BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan jamur. Beberapa spesies jamur merupakan flora normal yang dapat menjadi jamur patogen penyebab penyakit pada manusia. Penyakit yang disebabkan oleh jamur disebut dengan mikosis. Mikosis dibagi menjadi 3 yaitu mikosis superficial (menginfeksi kulit, rambut dan kuku), subcutaneous (menginfeksi kulit dan tulang) dan sistemik (menginfeksi organ dalam). Sejak tahun 1950-an, penyebab mikosis sistemik terutama adalah Candida albicans dan Aspergillus yang menyebabkan mukormikosis. Selama lebih kurang 20 tahun terakhir terdapat perubahan epidemiologi infeksi Candida, seperti Candida albicans, demikian pula Aspergillus spp, yang semakin sering dilaporkan sebagai penyebab mikosis sistemik. Penelitian epidemiologi infeksi Candida di Anderson Cancer USA selama tahun 1988-1992 menunjukkan 42% kandidemia oleh Candida albicans, selebihnya oleh Candida tropicalis (18%), Candida parapsilosis (17%), Candida glabrata (11%) dan Candida krusei (4%). Aspergillus spp. menyebabkan aspergillosis. Spesies Aspergillus yang dapat menginfeksi manusia ialah Aspergillus fumigatus, Aspergillus flavus, Aspergillus niger, Aspergillus clavatus dan Aspergillus nidulans (Bennet dan Nana dalam PMKI, 2001). Candida albicans dapat menyebabkan penyakit pada berbagai organ tubuh seperti kulit. Penyakit kulit semakin berkembang, hal ini dibuktikan dari data
Universitas Sumatera Utara
Profil Kesehatan Indonesia 2010 yang menunjukkan bahwa penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi peringkat ketiga dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit se-Indonesia berdasarkan jumlah kunjungan yaitu sebanyak 192.414 kunjungan dan 122.076 kunjungan di antaranya merupakan kasus baru. Sementara di Kota Medan, data pola 10 penyakit terbesar tahun 2010 menunjukkan bahwa penyakit kulit infeksi dengan jumlah penderita 39.267 orang atau 5,90% menduduki urutan kelima setelah penyakit infeksi akut lain pada saluran pernafasan atas, hipertensi, penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat serta penyakit lain pada saluran pernafasan atas (Kemenkes, 2011 dalam Harahap, 2013). Aspergillus dapat menyebabkan penyakit pada paruparu. Beberapa mikosis paru ditemukan endemis di daerah tertentu seperti Amerika, Afrika, Meksiko, Kanada dan Australia. Di Indonesia, angka kejadian penyakit jamur pada saluran nafas belum diketahui, namun terdapat sejumlah kasus yang telah dilaporkan (Bennet dkk dalam PMKI 2001). Candida albicans dan Aspergillus dapat hidup di pakaian. Peneliti Departement Microbiology and Immunology Universitas New York melakukan penelitian pada 14 potong pakaian baru, mulai dari atasan, celana, dan pakaian dalam. Hasilnya mereka menemukan jejak partikel ragi, feses, bekas ludah, bakteri kulit, dan bakteri vagina melekat pada baju-baju baru. “Paling banyak ditemukan di daerah ketiak dan pangkal paha”, kata Dr. Philip Tierno, yang memimpin penelitian itu (Rizky, 2012). Penelitian tentang jamur pada pakaian juga dilakukan oleh Ditjen Kemendag yang telah melakukan pengujian terhadap 25 contoh pakaian bekas yang beredar di pasar. Contoh diambil di Pasar Senen
Universitas Sumatera Utara
Jakarta terdiri atas beberapa jenis pakaian yaitu pakaian anak (jaket), pakaian wanita (vest, baju hangat, dress, rok, atasan, hot pants, celana pendek), pakaian pria (jaket, celana panjang, celana pendek, kemeja, t-shirt, kaos, sweater, kemeja, boxer, celana dalam). Hasil pengujian menunjukkan ditemukannya sejumlah koloni jamur yang ditunjukkan oleh parameter pengujian Angka Lempeng Total (ALT) pada semua contoh pakaian bekas yang nilainya cukup tinggi. Kandungan kapang yang ditemukan pada pakaian bekas sebesar 36.000 koloni/g, seperti yang diungkapkan Widodo, Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen. Jamur yang diduga hidup pada pakaian bekas yaitu
kapang
(Aspergillus spp.) dan khamir (Candida spp.). Meskipun berdasarkan hasil pengujian tidak secara spesifik ditemukan jamur tersebut, pengujian ini memastikan adanya cemaran jamur patogen lain yang dapat menimbulkan penyakit. Hal ini dikarenakan nilai parameter ALT hasil pengujian menunjukkan total jumlah koloni jamur pada contoh masih terdapat jamur kapang lain yang belum teridentifikasi
yang kemungkinan bersifat patogen (Kementerian
Perdagangan RI, 2015). Timbulnya penyakit dari pakaian bekas impor ini bisa berawal dari kontak langsung dengan kulit atau ditransmisikan oleh tangan manusia yang kemudian membawa infeksi masuk lewat mulut, hidung, dan mata. Cemaran jamur patogen dapat menyebabkan gangguan beragam kesehatan. Sesuai dengan penelitian Y. M. Muthiani dkk (2002) dan S. F. Bloomfield dkk. (2013) dalam Kementerian Perdagangan RI (2015), kapang (Aspergillus spp.) dan khamir (Candida spp.) dapat menyebabkan gatal-gatal, alergi bahkan infeksi pada saluran kemih.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Analisis keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015”. 1.2 Perumusan Masalah Berbagai macam spesies jamur mungkin terdapat pada pakaian bekas. Jika terdapat spesies jamur patogen pada pakaian bekas, maka pakaian bekas tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Oleh karena itu, rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat Candida albicans dan Aspergillus spp. serta apakah ada keluhan kesehatan pada penjual dan bagaimana perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
2. Mengetahui keluhan kesehatan penjual pakaian bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. 3. Mengetahui persentase pakaian bekas yang mengandung jamur Candida albicans dan Aspergillus spp. di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. 4. Mengetahui spesies jamur yang terdapat pada pakaian bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk pengayaan literatur tentang keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015. 2. Bagi masyarakat Kota Medan dan khususnya masyarakat di Kelurahan Tanjung Selamat sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas. 3. Sebagai bahan masukan dan informasi yang penting bagi peneliti lainnya mengenai keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015.
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk peneliti sendiri agar menambah wawasan dan dapat menemukan dan memecahkan permasalahan tentang keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas.
Universitas Sumatera Utara