1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tingkat pemahaman siswa tentang pengetahuan tauhid berbeda-beda. Tingkat pemahaman siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor usia, faktor pendidik atau pengajar, dan sebagainya. Pemahaman anakanak pada umumnya menerima sepenuhnya apa yang diajarkan orang tua ataupun gurunya. Sedangkan para remaja menunjukkan sikap yang lebih kritis terhadap apa yang diterimanya. Tingkat pemahaman siswa dapat dipengaruhi oleh faktor pendidik atau pengajar. Pendidik yang telah menguasai ilmu tentang mendidik, tentu akan lebih berhasil dari pada para pendidik yang tidak menguasai ilmu tentang mendidik. Memahami tauhid merupakan kewajiban pertama kali bagi manusia yang hidup di dunia ini, karena tauhid atau aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh fondasi yang dibuat. Kalau fondasinya lemah, bangunan itu akan cepat roboh. Seseorang yang memiliki tauhid atau aqidah yang kuat pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermuamalah dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah SWT kalau tidak dilandasi dengan tauhid atau aqidah. Seseorang tidaklah dinamai berakhlak mulia bila tidak memiliki tauhid atau aqidah yang benar.1 1
Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc, Kuliah Aqidah Islam, LPPI UNIMUH, Yogyakarta, 1993, hal.9
1
2
Dengan memahami tauhid yang benar, seseorang akan memiliki akhlak yang mulia. Hal ini jelas sekali, karena seseorang yang memahami tauhid dengan benar, dia tidak hanya menghafal secara urut tentang sifat-sifat wajib bagi Allah. Tetapi memahami betul maksud kandungannya. Misalnya Allah SWT Maha Mengetahui. Dengan memahami bahwa Allah adalah Al-„Alim (Yang Maha Mengetahui), kita harus mengaplikasikan keyakinan tersebut dalam kehidupan nyata, dengan berusaha optimal melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, di manapun, kapanpun, baik di tempat ramai, maupun di tempat sunyi. Kita tidak lagi terpengaruh dengan “diketahui” atau “tidak diketahui” oleh orang lain untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu, karena kita menyadari sepenuhnya bahwa Allah SWT yang Maha Mengetahui pasti selalu melihat, mendengar, dan memperhatikan apa yang kita lakukan di mana saja dan kapan saja. 2 Firman Alah SWT dalam Surat Al-Hajj ayat 70: 3
Artinya : “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi …” (QS (22) : 70)
2 3
Ibid, hal. 59 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Dan Terjemahannya, Pustaka Amani, Jakarta,2005,hal. 473
3
Firman Allah SWT Surat Az-Zalzalah ayat 7-8 : 4
Artinya : “Barang siapa yang beramal walau sebesar dzarrah (atom) dari kebajikan pastilah akan dilihat-Nya. Dan barang siapa yang beramal walaupun sebesar dzarrah dari kejahatan, akan dilihat-Nya pula.” Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, dari Abdullah bin Umar, diceritakan bahwa pernah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW, yang ternyata orang itu adalah Malaikat Jibril, menanyakan tentang iman, islam, dan ihsan. Dalam dialog antara Rasulullah SAW dengan Malaikat Jibril, diantaranya menjelaskan bahwa pengertian ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, tetapi jika engkai tidak melihat-Nya, yakinlah bahwa Ia selalu melihat engkau. 5 Berdasarkan ayat-ayat Al Qur‟an dan hadits di atas, dapat kita petik pelajaran, bahwa seseorang yang memahami tauhidnya dengan benar, dia akan memiliki akhlak mulia. Salah satu wujud lahiriyah yang tampak pada akhlak mulia adalah sikap jujur. Tingkat kejujuran siswa dapat diwujudkan lewat ucapan maupun perbuatannya. Ucapan siswa yang jujur, tentu akan mengatakan apa saja yang sesuai dengan kenyataan yang ada. Perbuatan siswa yang jujur, bila ulangan 4 5
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Dan Terjemahannya, Pustaka Amani, Jakarta,2005,hal. 909 Dr. Asmaran As, M.A, Pengantar Studi Akhlak, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal 70
4
tentu tidak akan menyontek, bila mendapat amanat akan menyampaikan dan menjaganya, bila dipercaya tidak akan menghianati. Bahkan dalam beribadah pun mereka tetap melaksanakan dengan sadar, tanpa menunggu perintah orang lain. Hal ini dilakukan, karena mereka yakin akan adanya kekuatan gaib yang mengawasinya yaitu Allah. Dan ini dilakukan karena memang kejujuran adalah perintah agama. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim : 6
Artinya : “Kalian harus jujur karena kejujuran akan menghantarkan kebaikan dan kebaikan akan menghantarkan kepada surga. Sungguh seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan menjaga kejujuran akan dinilai di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian terhadap sifat dusta karena kedustaan akan menghantarkan kepada kemaksiatan dan kemaksiatan akan menghantarkan kepada neraka. Sungguh seseorang yang senantiasa berdusta dan berupaya untuk selalu berdusta akan dianggap di sisi Allah sebagai pendusta.
6
Ibnu Hajar Al As Qolani, Terjemah Bulughul Maram, Pustaka Amani, Jakarta, 1996, hal 605-606
5
Hadis yang diriwayatkan Imam Muslim. 7
Artinya: ”Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat khianat” (HR. Muslim) Dengan demikian, menurut hemat peneliti bahwa siswa yang jujur, pasti dapat dipercaya dan apabila berjanji akan selalu menepati. Hal ini karena tingkat pemahaman tauhidnya tinggi. Jadi, memahami tauhid bagi para siswa sangat penting. Karena dengan betul-betul memahami pelajaran tauhid sejak dini, generasi mendatang akan tercipta generasi yang jujur, bersih, berwibawa, tidak suka”ngobral” janji yang tidak pernah ditepati, dan betul-betul amanah. Untuk mencapai tujuan ini, program yang disajikan dalam lembaga pendidikan di sekolah harus meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sebab kenyataan di lapangan, pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah, pada umumnya masih menekankan pada aspek kognitif. Sedangkan aspek afektif dan psikomotorik masih kurang mendapat perhatian. Selai itu pendidik (guru) harus betul-betul berusaha menguasai ilmu mendidik. Karena kenyataan di lapangan juga, bahwa sebagian besar pendidik khususnya di tingkat dasar, masih berprinsip bekerja untuk mendapatkan upah belaka. Dengan adanya penyajian dalam pendidikan Islam yang hanya terfokus pada aspek kognitif saja dan guru yang tidak menguasai ilmu mendidik, maka
7
Kh. Adib Bisri Musthofa, Terjemah Shahih Muslim, CV. Asy Syifa, Semarang, 1992, hal 72
6
hasil pendidikan yang diperoleh sebatas menghasilkan siswa-siswa yang berpengetahuan (dalam hal ini pengetahuan tauhid) saja. Sedangkan praktek sehari-hari belum bisa mencerminkan tauhid yang dimiliki. Kenyataannya masih banyak siswa-siswa yang menyontek waktu ulangan. Bahkan masyarakat, pejabat, wakil-wakil rakyat yang muslim, sikap mereka belum mencerminkan tauhid yang dimilikinya. Terutama sikap kejujuran. Seharusnya bila tauhid betul-betul dipahami, dan tertanam dalam hati, tentu kejujuran mereka akan tercermin dalam sikap sehari-hari. Berdasarkan latar belakang inilah peneliti mencoba mengadakan penelitian di MTs Assalafi Susukan memiliki pemahaman tauhid yang cukup dan memiliki tingkat kejujuran yang baik. Oleh karena itu, peneliti memilih judul HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PEMAHAMAN TAUHID DENGAN TINGKAT KEJUJURAN (STUDI KASUS SISWA MTs ASSALAFI SUSUKAN TAHUN 2010).
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat pemahaman tauhid yang berkaitan dengan sifat Allah SWT seperti Maha Mengetahui, Maha Melihat dan Maha Mendengar di kalangan siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010? 2. Bagaimana tingkat kejujuran dengan pemahaman tauhid seperti itu, dapat mewujudkan kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010? 3. Adakah hubungan antara tingkat pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010?
7
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman tauhid yang berkaitan dengan sifat Allah SWT seperti Maha Mengetahui, Maha Melihat, dan Maha Mendengar di kalangan siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010. 2. Untuk mengetahui tingkat kejujuran dengan pemahaman tauhid seperti itu, dapat mewujudkan kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010. 3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010.
D. Hipotesis Penelitian 1. Semakin tinggi pemahaman tauhid, semakin tinggi pula tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010. 2. Semakin rendah tingkat pemahaman tauhid, semakin rendah pula tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010.
E. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Demi pembangunan Sumber Daya Mnusia terutama generasi muda muslim, agar sejak dini terbentuk muslim yang berkualitas. Yaitu generasi muslim yang beriman dan berakhlak mulia.
8
2. menjadi salah satu sumbangan berharga bagi khasanah keilmuan islam di lingkungan MTs Assalafi Susukan khususnya dan seluruh umat muslim pada umumnya. Menurut hemat kami, penelitian ini sangat penting, karena : 1. Sampai saat ini, perilaku benar, jujur dan menepati janji yang merupakan akhlak mulia, semakin banyak dilecehkan orang. 2. Begitu mudahnya orang-orang di kalangan kita (muslim) saling membohongi dan mengingkari janji. Padahal kepercayaan merupakan modal utama dalam kehidupan bermasyarakat. 3. Seseorang yang memahami tauhid atau aqidah dengan benar, pasti akan memiliki akhlak yang mulia, dan akan melaksanakan ibadah dengan tertib. Seseorang tidak akan dinamakan berakhlak mulia bila tidak memiliki tauhid atau aqidah. Dan ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah SWT, kalau tidak dilandasi aqidah yang benar. Dengan penelitian ini, harapan kami : 1. Semoga pemahaman tauhid siswa-siswa MTs Assalafi Susukan semakin meningkat, dan semakin meningkat pula kejujuran mereka. 2. semoga Lembaga Pendidikan MTs Assalafi Susukan dapat menginstruksikan pembiasaan jujur bagi siswa-siswanya. Dan memasyarakatkan budaya rasa bangga dan penghormatan terhadap siswa-siswa yang memiliki sifat benar, jujur, dan menepati janji.
9
F. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini, perlu kami memberi batasan-batasan yang berhubungan dengan konsep pokok pada judul ini. 1. Hubungan Yang dimaksud hubungan dalam penelitian ini adalah hubungan antara dua variabel, yaitu tingkat pemahaman tauhid sebagai variabel bebas, dan tingkat kejujuran sebagai variabel terikat. Adapun hubungan dalam penilitian ini adalah hubungan yang searah. Artinya hubungan antara dua variabel tersebut menunjukkan arah yang sama. 2. Pemahaman tauhid Yang dimaksud pemahaman tauhid dalam penelitian ini adalah memahami dengan benar atau yakin, bahwa Allah SWT Yang Maha Esa itu mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi. Walaupun kita tidak melihat-Nya, namun kita yakin bahwa Allah selalu melihat kita. Bahkan amal perbuatan kita yang baik maupun yang jahat, walau hanya seberat atom pun, Allah SWT tetap mengetahui. 3. Kejujuran Yang dimaksud kejujuran dalam penelitian ini adalah takut berbuat dusta atau bohong dimanapun, kapanpun, baik di tempat ramai, maupun di tempat sunyi. Tidak lagi terpengaruh dengan ”diketahui” atau ”tidak diketahui” oleh orang lain untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu, karena kita menyadari sepenuhnya bahwa Allah SWT pasti mengetahui.
10
G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Dalam memahami subyek dan obyek penelitian, peneliti menggunakan pendekatan : a. Metode wawancara b. Metde dokumentasi c. Metode angket 2. Lokasi dan waktu Penelitian ini dilaksanakan di MTs Assalafi Susukan, mulai tanggal 9 Nopember sampai dengan 9 Desember 2009. 3. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa
MTs Assalafi
Susukan yang berjumlah 121 siswa . Sedangkan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII MTs Assalafi Susukan yang berjumlah 34 siswa . 4. Pengumpulan Data a. Metode wawancara Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data dengan menggunakan pertanyaan yang ada hubungan dengan sejarah berdirinya sekolah dan keadaan siswa. Adapun responden yang diwawancarai adalah kepala sekolah , wali kelas VII, guru Bimbingan Konseling, dan kepala tata usaha MTs Assalafi Susukan.
11
b. Metode Dokomentsi Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui gambaran umum sekolah, guru, sarana prasarana MTs Assalafi Susukan. c. Metode Angket Metode ini penulis gunakan untuk mencari data tentang pemahaman tauhid dan tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan 5. Analisis Data a. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, digunakan analisa statistik dengan rumus prosentase. P
F 100% N
Keterangan : P
= Angka prosentase yang dicari
F
=
Frekuensi dari jawaban
N
=
Jumlah responden
b. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan, digunakan rumus korelasi product moment.
Keterangan : rxy : Koefisien korelasi variable x dan variable y xy : perkalian antara x dan y x 2 : Variabel pengaruh
12
y 2 : Variabel terpengaruh N : Jumlah Sampel yang diselidiki ∑ : Sigma (jumlah)
H. Sistematika Penulisan Skripsi Dalam penulisan skripsi ini akan membahas masalah-masalah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian sebelumnya. Adapun sistematika ini adalah sebagai berikut : BAB I
: Pendahuluan yang berisi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi.
