1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian
Pembangunan Indonesia di masa depan bertitik tolak pada Visi Indonesia jangka panjang, yaitu terwujudnya negara bangsa (nation-state) Indonesia modern yang aman dan damai, adil dan demokratis, serta sejahtera dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, kemerdekaan, dan persatuan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berkewajiban untuk mencapai Visi Pendidikan Nasional sebagai berikut : “Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah”. Sedangkan Misi Pendidikan Nasional adalah : 1) Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia ; 2) Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar 3) Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral 4) Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai
pusat
pembudayaan
ilmu
pengetahuan,
ketrampilan,
pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar nasional dan global 5) Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan R.I. Suriakusumah, 2013 Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2
Selaras dengan Misi Pendidikan Nasional tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk tahun 2010 – 2014 menetapkan Misi : 1) Meningkatkan Ketersediaan Layanan Pendidikan. 2) Meningkatkan keterjangkauan Layanan Pendidikan 3) Meningkatkan Kualitas Mutu dan Relevansi Layanan Pendidikan, 4) Meningkatkan Kesetaraan dalam memperoleh Layanan Pendidikan, 5) Meningkatkan
Kepastian/Keterjaminan
Memperoleh
Layanan
Pendidikan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa sistem pendidikan di Indonesia terdiri atas jalur pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Masing-masing jalur mempunyai satuan pendidikan. Khusus mengenai jalur pendidikan nonformal, terdapat beberapa satuan pendidikan yaitu : lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Selanjutnya Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, khususnya Pasal 47 menjelaskan “Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakat menetapkan kebijakan tata kelola pendidikan untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas pengelolaan pendidikan yang merupakan pedoman bagi : a. penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakat yang bersangkutan; b. satuan dan/atau program pendidikan; c. lembaga representasi pemangku kepentingan pendidikan pada satuan dan/atau program pendidikan; d. peserta didik satuan dan / atau program pendidikan; e. orang tua / wali peserta didik di satuan dan / atau program pendidikan; f. pendidik dan tenaga kependidikan di satuan dan / atau program pendidikan ; dan g. pihak lain yang terikat dengan satuan atau program pendidikan.
Menurut Sudjana, ( 2004 : 118) pendidikan Nonformal memiliki tujuan :
Suriakusumah, 2013 Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3
Yaitu (a) Tumbuhnya sikap dan keterampilan masyarakat untuk membangun, (b) adanya pimpinan masyarakat yang terdidik dan terlatih, (c) tumbuhnya kegemaran membaca di masyarakat, (d) meningkatnya pendidikan kaum wanita, dan (e) tumbuh dan berkembangnya pendidikan dan kegiatan generasi muda yang relevan dengan pembangunan masyarakat. Lembaga-lembaga nonformal tersebut dikelola oleh masyarakat dengan melaksanakan bermacam kegiatan pendidikan termasuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. Sebagaimana diungkapkan oleh Hiryanto (2009 : 1), Satuan pendidikan nonformal yang saat ini berkembang pesat adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), yang pada awal rintisannya didirikan di tingkat Kecamatan kemudian menyebar ke tiap desa atau kelurahan. Pada awal berdirinya PKBM merupakan tempat belajar bagi warga masyarakat di sekitar PKBM itu berada. PKBM didirikan oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat. Kegiatan utama PKBM adalah membelajarkan masyarakat melalui berbagai layanan program pendidikan luar sekolah. Dimana berdirinya PKBM diilhami oleh gagasan pusat belajar masyarakat (community learning center) yang terdapat di berbagai negara maju sejak sekitar enampuluhan, serta adanya kebijakan tentang broad based learning. UNESCO (1933), mendefinisikan PKBM sebagai tempat belajar yang terorganisasi dimana orang-orang dapat belajar.
