1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian Profesi guru merupakan bidang pekerjaan yang harus memiliki syarat dan
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Pasal 8 UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyebutkan guru wajib memiliki kualifikasi akdemik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dijelaskan dalam pasal berikutnya yang dimaksud kualifikasi akademik adalah pendidikan yang diperoleh melalui pendidikan tinggi Program Sarjana atau Strata 1 (S1). Kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogi,
kompetensi
kepribadian,
kompetensi
sosial,
dan
kompetensi
profesional. Sedangkan sertifikat pendidik adalah tanda bukti atau sertifikat yang diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah. Kompetensi guru sebagaimana disyaratkan dalam Undang-Undang tersebut merupakan faktor kunci dalam keberhasilan pembelajaran. Karena guru yang berkompetenlah yang mampu mewujudkan sesuatu sesuai dengan tugas yang diberikan kepadanya yaitu pembelajaran secara efektif dan bertanggung jawab. Dengan kompetensi yang dimiliki, guru mampu beradaptasi terhadap lingkungan kerja baru, termasuk kelas yang menjadi tugas pokoknya dalam membelajarkan anak. Selengkapnya Debling (Musfah, 2011: 27) menyebutkan, “Competence is broad concept which embodies the ability to transfer skill and knoledge to new situation within the occupational area”. Demikian juga dengan kompetensi, guru mampu bekerjasama dalam mewujudkan tujuan lembaganya. Hal ini sesuai dengan pendapat Kenezevich (Musfah, 2011: 27), “Kompetensi adalah kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi”. Mujiono, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Wawasan Kebangsaan Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2
Sejak dilaksanakannya sertifikasi guru enam tahun yang lalu tuntutan kualitas guru dalam melaksanakan tugasnya terus disuarakan dan menjadi suatu keniscayaan, karena tujuan utama program sertifikasi adalah untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai cerminan dari kualitas seorang guru. Keefektifan program sertifikasi yang sudah dilaksanakan mulai mendapat sorotan dan dipertanyakan oleh berbagai kalangan yang peduli terhadap pendidikan. Ada yang hanya sekedar bertanya berdasarkan fenomena atau gejala semata, tetapi sebaliknya pertanyaan yang lebih mendasar
disampaikan oleh lembaga
pendidikan yang sedikit banyak memahami pendidikan, yaitu perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidik dan tenaga kependidikan. Berbagai penelitian untuk
membuktikan program
sertifikasi
guru
dalam
rangka
meningkatkan profesionalitas guru dilakukan berbagai instansi terkait. Dari
hasil
penelitian
Pengaruh
Program
Sertifikasi
Terhadap
Kesejahteraan dan Motivasi Kerja Guru Se-Kota Malang oleh Mika Marselly Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang tahun 2008 menyimpulkan bahwa program sertifikasi memiliki pengaruh yang positif terhadap kesejahteraan dan motivasi kerja. Hal sebaliknya didapat dari hasil penelitian Sekolah Pascasarjana UPI Bandung tahun 2010, tentang Dampak Sertifikasi Terhadap Peningkatan Kompetensi Guru dan Kualitas Belajar Siswa Sekolah Dasar menyimpulkan bahwa sertifikasi guru tidaklah menjadi jaminan bahwa guru-guru akan menjadi lebih berkualitas dalam mengajar. Guru-guru yang bersertifikat lebih banyak terdiri dari mereka yang sudah berusia tua yang tidak dijamin memiliki kompetensi pedagogik dan profesional yang memadai Dasim et al. (2010:137). Berdasarkan data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan secara umum, kualitas dan kompetensi guru di Indonesia belum sesuai yang diharapkan. Kualifikasi pendidikan sampai saat ini dari 2,92 juta guru, baru 51% yang berpendidikan S1. Dari persyaratan sertifikasi hanya 2, 06 juta guru atau 70,5% yang memenuhi persyaratan. Selanjutnya disamping kualifikasi pendidikan, kompetensi guru juga masih bermasalah. Saat dilakukan tes semua bidang studi, rata-rata tidak sampai 50% soal yang bisa dikerjakan. Tidak ada guru yang meraih
Mujiono, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Wawasan Kebangsaan Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3
nilai 80, bahkan ada guru yang memperoleh nilai terendah satu (KOMPAS, 7 Maret 2012). Pada sisi lain Said (2011: 3) mangatakan fenomena tergerusnya nasionalisme dan idiologi kebangsaan sudah terlihat. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 mengingatkan ungkapan Ernest Renan, sekarang sebaliknya Indonesia menghadapi keadaan “kehendak akan berpisah”. Timor Timur lepas dan menyatakan diri sebagai negara merdeka pada tanggal 20 Mei 2002. Setelah itu pada tanggal 17 Desember 2002 Mahkamah Internasional memenangkan gugatan Malaysia atas pulau Sipadan dan Ligitan. Sejak saat itu kedua pulau terluar lepas dari Indonesia dan menjadi bagian wilayah negara Malaysia. Dan sampai sekarang Indonesia masih terlibat pertentangan status Ambalat dengan Malaysia. Berita di Kompas tanggal 3 Juni 2010, halaman 24 : 2.000 WNI jadi warga negara Malaysia. Mereka berasal dari Kabupaten Sanggau dan Bengkayang yang tinggal di daerah perbatasan Kalimantan Barat dan Serawak. Tepatnya sebagian besar dari Desa Suruh Tembawang, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, dan sebagian lagi berasal dari beberapa desa dari Kabupaten Bengkayang. Alasan kepindahan kewarganegaraan dari penduduk perbatasan itu, dikarenakan sarana dan prasarana umum di tetangga kampung Negeri Jiran itu sangat baik dibandingkan dengan yang tersedia di kampung sendiri di Indonesia. Berita ini bersumber dari H.R. Thalib, Ketua Himpunan Kesejahteraan Masyarakat Perbatasan. Terlepas dari faktor sosial ekonomi berpindahnya kewarganegaraan penduduk di perbatasan dan keinginan masyarakat menentukan nasibnya sendiri dan berpisah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) juga berkaitan dengan nasionalisme. Rasa nasionalisme mereka patut dipertanyakan. Disamping itu Indonesia juga dihadapkan pada tantangan dan ancaman terhadap yuridiksi dan kedaulatan yang datang dari dalam negeri yang tidak puas dengan kebijakan pemerintah pusat. Gerakan Organisasi Papua Merdeka, RMS, NII. Konflik di daerah baik yang berlatar belakang SARA maupun kesenjangan dan kesejahteraan sosial marak diberitakan di media massa. Sulaksono (2011: 20) menyatakan “ pada tataran empirik berbagai pergolakan dan kekerasan di seantero tanah air yang melibatkan sentimen-sentimen primordialisme dan agama telah Mujiono, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Wawasan Kebangsaan Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4
melecut berbagai pertanyaan tentang masa depan nasionalisme dan demokrasi di Indonesia” Demikian juga gejala tersebut nampak pada generasi muda khususnya siswa yang muncul dalam bentuk lain. Sebagian dari mereka menunjukan sikap dan perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Coratcoret sudah menjadi trend. Kondisi ini terlihat jelas ketika ada pengumuman kelulusan. Sebenarnya usaha dari berbagai pihak khususnya sekolah telah dilakukan agar tidak terulang kembali, tetapi kenyataannya malahan sebaliknya. Ada yang paling sepele dan mungkin ini awal dari segala bentuk corat coret yaitu corat-coret di bangku, tembok atau dinding sekolah. Bangku dan meja khususnya penuh dengan coretan baik dengan alat tulis maupun penghapus Tip Ex. Berita tawuran antar pelajar sering menghiasi berita baik media cetak maupun elektronik. Bahkan tindakan tersebut sudah merupakan tindak pidana, bukan lagi sebagai salah satu bentuk atau wujud dari kenakalan remaja. Data di Jakarta misalnya (Bimas Polri Metro Jaya) tahun 1992 tercatat 157 kasus, 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, 1995 terdapat 194 kasus dengan korban 13 pelajar dan dua anggota masyarakat lainnya. Tahun 1998 230 kasus yang menewaskan 15 korban dan dua anggota Polri dan tahun berikutnya 230 kasus dengan 37 korban. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat, Detik.com (28-5-2012). Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan jumlah pengguna narkoba di lingkungan SD, SMP, SMA tahu 2006 mencapai 15.662 anak. Dengan rincian SD 1.793 anak, SMP 3.543 anak, SMA 10.326 anak. Dari data tersebut yang paling mencengangkan adalah jumlah pelajar SD pengguna narkoba. Padahal pada tahun 2003 baru 949 namun tiga tahun kemudian 1.793 anak, Fajar.co.id (29-52012). Kabar sangat mencengangkan datang dari Komisi Nasional Perlindungan Anak yang merilis berita 62,7% anak remaja SMP di kota-kota besar sudah tidak perawan lagi. Terlepas apapun yang menjadi faktor penyebabnya, mereka sudah meninggalkan nilai kesucian, keimanan, yang diajarkan oleh agamanya. Seolah
Mujiono, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Wawasan Kebangsaan Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
5
mereka tidak pernah memikirkan masa depan mereka sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya, Antara News (28-5-2012). Gambaran sekilas di atas menunjukan bahwa sedikit banyak dunia pendidikan khususnya guru ikut berperan terhadap munculnya fenomena tersebut. Pendidikan dianggap gagal dalam mencapai tujuannya. Selengkapnya tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai berikut : berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negarayang demokratis serta bertanggung jawab. Guru
kerap
dituding
sebagai
penyebabnya.
Pembelajaran
yang
dilaksanakan di dalam kelas oleh guru masih menekankan pada aspek kognitif daripada aspek yang lainnya yaitu afektif dan psikomotor. Sebagian guru masih memandang bahwa belajar adalah transfer of knowledge. Pembelajaran yang menekan pada aspek kognitif merupakan salah satu penyebabnya karena kompetensi baik penguasaan terhadap bidang ilmu yang menjadi tugasnya dan kompetensi didaktik metodik sebagai strategi pembelajaran bagi peserta didiknya masih perlu ditingkatkan. Kualiatas guru yang tercermin dalam kompetensi merupakan masalah yang sangat penting dalam pendidikan. Guru dengan kualitas dan kompetensinya harus dipandang sebagai ujung tombak atau paling penting dalam peningkatan kualitas pendidikan. Untuk itu penangan permasalahan kualitas dan kompetensi guru harus menjadi prioritas dalam pembangunan pendidikan. Hal ini disebabkan kualitas
dan
kompetensi
guru
sangat
menentukan
keberhasilan
dalam
pembelajaran yang pada gilirannya bermuara pada kualitas kelulusan dan mutu pendidikan nasional. Guru merupakan komponen yang paling menentukan, karena ditangan gurulah kurikulum, sarana dan prasarana, dan iklim pembelajaran menjadi sesuatu yang berarti bagi peserta didik, demikian dituturkan Mulyasa (Musfah, 2011: 9). Guru memegang peranan kunci bagi berlangsungnya kegiatan pendidikan. Tanpa kelas, gedung, peralatan dan sebagainya proses pendidikan
Mujiono, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Wawasan Kebangsaan Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
6
masih dapat berjalan, tetapi tanpa guru proses pendidikan tidak akan berjalan Sukmadinata (Musfah, 2011: 9). Guru Pendidikan Kewarganegaran (PKn) yang secara langsung atau tidak langsung bertanggung jawab terhadap fakta tersebut, sangat perlu berbenah diri. Meningkatkan profesionalisme adalah kuncinya. Mengikuti Program Sertifikasi merupakan salah satu caranya. Sertifikasi yang benar-benar menghasilkan peningkatan pada kompetensi, bukan hanya lebelnya saja sudah mendapat sertifikat pendidik, akan tetapi tidak berdampak positif meningkatkan kualitas dalam melaksanakan tugasnya. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan Guru PKn Kabupaten Bogor sebagian besar terutama Pegawai Negeri telah mengikuti program sertifikasi. Namun demikian apakah mereka yang sudah mengikuti program sertifikasi benar-benar meningkat kompetensinya, bahkan dapat dikatakan sudah professional ? Sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan mutu dan hasil belajar siswa. Dengan peningkatan kualitas pembelajaran siswa diharapkan dapat mengurangi permasalahan-permasalahan pelajar khususnya dan remaja pada umumnya. Hal inilah yang ingin penulis ungkap dalam penelitian ini. Kompetensi guru dalam sistem pembelajaran termasuk dalam instrumental input disamping kurikulum, materi, media pembelajaran, buku teks, dan evaluasi. Potensial input dalam hal ini adalah siswa dengan segala bakat dan minat baik dari bawaan sebagai suatu yang diturunkan dari orang tuanya maupun yang dipelajarinya dari lingkungan siswa. Sedangkan environmental input meliputi lingkungan sekolah dan masyarakat di mana ia bersekolah dan bertempat tinggal. Dengan kompetensi guru yang mumpuni, siswa dengan bakat dan minat yang tinggi dan didukung oleh lingkungan belajar yang kondusif diharapkan mengasilkan output sesuai yang diharapkan. Permasalahan pengaruh kompetensi guru terhadap wawasan kebangsaan siswa dalam pembelajaran PKn penelitian ini tercakup dalam sub sistem yang kedua dari kajian Pendidikan Kewarganegaraan yaitu sebagai program kurikuler. Mujiono, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Wawasan Kebangsaan Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
7
Sedangkan sub sistem lainnya yaitu pertama dan ketiga adalah Pendidikan Kewarganegaraan sebagai suatu bidang kajian ilmiah pendidikan disiplin ilmu dan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai gerakan sosio-kultural (Udin, 2001: 17).
B.
Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut : 1.
Guru sebagai profesi mensyaratkan kompetensi tertentu yang membedakan dengan profesi lainnya.
2.
Guru wajib memiliki kompetensi disamping kualifikasi akdemik, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
3.
Tujuan utama program sertifikasi adalah untuk meningkatkan kompetensi guru yang selanjutnya akan berdampak pada peningkatan kualitas guru.
4.
Kompetensi guru merupakan faktor kunci dalam keberhasilan pembelajaran.
5.
Wawasan kebangsaan warga negara termasuk siswa disinyalir mengalami penurunan menyusul maraknya kasus korupsi, konflik yang bernuasa sara, kekerasan yang tidak manusiawi, tawuran antar pelajar, dan lain-lain.
6.
Wawasan kebangsaan warga negara harus ditanamkan dari sejak usia dini dan lingkungan
sekolah
merupakan
lingkungan
yang
tepat
untuk
mengembangkannya. 7.
Kompetensi guru yang tinggi diharapkan dapat berperan secara maksimal dalam pembentukan wawasan kebangsaan siswa. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahannya yaitu bagaimana pengaruh kompetensi guru terhadap wawasan kebangsaan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Bogor tahun 2012. Dari rumusan permasalahan tersebut, selanjutnya dirinci pertanyaan penelitiannya sebagai berikut :
Mujiono, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Wawasan Kebangsaan Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
8
1.
Bagaimana deskripsi kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Bogor tahun 2012 ?
2.
Bagaimana deskripsi wawasan kebangsaan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Bogor tahun 2012 ?
3.
Bagaimanakah pengaruh kompetensi guru terhadap wawasan kebangsaan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Bogor tahun 2012 ?
4.
Bagaimana pengaruh covariates yang di dalamnya keluarga, pergaulan di masyarakat dan teman sebaya serta sekolah terhadap wawasan kebangsaan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Bogor tahun 2012 ?
C.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berkaitan erat dengan permasalahan penelitian. Tujuan
penelitian berisi tentang rumusan hasil yang akan dicapai dalam penelitian yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian yang dilakukan. Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran pengaruh kompetensi guru terhadap
wawasan kebangsaan siswa
dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Bogor tahun 2012. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1.
Untuk
mengetahui
gambaran
tentang
kompetensi
guru
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Bogor tahun 2012. 2.
Untuk mengetahui gambaran tentang wawasan kebangsaan siswa
dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Bogor tahun 2012.
Mujiono, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Wawasan Kebangsaan Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
9
3.