BAB II
: Landasan teori yang berisi : A. Pemahaman tauhid yang berkaitan dengan kejujuran 1. Pengertian tauhid 2. Ruang lingkup tauhid 3. Peranan tauhid dalam agama a. fondasi ibadah b. fondasi akhlak 4. Peranan tauhid dalam kejujuran a. fondasi ucapan yang benar b. FONDASI perbuatan yang benar
13
B. Kejujuran 1. Pengertian kejujuran 2. Peranan kejujuran 3. Pelaksanaan kejujuran BAB III
: Gambaran umum MTs AQssalafi Susukan, yang berisi : Sejarah berdirinya MTs Assalafi, struktur organisasi MTs Assalafi, keadaan siswa MTs Assalafi, keadaan karyawan MTs Assalafi, sarana prasarana MTs Assalafi, keadaan guru MTs Assalafi, visi dan misi MTs Assalafi, data responden .
BAB IV
: Hubungan antara tingkat pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran. 1. Penyajian data hasil angket 2. Analisa data 3. Hasil penelitian
BAB V
: Penutup, yang berisi : 1. Kesimpulan 2. Saran-saran 3. Penutup
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pemahaman Tauhid Yang Berkaitan Dengan Kejujuran 1. Pengertian Tauhid Tauhid artinya mengesakan (mengesakan Allah-Tauhidullah). Ajaran Tauhid adalah tema sentral aqidah dan iman, oleh sebab itu aqidah dan iman diidentikkan juga dengan istilah tauhid (Drs. H. Yunahar Ilyas,c,1993;5). Pengertian ilmu tauhid menurut Syeh Muhammad Abduh, asal makna ilmu tauhid ialah mengiktikadkan bahwa Allah adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Ilmu ini menetapkan sifat Esa bagi Allah dalam Dzat-Nya dan perbuatan-Nya. Ilmu tauhid yang juga disebut ilmu kalam ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifa-sifat Allah yang wajib, jaiz dan sifat-sifat yang sama sekali wajib ditiadakan dari pada-Nya, juga membahas tentang rasul-rasul Nya untuk menetapkan kebenaran. 1 Menurut ulama-ulama ahli sunnah, tauhid ialah bahwa Allah itu Esa dalam Dzat-Nya, tidak terbagi-bagi, Esa dalam sifat-sifat-Nya, Esa dalam perbuatan-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. 2 Beberapa istilah lain yang semakna dengan tauhid yaitu iman dan aqidah dan yang semakna dengan ilmu aqidah yaitu ushuluddin, ilmu kalam dan fikih akbar.3
1
Drs. H. Sahilun. A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, Rajawali Pers, Jakarta, 1991 hal 1 Ibid, hal 6 3 Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc, Kuliah Aqidah Islam, LPPI UNIMUH, Yogyakarta, 1993, hal 4-5 2
14
15
Iman semakna dengan tauhid. Iman adalah keyakinan yang terhujam di dalam hati dengan penuh yakin, tak ada perasaan syak dan ragu-ragu, serta mempengaruhi orientasi kehidupan, sikap dan aktivitas keseharian. Jadi tidak bisa dikatakan iman jika hanya sekedar hafal secara urut tentang sifat-sifat Allah, maupun hafal secara urut tentang rukun iman. Iman bukan hanya sekedar ucapan lisan seseorang bahwa dirinya adalah orang beriman, sebab orang-orang munafik pun dengan lisannya menyatakan hal yang sama, namun hatinya mengingkari apa yang dikatakan itu. Demikian juga iman bukan sekedar pengetahuan akan makna dan hakikat iman, sebab tidak sedikit orang yang mengetahui hakikat iman akan tetapi mereka tetap ingkar. Dengan demikian iman atau tauhid memerlukan penerimaan akal hingga mencapai keyakinan yang benar-benar teguh, tidak lentur dengan perasaan bimbang dan keraguan. Firman Allah dalam Surat Al Hujurat ayat 15.4
Artinya : ”Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasulullah, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al Hujurat (49) : 15)
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Pustaka Amani, Jakarta, 2005, hal 473
16
Memahami tauhid merupakan kewajiban pertama kali bagi manusia yang hidup di dunia ini, karena tauhid atau aqidah adalah dasar, pondasi yang paling utama dari semua agama. Menurut Sayyid Afandi Aljisr At Tarabulise, ilmu tauhid adalah pokok yang paling utama dari semua ilmu agama, karena bertalian erat dengan Dzat Allah serta Rasul-Nya. Ilmu tauhid dibawa oleh sekalian rasul sejak nabi Adam a.s. hingga nabi Muhammad SAW. 5 Menurut Prof . Hasby Ash Shidieq dalam buah karyanya ”Sejarah Dan Pengantar Ilmu Tauhid” menyatakan : ” Pokok pembicaraan ilmu tauhid ialah aqidah. Dan yang dimaksud aqidah ialah pendapat dan pikiran atau anutan yang mempengaruhi jiwa manusia, kemudian dibela dan dipertahankan dan diiktikadkan bahwa hal itu adalah benar, harus dipertahankan dan diperkembangkan. Juga dikatakan bahwa aqidah menurut bahasa ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terhujam kuat didalam lubuk jiwa dan tidak dapat beralih dari padanya. 6 Berdasarkan pengertian dan istilah-istilah tauhid diatas manusia hidup harus memahami tauhid dengan benar yaitu mengiktikadkan dengan yakin dan tidak ragu bahwa Allah adalah Maha Esa. Esa dalam Dzat-Nya, sifat-sifatNya perbutan-Nya, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Tauhid atau aqidah merupakan dasar, pondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh pondasi yang harus dibuat. Kalau pondasinya lemah, bangunan itu akan cepat roboh. Seseorang yang memiliki tauhid atau aqidah yang kuat, pasti 5 6
Drs. H. Sahilan. A. Nasir, Pengatntar Ilmu Kalam, Rajawali Pers, Jakarta, 1991 hal 3 M. Handani B. Dz, Pendidikan Ketuhanan dalam Islam, Anggota IKAPI Jateng, 2001, hal 5
17
akan melaksanakan ibadah dengan tertib, mamiliki akhlak mulia dan bermuamalah dengan baik. Seseorang tidaklah dinamai berakhlak mulia bila tidak memiliki tauhid yang benar.7 Jadi jelas, untuk mendasari tingkah laku seseorang agar terwujud akhlaknya yang mulia, terutama sikap jujur, seseorang tersebut harus betulbetul memahami tauhid dengan benar tentang sifat-sifat wajib bagi Allah, terutama sifat Ilmu, Sama’ dan Bashar. Karena dengan meyakini dengan mengaplikasikan ketiga sifat Allah tersebut dalam kehidupan nyata, seseorang akan melaksanakan perintah-Nya dan menghentikan larangan-Nya, tanpa diawasi oleh orang lain. Kita tidak lagi terpengaruh dengan ”diketahui” atau ”tidak diketahui” oleh orang lain untuk melakukan atau meniggalkan sesuatu, karena kita menyadari sepenuhnya bahwa Allah SWT. Yang Maha Mengetahui pasti selalu melihat, mendengar dan memperhatikan apa yang kita lakukan dimana dan kapan saja. Firman Allah dalam surat Al-Hajj ayat 70 :8
... Artinya: ”Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesunggihnya Allah mengetahui apa saja yang ada dilangit dan di bumi. . .” (Qs. Al-Hajj(22) :70)
7 8
Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc, Kuliah Aqidah Islam, LPPI UNIMUH, Yogyakarta, 1993, hal 9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Pustaka Amani, Jakarta, 2005, hal 473
18
Firman Allah SWT dalam surat Az-Zalzalah ayat 7-8 :9
Artinya : ”Barang siapa yang beramal walau sebesar dzarrrah (atom) dari kebajikan pasti akan dilihatnya. Dan barang siapa beramal walaupun seberat dzarrah dari kejahatan, akan dilihatnya pula. (Qs. Az-Zalzalah (99) : 7-8) Menurut hadist yang di riwayatkan oleh muslim, dari Abdullah bin Umar, diceritakan bahwa pernah datang seorag laki-laki kepada Rasulullah SAW., yang ternyata orang itu adalah malaikat Jibril yang menanyakan tantang Iman, Islam, dan Ihsan. Dalam dialog antara Rasulullah SAW. dengan malaikat Jibril, diantaranya menjelaskan bahwa pengertian Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya, tetapi jika engkau tidak melihatnya, yakinlah bahwa Dia selalu melihat engkau.10 Menurut Sayyid Husain Afandi Aljisr At Tarabulise dalam bukunya “Memperkokoh Aqidah Islamiyah” yang diterjemahkan oleh KH. Abdullah Zaky Al-Kaaf, arti iman kepada Allah SWT. Yaitu hendaknya seorang hamba Allah itu mengiktikadkan dengan keteguhan hatinya akan sifat-sifat Allah SWT. Baik yang wajib, mustahil serta yang jaiz. Secara keseluruhan ia harus beriktikad dengan seteguh hati, bahwa Allah itu wajib mempunyai sifat kesempurnaan yang sesuai dengan keadaan ketuhanan-Nya, dan mustahil bersifat dengan segala macam kekurangan, serta jaiz bagi Allah untuk melakukan setiap yang mungkin atau meninggalkannya. Seorang hamba itu 9
Ibid, hal 909 Dr. Asmaran As,M.A, Pengantar Studi Akhlaq, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal 70
10
19
wajib mengiktikadkan secara terperinci sifat-sifat Allah yang menunjukkan kesempurnaanNya yang berjumlah tiga belas.11 Ketiga belas sifat ini diantarnya adalah : Ilmu (Allah Maha Mengetahui), Sama’ (Allah Maha Mendengar), Bashar (Allah Maha Melihat). Dengan sifat ilmu inilah, Allah dapat mengetahui apa yang ada di alam semesta ini, baik apa-apa yang termasuk hal-hal yang wajib maupun yang jaiz dan yang mistahil. Dengan sifat sama’, Allah dapat mendengar suara yang jelas, samar, bahkan suara dalam hati pun Allah dapat mendengarNya. Demikian pula dengan sifat Bashar, Allah dapat melihat seluruh isi alam semesta ini baik yang dapat dilihat manusia maupun yang tidak dapat dilihat oleh manusia. 2. Ruang Lingkup Pembahasan Tauhid Sistematika yang penulis gunakan dalam pembahasan ini adalah yang pokok-pokok saja yaitu mengikuti sistematika arkanul iman. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Raslullah SAW tatkala berdialog dengan malaikat Jibril tentang iman. Disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim. 12
Artinya : ”Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rosul-Rosul-Nya, dan kepada Hari Akhir, serta engkau beriman kepada Taqdir-Nya yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim) 11 12
KH. Abdullah Zakiy Al Kaaf, Memperkokoh Aqidah Islamiyah, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hal19 KH. Adib Bisri Musthofa, Terjemah Shahih Muslim, CV. Asy Syifa, Semarang, 1992, hal 2
20
a. Iman Kepada Allah Beriman kepada Allah merupakan keimanan yang paling pokok dan mendasar, karena merupakan dasar keimanan selanjutnya. Iman kepada Allah akan menandai perilaku seorang muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa Allah itu ada, maha mengetahui, maha mendengar, dan maha melihat, maka dalam perilakunya akan lahir sikap hati-hati dan waspada. Selama iman ada pada dirinya, maka tidak mungkin akan berbuat yang tidak sesuai dengan perintah Allah. Iman kepada Allah adalah meyakini sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah. Esensi imankepada Allah adalah tauhid. Yaitu men-esakan-Nya baik dzat, asma’ dan sifat, maupun perbuatan-Nya. Al-Asma’ artinya nama-nama, dan As-Sifat artinya sifat-siat. Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang menunjukkan ke-Maha Sempurnaan-Nya. Diantaranya sifat-sifat Allah itu misalnya Allah Maha Mengetahui, Allah Maha Melihat, Allah Maha Mendengar dan sebagainya. Sedangkan nama-nama Allah disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan Bukhori Muslim sebagai berikut :13
13
Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc, Kuliah Aqidah Islam, LPPI UNIMUH, Yugyakarta, 1993, hal 56
21
Artinya : ”Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, seratus kurang satu. Tiadalah seseorang menghafalnya kecuali dia akan masuk surga. Dia itu Tunggal dan menyukai yang tunggal.” (H.R Bukhori Muslim) Kata ”menghafal” dalam hadis di atas janganlah diartikan secara sempit dengan sekedar menghafal di lisan, tapi lebih dari itu yaitu mengimani dan mengamalkan dalam kehidupan. Misalnya dengan meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui, maka seseorang akan sadar bahwa apa yang dilakukan di mana dan kapan saja, baik tampak maupun tidak tampak Allah tetap mengetahuinya. Dengan meyakini ketiga contoh sifat Allah di atas, yaitu Allah Maha Mengetahui, Maha Melihat, dan Allah Maha Mendengar, jelaslah bahwa Allah Maha Mampu mengontrol segala sikap dan tingkah laku umat manusia. Firman Allah dalam Surat Al-Hadid ayat 4 sebagai berikut:14
Artinya : ”Dia yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari tertentu. Kemudian Dia bersemayam di ’Arsy. Dia mengetahui apa-apa yang turun
14
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Pustaka Amani, Jakarta, 2005, hal 785
22
dari langit dan apa-apa yang naik kepada-Nya. Dia bersamamu, di mana saja kamu berada. Allah maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hadid(57) : 4) Firman Allah dalam surat Al-Mujadilah ayat 7 :15
Artinya : ”Tiadalah engaku ketahui bahwa Allah Mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi? Tiadalah berbisik tiga orang, melainkan Dia yang keempatnya, dan tidak pula lima orang, melainkan Dia yang keenamnya, dan tiada kurang daripada itu dan tidak pula lebih, melainkan Dia bersama mereka, di mana saja mereka berada. Kemudian Dia kabarkan kepada mereka apa-apa yang mereka kerjakan pada hari kiamat. Sungguh Allah maha mengetahui tiap-tiap sesuatu.” (QS Al-Mujadilah(58) : 7) Fungsi Iman Kepada Allah, antara lain :
15
-
Menumbuhkan sikap jujur
-
Menumbuhkan sikap disiplin dalam segala kegiatan
-
Meningkatkan semangat kerja dan beribadah
-
Meningkatkan rasa percaya diri
Ibid, hal 792
23
-
Memperkuat keimanan
-
Memberikan ketenangan, ketentraman dan kedamaian
-
Menyadarkan manusia agar selalu ingat kepada Allah
b. Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah Keyakinan terhadap malaikat adalah salah satu dari keyakinan yang harus diyakini dan tidak sedikitpun bercampur keraguan. Kita yakin bahwa malaikat adalah makhluk yang selalu taat kepada Allah, serta tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka. Jumlah malaikat sangat banyak. Mereka memiliki tugas yang berbeda-beda. Sebagian dari malaikat disebutkan nama-nama mereka dan sebagian lagi hanya dijelaskan tugastugasnya saja. Diantara malaikat-malaikat itu ada yang mendapat tugas mencatat amal perbuatan manusia, yaitu malaikat Raqib dan ’Atid. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Qaf ayat 17-18, sebagai berikut:16
Artinya : ”Ketika dua malaikat mencatat ama perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada satu kata yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat Raqib dan ’Atid.” (QS Qaf (50) : 17-18)
16
Ibid, hal 748
24
Berdasarkan kedua ayat tersebut, jelaslah bahwa setiap manusia selalu diawasi malaikat Raqib dan ’Atid untuk dicatat amal perbuatannya. Dengan demikian keyakinan terhadap malaikat, tidak hanya dihafal namanama dan tugasnya saja, melainkan harus dihayati keyakinan tersebut dalam kehidupan nyata. Sehingga manusia akan selalu berhati-hati. Sebab apapun perbuatannya akan dicatat oleh malaikat Raqib dan ’Atid. Jadi salah satu fungsi beriman kepada malaikat Allah adalah berusaha selalu berbuat kebaikan dan menjauhi segala kemaksiatan serta ingat senantiasa kepada Allah SWT, sebab malaikat Raqib dan ’Atid selalu mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia. c. Iman Kepada KitabAllah Seorang muslim wajib mengimani semua kitab-kitab suci yang telah diturunkan oleh Allah SWT kepada para nabi dan rosul-Nya. Akan tetapi tentu ada perbedaan konsekuensi keimanan antara iman kepada AlQur’an dan iman kepada kitab suci sebelumnya. Kalau terhadap kitab suci sebelumnya seorang muslim hanyalah mempunyai kewajiban mengimani keberadaan
dan
kebenarannya
tanpa
kewajiban
mempelajari,
mengamalkan dan mendakwahkan kandungannya. Karena kitab-kitab suci tersebut berlaku untuk umat dan masa tertentu yang telah berakhir dengan kedatangan kitab suci yang terakhir yaitu Al-Qur’an. Sedangkan iman kepada Al-Qur’an membawa konsekuensi yang lebih luas. Seperti mempelajarinya, mengamalkan dan mendakwahkannya serta membelanya dari serangan musuh-musuh Islam.
