitian lanjutan. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini merupakan penutup yang akan mengemukakan beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan, serta diberikan saran-saran yang berguna sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan.. 7