1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Anak merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada
orang tua. Pada saat dilahirkan ke dunia anak membawa kebahagiaan bagi orang-orang disekitarnya terutama orang tua. Selain itu, anak juga menjadi sebuah harapan orang tua. Tidak sedikit orang tua yang mengharapkan dikaruniai anak tapi masih belum juga mendapatkannya (Graha, 2008). Berdasarkan urutan kelahiran, anak menduduki posisi tertentu
dalam
keluarga.
Sehingga
dikenal
adanya
anak
sulung, anak bungsu, anak tengah dan anak tunggal dengan karakternya
masing-masing.
Posisi
tersebut
memliliki
pegaruh mendasar dalam perkembangan anak (Hurlock, 2000). Menurut ilmu tentang konsep kelahiran, seorang anak akan
menafsirkan
posisinya
dalam
garis
keluarga
dan
penilaian diri yang kemudian menjadi acuan dari reaksi di dalam
hidup
bermasyarakat.
Anak
dalam
suatu
keluarga
memiliki sifat yang berbeda satu sama lain. Sifat tersebut
2
terbentuk
dari
pengalaman
psikologis
mereka
sebagai
penafsiran anak terhadap posisi diri didalam keluarga dan bagaimana anak membiasakan dirinya berperilaku dalam peran tersebut (Hadibroto, 2002). Anak
sulung
saudara-saudara
cenderung
kandung
lebih
lainnya,
tertutup
dibanding
perfeksionis,
lebih
mungkin untuk menjadi dewasa, mandiri, cerdas, dan menjadi pemimpin yang baik. Sedangkan anak bungsu cenderung lebih terbuka,
menjadi
pemberontak,
lebih
sering
dimanjakan,
serta lebih mungkin untuk bersikap ramah dan tidak patuh. Anak
sulung
memiliki
tanggung
jawab
yang
lebih
besar
(Nelson and Sibilski, 2013). Depresi merupakan salah satu diantara bentuk sindrom gangguan- gangguan keseimbangan mood (suasana perasaan). Depresi
dapat
diartikan
dikarakteristikkan
sebagai
keadaan
mental
yang
dengan perasaan sedih, kesepian, putus
asa, kehilangan rasa percaya diri dan perasaan bersalah (Sadock et al., 2010). Selain itu, depresi sering disertai dengan gejala kecemasan. Masalah-masalah ini dapat menyebabkan gangguan besar dalam kemampuan individu untuk mengurus tanggung
3
jawab sehari-hari nya. Yang paling buruk, depresi dapat menyebabkan bunuh diri. (WHO, 2014) Menurut Sadock & Sadock (2007), depresi merupakan salah satu gangguan psikiatri yang paling sering muncul dalam masyarakat. Insidensi gangguan depresi berat sebesar 1.59% setiap tahunnya (wanita, 1.89%; pria, 1.10%). Setiap tahunnya dilaporkan sekitar 800.000 orang di seluruh dunia melakukan tindakan bunuh diri. Lebih dari 90% kasus bunuh diri berkaitan dengan permasalahan gangguan jiwa seperti depresi, psikotik, dan ketergantungan zat (napza) (Effendi et al., 2009). Berbagai macam kejadian yang dialami oleh seseorang selama
perjalanan
psikososial
yang
hidupnya
dapat
dapat
menimbulkan
menjadi gangguan
stressor psikiatrik
seperti depresi (Anisman dan Zacharko, 1992). Berdasarkan
urutan
kelahirannya,
anak
mendapatkan
perbedaan perlakuan dari orang tua. Perbedaan perlakuan itu dapat menimbulkan rasa cemburu dan persaingan antar anak.
Persaingan
yang
melampaui
batas
kewajaran
dapat
menjadi faktor yang menyebabkan tingkah laku abnormal
dan
depresi yang dapat diungkapkan dalam berbagai sindrom. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik
4
untuk
melakukan
penelitian
mengenai
perbedaan
proporsi
depresi antara anak sulung dan anak bungsu pada siswa Sekolah
Menengah
Atas
Negeri
1
Teladan
Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Teladan
Yogyakarta
dikarenakan
pada
jenjang
Sekolah
Menengah Atas mereka akan mulai menghadapi berbagai macam pilihan
dalam
hidupnya
yang
dapat
menjadi
stressor
psikososial dan juga belum pernah dilakukan penelitian seperti ini sebelumnya . 1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
masalah
penelitian
dalam
bentuk
pertanyaan
penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan proporsi depresi antara anak sulung dan anak bungsu pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Teladan Yogyakarta? 1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: Mengetahui perbedaan proporsi depresi antara anak sulung dan anak bungsu pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Teladan Yogyakarta.
