BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di lingkungan. Tapi banyak juga orang sering berkata, masa yang paling indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak mengalami suatu awal masa, di mana ingin mencari sesuatu yang namanya 'jatidiri'. Pada saat proses pencarian jatidiri itu pasti akan banyak menemukan masalah (Stanley Hall dalam Santrock, 2003). Masalah kenakalan remaja atau berita tentang kenakalan remaja mungkin sudah tidak asing lagi terdengar ditelinga masyarakat. Remaja menjadi salah satu figure sorotan masyarakat. Masalah kenakalan remaja perlu ditindak lanjuti agar tidak semakin maraknya kasus-kasus lainnya yang terjadi dan perlu diperhatikan khususnya para orang tua yang mempunyai anak remaja. Banyak sekali kasus-kasus yang membahas tentang perilaku kenakalan remaja yang dibuat dimedia cetak maupun elektronik. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Ujung Pandang, tidak sedikit remaja yang melakukan
1
tindakan yang melanggar norma-norma sosial. Mereka tidak mau mengikuti aturan. Melanggar aturan justru merupakan kebanggaan tersendiri diantara kelompoknya (Dariyo, 2004). Berdasarkan data di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang tercatat sebagai wilayah hukum Kepolisian Daerah Metro Jaya, sejak Januari hingga 12 Juni 2006, terjadi kejahatan tiap 28,17 menit. Angka 28,17 menit itu merupakan hasil penghitungan crime clock dari 11 jenis kejahatan yang banyak menyita perhatian masyarakat (Kompas, 2006), Sedangkan data yang tercatat di Polsek Ciputat, sejak Januari hingga 28 Desember 2006, kejahatan serta kenakalan yang terjadi di Ciputat berkembang pesat hingga mencapai 80% (Polsek Ciputat, 2006). Data populasi kenakalan anak di Indonesia pada tahun 2004 berkisar 193.115 anak (Jurnal Psikologi). Perkembangan zaman atau adanya era globalisasi pada saat ini juga menjadi salah satu faktor penunjang terbentuknya perilaku kenalakan remaja. Kemajuan teknologi yang ada justru tidak hanya membawa dampak positif pada remaja tetapi juga terkadang malah menjerumuskan ke dalam hal yang negatif, diakibatkan karena penyalah gunaan. Contohnya saja seperti penggunan internet dan adanya media massa seperti televisi. Setiap masyarakat di manapun mereka berada pasti mengalami perubahan, perubahan itu terjadi akibat adanya interaksi antar manusia. Perubahan sosial tidak dapat dielakkan lagi, berkat adanya kemajuan ilmu dan teknologi membawa banyak perubahan antara lain perubahan norma,
2
nilai, tingkah laku dan pola-pola tingkah laku baik individu maupun kelompok (Tjipto Subadi 2009: 21) Kenakalan remaja tidak bisa dilepaskan dari pengaruh lingkungan dimana remaja tinggal. Lingkungan ini terdiri dari keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Dari berbagai bentuk lingkungan yang ada sebenarnya keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pembentukan kepribadian seorang manusia. Melalui pola asuh dari orang tuanya seorang anak akan memperoleh berbagai bekal berharga untuk memasuki masa remaja yang penuh gejolak. Melalui pola asuh yang baik, seorang remaja akan memiliki bekal dalam menghadapi berbagai pengaruh lingkungan, baik dari masyarakat maupun lingkungan yang lebih luas, termasuk pengaruh media massa dan media lainnya. Menurut Mu’tadin (2002) remaja sering mengalami dilema yang sangat besar antara mengikuti kehendak orang tua atau mengikuti kehendaknya sendiri. Situasi ini dikenal dengan ambivalensi dan hal ini akan menimbulkan konflik pada diri remaja. Konflik ini akan mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri, sehingga sering menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya, bahkan dalam beberapa kasus tidak jarang remaja menjadi frustasi dan memendam kemarahan yang mendalam kepada orang tuanya dan orang lain disekitarnya. Frustasi dan kemarahan tersebut seringkali di ungkapkan dengan perilaku-perilaku yang tidak simpatik terhadap orang tua maupun orang lain yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya. Penelitian