25
Jadi kewajiban seorang muslim terhadap Al-Qur’an, antara lain : 17 1) Mengimani bahwa A-Qur’an adalah kitab Allah yang terakhir yang berfungsi sebagai Nasikh, Muhaimin, dan Mushaddiq bagi kitab-kitab suci sebelumnya. 2) Mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam seluruh kehidupannya, baik kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, bernegara, maupun kehidupan internasional. 3) Mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain sehingga mereka dapat membaca, memahami dan mengamalkannya. Adapun fungsi iman kepada kitab-kitab Allah, antara lain : -
Untuk mengenal Tuhan, karena dengan menggunakan akal, manusia tidak dapat mengenal Tuhannya dengan baik dan benar.
-
Sebagai pedoman hidup bagi dirinya, keluarganya, masyarakat dan negara.
-
Sebagai tolok ukur kebenaran hakiki.
d. Iman Kepada Rosul-Rosul Allah Rosul diutus kepada manusia, agar manusia dapat emmahami apa yang dikehendaki dan direncanakn oleh Allah, karena manusia tidak dapat berhubungan langsung dengan Allah. Rosul adalah manusia yang dipilih Allah dan diberi kuasa untuk menerangkan segala sesuatu yang ditanggung Allah.
17
Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc, Kuliah Aqidah Islam, LPPI UNIMUH, Yogyakarta, 1993, hal 132
26
Seorang muslim wajib beriman kepada seluruh nabi dan rosul yang telah diutus oleh Allah SWT, baik yang disebutkan namanya maupun yang tidak disebutkan. Bagi yang tidak disebutkan namanya kita wajib beriman secara ijmal tafshil. Seorang muslim wajib membenarkan semua rosul dengan sifat-sifatnya. Salah satu diantara sifat rosul adalah As-Shidqu. As-Shidqu (benar) artinya selalu berkata benar, tidak pernah dusta dalam keadaan bagaimana pun. Apapun yang dikatakan oleh seorang rosul, baik berupa berita, janji, ramalan masa depan dan lain-lain selalu mengandung kebenaran. Pendek kata seorang rosul selalu jujur atau benar, baik niat, keinginan, perkataan maupu perbuatan. 18 Oleh karena itu seorang muslim wajib menjadikan Rosulullah SAW sebagai uswatun hasanah dalam seluruh aspek kehidupannya. Firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 21 sebagai berikut :19
Artinya : ” Sesungguhnya telah ada pada diri rosulullah uswatun hasanah bagimu, yaitu bagi orng-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.” (QS A-Ahzab(33):21)
Fungsi iman kepada rosul-rosul Allah, antara lain : 18 19
Ibid, hal 140 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahanya, Pustaka Amani, Jakarta, 2005, hal.595
27
-
Untuk mengetahui segala tujuan Allah dalam menciptakan anusia, melalui rosul-rosul-Nya.
-
Untuk mendapatkan keteladanan tingkah laku yang baik dan mulia bagi kemanusiaan, memberikan contoh akhlak terpuji dan ibadah yang benar.
e. Iman Kepada Hari Akhir Seorang muslim wajib beriman kepada Hari Akhir dengan segala proses, peristiwa dan keadaan yang terjadi pada hari itu sesuai dengan apa-apa yang telah diberitakan di dalam Al-Qur’an dan Sunah Rosulullah SAW tanpa mengurangi dan menambah-nambahnya. Dan untuk hal-hal yang sifatnya teknis (kaifiyah) segala sesuatu yang menyangkut masalah ghaib hanyalah bisa diketahui sepanjang diberitahukan oleh Allah dan Rosul-Nya. Misalnya tentang timbangan (mizan) bagaimana bentuknya, bagaimaa menimbang amal perbuatan manusia, begitu pula tentang jembatan (shirat) bagaimana bentuknya dan bagaimana melaluinya serta hal-hal semacam itu tidak perlu dipikirkan dan diselidiki, cukup diimani saja. Fungsi iman kepada Hari Akhir, antara lain : -
Seseorang akan disiplin dan berusaha maksimal untuk mematuhi ajaran Allah, sebab dia tahu bahwa tidak satupun amal perbuatannya, baik lahir maupun batin, yang luput dari pencatatan dan perhitungan
28
kelak di Akherat. Firman Allah dalam Surat Al-Qori’ah ayat 6-9 sebagai berikut :20
Artinya : ”Dan adapun orang-orang yang berat timbangan kebaikannya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (surga). Dan adapun orang-orang yang ringan timbangannya, maka tempat kembalinya dalah neraka hawiyah. (QS Al-Qori’ah(101) : 6-9) -
Seseorang akan terdorong untuk merasakan kenikmatan itu, dan takut untuk merasakan siksaan. Hal tersebut tentu akan membuatnya selalu ingin
melaksanakan
kebaikan
dan
tidak
mau
melaksanakan
kemaksiatan. f. Iman Kepada Takdir Allah Iman kepada takdir adalah meyakini bahwa segala perbuatan, perkataan, termasuk segala hal yang tidak dilakukan manusia, diketahui, dituliskan, dikehendaki dan diciptakan oleh Allah SWT. Seorang muslim wajib beriman kepada takdir sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Allah SWT dan Rosul-Nya di dalam Al-Qur’an dan Sunah Rosul. Memahami takdir harus secara benar, karena kesalahan memahami takdir akan melahirkan pemahaman dan sikap yang salah pula dalam menempuh kehidupan di dunia ini.
20
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Pustaka Amani, Jakarta, 2005, hal 911
29
Fungsi iman kepada takdir, antara lain : 21 -
Mendorong manusia untuk berusaha dan beramal dengan sungguhsungguh untuk mencapai kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat, mengikuti hukum sebab akibat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
-
Mendorong manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT yang memiliki kekuasaan dan kehendak yang mutlak.
-
Menanamkan sikap tawakal dalam diri manusia, karena menyadari bahwa manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT.
3. Peranan Tauhid Dalam Agama Dalam agama Islam, tauhid atau aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh fondasi yang dibuat. Kalau fondasinya lemah, bangunan itu akan cepat roboh. Seseorang yang memiliki tauhid kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia. Seseorang tidak akan dinamakan berakhlak mulia bila tidak memiliki tauhid atau aqidah. Dan ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah, kalau tidak dilandasi dengan tauhid atau aqidah yang benar. Jadi peranan tauhid dalam agama antara lain sebagi fondasi ibadah dan fondasi akhlak.
21
Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc, Kuliah Aqidah Islam, LPPI UNIMUH, Yogyakarta, 1993, hal 197
30
a. Fondasi Ibadah 1) Pengertian Ibadah Ibadah adalah penghambaan seorang manusia kepada Allah sebagai pelaksanaan tugas hidup selaku makhluk yang diciptakan Allah. Dari pengertian ini, maka dapat disimpulkan bahwa ibadah adalah penghambaan seseorang kepada Allah selaku pencipta. Manusia dengan menghambakan diri kepada-Nya dengan sepenuh hati dan memusatkan jiwa dan raga kepada Allah. Orang yang telah sempurna keimanannya akan mencapai suatu keadaan dimana ia dapat melakukan ibadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, dan bila tidak dapat melihat, ia akan selalu merasa diawasi oleh Allah. Perasaan melihat Allah atau diawasi Allah menyebabkan
ibadah
yang
dilakukan
seorang
hamba
dapat
berlangsung dengan baik dan khusuk. Dalam pada itu, perasaan tersebut
besar
pengaruhnya
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Ia
mempunyai perasaan selalu terkontrol oleh Allah dan tidak pernah lepas dari kontrol tersebut walaupun sedikit pun. Orang yang punya perasaan demikian, tingkah lakunya akan selalu baik, ia tidak berani melanggar aturan-aturan agama. Dengan demikian puncak kesadaran tauhid atau aqidah atau iman dan ibadah dapat menimbulkan amal sholeh dan menjauhkan orang dari perbuatan-perbuatan buruk.
31
2) Macam-Macam Ibadah Macam-macam ibadah ditentukan oleh dasar pembagiannya yaitu ada dua macam (iabadah khusus dan ibadah umum). Ibadah khusus adalah ibadah langsung kepada Allah yang telah ditentukan macamnya tata cara dan syarat rukunnya oleh Allah dalam Al-Qur’an atau melalui sunah rosul dalam hadisnya. Ibadah umum adalah ibadah yang jenis dan macamnya tidak ditentukan baik oleh Allah maupun sunah rosul, karena perbuatan ini menyangkut perbuatan apa saja yang dilakukan oeh seorang muslim. Dalam hal ini akan dibahas tentang ibadah khusus, antara lain : a) Syahadatain Mengucapkan kalimat syahadatain ialah mengucapkan kaliat tauhid yaitu ”Laa ilaaha illallah”, Tiada Tuhan yang sebenarnya disembah melainkan Allah, dan mengucapkan kalimat risalah ”Muhammadan Rosulullah”, Muhammad adalah rosul Allah. Mengakui
dan
meyakini
ke-esaan
Allah
dengan
mengucapkan secara lisan, itulah permulaan yang diwajibkan. Tauhidlah yang harus diketahui lebih dahulu sebelum segala fardlu yang lain. Maka apabila seseorang berikrar ”Tiada Tuhan yang aku sembah selain Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah” seseorang itu dikatakan sebagai seorang muslim.
32
b) Shalat Shalat dalam pengertian bahasa arab ialah doa memohon kebajikan dan pujian.22 Sedang menurut istilah, shalat yaitu beberapa ucapan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang telah ditentukan. 23 Dari uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa shalat adalah menghadapkan dan menghadirkan hati dan raga kepada Allah
yang
mendatangkan
rasa
takut
atau
patuh
serta
menumbuhkan rasa kebesaran Allah dan kekuasaan-nya dengan penuh khusuk dan ikhlas dalam beberapa perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dan dengan syarat-syarat tertentu. c) Zakat Menurut bahasa, zakat berasal dari kata tazkiyah yang artinya pensucian, sebab itu menunaikan zakat berarti mensucikan harta dan diri pribadi. 24 Sedang menurut syara’, zakat adalah pemberian suatu yang wajib diberikan dari sekumpulan harta tertentu, menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan tertentu yang berhak menerima zakat.25 Zakat ialah memberikan suatu bagian dari harta benda yang sudah sampai nishobnya
22
Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, Bulan Bintang, Jakarta, 1989, hal 62 Ibid, hal 62 24 Proyek Pembinaan Sarana Prasarana Perguruan Tinggi, Ilmu Fikih, Jakarta, 1983, hal 229 25 Ibid, hal 229 23
33
kepada orang fakir dan lain-lainnya tanpa halangan syar’i yang melarang kita melakukannya. 26 Menurut pengertian di atas, kita disuruh untuk mengambil zakat dari harta kekayaan orang-orang mukmin yang sudah mencapai nishob guna membersihkan mereka dari penyakit kikir dan serakah, sifat-sifat rendah dan kejam terhadap fakir miskin dan orang-orang yang tidak punya dan sifat-sifat hina lainnya. Juga untuk mensucikan jiwa mereka, membersihkan dan mengangkat derajat baik segi moral maupun amal, sehingga ia akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akherat. d) Puasa Allah SWT memerintahkan kaum muslimin yang telah sampai umur serta sanggup, baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda, mengerjakan puasa di bulan Romadlon yang dipandang sebgai bulan latihan jiwa manusia. Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 183:27
Artinya : 26 27
Ibid, hal 230 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Pustaka Amani, Jakarta, 2005, hal 34
34
”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS Al-Baqarah(2) : 183) Banyak pelajaran dan nilai-nilai pendidikan yang kita dapatkan dari ibadah puasa romadlon, sekaligus mampu kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai kepribadian bangsa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. nilai-nilai pendidikan dalam ibadah puasa tersebut, antara lain pendidikan kejujuran.
Bahwa
pengalaman seseorang
romadlon
merupakan
fondasi
yang
selama
sangat
berpuasa
kuat
untuk
mengantarkan seseorang memiliki kepribadian yang jujur. Salah satu bukti keberhasilan orang yang meningkat amal sholehnya setelah sebulan lamanya berpuasa, adalah orang yang semakin jujur dan disiplin apapun profesi dan pekerjaannya. Sebagai seorang pelajar, maka ia akan jadi pelajar yang tekun, jujur, dan disiplin. Meskipun tanpa diawasi bapak-ibu guru ataupun diperintah oleh orang tua, maka ia akan belajar dengan sungguh-sungguh, mengerjakan tugas dan ujian dengan jujur alias tidak menyontek, kelak akan menjadi pemimpin bangsa yang jujur, tidak korupsi, sehingga rakyatnya makmur.
e) Haji
35
Sebagaimana Allah memfardlukan shalat, supaya para hamba dapat
menghubungi Allah yaitu dengan mengaku
kehambaan dan supaya hamba menghubungkan rahmat dan belas kasihan dengan sesamanya, sebagaimana Allah memfardlukan zakat untuk mensucikan harta dan untuk memberi pertolongan kepada orang-orang fakir. Sebagaimana Allah memfardlukan shalat jamaah, supaya penduduk satu kampung dapat berkenalkenalan, begitu pulalah Allah memfardlukan haji supaya terjalin perkenalan antara penduduk suatu negra dengan negara lain. Dengan demikian sempurnalah rumah kemanusiaan. Bagi yang mampu
wajiblah
menunaikan
ibadah
haji
ke
Baitullah,
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Imran ayat 97.28
Artinya : ”Dan (diantara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu.” (QS Al-Imran(3) : 97) Ketentuan haji di tempat yang tertentu dan di masa yang tertentu pula, adalah untuk memudahkan umat islam mewujudkan pertemuan besarnya bagi seluruh alam islam. Dengan bersamasama mereka datang ke tempat yang tertentu, di masa yang telah ditentukan pula, sukseslah pertemuan yang merupakan ”Konggres
28
Ibid, hal 78
36
Alam Islami” yang dihadiri oleh umat islam dari seluruh penjuru dunia. Dari kelima pelaksanaan ibadah tersebut di atas, tidak mungkin akan terlaksana dengan khusuk, tanpa didasari oleh tauhid atau aqidah yang kuat. Jadi salah satu peranan tauhid dalam agama adalah sebagai fondasi ibadah. b. Fondasi Akhlak Akhlak dilihat dari sudut bahasa, adalah bentuk jamak dari kata ”khulk”. Khulk di dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangi tingkah laku atau tabiat.29 Dalam Da’irotul Ma’arif dikatakan, ”Akhlak adalah sifat-sifat manusia yang terdidik”. 30 Prof. Dr. Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah kebiasaan kehendak. 31 Imam Ghozali dalam kitabnya ”Ihya” menyatakan, Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.32 Berdasarkan pengertian dan pendapat-pendapat tersebut di atas, akhlak adalah sifat baik atau buruk yang mudah muncul tanpa
29
Dr. Asmaran As,M.A, Pengantar Studi Akhlaq, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal 1 Ibid, hal 1 31 Ibid, hal 1 32 Ibid, hal 2 30
37
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan atau spontan dan mudah tanpa dibuat-buat, hal ini karena telah menjadi kebiasaan. Akhlak tidak akan ada gunanya tanpa dilandasi oleh tauhid atau aqidah yang benar, karena tauhid atau aqidah adalah dasar, fondasi sebuah bangunan. Akhlak sebagai bangunan, tauhid sebagai fondasinya. Bangunan akan mudah roboh bila fondasinya lemah, dan bangunan akan tegak kokoh apabila fondasinya kuat. Bagaimanakah akhlak seseorang yang tidak dilandasi tauhid atau aqidah yang kuat? Dia hanya akan berputar-putar di sekitar nafsunya, memperturutkan hawa nafsunya, mengejar kesenangan sesaat dan berjalan sesuai dengan tuntutan nafsu, terhanyut dalam temperamen diri. 33 Kalau temperamennya termasuk kelompok binatang, maka ia akan bertingkah laku dengan memperturutkan syahwat dan kepuasan nafsunya, melanggar batas-batas akhlak, melanggar batas-bata hukum dan peraturan. Ditempuhnya segala jalan, tiada peduli halal dan haram, tiada rasa malu dan sopan yang dapat menegurnya, tidak ada rasa kemanusiaan yang dapat mencegahnya dari berbuat salah dan tidak ada akal dan pikiran sehat yang akan membatasinya. Maka berjalanlah dia menurut kemauan nafsunya semata-mata. Kalau temperamennya haus kekuasaan, maka cita-citanya ingin menguasai bumi, berpengaruh di tengah masyarakat, berbuat sekehendak hati. Dia berkata dan bertingkah laku dengan penuh kesombongan, dan
33
Dr. Yusuf Qardhawi, Merasa Kehadiran Tuhan, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2005, hal 191
38
demi meluluskan keinginannya maka segala jalan dia tempuh tak peduli benar atau salah. Dibangunnya istana kebesaran di atas tengkorak manusia dan genangan darah orang-orang yang tidak bersalah. Kalau temperamennya termasuk golongan setan, maka usahanya tiada lain dari menimbulkan kekacauan dan pertentangan, memecah belah persatuan, meracuni sungai untuk membunuh orang dan mengeruhkan air untuk mempermudah menangkap ikan. Kerjanya menebarkan dosa dan maksiat, memuja dan menganjurkan segala perbuatan keji, agar tumbuh berkembang di tengah masyarakat. Bagaimana akhir kesudahan orang-orang semacam ini? Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 25 sebagai berikut :34
Artinya : ”Dan orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (jahannam).” (QS Ar-Ra’d(13) : 25) Jadi, berdasar penjelasan di atas, jeas peranan tauhid dalam agama diantaranya adalah sebagai fondasi akhlak.
34
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Pustaka Amani, Jakarta, 2005, hal 340
39
4. Peranan Tauhid dalam Kejujuran Sebagaimana yang telah diuraikan di ats, bahwa salah satu peranan tauhid dalam agama adalah sebagai fondasi akhlak. Dan salah satu diantara akhlak itu adalah kejujuran. Kejujuran
seseorang
dapat
terlihat
dari
ucapannya
maupun
perbuatannya. Ucapan seseorang yang jujur, tentu akan mengatakan apa saja yang sesuai dengan kenyataan. Sedangkan perbuatan seseorang yang jujur, bila menyelesaikan tugas dari pimpinan, walaupun pimpinan tidak mengawasi, dia tetap menyelesaikan tugas dengan baik. Hal ini dilakukan, karena seseorang tadi betul-betul memahami tauhid atau aqidah dengan benar. Dengan demikian jelaslah bahwa peranan tauhid dalam kejujuran adalah sebagai fondasi kebenaran. Baik sebagai fondasi ucapan yang benar maupun fondasi perbuatan yang benar. a. Fondasi Ucapan yang Benar Tidak diragukan lagi bahwa Allah SWT telah memberi nikmat yang besar kepada manusia. Diantara nikmat-nikmat yang terbesar setelah nikmat hidayah memeluk islam, adalah kenikmatan berupa kemampuan berbicara dengan menggunakan lisan. Lisan adalah laksana sebuah pedang bermata dua. Lisan bisa dipergunakan untuk bertakwa kepada Allah, seperti membaca Al-Qur’an, mengajak untuk menjalankan kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar, serta untuk berkata yang benar. Hal ini karena ucapan-ucapan yang keluar telah didasari atau dikendalikan oleh pemahaman tauhid dengan benar.
40
Lisan juga bisa dipergunakan untuk mengikuti kehendak setan, seperti digunakan untuk memecah belah kaum muslimin, berdusta, bersaksi palsu, menggunjing, memfitnah, serta melanggar kehormatan orang lain. Hal ini dilakukan karena ucapan-ucapan yang keluar tidak dikendalikan oleh pemahaman tauhid yang benar. Orang yang tidak menggunakan lisannya untuk mengungkapkan kebenaran, sama dengan setan yang bisu, orang yang durhaka kepada Allah, orang yang suka pamer, pendusta dan orang-orang yang bermuka dua. Julukan itu bisa dikenakan baginya jika ia tidak memeprgunakan lisannya untuk mengungkapkan kebenaran. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 70.35
Artinya : ”Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (Qs Al-Ahzab(33):70) Dalam buku ”Bahaya Lidah” yang disusun oleh Eko Haryono dan Aris munandar, halaman 70 dituliskan sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, dalam terjemah shahih Muslim, halaman 72 sebagai berikut :
35
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Pustaka Amani, Jakarta, 2005, hal 604
41
Artinya : ”Tanda orang munafik ada tiga. Jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat khianat”. b. Fondasi Perbuatan yang Benar Telah disebutkan di atas, bahwa peranan tauhid adalah sebagai fondasi ucapan yang benar. Ucapan yang didasari oleh tauhid, pasti akan diwujudkan pada perbuatan yang benar pula (amanah). Seseorang yang ucapannya jujur, bila mendapat titipan, tugas, dan jabatan pasti selalu menjaga dan melaksanakan amanahnya. Sifat anamah itu biasanya hanya dikaitkan dengan bidang materi. Misalnya jujur karena tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya, baik dengan mencuri, korupsi, manipulasi bisnis ataupun tindakan lain yang intinya sama, yaitu mengambil yang bukan haknya. Padahal sebenarnya perbuatan tidak jujur di bidang materi itu hanya salah satu segi dari ketidakjujuran. Kejujuran pada hakekatnya meliputi semua bidang kehidupan, yang di dalamnya termasuk bidang ilmu pengetahuan, pemikiran, kekayaan, dan sebagainya. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 58.36 ...
36
Ibid, hal 113
42
Artinya : ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya ....” (QS An-Nisa’(4) : 58) Dalam buku ”Terjemah Riyadhus Shalihin” oleh Imam Nawawi halaman 80 disebutkan sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhori Muslim dari Ibnu Mas’ud, sebagai berikut :
Artinya : ”Dari Ibnu Mas’ud r.a dari nabi SAW, beliau bersabda : ”Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia dituli di sisi Allah sebagai pendusta.” (H.R Bukhori Muslim)
43
Sifat jujur, konsisten pada janji dan amanah, apabila benar-benar telah diamalkan oleh kaum muslimin, citra islam pasti akan lebih harum daripada kenyataan selama ini. Sebaliknya citra islam akan pudar apabila lawan dari sifat-sifat tersebut, yaitu bohong, ingkar janji, KKN, dan khianat, semakin mambudaya. Kesemuanya itu tergantung bagaimana fondasi tauhidnya.
B. Kejujuran 1. Pengertian Kejujuran Orang yang betul-betul memahami tauhid, tentu akan meningkat keimanannya, ketaqwaannya,. Iman dan taqwa adalah modal utama dan bekal yang sangat berharga dalam meraih kebahagiaan hidup yang sejati di dunia dan di akherat. Iman dan taqwa tidak cukup diikrarkan dengan kata-kata, tetapi harus diwujudkan dalam amalan nyata. Dan diantaraperbuatan yang merupakan manifestasi iman dan taqwa adalah kejujuran, baik kejujuran dalam perkataan maupun kejujuran dalam perbuatan. Kejujuran merupakan akhlak mulia yang sangat ditekankan dalam islam. Di dalam Al-Qur’an kata kerja ”Shadaqa” yang berarti jujur dan benar. Kata ini disebutkan sampai 155 kali. Lafal ”Shadiq” (orang yang jujur, benar) dalam bentuk mufrad (tunggal) disebutkan sebanyak tiga kali, sedangkan dalam bentuk jamak disebutkan sebanyak 57 kali. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an sangat menekankan pntingnya kejujuran di dalam masyarakat
44
(kolektif). Kejujuran kolektif dibangun melalui kejujuran individu-individu muslim. 37 Menurut kamus umum Bahasa Indonesia susunan W. J. S. Purwadarminta, jujur berarti lurus hati, tidak curang. Kejujuran berarti kelurusan hati, ketulusan hati.38 Dengan demikian orang yang jujur adalah orang yang hatinya bersih dari kecurangan-kecurangan atau dusta, baik ucapan maupun perbuatannya. Dia berbuat jujur dengan rela hati, bukan karena paksaan dari siapapun. Lawan kejujuran adalah kebohongan (kadzaba). Dusta, kebohongan adalah merupakan akhlak yang tercela, buruk, dan hina. Yang oleh masyarakat islam dipandang dapat menjauhkan iman, serta dikategorikan ke dalam tanda-tanda munafik. Rosulullah membenci perangai dusta, baik yang tampak mudlaratnya secara langsung di belakangnya maupun tidak. Apapun alasannya, dusta adalah dusta, yang berarti memberikan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. Dan ini menyerupai perangai orang munafik, yang senantiasa memperkiat kebohongannya. Allah berfirman di dalam surat AlMunafiquun ayat 1 :39
37
Drs. Abdul Murti M. Ed, Khutbah Jum’at, Majalah SM, Yogyakarta, 2004, hal 3 W.J.S Poerwadarminti, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1984, hal 424 39 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Pustaka Amani, Jakarta, 2005, hal 810 38
45
Artinya : ”Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata, ”Kami mengakui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rosul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” (QS Al-Munafiquun(63) : 1) Firman Allah surat An-Nahl ayat 105 :40
Artinya : ”Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (QS An-Nahl(16) : 105) Jika kejujuran merupakan pangkal kesuksesan, maka sebaliknya kebohongan adalah pangkal kehancuran. Di dalam kisah-kisah Al-Qur’an dijelaskan bagaimana bangsa-bangsa yang sangat maju dan besar dapat hancur binasa karena mereka tidak lagi mengikuti ajaran Allah dan Rosul-Nya. Mereka tidak hanya mendustakan ajaran Allah dan Rosul-Nya, tetapi juga melakukan kebohongan publik dan
menciptakan kehancuran dalam
masyarakat. Akibat perbuatan munafik tersebut masyarakat hancur luluh lantak. Perbedaan antara kejujuran dengan dusta serta akibat
yang
ditimbulkannya, kejujuran akan membawa kebahagiaan baik secara pribadi bagi orang-orang yang melakukan maupun bagi masyarakat. Kebohongan
40
Ibid, hal 380
46
akan mendatangkan malapetaka bagi pelaku dan masyarakat. Itulah sebabnya mengapa Rosulullah sangat menganjurkan agar kaum muslimin senantiasa berlaku jujur dan menghindari dusta. Rosulullah SAW bersabda : 41
Artinya : ”Tetaplah kalian berlaku jujur, karena kejujuran akan menuntun ke arah kebajikan, dan kebajikan akan menuntuk jalan ke surga. Barang siapa yang senantiasa berbuat jujur dan berpegang teguh dengan kejujuran itu, maka Allah akan mencatatnya sebagai orang yang jujur. Jauhilah oleh kalian perbuatan dusta, karena kedustaan akan menyeret kalian kepada kedurhakaan dan kedurhakaan akan menyebabkan kalian masuk neraka. Barang siapa yang senantiasa berdusta dan menanamkan dusta dalam dirinya, maka Allah akan mencatatnya sebagai seorang pendusta.” (H.R Muslim) Sayangnya saat ini kejujuran menjadi sesuatu yang sangat langka. Bagi kita bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya beragaman islam,
41
Ibnu Hajar Al As Qalani, Terjemah Bulughul Maram, Pustaka Amani, Jakarta, 1996, hal 605-606
47
kenyataan tersebut merupakan masalah sosial keagamaan yang sangat mendasar. Padahal, dalam pemandangan sehari-hari, semangat islam di dalam menjalankan ibadah juga sangat tinggi. Bangsa kita adalah bangsa yang sangat religius, taat beribadah, dan memiliki komitmen keagamaan yang tinggi. Tetapi, angka korupsi di negeri kita justru yang terbesar di Asia Tenggara, nomor dua di Asia, dan nomor lima di dunia. 42 Korupsi adalah sebuah perilaku kebohongan, dusta, dan penipuan. Korupsi adalah kebohongan ganda yang dapat menimbulkan kehancuran sistematis, tidak hanya bagi si pelaku, tetapi yang lebih parah adalah merusak tatanan dan merugikan bangsa dan negara. Suka berbohong, termasuk di dalamnya korupsi, merupakan akhlak tercela dan perilaku orang-orang munafik. Kecintaan kepada keluarga, jabatan, dan harta benda yang berlebihan memang potensial bagi seseorang untuk melakukan korupsi. Setiap manusia tentu memiliki naluri untuk mencintai orang yang memiliki kedekatan emosi onal atau kekerabatan. Namun kecintaan tersebut tidak dapat dijadikan alasan untuk melakukan tindakan yang melanggar tata tertib kehidupan, baik yang berasal dari Allah langsung maupun yang merupakan kesepakatan bersama. Desakan pemenuhan kebutuhan keluarga juga tidak boleh dijadikan alasan untuk melakukan korupsi atau usaha lain yang tidak halal. Rasa iba dan cintanya kepada kerabat dekat pun jangan sampai mendorong untuk melakukan praktek KKN. Sebab praktek KKN itu bukan hanya merugikan
42
Drs. Abdul Murti, M.Ed, Khotbah Jum’at, Majalah SM, Yogyakarta, 2004, hal.4
48
orang lain, tetapi juga merugikan diri sendiri dan institusi. Bahkan Allah akan mengancam akan mendatangkan mala petaka bagi mereka yang lebih mendahulukan kepentingan keluarga, kerabat, jabatan, usaha maupun rumah tinggal dibanding dengan Allah, RasulNya, dan jihad di jalanNya. Firman Allah dalam surat At Taubah ayat 24 :43
Artinya : ”Katakanlah, : ” Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istriistrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan RasulNya, serta berjihad dijalanNya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusanNya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. ” (QS. At Taubah (9):24) Dalam laporan PAN yang berdasarkan temuan Badan Pengawasan Keuangan
dan
Pembangunan
(BPKP),
ditemukan
indikasi
bahwa
penyimpangan diseluruh departemen pada tahun 2003 telah menimbulkan kerugian uang negara sebesar 1,3 trilyun rupiah dengan bagian terbesar (Rp.2,08 trilyun) di departemen keuangn. (Haedar Nashir : 2003) 43
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Pustaka Amani, Jakarta, 2005, hal 257
49
Bila diperhatikan pada tayangan televisi akhir-akhir ini, jelas kasus ketidakjujuran semakin manjadi. Yng dapat kita saksikan dalam tayangan televisi tersebut antar lain : -
Kasus Bank Century, tentang adanya kesalahan dalam pengambilan kebijakan pemberian dana talangan Rp 6,7 trilyun untuk Bank Century.
-
Kasus dugaan tindak pidana penyuapan dan krupsi terkait kasus Gayus Tambunan.
-
Potensi hilangnya pemasukan negara akibat korupsi sektor perpajakan, dinilai lebih dari Rp. 10 trilyun pertahun. Fakta tersebut menunjukkan betapa gawat penyakit korupsi ditubuh
bangsa ini. Penyakit tersebut tidak dapat disembuhkan dengan segera, dan tentu memerlukan usaha-usaha preventif
dan tindakan yang serius,
berkelanjutan, dan meluas diseluruh tubuh bangsa dan negara. Korupsi di negeri ini tumbuh pesat dalam berbagai bentuknya yang semakin canggih. Kita dapat menyebut sederet tindakan korupsi antar lain : meminta atau menerima suap secara suka rela, maupun paksa, pemberian proteksi atas kepentingan individu atau kelompok tertentu, hubugan kekerabatan atau kronisme, pencurian atau manipulasi barang-barang publik untuk kepentingan pribadi. Manipulasi hak milik publik dapat dilakukan swastanisasi BUMN secara tidak transparan, penggunaan peralatan atau sumber daya keuangan publik untuk kepentingan individu, pemilik dana perusahaan daerah yang tidak terkontrol, memperoleh kredit tanpa mau mengembalikan.
50
Esensi korupsi ialah penyalahgunaan uang dan kekuasaan yang mengandung unsur penipuan, penyimpangan, dan bahkan pencurian secara sistematik maupun terang-terangan, yang merugikan uang dan kepentingan publik
untuk
kepentingan
diri
sendiri
atau
kelompok
yang
menyelewenengkannya. Di negara kita, yang namanya KKN memang sudah menggurita, sehingga tidak mudah untuk memberantasnya. Namun bukan berarti dapat dibiarkan berkembang dengan tanpa ada upaya penghentian. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang signifikan dan serius, baik dengan pendekatan legal formal maupun dengan pendekatan moral agama. Agaknya memberantas KKN dengan pendekatan moral agama atau lebih tepatnya dengan memperkokoh tauhid, merupakan alternatif yang tidak dapat dipandang enteng. Survei membuktikan bahwa para sahabat nabi dan tokoh-tokoh islam kita, baik yang terkini maupun terdahulu yang aqidah tauhidnya kokoh, tidak pernah tergoda untuk berKKN, meskipun ada peluang untuk melakukannya. Mereka adalah pribadi-pribadi yang tidak ambisi jabatan, tetapi sangat amanat ketika dipercaya. Pilihan pada orang yang tauhid atau aqidahnya kokoh merupakan kriteria yang dapat menjamin sukses. Sebab kehidupan orang yang demikian, pasti qonaah dan merasa selalu diawasi oleh Allah sehingga tidak akan berniat melakukan penyimpangan. Karena korupsi yang kian merajalela, bangsa kita tidak segera bangkit dari krisis. Bahkan, bangsa kita bukannya bangkit tetapi semakin bangkrut.
51
Adzab Allah mulai terjadi silih berganti. Mulai dari banjir, tanah longsor, badai, dan musibah lainnya. Semua itu bukan peristiwa alam biasa, tetapi peringatan dari Allah agar kita senantiasa insaf, sadar dan bertaubat atas segala bentuk kebohongan, dusta dan korupsi. Dan kembali kepada kejujuran. Karena kejujuran akan membawa kesuksesan. Dikemukakan oleh Imam Ghozali dalam kitab ihyanya, bahwa kejujuran meliputi :44 a. Jujur pada perkataan b. Jujur pada niat dan kehendak c. Jujur pada cita-cita yang telah diputuskan d. Jujur dalam menjalankan keputusan e. Jujur pada amal perbuatan f. Jujur dalam mencapai tingkatan keagamaan Agar kita sennatiasa menjadi orang yang jujur, dan mampu menghindari kebiasaan berdusta, maka ada dua hal yang perlu kita lakukan; Pertama, menyadari bahwa segala hal yang kita lakukan diketahui oleh Allah dan para malaikat-Nya. Allah mengetahui yang rahasia dan tersembunyi, bahkan dalam getar hatipun Allah mengetahui. Seseorang mungkin bisa membohongi sesama tanpa pernah diketahui, tetapi siapapun tidak mampu membohongi Allah dan terlepas dari penglihatan-Nya. Kedua, kita menyadari bahwa setiap tugas adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada sesama manusia dan kepada Allah. Apa yang diterima dan menyangkut hak
44
Drs. Abdul Murti M. Ed, Khutbah Jum’at, Majalah SM, Yogyakarta, 2004, hal 4
52
publik, maka harus dilaporkan secara transparan dan apa adanya. Pertanggungjawaban kepada Allah dapat diterima apabila urusan yang berkaitan dengan masyarakat dan hukum sudah dilakukan secara jujur dan terbuka. Jadi jelas sekali kejujuran merupakan sikap perbuatan mulia yang sangat dicintai Allah. Kejujuran adalah modal utama bangsa kita dalam memperbaiki nasib dan masa depan. Sebaliknya dusta, korupsi, kolusi, dan mepotisme merupakan perbuatan yang sangat dilarang oleh Allah. Kejujuran yang merupakan modal dalam memperbaiki nasib dan masa depan bangsa, demikian juga generasi muda adalah modal utama memperbaiki nasib dan masa depan bangsa, maka generasi muda harus dibiasakan bersikap jujur. Terutama para siswa yang merupakan generasi penerus yang terdidik. Maka setiap siswa harus betul-betul memahami pelajaran yang disampaikan oleh pendidik. Karena dengan memahami apa yang disampaikan pendidik, siswa akan menguasai materi dan akan lebih paham mengamalkannya. Oleh karena itu selain para siswa memiliki kemampuan masing-masing, para pendidik harus betul-betul menguasai dikdaktik metodiknya. Para pendidik yang menguasai dikdaktik metodik, mereka akan tahu betul bagaimana cara menghadapi anak didik yang memiliki bermacam-macam karakter. Sehingga anak didik akan lebih mudah menerima pelajaran yang diberikan. Inti beragama adalah masalah sikap. Di dalam islam, sikap beragama itu intinya adalah tauhid. Jadi yang dimaksud beragama pada intinya ialah
53
memahami tauhid. Jika kita membicarakan bagaimana cara mengajarkan agama islam, maka inti pembicaraan kita adalah bagaimana menjadikan anak didik kita menjadi anak yang betul-betul memahami tauhid dengan benar. Manusia itu terdiri dari tiga unsur, yaitu jasmani, akal, dan ruhani. Berdasarkan ketiga unsur manusia tersebut, pembinaan pendidikan harus mencangkup ketiga unsur itu secara seimbang. Pembinaan keberagamaan harus mempertimbangkan keharmonisan ketiga unsur tersebut. Menurut Bloom, ranah pembinaan pendidikan ada tiga macam, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pembagian ini masih digunakan acuan dalam membagi daerah binaan pendidikan agama islam, walaupun kenyataan di lapangan pendidikan agama islam di sekolah-sekolah pada umumnya masih menekankan aspek kognitif, sedangkan aspek afektif dan psikomotorik masih kurang diperhatikan. Sehingga siswa-siswa hanya memiliki pengetahuan (dalam hal ini pengetahuan tauhid) saja. Sedangkan praktek sehari-hari belum bisa mencerminkan pengetahuan yang dimilikinya. Kenyataannya masih banyak siswa-siswa, masyarakat, pejabat, bahkan wakil-wakil rakyat yang muslim, sikap mereka belum juga mencerminkan pengetahuan yang dimilikinya. Terutama sikap jujur. Pendidik yang baik, tentu dapat mendorong minat anak, dan anak akan menerima dan memahami pengajaran dengan senang. Hal ini sangat penting dalam pembelajaran tauhid, karena yang dimaksud beragama pada intinya adalah memahami tauhid. Dan tauhid yang kuat, akan membimbing siswa menjadi anak yang jujur.