5
1.4
Keaslian Penelitian Berdasarkan tinjauan dari pustaka, penelitian tentang
perbedaan proporsi depresi antara anak sulung dan anak bungsu pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Teladan Yogyakarta belum pernah dilakukan. Namun terdapat beberapa penelitian yang mirip dengan penelitian ini antara lain: 1. Zaidi (2011) melakukan penelitian untuk mencari tahu hubungan antara urutan kelahiran dengan depresi. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa dari Universitas Rowan yang berusia diatas 18 tahun. Data diperoleh dari 15 partisipan dengan cara survey urutan kelahiran termasuk pertanyaan mengenai sifat kepribadian yang berkaitan dengan
urutan
kelahiran.
Hasil
dari
penelitian
ini
menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan dikarenakan besar sampel yang terlalu kecil. Sebanyak 12 subjek tidak
menunjukkan
menunjukkan yakin.
2
tanda-tanda
tanda-tanda
subjek
yang
depresi
mengalami
depresi, dan
1
depresi
2
subjek
subjek adalah
tidak anak
tengah dan anak terakhir. Penelitian yang dilakukan Zaidi ini memiliki perbedaan lokasi dan jumlah sampel dengan penlitian yang akan dilakukan.
6
2. Ansari et al (2009) meneliti hubungan urutan kelahiran dengan
gangguan
depresi.
Penelitian
ini
merupakan
penelitian retrospektif dari catatan 1208 pasien pada departemen Hyberabad dengan
psikiatri antara
626
di
Rumah
Januari
2002
terdiagnosis
Sakit
sampai
gangguan
Universitas
Februari depresi.
2004 Hasil
penelitian menunjukkan anak kedua lebih rentan untuk mengalami gangguan depresi. Namun masih perlu dilakukan penelitian
lebih
lanjut
untuk
menjawab
pertanyaan-
pertanyaan yang muncul dari penelitian ini. Penelitian ini memiliki perbedaan lokasi dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Penelitian yang dilakukan peneliti akan membandingkan perbedaan depresi antara anak sulung dan anak bungsu. 3. Hapsari (2008) meneliti tentang perbedaan kematangan emosi
berdasarkan
urutan
kelahiran
pada
remaja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya keterkaitan
antara
kematangan
emosi
terhadap
urutan
kelahiran. Subyek penelitian ini adalah siswa SMA kelas satu dan dua di Semarang yang berusia 14-18 tahun dengan pengambilan sampel random. Sampel berjumlah 150 siswa yang terdiri dari 50 anak sulung, 50 anak tengah, 50
7
anak bungsu, Hasil dari penelitian ini menujukkan tidak adanya
perbedaan
dengan
urutan
antara
kelahiran.
kematangan Hapsari
emosi
responden
menyebutkan
bahwa
karakteristik antara anak yang memiliki dua saudara, tiga saudara, bahkan empat bersaudara tentunya berbeda. Perbedaan ini biasanya terletak pada pola asuh yang diberikan
dalam
suatu
keluarga.
Penelitian
yang
dilakukan Hapsari ini memiliki perbedaan pada variabel tergantung
dan
lokasi
penelitian.
Penelitian
ini
dilakukan di Semarang dengan variabel tergantung yaitu kematangan
emosi.
Sedangkan
penelitian
yang
akan
dilakukan peneliti akan dilakukan di Yogyakarta dengan variabel tergantung yaitu depresi. 1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menjadi tambahan pengetahuan orang tua mengenai kemungkinan
terjadinya
depresi
berhubungan
dengan
urutan kelahiran sehingga bisa di cegah dari awal. 2. Dapat menjadi bahan masukan dan salah satu referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.
8
3. Bagi
peneliti,
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan pengetahuan baru dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.