3
yang dilakukan BKKBN (badan kependudukan dan keluarga berencana nasional) pada umumnya masalah antara orang tua dan anaknya bukan hal-hal yang mendalam seperti masalah ekonomi, agama, sosial, politik, tetapi hal yang sepele seperti tugas-tugas di rumah tangga, pakaian dan penampilan. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Masa remaja adalah masa-masa yang paling indah. Begitu syair lagu yang sering kita dengarkan. Ada yang berhasil melalui tahapan ini dengan baik dan berhasil mengukir prestasi. Namun tak sedikit pula yang gagal dan terjebak dalam berbagai bentuk kenakalan remaja yang meresahkan. Sebagai sebuah tahapan dalam periode perkembangan manusia, masa remaja merupakan masa yang paling rentan. Secara psikologis, perubahan kondisi pada masa ini menyebabkan remaja mudah menyerap pengaruh yang datang dari sekitarnya. Kita tentu sering mendengar perilaku remaja yang senang meniru gaya dari para bintang idolanya. Dari gaya rambut, mode busana, maupun gaya hidup artis atau penyanyi idolanya kerap menjadi inspirasi yang mempengaruhi perilaku dan gaya hidup sang remaja. Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak
4
jelas adalah perubahan fisik, di mana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu melepaskan diri secara emosional dan orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa (Agustian, 2006). Pada masa remaja terutama remaja awal merupakan fase dimana teman sebaya sangat penting baginya. Remaja sering terbentuk kelompok atau lebih dikenal dengan sebutan gang. Idealisme mereka sangat kuat dan identitas diri mulai terbentuk dengan emosi yang labil. Dalam subjek, orangtua sangat berperan dalam mengawasi anak-anaknya dalam bergaul dan menuntun mereka dalam menjalani hidup supaya tidak salah bergaul dengan teman-teman yang dapat menjerumuskan mereka. Keluarga bagaikan vital mereka sebagai pedoman dalam hidup. Bila mereka kehilangan pedoman hidup mereka ini maka mereka akan susah untuk melewati masa kritis dalam hidup mereka. Masa kritis tersebut diwarnai oleh
konflik-konflik
internal,
pemikiran
kritis,
perasaan
mudah
tersinggung, dan cita-cita serta keinginan yang tinggi tetapi sulit untuk diwujudkan sehingga menimbulkan stress dan frustasi. Masalah keluarga yang orang tuanya bercerai menjadi akar dari permasalahan remaja. Timbulnya kenakalan remaja bukan karena murni dari remaja itu sendiri, tetapi kenakalan itu merupakan efek samping dari hal-hal yang tidak dapat ditanggulangi oleh remaja dalam keluarganya. Bahkan orang tua itu
5
sendiripun tidak mampu mengatasinya, akibatnya remaja menjadi korban keadaan keluarganya (Soekanto, 2004). Pada saat seseorang tumbuh menjadi lebih besar, dari tahap anak-anak menuju dewasa dan dikatakan sudah memasuki tahap remaja mereka mengalami masa pubertas, masa baru beranjak dewasa, masa mereka ingin mencoba-coba hal baru yang belum pernah dilakukannya, dan dimasa itulah mereka belum pandai mengolah emosinya (labil). Perilaku kenakalan remaja timbul akibat adanya dorongan kuat dari dalam dan dari luar. Ketika di dalam sebuah keluarga seseorang merasa terabaikan, kurangnya perhatian dari orang tua, mempunyai keluarga yang tidak harmonis, menjadi anak korban broken home, dan lain-lain. Itu semua menjadi pemicu dalam pembentukan perilaku kenakalan remaja. Ditambah lagi misalnya lingkungan sekitarnya atau lingkungan pergaulannya yang mempengaruhi buruk, semakin mudahlah terciptanya perilaku kenakalan/anti sosial tersebut. Contohnya seperti, tawuran mahasiswa akhir-akhir ini di Jakarta dan di luar Pulau Jawa. Tidak hanya menggunakan tangan kosong, tetapi mahasiswa juga banyak membawa senjata tumpul dan tajam. Banyak sekali yang menjadi provokatornya. Hal itu semua terjadi karena hal-hal yang kecil, seperti saja tidak sengaja menabrak atau berkata yang tidak sopan kepada orang lain. Banyak kasus yang dilakukan remaja akibat dari pergaulan bebas seperti pemakai dan pengedar narkoba, merokok, berjudi, melakukan hubungan seks diluar pernikahan hingga terjangkit virus HIV/AIDS, dan lain-lain. Hal ini dibuktikan dengan jumlah pengguna narkoba suntik di seluruh