54
Setelah peneliti uraikan panjang lebar tentang kejujuran dan dusta, perlu pula di sini kami sampaikan beberapa hal yang diperbolehkan dalam berdusta. Dari Ummu Kultsum binti Uqbah, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda.45
Artinya : ”Tidaklah dikatakan sebagai pendusta orang yang mendamaikan orang yang berselisih dengan menanamkan kebaikan diantara orang yang berselisih dan dengan bertutur kata yang baik.” (HR Bukhori Muslim) Dalam riwayat Muslim dari Ummu Kultsum, Beliau berkata; ”Tidak pernah ku dengar Rosulullah memberikan keringanan (untuk berdusta) dalam perkataan seseorang kecuali dalam tiga hal. Ketiga hal tersebut sebagaimana yang diriwayatkan oleh Yunus dari Ibnu Syihab.”46 Perlu diketahui bahwa riwayat Ibnu Syihab adalah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibnu Syihab, Beliau mengatakan; ”Aku belum pernah mendengar Rosulullah memberikan keringanan untuk berdusta dalam pembicaraan kecuali dalam tiga hal, yakni dalam perang, mendamaikan orang yang berselisih dan ucapan suami untuk menenangkan istrinya atau sebaliknya.47 Imam Nawawi berkata; ”Hadis ini sangat gamblang menunjukkan adanya beberapa jenis dusta yang diperbolehkan karena suatu pertimbangan tertentu. Ulama telah membuat kaidah dalam permasalahan dusta yang 45
H. Salim Bahreisy, Terjemah Riadhus Shalihin II, PT. Al Ma’arif, Bandung, 1987, hal.426 Eko Haryono, Aris Munandar, Bahaya Lidah, Media Hidayah, 2003, hal.72 47 Ibid, hal 72 46
55
diperbolehkan. Menurut Imam Abu Hamid Al Ghozali yaitu : Perkataan adalah sarana untuk menyampaikan suatu maksud. Setiap maksud yang bisa disampaikan dengan berkata jujur maupun dusta, maka berbicara dusta dalam hal ini hukumnya haram, karena tidak ada kebutuhan untuk berdusta. Jika penyampaiannya hanya bisa dilakukan dengan berdusta saja dan tidak bisa dilakukan dengan mengatakan yang sebenarnya, maka berdusta pada kondisi seperti ini hukumnya diperbolehkan selama maksud yang dituju adalah perkara mubah bahkan menjadi wajib jika maksud yang dituju adalah perkara yang wajib. Jadi Rosulullah sangat tegas melarang umatnya melakukan dusta atau berbuat bohong kecuali pada tiga hal, karena alasan untuk mencapai kebaikan dan menegakkan kebenaran, yaitu : a. Berdusta dalam perang sebagai siasat pertempuran. b. Dusta yang dilakukan sebagai taktik untuk mendamaikan dua orang muslim yang berselisih. c. Suami berbohong kepada istri (atau sebaliknya), misalnya menjanjikan sesuatu
yang
patut
dijanjikan,
sekedar
untuk
menghibur
dan
menyenangkan hatinya. Bahkan untuk keadaan tersebut berdusta itu bisa menjadi wajib, yaitu bila dalam keadaan darurat atau posisinya terdesak, seperti untuk menyelamatkan diri dari tindak kezaliman dan kekejaman. Tapi meskipun demikian harus dipahami, bahwa apabila suatu tujuan yang baik dan benar itu
56
sudah bisa dicapai tanpa harus berdusta maka janganlah berdusta, sebab bagaimanapun juga bohong atau dusta itu tetap haram hukumnya. Marilah kita senantiasa meningkatkan kadar ketauhidan kita, karena tauhid itulah yang membuat kita mengetahui mana perintah Allah yang harus kita laksanakan dan mana larangan yang harus kita hindari. Kita harus mengarahkan ketauhidan atau keimanan untuk mencapai ketaqwaan yang sebenar-benarnya taqwa. Karena ketaqwaan yang simbolis hanya akan menjerumuskan kita, baik sebagai individu maupun kolektif dalam jurang kenistaan. Salah satu contoh dari kenistaan itu adalah dusta, kebohongan, korupsi.
2. Peranan Kejujuran Dari seluruh uraian pembahasan di atas, kejujuran wajib diterapkan atau diamalkan oleh setiap muslim dalam kehidupan sehari-hari. Apabila setiap muslim telah melaksanakannya, maka akan terbentuklah masyarakat yang jujur. Dan masyarakat yang jujur akan mengantar bangsa dan negara yang bersih, berwibawa, aman dan sejahtera. Dengan demikian, peranan kejujuran dalam membentuk pribadi yang bersih, masyarakat yang bersih, bangsa dan negara yang bersih, adalah sangat besar. Diantara peranan kejujuran dalam kehidupan di dunia ini yang telah diuraikan dalam pembahasan di atas : a. Membangun sikap pelajar yang tekun, jujur, dan disiplin.
57
b. Membangun sikap para pejabat yang jujur dan tidak korupsi. c. Membangun sikap tanggungjawab. d. Membangun sikap amanah. e. Menepati janji. f. Mencegah pelaksanaan KKN. g. Mencegah pelanggaran disiplin. h. Mencegah pelanggaran tata tertib. i.
Dan mencegah perbuatah yang mungkar, misalnya pemfitnahan, pergunjingan, persaksian palsu, pelanggaran penghormatan orang lain, pengambilan hak orang lain, dan sebagainya.
3. Pelaksanaan Kejujuran Demikian besar peranan kejujuran dalam kehidupan ini. Terutama kejujuran individu setiap muslim. Pentingnya kejujuran dalam diri setiap muslim dapat dilihat dari dua aspek. Pertama, eratnya hubungan antara kejujuran dengan tauhid, aqidah dan taqwa. Kejujuran adalah salah satu antara dari orang-orang yang taqwa. Firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 119.48
Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kalian beserta orang-orang yang jujur.” (QS At-Taubah(9):119)
48
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Pustaka Amani, Jakarta, 2005, hal 276
58
Secara sosiologis, lafal ”Al Ashadiqin” dapat berarti masyarakat yang jujur. Masyarakat yang jujur dibangun dari individu-individu yang jujur. Kedua, Kejujuran kolektif merupakan awal atau titik tolak dalam membangun masyarakat yang aman, damai, dan sejahtera. Firman Allah dalam surat Al Ahzab ayat 70-71 49
Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amal perbuatan kalian dan mengampuni dosa kalian. Dan barang siapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya mereka telah memperoleh keberuntungan yang besar.” (Qs. Al Ahzab (33):70-71) Nabi Muhammad lahir dan diutus oleh Allah pasti mempunyai misi. Diantara misi utamanya adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak umat manusia. Karena itu statusnya Beliau sangat jelas yaitu untuk menjadi teladan yang utama (dalam hal ini menjadi teladan kejjuran yang utama). Kejujuran Beliau diakui oleh siapapun, sampai beliau mendapat gelar ”Al Amin”. Sekarang tinggal bagaimana melaksanakan kejujuran itu sendiri. Shidiq (jujur) memiliki cakapan yang sangat luas, diantaranya : 1. Shidiq dalam niat dan kehendak.
49
Ibid, hal 604
59
Shidiq disini mengandung arti dan sangat erat hubungannya dengan keikhlasan. Siapa yang memiliki sifat ini, maka yang memotivasi dirinya untuk bergerak atau diam tidak ada yang lain kecuali Allah. Hanya karena Allahlah yang menjadi dasar ia melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Karena itu ia menjadi terbimbing dan terarah untuk senantiasa berkehendak atau berkeinginan baik yang diridloi Allah. 2. Shidiq dalam perkataan. Setiap muslim berkewajiban berkata benar dan jujur. Ia dalam kehidupan sehari-hari berkewajiban pula memelihara dan menjaga tutur katanya. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan untuk berkata sebaliknya. Sebagai orang yang beriman, tidak dibenarkan ia berkata sekehendaknya sendiri. Ia harus mempunyai kepekaan diri dan marasa malu apabila ia berkata tidak benar dan tidak jujur (dusta). Alah Maha Mengetahui segala-galanya.
3. Shidiq dalam perbuatan. Shidiq dalam perbuatan adalah kebenaran dan kejujuran dalam amal. Ini merupakan kelanjutan dan konsekuensi logis dari shidiq dalam perkataan. Siapa yang jujur perkataanya, maka perkataan itu diikuti dan melahirkan jujur amal. Jadi jujur amal merupakan bukti dari jujur perkataan. Pada diri setiap muslim harus ada kesesuaian antara perkataan dan perbuatan,
antara
pernyataan dan kenyataan.
Siapa
yang
60
menganjurkan berinfak misalnya, maka ia harus menunjukkan sikap yang sama pula. 4. Shidiq dalam menepati janji. Setiap muslim harus memiliki kebenaran dan kejujuran dalam berjanji. Ap[abila ia berjanji, maka janjinya (dalam pengertian baik) dapat dipegang. Ia bersungguh dalam menepati janji. Tidak pernah terbersit dalam hidupnya untuk mengingkari janji yang telah dinyatakan. 5. Shidiq dalam tekad yang benar. Setiap muslim juga harus memiliki kebenaran dan kejujuran dalam tekad. Dengan demikian ia memiliki semangat yang kuat dan tekad yang bulat untuk melakukan sesuatu yang diyakini benar. Apabila sesuatu itu telah dimusyawarahkan dan telah menjadi kesepakatan bersama, ia tidak memiliki kecenderungan lain kecuali melaksanakan sesuatu yang telah diyakini kebenarannya dengan tulus.
Selain beberapa pelaksanaan shidiq atau kejujuran di atas, tentu banyak lagi cara melaksanakan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari misalnya : a) Siswa yang jujur
Tidak menyontek waktu ulangan.
Datang dan pulang selalu disiplin.
Tugas diselesaikan dengan penuh tanggung jawab.
Ucapannya sopan.
61
Perbuatannya baik.
Ibadahnya tertib.
b) Karyawan atau pegawai yang jujur
Disiplin kerja.
Tugas dilaksanakan penuh tanggung jawab.
Ucapannya sopan.
Perbuatannya baik.
c) Pejabat yang jujur
Transparan
Adil.
Bijaksana.
Tidak korupsi.
Menepati janji.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A.
Sejarah Singkat Berdirinya MTs Assalafi Susukan. MTs Assalafi terletak di desa Kenteng Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Secara fisik keberadaan MTs Assalafi gedungnya berada satu lokasi dengan SMU Assalafi. Secara historis keberadaan MTs Assalafi tidak dapat terlepas dari pondok pesantren “Mahirul Hikam Assalafi”. Karena awal kelahirannya berasal dari pondok tersebut. Pada tahun 1985 berdirilah pondok pesantren Mahirul-Hikam Assalafi, dimulai dengan 40 orang santri mukim dan sekitar 90 orang santri yang non mukim, dari tahun ke tahun bertambahlah santri dilingkungan pondok ini, kemudian mulai tahun 1987 mulai diadakan pendidikan madrsah diniyah Assalafi. Dari madrasah Ibtida’al-ula, dan wustho dari tahun ke tahun bertambahlah siswa dan santri pada pondok ini, kemudian pada tahun 1991 diresmikanlah pondok pesantren ini dengan sebutan ”Yayasan pendidikan dan kesejahteraan umat Islam Assalafi” dengan akta Notaris, oleh Nur Fari’ah Latif SH No. 69, tanggal 29 Agustus1991. Dan Yayasan diketuai langsung oleh pengasuh pesantren yaitu Beliau Bpk.. Kyai H. M.Thoha SPd,MPd. setelah pesantren memilki badan hukum, menimbang dengan segala perkembangan santri dan perkembangan zaman, berikut mengikuti program pemerintah wajib belajar 9 tahun, dewan pengurus yayasan dan para
62
63
pemuka pendidikan dilingkungan Kecamatan Susukan dikumpulkan dan berembuk untuk mendirikan sebuah sekolah menengah pertama SMP/MTs Assalafi yang kemudian menghasilkan satu keputusan diadakannya sebuah MTs, yang diberi nama MTs Assalafi. Mulai Juli1994 berdirilah sebuah MTs di desa ini, dengan murid pertama sekitar 160 orang untuk dijadikan 4 kelas, saat itu Kepala Sekolahnya adalah K. Maftah Bajuri, dengan dibantu 22 orang pendidik dari para sarjana dilingkungan Kecamatan Susukan, Kecamatan Tengaran, dan Kecamatan Suruh, keseluruhan siswa dari para santri dan warga sekitar. Saat itu sekolah masih menginduk pada MTsN Susukan yang saat itu masih di kepalai oleh Drs. H. Qowaid. 5 tahun kemudian sekolah diadakan Akreditasi Sekolah oleh Depag Kab. Semarang, yang kemudian pada tahun 1996 MTs Assalafi di Kepalai oleh Bpk. Syamsul Marwan SE, Beliau adalah santri mukim yang berasal dari Palembang Sumatera Selatan. Sekolah semakin berkembang didukung oleh fasilitas sederhana dan semangat kerja para dewan guru dan dewan Komite Sekolah, kemudian pada tahun 1999/2000 MTs Assalafi di pergantian Kepala Sekolah, yang kemudian terpilih sebagai Kepala Sekolah yaitu Bpk. Jony Mohandis, SAg. Saat itu sekolah terlihat semakin ada perkembangan dan dengan terlihat siswa menjadi semakin banyak. Melihat perkembangan tersebut Yayasan ingin meningkatkan progrm pemerintah yaitu dengan mendirikan Sekolah Menengah Atas yaitu pada tahun 2002/2003. Berdirilah SMA Assalafi, dengan demikian Yayasan
64
menyiapkan lembaga pendidikan bagi santri agar mudah untuk melanjutkan sekolah berikut juga masyarakat dilingkungan Kecamatan Susukan. Siswasiswi MTs Assalafi dengan mudah untuk melanjutkan sekolahnya, kemudian pada tahun 2006 kepala sekolah diganti oleh Dra. Dwi Astuti hingga saat ini, sekolah mengalami peningkatan dengan beberapa kali meluluskan siswassiwinya, dengan kelulusan 100%. Itu merupakan berkat usaha keras dewan guru juga siswa-ssiwi, dengan tidak meninggalkan konsep tawakal dan ihtiyar yaitu dengan diadakan jam tambahan atau les juga dengan disertai mujahadah mendekatkan diri pada sang Chaliq.