Di samping Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dalam pendidikan nonformal dikenal pula dengan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Menurut Ronggo Tunjung Anggoro (2010 : 2) : Sanggar Kegiatan Belajar merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Pendidikan mempunyai tugas pokok dan fungsi, diantaranya adalah (1) Pembangkitan & penumbuhan kemauan belajar masyarakat dalam rangka terciptanya masyarakat gemar belajar, (2) Pembuatan percontohan berbagai program pendidikan nonformal dan informal, (3) Pengendalian mutu pelaksanaan program pendidikan nonformal dan informal, (4) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi pelaksana pendidikan nonformal dan informal, (5) Penyediaan sarana dan fasilitas belajar, (6) Pengintegrasian dan pensinkronisasian kegiatan sektoral dalam bidang pendidikan nonformal dan informal. Suriakusumah, 2013 Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4
Sayangnya, keberadaan SKB beserta Pamong belajarnya masih belum aman dan sejahtera karena dibayangi oleh penutupan lembaga SKB maupun pengalihtugasan pamong belajar maupun staf tata usaha ke unit lain sesuai selera penguasa otonomi daerah yang tidak dibarengi dengan pengadaan/pengangkatan pamong belajar baru di setiap tahunnya. (www.imadiklus.com/2010/12/sanggar-keg) Selanjutnya lembaga pendidikan nonformal lainnya, adalah lembaga kursus, yang juga menyelenggarakan pendidikan bagi
masyarakat
sebagaimana
pandangan Zam Zami Ali, M (2005) berikut ini :
Kursus sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal mempunyai kaitan yang sangat erat dengan jalur pendidikan formal. Selain memberikan kesempatan bagi peserta didik yang ingin mengembangkan keterampilannya pada jenis pendidikan tertentu yang telah ada di jalur pendidikan formal juga memberikan kesempatan bagi masyarakat yang ingin mengembangkan pendidikan keterampilannya yang tidak dapat ditempuh dan tidak terpenuhi pada jalur pendidikan formal… Tujuan lembaga kursus dapat dikatakan berhasil dengan memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat agar memiliki kompetensi yang diperlukan dalam dunia usaha atau dunia kerja sesuai dengan jenis kursus yang diikuti, sehingga mampu merebut peluang kerja pada perusahaan atau dunia industry dengan penghasilan yang layak atau mampu menciptakan lapangan kerja sendiri. Keberadaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dan Sanggar Kegiatan Belajar serta Lembaga Kursus, dimaksudkan untuk menjawab banyaknya siswa yang ’putus sekolah’, serta mereka yang tidak memiliki keterampilan hidup, yang akibatnya menjadi penganggur dan menjadi beban masyarakat. Menurut Daily (Mally Maeliah, 2010 : 85) : Nowadays, the condition of community is faced with a number of complex problems. The high number of drop out has caused the low of human resources quality and the high of poverty rate. ’Daily (2008) said that at least 1,139 million of the Elementary School and High Schools students (Junior and Senior High School ) in West Java are threaten with drop out. This condition, of course, will influence the other life aspects of community, so it must as soon as be overcome and empowered to make community autonomous’. In response to this challenge, Department of National Education has determined several policies and efforts in empowering community, among others are by broadening access to education, Suriakusumah, 2013 Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
5
increasing education quality and relevancy, and developing community— based educational management. Sebagaimana diketahui fenomena yang terdapat di masyarakat Indonesia, yaitu pengangguran, kemiskinan serta rendahnya sumber daya manusia Indonesia mendorong masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Dengan menambah pengetahuan dan keterampilan, lowongan pekerjaan akan terbuka dan akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Mempertimbangkan
berbagai
fenomena
tersebut,
serta
banyaknya
organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan berjalan sendiri-sendiri termasuk Sanggar Kegiatan Belajar dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, yang berakibat kepada semakin besarnya beban yang ditanggung masyarakat, timbul keinginan peneliti untuk menggabungkan berbagai organisasi sosial kemasyarakatan tersebut dalam satu wadah, yaitu Pusat Kegiatan Warganegara (Civic Center) sebagaimana yang telah berhasil dilakukan di negara-negara lain. Namun untuk saat ini penggabungan ini dimulai dengan Sanggar Kegiatan Belajar dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat , Lembaga Kursus, Lembaga Swadaya Masyarakat serta lembaga sosial kemasyarakatan lainnya. Penggabungan ini bersifat sukarela, tanpa adanya paksaan. Yang menentukan dalam hal ini adalah masyarakat sendiri serta organisasi kemasyarakatan terkait. Untuk itu, peneliti mencoba melakukan penelitian di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, Sanggar Kegiatan Belajar, Lembaga Kursus, Masyarakat pendidikan khususnya guru-guru Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan yang sederajat. Selanjutnya Lembaga Swadaya Masyarakat, serta Tokoh Agama di Kabupaten Bandung, sebagai langkah awal penelitian ini. Khusus penelitian yang dilakukan di Sanggar Kegiatan Belajar,
Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat serta Lembaga Kursus, dimaksudkan untuk mengetahui, apakah dengan diberdayakannya ketiga organisasi tersebut melalui manajemen stratejik akan dapat meningkatkan kinerja dari staf organisasi dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas para lulusan ?.
Suriakusumah, 2013 Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
6
Masukan-masukan tersebut dicoba diolah dan diramu dengan mengajukan judul penelitian ” Pemberdayaan organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung)”. Kabupaten Bandung dipilih sebagai lokasi penelitian, karena daerah ini memiliki kekhasan, yaitu menggabungkan daerah pertanian dan daerah industri, serta sedang menuju kepada daerah perdagangan dan jasa, yang dapat menyerap lapangan kerja.
Pada Tabel 1.1 berikut ini dapat dilihat peningkatan lowongan pekerjaan di Kabupaten Bandung, yang dapat menampung tenaga kerja. Tabel 1.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Kabupaten Bandung (Tahun 2009 – 2010)
Dari tabel tersebut dapat diketahui, bahwa walaupun terdapat peningkatan lapangan kerja, namun pengangguran masih tetap tinggi, khususnya bagi kaum wanita.
Masalah
pengangguran
ini
berkaitan
dengan
pendidikan
serta
keterampilan hidup (Life skill). Suriakusumah, 2013 Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
7
Sedangkan pendidikan formal, nonformal dan informal berhubungan pula dengan sumber daya manusia Indonesia. Berbagai jalur pendidikan tersebut dibutuhkan untuk membangun sumber daya manusia Indonesia agar lebih meningkat. Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk membandingkan keberhasilan pembangunan sumber daya manusia antar negara adalah Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks tersebut merupakan indikator komposit yang terdiri dari : indikator kesehatan (umur harapan hidup waktu lahir), pendidikan (angka melek huruf dan sekolah) serta ekonomi (pengeluaran riil per kapita). Sebagaimana diketahui bahwa selama ini Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia selalu menempati rangking di atas 100, tertinggal dibanding beberapa negara tetangga di ASEAN. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan disampaikan gambaran perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia dengan negara-negara ASEAN, seperti tampak pada Tabel 1.2 berikut ini. Tabel 1.2 : IPM Indonesia dibandingkan dengan negara tetangga, tahun 2006
Suriakusumah, 2013 Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
8
Untuk menurunkan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia, dan menjadi negara yang maju dan mampu bersaing, segala daya upaya dikerahkan termasuk upaya untuk mengembangkan pendidikan nonformal. Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ” Pendidikan nonformal sangat efektif untuk membantu mengatasi berbagai permasalahan yang melilit bangsa Indonesia, antara lain, besarnya angka pengangguran akibat kurang terampil”. (Model Integrasi Pendidikan Kecakapan Hidup,t.t. : 9). Dikembangkannya pemberdayaan organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik dalam disertasi ini dilatarbelakangi oleh beberapa kondisi masyarakat sebagai berikut : Pertama adanya sebagian besar masyarakat Indonesia yang belum memiliki pendidikan yang memadai khususnya pendidikan kecakapan hidup (life skill) yang Suriakusumah, 2013 Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
9
menimbulkan banyaknya pengangguran, kemiskinan, keterbelakangan dan lainlain, sebagaimana diungkapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Model Integrasi Pendidikan Kecakapan Hidup, t.t. : 9) antara lain : Kecakapan hidup adalah kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Pendidikan berorientasi kecakapan hidup bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga negara. Apabila hal ini dapat dicapai, maka ketergantungan terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan, yang berakibat pada meningkatnya angka pengangguran, dapat diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat secara bertahap. Keterampilan kecakapan hidup ini disesuaikan dengan kondisi lingkungan daerah atau desa masing-masing. Di samping itu juga memfasilitasi kegiatan kewirausahaan masyarakat melalui permodalan serta kemampuan manajerial sehingga masyarakat mampu berusaha mandiri untuk hidup sejahtera. Jumlah penduduk Indonesia yang begitu banyak serta membengkaknya pengangguran yang berdampak kepada kemiskinan akan dapat menimbulkan gejolak-gejolak sosial. Model pendidikan ketrampilan kecakapan hidup /usaha kiranya tepat untuk diterapkan, yang akan membantu masyarakat kecil untuk memperoleh lapangan kerja. Sebagaimana diketahui kondisi ekonomi Indonesia yang semakin memburuk sejak tahun 1997, menyebabkan meningkatnya angka pengangguran, karena adanya pola berpikir jangka pendek, dan bukan menetapkan sasaran jangka panjang yang dapat menguntungkan bagi semua masyarakat. Tulisan Sagir, Soeharsono yang mencoba mengutip pandangan Porter, Michael, How to make Indonesia more Competitive, Kompas, Jakarta 29 Nopember 2006), antara lain :
Bangsa Indonesia harus segera merubah pola berpikir, dari sibuk memikirkan diri sendiri dan saling menghancurkan ; dari rasa cepat puas dengan apa yang telah dicapai atau dimiliki, menjadi pola pikir yang berusaha meningkatkan produktivitas, kreativitas, demi daya saing dalam percaturan ekonomi Global Suriakusumah, 2013 Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
10
Pendidikan yang dilakukan di sekolah-sekolah kejuruan serta berbagai pelatihan selalu melibatkan berbagai industri dan dunia usaha untuk berperan secara aktif dalam dunia pendidikan. Dengan demikian pendidikan yang dirancang selalu dikaitkan dengan kebutuhan di lapangan dan hal itu akan dapat mengurangi bahkan menghilangkan pengangguran. Di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, pasal 27 ayat (2) dijelaskan bahwa “Tiaptiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak tersebut, tentunya harus didukung oleh latar belakang pendidikan yang dimiliki warga negara, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal, khususnya keterampilan kecakapan hidup serta kewirausahaan. Istilah kewirausahaan atau “Entrepreneurship” (Sudjana, 2004 : 89) :” Orang yang aktif melalui kegiatan mencari, mengerahkan, mengorganisasi, dan mendayagunakan sumber-sumber yang tersedia baik di dalam maupun di luar lembaga-lembaga terkait, termasuk sumber-sumber dari masyarakat”. Buchari Alma (2000 : 85-86) yang diedit kedalam bahasa Inggris oleh Mally Maeliah memberikan beberapa karakteristik entrepreneur sebagai berikut : An entrepreneur should have following characteristics: a) Has high partnership to the task, b) Be responsible. Whatever his/her acts is, he/she always discusses it at full of responsibility and ready to at a lose. c) This responsibility has a close relationship with sustaining internal locus of control that is his /her own entrepreneurship interest. d) The chances to achieve the obsession. An entrepreneur has an obsession to get high achievement and it can be created. e) Be tolerant of the doubt and uncertainty risks.f) Be-self confidence. g) Be creative and flexible. h) Wishes to get result quickly. He/she has a strong desire to use his/her knowledge and experience to improve his/her performance. i) Has high energy. An entrepreneur is more energetic than the others. j) Has motivation to be a superior. An entrepreneur has a motivation to work better and more excellent than before. k) And use his/her failure as a valuable experience be future-oriented. l) Learns from fail. An entrepreneur is not afraid to fail, he/she focus his/her attention to the future success and use his/her failure as a valuable experience. m) Has a partnertship. An entrepreneur must be able to be a good leader who can lead various characteristics of human resources. Suriakusumah, 2013 Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
11
Dengan
kegiatan
kewirausahaan
melalui
proses
pendidikan
yang
dikembangkan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), serta Lembaga Kursus, akan membentuk ke tigabelas karakteristik tersebut di atas dan hal itu berarti : (1) kegiatan kewirausahaan sangat sesuai diterapkan di Indonesia yang penduduknya banyak serta memiliki kekayaan sumber daya alam, (2) kegiatan kewirausahaan yang dilaksanakan di negara sendiri dapat meningkatkan derajat kemanusiaan bangsa Indonesia daripada bekerja sebagai tenaga kerja di luar negeri yang selalu dihina, (3) adanya kegiatan kerjasama, yaitu diantara mereka
yang melakukan
kegiatan kewirausahaan dikembangkannya kebersamaan dan kekeluargaan, sehingga tidak merugikan pihak lain, sedangkan apabila terdapat persaingan hal itu dilakukan secara sehat dan terbuka, (4) oleh karena dikembangkannya kepentingan bersama, berarti melibatkan semua pihak, (5) adanya pengakuan terhadap otoaktivitas dan kreativitas masyarakat untuk berkembang, (6) dengan adanya kreativitas masyarakat berarti masyarakat memberikan kontribusinya kepada negara, serta menerima keuntungan sesuai dengan prestasi kerjanya masing-masing, (7) masyarakat diberikan keleluasaan untuk memilih bidang usaha yang akan digelutinya, sesuai dengan bakat dan kesanggupannya, sehingga kegiatan yang dilakukan berlangsung untuk jangka panjang bahkan turun temurun secara positif.
Dicapainya ketujuh hal tersebut di atas, antara lain sangat tergantung kepada peran dari pemerintah, terutama dalam melindungi serta mendorong warga negara dan masyarakatnya untuk memperoleh pekerjaan serta kesejahteraan. Kenyataan selama ini yang terjadi adalah banyaknya warga negara Indonesia yang mencari pekerjaan ke luar negeri dengan latar belakang pendidikan yang sangat rendah serta tidak memiliki keterampilan, sehingga mereka pada umumnya hanya Suriakusumah, 2013 Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
12
menjadi buruh kasar atau pembantu rumah tangga di negara asing. Sebaliknya banyak orang-orang asing yang bekerja dan memperoleh kekayaan di Indonesia, karena mereka memiliki latar belakang pendidikan yang sangat dibutuhkan oleh pemerintah
Indonesia.
Hal
ini
merupakan
dilema
yang
harus
dicari
pemecahannya, terutama melalui pendidikan keterampilan hidup (life skill) dan usaha. Kedua perlunya peningkatan dan pengembangan secara lebih luas fungsi serta peran Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dan Lembaga Kursus. Sebagaimana diungkapkan oleh UNESCO, yakni “learning to know, learning to do, learning to live together, and learning to be” (UNESCO, 1996). Peningkatan dan pengembangan fungsi serta peran Sanggar Kegiatan Belajar , Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dan Lembaga Kursus agar mampu memenuhi kebutuhan, aspirasi dan kepentingan warga masyarakat yang lebih bervariasi sejalan dengan semakin berkembangnya kebutuhan belajar masyarakat yang juga memerlukan berbagai alternatif kegiatan, sehingga kelompok-kelompok belajar masyarakat yang ada akan mendorong terbentuknya masyarakat belajar dalam organisasi pembelajaran (learning organization). Untuk itulah Sanggar Kegiatan Belajar, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, Lembaga Kursus, serta berbagai Lembaga sosial kemasyarakatan yang telah ada dapat ditingkatkan fungsinya menjadi Pusat Kegiatan Warganegara (Civic Center) yang berfungsi utama sebagai lembaga kegiatan masyarakat belajar secara komprehensif terpadu. Dengan konsep perluasan fungsi Sanggar Kegiatan Belajar dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat menjadi Pusat Kegiatan Warganegara, maka variasi pelayanan yang dapat diberikan juga akan beragam dan lebih mendekati tuntutan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh warga masyarakat dalam memperoleh berbagai pengetahuan, keterampilan/ kecakapan hidup dan memperoleh solusi yang tepat bagi setiap permasalahan. Paling tidak untuk dapat memperoleh saran dan pandanganpandangan yang lebih konstruktif terhadap permasalahan hidup yang dihadapi guna lebih memiliki kesehatan mental yang memang banyak dihadapi oleh warga negara/warga masyarakat dewasa ini pada semua tingkat kehidupan. (Abdul Azis Wahab, 2006 : 3).
Suriakusumah, 2013 Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
13
Pembentukan organisasi Pusat Kegiatan Warganegara lebih menekankan peran masyarakat karena untuk kepentingan masyarakat, yaitu memberdayakan lembaga-lembaga pendidikan non formal serta lembaga-lembaga kemasyarakatan untuk meningkatkan pemahaman warga Negara tentang hak dan kewajiban yang dilandasi oleh Dasar dan Ideologi Negara, Konstitusi serta merupakan implementasi kebijakan pemerintah. Pusat Kegiatan Warganegara adalah lembaga kemasyarakatan yang dibentuk dalam memperkuat mutu kehidupan demokrasi. Oleh karena itu, lembaga ini sangat diperlukan untuk mencerdaskan warga Negara dalam kehidupan bernegara. Ketiga, dalam mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat; solusi yang dilakukan masih bersifat parsial dan masih kurang melibatkan kerjasama dan koordinasi dari berbagai Sanggar Kegiatan Belajar dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dan lembaga Kursus. Akibatnya timbullah berbagai keputusan yang tumpang tindih, kurang terencana, kurang menyentuh sasaran dan akhirnya masyarakat juga yang menjadi korban. Dalam hal inilah diperlukan adanya kerjasama dan koordinasi kerja dari berbagai lembaga yang terkait. Berdasarkan pengertian dan penjelasan di atas, kerjasama dan koordinasi antar instansi terkait, nampaknya mutlak dilakukan. Berbagai pertentangan kepentingan dapat saja muncul apabila kerjasama dan koordinasi itu tidak dilakukan. Hal itu diperlukan untuk menjamin tercapainya efisiensi dalam pengelolaan masalah organisasi yang dihadapi bersama. Ketiga butir tersebut di atas merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas Sanggar Kegiatan Belajar dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, serta lembaga Kursus, sehingga mutu pendidikan dari para lulusan dapat meningkat.
B.
Fokus Kajian dan Perumusan Masalah
Dalam memberdayakan organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik, perlu diperhatikan adanya beberapa faktor. Menurut pendapat J. David Hunger dan Thomas L. Wheelen (2000 : 8-12) ada empat faktor Suriakusumah, 2013 Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
14
yaitu : “environmental scanning, strategy formulation, strategy implementation, evaluation and control”. Pertama adalah pengamatan lingkungan. Sebagaimana diketahui bahwa adanya perubahan dan perkembangan lingkungan organisasi di masa mendatang perlu dianalisis secara tepat dan cepat. Sebagai contoh di Kabupaten Bandung, terjadi adanya perubahan lingkungan dari lingkungan pertanian kepada lingkungan industri.
Tanah-tanah pertanian yang tadinya luas dimana mata
pencaharian penduduk sebagai petani, tiba-tiba lenyap menjadi daerah industri, penuh dengan pabrik-pabrik dan persaingan bekerja sangat ketat. Apabila para petani tidak merubah atau mengganti kemampuan kecakapan mereka ke profesi yang baru, maka mereka akan tertinggal oleh perubahan, dan kehidupan mereka menjadi lebih sulit dan akhirnya menjadi beban baik pemerintah maupun masyarakat.Perubahan lingkungan tersebut dapat menjadi penghalang serta kendala, namun dapat pula menjadi peluang dan tantangan. Dalam situasi seperti inilah, para pimpinan atau pengelola organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat perlu mencari solusi atau pemecahan masalah, mengenai jenis pendidikan keterampilan apa yang diperlukan oleh masyarakat untuk dikembangkan di lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. Lingkungan
organisasi
dapat
merupakan
lingkungan
internal
dan
lingkungan eksternal. Lingkungan internal organisasi meliputi kemampuan organisasi, sedangkan lingkungan eksternal adalah kondisi-kondisi di luar organisasi yang dapat mempengaruhi kemampuan organisasi. Kedua, adalah formulasi strategi, yaitu yang berkaitan dengan perumusan strategi jangka panjang untuk manajemen efektif, berupa kesempatan dan ancaman. Perumusan
strategi organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
meliputi penentuan misi organisasi, penentuan tujuan-tujuan yang dapat dicapai, pengembangan strategi dan penetapan kebijakan. Untuk menetapkan strategi tersebut, diperlukan adanya data dan informasi yang akurat, baik dari dalam maupun luar organisasi. Ketiga, adalah implementasi strategi, dan dalam hubungannya dengan organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, implementasi merupakan proses Suriakusumah, 2013 Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
15
dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakan dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Keempat, adalah evaluasi dan pengendalian, dimana kegiatan organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dan hasil kinerja dimonitor dan selanjutnya dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan. Dalam situasi ini para pimpinan Pusat kegiatan Belajar Masyarakat menggunakan informasi hasil kinerja untuk melakukan tindakan perbaikan dan pemecahan masalah. Suatu organisasi seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat sebagaimana diungkapkan Sondang P. Siagian mengandung pengertian : Setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk mencapai sesuatu tujuan bersama dan terikat secara formal dalam suatu ikatan hirarki dimana selalu terdapat hubungan antara seseorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan (1995 : 20). Dalam disertasi ini, pemberdayaan organisasi PKBM melalui manajemen stratejik diarahkan kepada peranan pimpinan serta bawahan atau staf. Memperhatikan latar belakang masalah tersebut, fokus kajian permasalahan yang akan diteliti adalah
bagaimanakah pemberdayaan staf Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik agar kualitas kinerja staf dapat meningkat?. Selanjutnya, untuk program jangka panjang, diperlukannya perluasan fungsi Sanggar Kegiatan Belajar, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dan Lembaga Kursus
menjadi Pusat Kegiatan Warganegara, sehingga pelayanan
kepada masyarakat dapat lebih bervariasi dan mendekati kebutuhan masyarakat. Berdasarkan fokus permasalahan penelitian, dapat diajukan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu : 1. Bagaimanakah dukungan lingkungan
organisasi terhadap perluasan
fungsi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ?. 2. Bagaimanakah pemberdayaan staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui perumusan manajemen stratejik ?. 3. Bagaimanakah pemberdayaan staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui implementasi manajemen stratejik ?. Suriakusumah, 2013 Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
16
4. Bagaimanakah pemberdayaan staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui evaluasi dan pengendalian ? Dengan diberdayakannya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik dikembangkanlah organisasi tersebut (organizational development) dan menjadi cikal bakal dari Pusat Kegiatan Warganegara.
C.
Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi dan menganalisis :
1.
Dukungan Lingkungan organisasi terhadap perluasan fungsi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.
2.
Pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui perumusan manajemen stratejik.
3.
Pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui implementasi manajemen stratejik.
4.
Pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui evaluasi dan pengendalian.
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan sumbangan konseptual kepada administrasi pendidikan, khususnya teori dan aplikasi manajemen stratejik, di samping itu juga kepada pengembangan organisasi (organizational development). Sebagai suatu penelitian organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang bersifat aplikatif, penelitian ini memberikan sumbangan substansial kepada organisasi Pusat Suriakusumah, 2013 Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
17
Kegiatan Belajar Masyarakat untuk berkembang menjadi Pusat Kegiatan Warganegara bagi para pelaku perubahan termasuk di dalamnya berbagai elemen masyarakat di Kabupaten Bandung.
1.
Manfaat Teoritis Secara umum, penelitian ini memberikan sumbangan kepada pengembangan
teori-teori administrasi pendidikan, terutama pada teori dan aplikasi manajemen stratejik serta pengembangan organisasi. Sudah saatnya berbagai organisasi kemasyarakatan memberdayakan dirinya dari organisasi tradisional (Traditional organization)
menuju
kepada
organisasi
berkembang
(Developmental
organization.) Secara khusus, penelitian ini memberikan manfaat kepada pemberdayaan organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik, sebagai salah satu bentuk peningkatan dan pengembangan fungsi organisasi kemasyarakatan, sehingga diperoleh peningkatan kualitas kinerja staf, dan pada gilirannya peningkatan kualitas peserta didik.
2.
Manfaat Praktis Pada tataran praktis, penelitian diharapkan dapat dijadikan media evaluasi
diri bagi berbagai organisasi kemasyarakatan khususnya Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Lembaga Kursus dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai cikal bakal organisasi Pusat Kegiatan Warganegara, apakah organisasinya telah menerapkan manajemen stratejik secara efektif. Di sisi lain, penelitian ini juga diharapkan
dapat
dijadikan
model
bagi
peningkatan
fungsi
organisasi
kemasyarakatan sebagai Pusat Kegiatan Warganegara di Kabupaten Bandung.
E.
Struktur Organisasi Disertasi
Sebagai bentuk dari laporan hasil penelitian, maka penelitian ini mengeksplorasi beberapa hal, yaitu : Bab pertama, menguraikan tentang latar Suriakusumah, 2013 Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
18
belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi penelitian. Bab kedua, menguraikan tentang teori-teori yang mendukung fokus penelitian ini, penelitian-penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan premis penelitian. Bab ketiga mengeksplorasi tentang metode penelitian yang mencakup bentuk dan jenis penelitian, lokasi penelitian dan sumber data, definisi operasional istilah, teknik pengumpulan data , analisis data dan pengecekan keabsahan data penelitian. Bab keempat membahas hasil penelitian dan selanjutnya mengeksplorasi, menganalisis, dan membahas data yang diperoleh di lapangan sesuai dengan tujuan penelitian. Bab kelima menguraikan tentang kesimpulan dan rekomendasi penelitian.
Suriakusumah, 2013 Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu