1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Anak dalam perkembangannya dapat berkembang normal atau mengalami gangguan dalam tumbuh kembang. Keterlambatan bicaradan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara dan bahasa adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat (Sunanik, 2013). Penelitian di Kanada mendapatkan angka 3% sampai 10% sedangkan penelitian di Amerika Serikat pada tahun 20012002 mendapatkan hasil prevalensgangguan bicara sekitar 3,8% pada anak usia 6 tahun dengan angka paling tinggi pada anak yang lebih muda. Gangguan berbahasa pada anak taman kanak kanak sekitar 7,4%. Anak usia sekolah dasar dengan gangguan bicara akan mengalami gangguan membaca sekitar 5% (Korbin JE, 2008). Departemen Rehabilitasi Medis RSCM tahun 2006 mendapatkan data dari 1125 pasien anak yang berkunjung didapatkan 13 %pasien anak yangmengalami keterlambatan bicara. Keterlambatan bicara pada anak usia 2-7 tahun dilaporkan pada rentang 2,3%-19%(Jane & Tunjungsari, 2015). Gangguan bicara dan berbahasa yang berat pada anak akan berakibat buruk untuk jangka pendek dan jangka panjang ke depannya dalam hal prestasi sekolah. Anak dengan masalah keterlambatan bicara dan bahasa usia 2,5-5 tahun meningkatkan kemungkinan
1
2
sulit membaca pada usia sekolah dasar dan meningkatkan insidens gangguan pehatian dan sosial di masa dewasa ( Maura, 2011). Laporan di Poliklinik Tumbuh Kembang RS Dr. Sarjito, Yogyakarta menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 2,3%-24,6%. Keterlambatan bicara pada anaksekolah di Indonesia adalah antara 5%–10% (Suparmiati dkk, 2013). Penelitian di tempat penitipan anak Werdhi Kumara I Denpasar dengan menggunakan Early Languange Milestone Scale-2 mendapatkan prevalens keterlambatan bicara sebesar 8,6%(Beyeng dkk, 2012). Pada penelitian keterlambatan perkembangan global yang dilakukan di Poliklinik anak di RSUP Sanglah didapatkan 24% anak mengalami keterlambatan bicara (Melati dkk, 2012). Tiga tahun pertama kehidupan merupakan periode kritis kehidupan anak dan masa paling penting dalam tumbuh kembang karena hampir semua komponen kognitif anak dikemudian hari dibentuk pada fase ini. Plastisitas otak maksimalpada beberapa tahun pertama kehidupan dan berlanjut dengan kecepatan yang lebih lambat. Pengalaman sensorik, stimulasi dan pajanan bahasa selama periodeini dapat menentukan sinaptogenesis, mielinisasi dan hubungan sinaptik. Gangguan bicara dan bahasa yang tidak diterapi dengan tepat setelah melewati periode kritisakan menyebabkan gangguan kemampuan membaca, kemampuan verbal, perilaku, penyesuaian psikososial, dan kemampuan akademis yang buruk. Identifikasi dan intervensi secara dini diperlukan untuk mencegah terjadinya gangguan dan hambatan tersebut. Periode yang tepat untuk melakukan deteksi dini ialah usia 1-3 tahun (Hartanto dkk,2011).