65
B.
Struktur Organisasi MTs Assalafi Susukan Struktur Organisasi MTs Assalafi Susukan adalah sebagai berikut :
TABEL 1 STRUKTUR ORGANISASI MTs ASSALAFI
Departemen Agama
Departemen Agama
Departemen Agama
Tata Usaha
Komite Madrasah
Waka Kurikulum
Waka Kesiswaan
Sarana Praarana
Sie Humas
Wali Kelas VII
Wali Kelas VIII
Wali Kelas IX A
Wali Kelas IX B
Guru Siswa Siswi
66
Keterangan
C.
1. Kepala Madrasah
: Dra. Dwi Astuti
2. Komite Madrasah
: Komarodin
3. Ka Td
: Sulistiarina A.Ma, S.Pd
4. Waka Kurikulum
: Aminudin Asrori, S.Ag.
5. Waka Kesiswaan
: Agus Saifudin S.Pdi
6. Sarana Prasarana
: Tamami S,Pdi
7. Sie Humas
: A. Jamsuki S.Ag.
8. Wali Kelas VII
: Nur istiqomah S.Pdi
9. Wali Kelas VIII
: Rini Fatmawati S.Pd.
10. Wali Kelas IX a
: A. Jamsuki S.Ag
11. Wali Kelas IX b
: Tuti Asih W. S.Pdi
Keadaan Siswa. Murid-murid di MTs Assalafi Susukan pada tahun ajaran 2009/2010 berjumlah 121 siswa yang terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas VII, VIII, dan IX. Adapun perinciannya sebagai berikut.
67
TABEL II JUMLAH SISWA MENURUT KELAS DAN JENIS KELAMIN TAHUN AJARAN 2009 /2010
Jenis Kelamin No
D.
Kelas
Jumlah Laki-laki
Perempuan
1
VII
17
17
34
2
VIII
18
17
35
3
IX
34
18
52
Keadaan Karyawan. Lembaga pendidikan ini mempunyai beberapa pegawai yang bertugas sebagai partner pelaksana tata usaha pendukung bagi lancarnya proses pendidikan
TABEL III KEADAAN PEGAWAI / TATA USAHA / ADMINISTRASI MTs ASSALAFI TAHUN AJARAN 2009 / 2010
NO
NAMA
JABATAN
1
Sulistiarina, A.Ma, S.Pd.
Ka TU
2
Khusnudin
Staf TU
3
Wigot Maryanis
Penjaga
68
E.
Sarana dan Prasarana. Agar pelaksanaan proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan tertib, maka sarana prasarana yang mendukung harus terpenuhi. Berikut ini adalah keadaan sarana prasarana MTs Assalafi Susukan.
TABEL IV KEADAAN GEDUNGDAN SARANA SEKOLAH MTs ASSALAFI SUSUKAN.
No
Ruang
Jumlah
1
Ruang Kelas
5
2
Ruang Ka Sekolah
1
3
Ruang TU
1
4
Ruang BP
1
5
Lab. Komputer
1
6
Ruang Perpustakaan
1
7
Koperasi
1
8
Kamar Mandi / WC Guru
1
9
Kamar Mandi / WC Siswa
1
69
F.
Keadaan Guru. Tenaga edukatif yang ada di MTs Assalafi Susukan berjumlah 14 orang, yang sebagian besar dari keguruan. Adapun keadaan guru di MTs Assalafi Susukan sebagai berikut. TABEL IV KEADAAN GURU MTs ASSALAFI SUSUKAN TAHUN AJARAN 2009 / 2010
No
Nama
Mapel yang Di ajarkan
1
Dra. Dwi Astuti
IPS
2
Tamami, S.Pdi
B. Arab, PPKn
3
Aminudin Asrori, S.Pdi
Penjaskes, SKI
4
Agus Sifudin, S.Pdi
B. Inggris
5
A. Jamsuki, S.Ag
Qur’an Hadits, Aqidah
6
Drs. A. Hasuna
B. Indonesia
7
H. M. Thoha, S.Pd
B. Arab
8
Nur habib, S.Kom
TIK
9
Nur Istiqomah, S.Pdi
B. Inggris
10
Oktarina S.C, S.Pd
IPS
11
Rini Fatmawati, S.Pd.
Matematika, IPA
12
Sulistiarina, A.Ma, S.Pd. Matematika
13
Syamsul Hadi, S.Ag.
KTK
14
Abdul Nur Kholis
B. Jawa
70
G. Visi dan Misi MTs Assalafi Susukan VISI Terwujudnya generasi Islam yang trampil, Qiro’ah, tekun beribadah, berahklaqul karimah, dan unggul dalam perstasi. MISI 1. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam pemcapaian prestasi akademik dan non akademik. 2. Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam mempelajari Al Qur’an dalam menjalankan ajaran agama islam. 3. Mewujudkan pembentukan karakter islami yang mampu mengaktualisasi dari dalam masyarakat. 4. Mewujudkan pengetahuan dan profesionalisme tentnag kapan didikan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan. 5. Menyelenggarakan tata kelola madrasah yang efektif, efisien, transparan, dan aktual.
H. Data Responden Adapun jumlah sampel yang diteliti sebanyak 34 siswa yaitu seluruh siswa kelas VII. Sedang bentuk angketnya adalah pilihan ganda dengan 20 pertanyaan. Dari hasil penilaian angket tersebut, dicoba untuk menjajaki sampai sejauh mana tingkat pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan.
71
Angket yang penulis sebarkan menggunakan tiga jenjang alternatif jawaban A, B, dan C. Sedangkan penilaiannya sebagai berikut : 1. Apabila siswa memilih jawaban A, maka nilainya 3 2. Apabila siswa memilih jawaban B, maka nilainya 2 3. Apabila siswa memilih jawaban C, maka nilainya 1 Adapun nilai dan nama responden adalah sebagai berikut.
TABEL VI DAFTAR NAMA RESPONDEN HASIL ANGKET TENTANG TINGKAT PEMAHAMAN TAUHID Skor Item No
Nama Responden
JML 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
1
Ali Zubaidi
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
2
Ananda Nilam Sari
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
3
Disna Elok Nur Afdhila
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
4
Edi Setiawan
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
5
Fitri Umi Kholifah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
6
Idayanti
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
7
Ikhsarul Munadzifah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
8
Jadi Santoso
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
9
Laili Hindayani
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
10
Muhammad Abdul Kholik
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
11
Muhammad Amin
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
72
12
Muhammad Anas Amrullah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
13
Muhammad Afifudin
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
28
14
Muhammad Fu'ad Arifudin
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
15
Muhammad Nur Anwar
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
16
Muhammad Sufyan
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
28
17
Muhammad Alinnuha
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
18
Muhammad Zaki Arafat
3
1
2
2
3
3
1
2
3
2
22
19
Muslimah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
20
Naily Fadhilah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
21
Najib Maimun
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
22
Nanang Adi Saputra
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
23
Nur Azizah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
24
Nur Rokhim
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
25
Puji Lestari
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
26
Putri Noviasari
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
27
Ratih Sela Tarwati
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
28
Reza Fauzi
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
29
29
Sri Lestari
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
30
Tinanik Kumala
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
31
Yulia Sulistyawati
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
32
Yulianto
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
33
Yuniatun Kusniawati
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
29
34
Abdur Rohman
2
1
3
2
3
3
1
2
3
2
22
73
TABEL VII DAFTAR NAMA RESPONDEN HASIL ANGKET TENGTANG TINGKAT KEJUJURAN Skor Item No
Nama Responden
JML 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Ali Zubaidi
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
2
Ananda Nilam Sari
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
3
Disna Elok Nur Afdhila
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
4
Edi Setiawan
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
5
Fitri Umi Kholifah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
6
Idayanti
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
7
Ikhsarul Munadzifah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
8
Jadi Santoso
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
9
Laili Hindayani
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
10
Muhammad Abdul Kholik
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
11
Muhammad Amin
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
12
Muhammad Anas Amrullah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
13
Muhammad Afifudin
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
14
Muhammad Fu'ad Arifudin
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
15
Muhammad Nur Anwar
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
16
Muhammad Sufyan
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
29
17
Muhammad Alinnuha
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
28
18
Muhammad Zaki Arafat
3
3
3
2
2
2
2
2
3
1
23
19
Muslimah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
20
Naily Fadhilah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
74
21
Najib Maimun
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
29
22
Nanang Adi Saputra
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
23
Nur Azizah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
24
Nur Rokhim
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
25
Puji Lestari
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
26
Putri Noviasari
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
27
Ratih Sela Tarwati
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
28
Reza Fauzi
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
29
29
Sri Lestari
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
30
Tinanik Kumala
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
31
Yulia Sulistyawati
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
32
Yulianto
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
33
Yuniatun Kusniawati
3
2
2
2
2
2
3
3
3
1
23
34
Abdur Rohman
3
3
3
2
2
2
2
1
3
2
23
BAB IV ANALISIS DATA
Dalam mencari hubungan antara pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran siswa berupa kategori nilai tinggi, sedang dan rendah beserta prosentasinya, dan juga interval diantara kedua variabel tersebut, menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : A. Analisis Pertama Langkah-langkah yang diambil dalam mengetahui potret tentang pemahaman tauhid adalah sebagai berikut : -
Membuat tabel daftar nilai hasil angket pada variabel tingkat pemahaman tauhid.
-
Membuat tabel daftar nilai tentang distribusi frekuensi pada variabel tingkat pemahaman tauhid.
-
Mengkategorikan nilai tertinggi dan terendah.
-
Memprosentasikan nilai tertinggi, sedang dan rendah. TABEL VIII DAFTAR NILAI HASIL ANGKET TENTANG PEMAHAMAN TAUHID
No
Skor Item
Nama Responden
Jml
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
1
Ali Zubaidi
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
2
Ananda Nilam Sari
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
3
Disna Elok Nur Afdhila
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
4
Edi Setiawan
3 3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
75
76
5
Fitri Umi Kholifah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
6
Idayanti
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
7
Ikhsarul Munadzifah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
8
Jadi Santoso
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
9
Laili Hindayani
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
10
Muhammad Abdul Kholik
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
11
Muhammad Amin
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
12
Muhammad Anas Amrullah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
13
Muhammad Afifudin
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
28
14
Muhammad Fu'ad Arifudin
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
15
Muhammad Nur Anwar
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
16
Muhammad Sufyan
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
28
17
Muhammad Alinnuha
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
18
Muhammad Zaki Arafat
3
1
2
2
3
3
1
2
3
2
22
19
Muslimah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
20
Naily Fadhilah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
21
Najib Maimun
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
22
Nanang Adi Saputra
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
23
Nur Azizah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
24
Nur Rokhim
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
25
Puji Lestari
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
26
Putri Noviasari
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
27
Ratih Sela Tarwati
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
28
Reza Fauzi
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
29
29
Sri Lestari
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
30
Tinanik Kumala
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
31
Yulia Sulistyawati
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
32
Yulianto
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
33
Yuniatun Kusniawati
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
29
34
Abdur Rohman
2
1
3
2
3
3
1
2
3
2
22
77
TABEL IX DAFTAR NILAI TENTANG DISTRIBUSI FREKUENSI PEMAHAMAN TAUHID Alternatif Jawaban
No Responden
A
B
C
1
10
0
2
10
3
Total
Nominal
0
30
A
0
0
30
A
10
0
0
30
A
4
10
0
0
30
A
5
10
0
0
30
A
6
10
0
0
30
A
7
10
0
0
30
A
8
10
0
0
30
A
9
10
0
0
30
A
10
10
0
0
30
A
11
10
0
0
30
A
12
10
0
0
30
A
13
9
0
1
28
A
14
10
0
0
30
A
15
10
0
0
30
A
16
9
0
1
28
A
17
10
0
0
30
A
18
4
4
2
22
B
19
10
0
0
30
A
20
10
0
0
30
A
21
10
0
0
30
A
22
10
0
0
30
A
23
10
0
0
30
A
24
10
0
0
30
A
25
10
0
0
30
A
26
10
0
0
30
A
27
10
0
0
30
A
28
9
1
0
29
A
78
29
10
0
0
30
A
30
10
0
0
30
A
31
10
0
0
30
A
32
10
0
0
30
A
33
9
1
0
29
A
34
4
4
2
22
B
Dalam mencari potret tingkat pemahaman tauhid siswa, berupa kategori nilai tinggi, sedang dan rendah. Dengan cara menetapkan nilai tertinggi dan nilai terendah. Yaitu tertinggi 30 dan terendah 10. Dengan mengetahui skor tertinggi dan terendah itulah kita mencari intervalnya dengan menggunakan rumus sebaga berikut:
Keterangan : i
= Interval
xt
= Nilai tertinggi
xr = Nilai terendah ki
= Kelas interval (tinggi, sedang, rendah)
Dari interval ini, telah jelas bahwa pada variabel pemahaman tauhid dapat dikategorikan variasi tinggi, sedang dan rendah.