6
dunia menurut laporan Jurnal Kedokteran Inggris. Mereka menyatakan sekitar tiga juta pengguna narkoba suntik di dunia yang kemungkinan positif terkena penyakit AIDS. Saat ini kenakalan remaja yang terjadi dalam masyarakat cukup menonjol baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Hal ini karena kenakalan remaja yang tampak bukan sekedar pencarian identitas diri remaja, melainkan sudah pada tindakan kriminal seperti pengrusakan, penganiayaan, perkelahian massal (tawuran), mabukmabukan, menghisap narkoba bahkan pembunuhan (Lunata dan Ahkam, 2005). Penelitian Balitbang Dikbud tahun 1996 menyimpulkan bahwa tindak kenakalan remaja tidak saja terbatas pada penyimpangan perilaku yang ringan seperti kurang hormat pada guru, merokok, corat-coret tetapi sudah pada kenakalan yang menjurus pada tindakan kriminal yang berdampak buruk pada masa depan bangsa (Lunata dan Ahkam, 2005). Conger (dalam Abin Syamsudin, 2000: 132), memberikan penafsiran sebagai ciri dari remaja sebagai suatu masa yang amat kritis yang mungkin dapat merupakan tipe of time and the worst of time. Kalau individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapinya secara integratif, ia akan menemukan identitasnya yang akan dibawa menjelang masa dewasanya. Sebaliknya kalau gagal, ia akan berada pada kritis identitas yang berkepanjangan.
7
1.2.
1.3.
Rumusan Masalah -
Apa yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja?
-
Masuk kedalam aspek kenakalan remaja apa subjek penelitian?
Tujuan Penelitian Untuk mengungkap kasus-kasus yang diterjadi akibat adanya kenakalan remaja kedalam bentuk kategori/aspek perilaku nakal yang dilakukan. Memberikan penjelasan sebab dan akibat terjadinya kenakalan remaja, dan memberikan sedikit gambaran mengenai kehidupan sosial si subjek penelitian.
1.4.
Manfaat dan Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat: a. Aspek teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial mengenai studi kasus terhadap kenakalan remaja dan untuk memberikan pengetahuan yang lebih bagi setiap pembaca. b. Aspek praktis Memberikan informasi atau pengetahuan yang lebih bagi setiap pembaca khususnya orang tua yang memiliki anak usia remaja, agar dapat diperhatikan lagi buah hatinya dan juga memberikan sumbangan pemikirian bagi remaja agar setidaknya menghindari dan tidak ikut-ikut untuk meniru perilaku kenakalan tersebut. Memberi tahu faktor-faktor apa
8
saja yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja dan dampak-dampak apa saja yang terjadi. 1.5.
Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, penulis membagi dalam beberapa bab yang sistematikanya adalah sebagai berikut: Bab I
:Berisi pendahuluan yang membahas latar belakang, tujuan, dan
manfaat penelitian, pembatasan dan perumusan
masalah, dan sistematika masalah. Bab II
:Berisi mengenai kajian kepustakaan yang memuat tentang pengertian kenakalan remaja, bentuk- bentuk kenakalan remaja, aspek-aspek kenakalan remaja, faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja, dampak akibat kenakalan remaja dan pengertian remaja itu sendiri.
BAB III
:Berisi
tentang
pendekatan
metode
penelitian
yang
mencakup
penelitian, prosedur pengambilan subjek,
karakteristik subjek, metode pengumpulan data dan prosedur analisis data. Bab IV
:Memuat
tentang
hasil
penelitian,
yang
mencakup
gambaran identitas subjek, gambaran diri subjek, dan hasil wawancara Bab V
: Memuat tentang Kesimpulan, Diskusi dan Saran
9