3
Capute scales adalah salah satu alat skrining yang dapat menilai secara akurat aspek-aspek perkembangan utama termasuk komponen bahasa dan visual-motor pada anak usia 1-36 bulan. Capute scales terdiri dari pemeriksaan CAT (Cognitive Adaptive Test) dan CLAMPS (Clinical Linguistic Auditory Milestone Scale) telah digunakan secara luas untuk clinical assessment oleh neurodevelopmental pediatricians dan dengan latihan yang singkat alat ini dapat dikerjakan dengan baik ditingkat pelayanan primer (Dhamayanti dkk, 2009). Kemahiran dalam bahasadan berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik (dari anak) dan faktor ekstrinsik (dari lingkungan).Faktor intrinsik yaitu kondisi pembawaan sejaklahir termasuk fisiologi dari organ yang terlibatdalam kemampuan bahasa dan berbicara. Faktor ekstrinsik dapat berupa stimulus yang adadi sekeliling anak, misalnya perkataan yang didengar atau ditujukan kepada si anak (Hartanto dkk, 2011). Keluarga dapat sebagai faktor risiko terjadinya keterlambatan bicara dan bahasa serta dapat juga sebagai pendukung keberhasilan terapi pada anak dengan keterlambatan bicara. Keluarga yang dapat memenuhi semua fungsi dasar keluarga mempunya pembagian tugas yang jelas, tanggung jawab serta peran yang baik maka dapat dikatakan keluarga berfungsi dengan efektif. (Sanchez dkk, 2011). Teorifungsi keluarga, McMaster Model of Family Functioningmengatakan sehat atau tidaknya fungsi keluarga dapat diukur berdasarkan dimensi-dimensi yang ada di dalamnya yaitu penyelesaian masalah, komunikasi, peran,
4
responsivitas afektif, keterlibatan afektif, kontrol prilaku, dan fungsi umum (Mansfield dkk, 2015). Family Assessment Device (FAD) merupakan self reportinstrument yang mudah diaplikasikan dalam mengukur fungsi keluarga. Instrumen tsb menilai persepsi pasien (orangtua) mengenai kemampuan keluarga dalam hal pemecahan masalah, komunikasi, peran, respon afektif, keterlibatan afektif, dan pengendalian tingkah laku (Mansfield dkk, 2015). Pada penelitian keterlambatan bicara yang dilakukan di Jakarta Timur oleh Hartanto dkk (2009), didapatkan adanya hubungan antara bentuk keluarga dengan status perkembangan, angka kejadian status perkembangan tidak normal pada subyek dengan tipe keluarga inti. Pada keluarga dengan bentuk keluarga majemuk atau extended jumlah anggota keluarga umumnya lebih banyak sehingga stimulasi terhadap subyek lebih banyak. Kedua orangtua yang bekerja berisiko lebih besar menyebabkan anak mengalami gangguan perkembangan, hal ini disebabkan perhatian keluarga menjadi berkurang sehingga stimulasi juga berkurang (Windiani dkk, 2010). Penelitian
yang
menilai
hubungan
antara
fungsi
keluarga
dengan
keterlambatan bicara pada anak di Indonesia dan di RS Sanglah belum ada sampai saat ini.
5
1.2 Rumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut: 1.
Adakah hubungan fungsi keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasapada anak di RSUP Sanglah?
2.
Adakah hubungan pemecahan masalah dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.
3.
Adakahhubungan komunikasi dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.
4.
Adakahhubungan peran dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.
5.
Adakah hubungan respon afektif dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.
6.
Adakah hubungan keterlibatan afektif dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.
7.
Adakah hubungan pengendalian tingkah laku dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.
1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui hubunganfungsi bahasapada anak.
keluarga
dengan
keterlambatan bicara dan
6
1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui hubungan pemecahan masalah dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak. 2. Mengetahui hubungan komunikasi dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak. 3. Mengetahui hubungan peran dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak. 4. Mengetahui
hubungan
respon
afektif
dalam
keluarga
dengan
keterlambatan bicara dan bahasa pada anak. 5. Mengetahui hubungan keterlibatan afektif dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak. 6. Mengetahui hubungan pengendalian tingkah laku dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.
1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis Memberikan
kontribusi
untuk
berkembanganya
ilmu
pengetahuan,
khususnyadalam bidang ilmu kedokteran jiwa dan anak. 1.4.2 Manfaat praktis Manfaat penelitian ini adalah: 1.
Mengetahui fungsi keluarga yang baik, sehingga dapat menerapkannya dalam keluarga.
7
2.
Bagi orang tua, dapat mendeteksi keterlambatan bicara dan bahasa pada anaknya secara dini.
3.
Manfaat akademis, memberikan sumbangan yang bermanfaat di dalam dunia ilmu kedokteran jiwa terutama sebagai referensi penelitian selanjutnya karena masih banyak faktor-faktor yang dapat digali berkaitan dengan peran keluarga dalam tumbuh kembang anak.