79
a. Kategori nilai tinggi
: 24-30
b. Kategori nilai sedang
: 17-23
c. Kategori nilai rendah
: 10-16
Dari pengkategorian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : -
Nilai tinggi
: 24-30 = 32
siswa
-
Nilai sedang
: 17-23 = 2
siswa
-
Nilai rendah
: 10-16 = 0
siswa
Jumlah
= 34
siswa
Berdasarkan kategori tersebut, tingkat pemahaman tauhid dapat dihitung prosentasinya sebagai berikut : a. Kategori nilai tinggi :
b. Kategori nilai sedang :
c. Kategori nilai rendah :
Untuk lebih jelas, penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tingkat pemahaman tauhid, di bawah ini:
80
TABEL X PROSENTASE DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT PEMAHAMAN TAUHID No
Kategori Nilai
Interval
Frekuensi
Prosentase
1.
Tinggi
24-30
32
94,12 %
2.
Sedang
17-23
2
5,88 %
3.
Rendah
10-16
0
0
34
100 %
Jumlah
%
B. Analisis Kedua Langkah-langkah yang diambil dalam mengetahui potret tingkat kejujuran adalah sebagai berikut : -
Membuat tabel daftar nilai hasil angket pada variabel tingkat kejujuran.
-
Membuat tabel daftar nilai tentang distribusi frekuensi pada variabel tingkat kejujuran.
-
Mengkategorikan nilai tertinggi dan terendah.
-
Memprosentasekan kategori nilai tinggi, sedang dan rendah. TABEL XI DAFTAR NILAI HASIL ANGKET TENTANG TINGKAT KEJUJURAN
No
Skor Item
Nama Responden
Jml
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
1
Ali Zubaidi
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
2
Ananda Nilam Sari
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
3
Disna Elok Nur Afdhila
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
4
Edi Setiawan
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
81
5
Fitri Umi Kholifah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
6
Idayanti
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
7
Ikhsarul Munadzifah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
8
Jadi Santoso
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
9
Laili Hindayani
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
10
Muhammad Abdul Kholik
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
11
Muhammad Amin
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
12
Muhammad Anas Amrullah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
13
Muhammad Afifudin
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
14
Muhammad Fu'ad Arifudin
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
15
Muhammad Nur Anwar
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
16
Muhammad Sufyan
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
29
17
Muhammad Alinnuha
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
28
18
Muhammad Zaki Arafat
3
3
3
2
2
2
2
2
3
1
23
19
Muslimah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
20
Naily Fadhilah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
21
Najib Maimun
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
29
22
Nanang Adi Saputra
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
23
Nur Azizah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
24
Nur Rokhim
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
25
Puji Lestari
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
26
Putri Noviasari
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
27
Ratih Sela Tarwati
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
28
Reza Fauzi
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
29
29
Sri Lestari
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
30
Tinanik Kumala
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
31
Yulia Sulistyawati
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
32
Yulianto
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
33
Yuniatun Kusniawati
3
2
2
2
2
2
3
3
3
1
23
34
Abdur Rohman
3
3
3
2
2
2
2
1
3
2
23
82
TABEL XII DAFTAR NILAI TENTANG DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT KEJUJURAN Alternatif Jawaban
No Responden
A
B
C
1
10
0
2
10
3
Total
Nominal
0
30
A
0
0
30
A
10
0
0
30
A
4
10
0
0
30
A
5
10
0
0
30
A
6
10
0
0
30
A
7
10
0
0
30
A
8
10
0
0
30
A
9
10
0
0
30
A
10
10
0
0
30
A
11
10
0
0
30
A
12
10
0
0
30
A
13
10
0
0
30
A
14
10
0
0
30
A
15
10
0
0
30
A
16
9
1
0
29
A
17
9
0
1
28
A
18
4
5
1
23
B
19
10
0
0
30
A
20
10
0
0
30
A
21
9
1
0
29
A
22
10
0
0
30
A
23
10
0
0
30
A
24
10
0
0
30
A
25
10
0
0
30
A
26
10
0
0
30
A
27
10
0
0
30
A
28
9
1
0
29
A
83
29
10
0
0
30
A
30
10
0
0
30
A
31
10
0
0
30
A
32
10
0
0
30
A
33
4
5
1
23
B
34 4 5 1 23 B Dalam mencari potret tingkat kejujuran siswa, berupa kategori nilai tinggi, sedang dan rendah. Dengan cara dikategorikan nilai tertinggi dan nilai terendah, yaitu nilai tertinggi 30 dan terendah 10. Kemudian kategori tersebut dimasukkan dalam rumus sebagai berikut :
Perincian lebih mendalam dari kategori tersebut adalah sebagai berikut: a. Kategori nilai tinggi
: 24-30
b. Kategori nilai sedang
: 17-23
c. Kategori nilai rendah
: 10-16
Dari pengkategorian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : -
Nilai tinggi
: 24-30 = 31
siswa
-
Nilai sedang
: 17-23 = 3
siswa
-
Nilai rendah
: 10-16 = 0
siswa
Jumlah
= 34
siswa
84
Berdasarkan kategori tersebut, tingkat pemahaman tauhid dapat dihitung prosentasinya sebagai berikut : a. Kategori nilai tinggi :
b. Kategori nilai sedang :
c. Kategori nilai rendah :
Untuk lebih jelas, penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tingkat kejujuran, di bawah ini : TABEL XIII PROSENTASE DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT KEJUJURAN No
Kategori Nilai
Interval
Frekuensi
Prosentase
1.
Tinggi
24-30
31
91,18 %
2.
Sedang
17-23
3
8,82 %
3.
Rendah
10-16
0
0
34
100 %
Jumlah
%
C. Analisis Ketiga Untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara potret tingkat pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan Tahun
85
2010, penulis menggunakan rumus korelasi product moment. Adapun langkahlangkahnya sebagai berikut : -
Membuat tabel persiapan untuk mencari hubungan antara pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran.
-
Mencari x, y, x2, y2 dan xy.
-
Memasukkan nilai x, y, x2, y2 dan xy ke dalam rumus korelasi product moment. TABEL XIV NILAI x, y, x2, y2 DAN xy DALAM PERSIAPAN MENCARI HUBUNGAN DUA VARIABEL No Responden
x
y
x2
y2
xy
1
30
30
900
900
900
2
30
30
900
900
900
3
30
30
900
900
900
4
30
30
900
900
900
5
30
30
900
900
900
6
30
30
900
900
900
7
30
30
900
900
900
8
30
30
900
900
900
9
30
30
900
900
900
10
30
30
900
900
900
11
30
30
900
900
900
12
30
30
900
900
900
13
28
30
784
900
840
14
30
30
900
900
900
15
30
30
900
900
900
16
28
29
784
841
812
17
30
28
900
784
840
18
22
23
484
529
506
86
19
30
30
900
900
900
20
30
30
900
900
900
21
30
29
900
841
870
22
30
30
900
900
900
23
30
30
900
900
900
24
30
30
900
900
900
25
30
30
900
900
900
26
30
30
900
900
900
27
30
30
900
900
900
28
29
29
841
841
841
29
30
30
900
900
900
30
30
30
900
900
900
31
30
30
900
900
900
32
30
30
900
900
900
33
29
23
841
529
667
34
22
23
484
529
506
∑ (jumlah)
998
994
29418
29194
29282
Dari tabel nilai x, y, x2, y2 dan xy di atas, dapat diketahui sigma (∑) x, y, x2, y2 dan xy sebagai berikut : ∑x
=
998
∑y
=
994
∑ x2 =
29418
∑ y2 =
29194
∑ xy =
29282
Selanjutnya untuk mencari hubungan kedua variabel di atas, jumlah nilai x, y, x2, y2 dan xy dimasukkan ke dalam rumus korelasi product moment sebagai berikut :
87
D. Hasil Analisis Data Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,816. Ini berarti bahwa hubungan antara tingkat pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran siswa bersifat positif. Oleh karena itu dapat diintepretasikan bahwa ada hubungan yang searah antara pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat pemahaman tauhid siswa, maka akan tinggi pula tingkat kejujuran siswa. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah tingkat pemahaman tauhid siswa, semakin rendah pula tingkat kejujuran siswa.
88
Hipotesis ini diuji dengan teknik statistik dengan mengkonsultasikan antara nilai rxy hasil perhitungan dengan nilai r yang terdapat dalam tabel. Bila r hitung sama atau lebih besar dari r tabel, maka r hitung dapat dikatakan signifikan. Sesuai dengan responden dengan 34 anak, maka dapat dilihat dalam tabel nilai-nilai r product moment sebagai berikut : -
Pada taraf signifikan 5 % = 0,339
-
Pada taraf signifikan 1 % = 0,436
Berdasarkan perhitungan di atas, ternyata nilai hasil hitung 0,816 lebih besar daripada 0,339 maupun 0,436. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi ada hubungan antara tingkat pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran siswa dapat diterima. Dari hasil perhitungan 0,816, hubungan antara dua variabel tersebut di atas, termasuk hubungan tinggi sekali. Ini sesuai pernyataan di bawah ini : 0 < rhit < 1 0,00 – 0,20 hubungan sangat rendah 0,21 – 0,40 hubungan rendah 0,41 – 0,60 hubungan sedang 0,61 – 0,80 hubungan tinggi 0,81 – 1,00 hubungan tinggi sekali
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis menuliskan hasil penelitian dan menganalisa data-data tersebut, akhirnya penulis akan melaporkan kesimpulannya. Dengan pengertian bahwa kesimpulan ini merupakan suatu gambaran singkat hasil penelitian tentang, “Hubungan antara tingkat pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran siswa kelas VII MTs Assalafi Susukan Tahun 2010”. Adapun kesimpulannya sebagai berikut : 1.
Pemahaman tauhid pada siswa kelas VII MTs Assalafi Susukan Kabupaten Semarang tahun 2010 adalah harus dipertahankan, syukur dapat lebih meningkat lagi. Hal ini dibuktikan berdasarkan analisa prosentase dari 34 siswa yang menjadi sampel penelitian, yang berada pada kategori tinggi sebanyak 32 siswa dengan prosentase 94,12 %. Sedangkan yang berada pada kategori sedang sebanyak 2 siswa dengan prosentase 5,88 % dan yang berada pada kategori rendah sebanyak 0 siswa dengan prosentase 0%.
2.
Demikian juga mengenai tingkat kejujuran siswa perlu pula dipertahankan, karena berada pada kategori tinggi. Hal ini berdasarkan pada analisa prosentase dari 34 siswa, yang berada pada kategori tinggi 31 siswa dengan prosentase 91,18 %. Yang berada pada kategori sedang sebanyak 3 siswa dengan prosentase 8,82 % dan yang berada di kategori rendah sebanyak 0 siswa dengan prosentase 0 %.
89
90
3.
Dari hasil analisis data (penelitian) dapat diperoleh hasil akhir yang menunjukkan bahwa ada hubungan tinggi sekali antara pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan Tahun 2010. Hal ini terbukti dengan korelasi product moment yaitu sebesar 0,816 berada di atas r product moment pada taraf signifikan 5 % = 0,339 dan taraf signifikan 1 % = 0,436 dengan N = 34. Dengan demikian ada hubungan yang sangat tinggi antara tingkat
pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran.
B. Saran-Saran 1. Kepada MTs Assalafi Susukan -
Hendaknya guru selalu menciptakan situasi dan kondisi yang agamis dan memahami metode mengajar yang sesuai dengan kondisi anak.
-
Menginstruksikan pembiasaan jujur bagi siswa-siswanya.
-
Memasyarakatkan budaya rasa bangga dan penghormatan terhadap siswasiswa yang memiliki sikap benar, jujur, dan menepati janji.
2. Kepada Orang Tua Orang tua hendaknya lebih berhati-hati terhadap anak-anaknya baik dalam beraktifitas maupun dalam pergaulan sehari-hari dan orang tua hendaknya lebih giat untuk mengarahkan anak-anaknya.
91
3. Kepada Para Siswa Hendaknya meningkatkan pemahaman tauhid dengan benar, terutama tentang sifat Allah Ilmu, Sama’ dan Bashor. Kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga terbentuklah sikap jujur.
C. Penutup Dengan selesainya penelitian dan skripsi ini, penulis mengucapkan syukur alhamdulillah ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA Drs. H. Sahlun A. Nasir, Pengantar Ilmuu Kalam. Rajawali Pers, Jakarta, 1991 Drs. H. Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, LPPI, UMY, Yogyakarta, 1993 M. Hamdani B.Dz, Pendidikan Ketuhanan Dalam Islam, Anggota IKAI Jateng, 2001 KH. Abdullah Zakiy Al Kaaf, Memperkokoh Aqidah Islamiyah, Pustaka Setia, Bandung 1999 Dr. Yusuf Qardhawi, Merasa Kehadiran Tuhan, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2005 Drs. Abdul Mukti M.Ed, Khutbah Jum’at, Majalah SM, Yogyakarta, 2004 Eko Haryono, Aris Munandar, Bahaya Lidah, Media Hidayah, 2003 Dr. Asmara As, M. A, Pengantar Studi Akhlak, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002 Dr. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, PT Remaja Rosdakarta, Bandung, 2008 Drs. Ahmad Suyuti, Khotbah Cendekiawan, Pustaka Amani, Jakarta, 1996 Drs. Wahyu MS, Drs. Muhammad Masduki MS, Petunjuk Praktis Membuat Skripsi, Usaha Offset Printing, Surabaya Hadi, Sutrisno, Metodolohi Research, Andi Offset, Yogyakarta H. A. Umar, Idul Fitri dan Peningkatan Amal Shaleh, Panitia Amalan Romadlon, Salatiga, 2009 Prof. DR. Ahmadi, Idiologi Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, Pustaka Amani, Jakarta, 2005 Proyek Pembinaan Sarana dan Prasarana Perguruan Tinggi, Ilmu Fiqih, Jakarta, 1983 Hasbi Ash Shiddieqy, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1984 Ir.Djoko Prajitno M.Sc, Analisa Regresi dan Korelasi, Liberty, Yogyakarta Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Sholihin, Pustaka Amani, 1999