Untuk mengetahui pengaruh kompetensi guru terhadap wawasan kebangsaan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Bogor tahun 2012.
4.
Untuk mengetahui pengaruh covariates yang di dalamnya keluarga, pergaulan di masyarakat dan teman sebaya serta sekolah terhadap wawasan kangsaan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Bogor tahun 2012 ?
D.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara keilmuan
(teoritik) maupun secara empirik (praktis). Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : 1.
Manfaat Teoritik : Secara teoritik (keilmuan) penelitian ini diharapkan dapat menggali dan
mengkaji pengaruh kompetensi guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) terhadap wawasan kebangsaan siswa dalam pembelajaran. Dalam artian melalui penelitian ini diharapkan dapat memperoleh bukti empiris adanya pengaruh kompetensi guru terhadap wawasan kebangsaan siswa, sehingga dapat memperkaya pengetahuan tentang pentingnya kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru agar berhasil dalam pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 2.
Manfaat Praktis :
a. Akademisi dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai bahan masukan dalam pengembangan kurikulum pada Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). b.
Praktisi kewarganegaraan seperti guru dan konselor sebagai referensi dalam pengembangan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang menitik beratkan pada pengembangan sikap atau nilai.
c.
Institusi dan instansi terkait seperti sekolah, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan Dinas Pendidikan sebagai bahan masukan dalam
Mujiono, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Wawasan Kebangsaan Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
10
membina dan meningkatkan kualitas guru guna menunjang pelaksanaan pembelajaran.
E. Sistematika Penulisan Tesis Untuk memberikan kememudahan dalam memahami dan mempelajari tesis ini, maka sistematika penulisannya disusun sebagai berikut : 1.
Bagian Awal, terdiri dari : Judul, pernyataan, abstrak, abstract, kata pengantar, ucapan terima kasih, daftar sisi, daftar tabel, daftar grafik, dan daftar gambar.
2.
Bagian Isi, terdiri dari : Bab I Pendahuluan, dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan tesis. Bab II Kajian Pustaka, bab ini membahas tentang kompetensi guru yang meliputi pengertian kompetensi, macam-macam kompetensi guru, dan kompetensi guru dalam perspektif; wawasan kebangsaan siswa yang mencakup pengertian wawasan kebangsaan, bentuk-bentuk nasionalisme, terbentuknya nasionalisme di Indonesia; Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang berisi pengertian PKn, visi dan misi PKn, tujuan dan fungsi PKn, landasan hokum PKn, ruang lingkup PKn, dan dimensi kompetensi PKn. Bab III Metode Penelitian, bab ini membahas tentang populasi dan sampel, desain penelitian, metode penelitian, definisi olerasional dan variabel penelitian, instrument penelitian, validitas dan reliabilitas instrument, dan teknik analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang membahas tentang deskripsi lokasi penelitian terdiri dari wilayah administrasi Kabupaten Bogor, dan Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor; deskripsi sampel penelitian yang mencakup karakteristik SMP di Kabupaten Bogor, karakteristik guru PKn SMP di Kabupaten Bogor, karakteristik siswa SMP di Kabupaten Bogor; deskripsi variabel penelitian yang meliputi variabel kompetensi guru, wawasan kebangsaan siswa, dan perbandingan variabel dan pembahasan
Mujiono, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Wawasan Kebangsaan Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
11
yang terdiri dari kompetensi guru PKn SMP di Kabupaten Bogor, wawasan kebangsaan siswa SMP di Kabupaten Bogor, pengaruh kompetensi guru terhadap wawasan kebangsaan siswa dalam pembelajaran PKn, pengaruh covariates yang di dalamnya keluarga, pergaulan di masyarakat dan teman sebaya
serta
sekolah
terhadap
wawasan
kebangsaan
siswa
dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dan perbandingan pengaruh kompetensi guru terhadap wawasan kebangsaan siswa dan nilai Ujian Sekolah (US) dalam pembelajaran PKn. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi yang terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi. 3.
Bagian Akhiir, terdiri dari : Daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
Mujiono, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Wawasan Kebangsaan Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu