BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kesehatan merupakan harta yang paling penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga negara seperti yang telah diatur oleh undang-undang. Definisi kesehatan menurut UU Kesehatan No 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan untuk setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam definisi tersebut penyakit yang berhubungan dengan mental atau jiwa juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam memperoleh kesehatan. Salah satu dari penyakit gangguan mental adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan sindrom heterogen kronis yang ditandai dengan pola pikir yang tidak teratur, waham, halusinasi, perubahan perilaku yang tidak tepat serta adanya gangguan fungsi psikososial (Crismon dkk., 2008). Berdasarkan The Epidemiologic Catchment area Study di US prevalensi penderita skizofrenia sekitar 0,6-1,9% dari populasi penduduk, dengan rata-rata kejadian sebesar 1% dari populasi angka kejadian skizofrenia (Dipiro dkk., 2008). Walaupun resiko kejadian skizofrenia 0,6-1,9% pada populasi, tapi resiko pada keluarga dekat (first degree relative) meningkat sebesar 10% dan 1
3% pada keluarga jauh (second degree relative). Jika kedua orang tua menderita Skizofrenia, risiko terjadi skizofrenia pada keturunan meningkat sebesar 40%. Pada kembar monozigot resiko meningkat sebesar 48% (Dipiro dkk., 2008). Pada saat ini penanganan skizofrenia umumnya menggunakan farmakoterapi pilihan pertama yaitu antipsikotika (Dipiro dkk., 2008). Terapi skizofrenia dengan menggunakan obat antipsikotik dibagi dalam 3 episode, yaitu terapi awal selama 7 hari pertama, terapi stabilisasi selama 6-8 minggu dan terapi penjagaan selama 12 bulan setelah membaiknya episode pertama psikotik, sedangkan untuk pasien dengan episode akut yang multipel sebaiknya terapi penjagaan dilakukan minimal selama 5 tahun (Crismon dkk., 2008). Pada penggunaan obat dalam mengatasi penyakit, tentu saja efek yang diinginkan adalah keberhasilan terapi obat sesuai harapan. Namun selain efek yang diharapkan, dapat pula terjadi reaksi yang tidak diinginkan, dengan kata lain adverse event (AE). Adverse drug reaction adalah bagian dari adverse event,yang dapat timbul dari yang paling ringan hingga dapat menjadi sangat berat yang dapat menimbulkan kematian. Adverse drug reaction yang terjadi dapat memperburuk penyakit dasar yang akan kita obati, menambah permasalahan baru dan bahkan kematian (Mariyono dan Suryana, 2008). Gangguan jiwa skizofrenia cenderung berkelanjutan/kronis, sehingga terapi obat antipsikotik / psikofarmaka dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Obat antipsikotika yang diberikan
2
rutin setiap hari dalam jangka waktu lama bagi penderita skizofrenia berpotensi menimbulkan reaksi efek samping obat. Definisi adverse event (AE) sendiri menurut FDA adalah setiap efek yang tidak diinginkan dari suatu pengobatan yang timbul pada pasien yang tidak selalu berhubungan langsung dengan terapi pengobatan yang dilakukan. AE dapat berupa segala sesuatu yang tidak diinginkan dalam pengobatan (misal pada penggunaan secara off-label atau pemakaian obat secara kombinasi), gejala atau keluhan sementara akibat pemakaian produk farmasi (dari segi rute administrasi pemberian, dosis maupun formulasinya) baik yang terkait secara langsung atau tidak dengan produk yang digunakan (FDA, 2002). Adverse event salah satunya meliputi adverse drug reaction (ADR). Menurut WHO, ADR adalah setiap efek yang tidak diinginkan dari obat yang timbul pada pemberian obat dengan dosis yang digunakan untuk profilaksis, diagnosis dan terapi (WHO, 1972). ADR diperkirakan terjadi hampir 15% dari pemberian obat. Risiko terjadinya dapat meningkat hingga dua kali lipat di rumah sakit (Mariyono dan Suryana, 2008). Banyak mekanisme ADR yang diperkirakan, tetapi mekanisme pasti reaksi obat yang menimbulkan ADR belum jelas diketahui. Hal ini menyebabkan sangat sulit untuk membedakan antara alergi obat dengan bentuk lain reaksi obat serta dalam menilai insiden alergi obat, mengevaluasi faktor risiko dan menentukan penatalaksanaannya (Mariyono dan Suryana, 2008).
3
Penelitian Perwitasari (2008) menyebutkan bahwa terdapat adverse drug reaction yang dialami oleh 44 pasien skizofrenia rawat inap di Rumah sakit Grhasia Yogyakarta dengan jenis gangguan ekstrapiramidal, dan 42 pasien diantaranya timbul setelah menggunakan Conventional Antipsychotic atau antipsikotik generasi pertama. Beberapa macam adverse drug reaction yang ditemui pada pengobatan dengan antipsikotik diantaranya adalah kenaikan gula darah, kenaikan kolesterol tubuh, peningkatan prolaktin dan efek metabolisme tubuh lainnya (Muench, 2010). Hal ini menunjukkan adanya efek obat yang serius setelah penggunaan obat antipsikotik. Beberapa adverse event yang timbul bermacam macam pada pasien dapat diakibatkan oleh respon individual masing masing pasien terhadap obat itu sendiri, juga terkait pada pola pengobatan penyakit yang dilihat berdasarkan gejala yang muncul pada diri pasien. Hal ini akan berakibat pada outcome terapi yang berbeda pula (Riedl dkk., 2003). Kompleksitas obat yang digunakan dalam pengobatan skizofrenia memberikan permasalahan dalam praktek, terutama menyangkut potensi kejadian adverse event yang timbul dalam pengobatan di rumah sakit. Pemantauan dan penatalaksanaan terhadap adverse event tentunya sangat penting dalam pengobatan terutama untuk dapat menghasilkan luaran terapi yang maksimal. Oleh karena itu penulis mengevaluasi kejadian adverse event dan penatalaksanaannya pada pengobatan skizofrenia dengan obat antipsikotik di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dan RSJD DR. Amino Gondohutomo 4
Provinsi Jawa Tengah Periode Januari-Juni 2015. Penelitian dilakukan di dua rumah sakit besar untuk dapat melakukan pengamatan pada subyek yang lebih banyak serta untuk mengetahui dan mengevaluasi penatalaksanaan kejadian adverse event di kedua rumah sakit tersebut.
B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah: 1.
Bagaimanakah profil kejadian adverse event akibat penggunaan obat antipsikotika tipikal dan atipikal pada pasien skizofrenia di RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang dan RSJD DR Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah?
2.
Bagaimana penatalaksanaan adverse event yang timbul akibat penggunaan obat antipsikotik tipikal dan atipikal pada pasien skizofrenia?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kejadian adverse event pada terapi antipsikotik pasien skizofrenia yang menjalani rawat inap di RSJ dengan berdasarkan data: 1.
Kejadian adverse event yang timbul pada penggunaan obat antipsikotika pada pasien skizofrenia di RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang dan RSJD
5
DR. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah Periode Januari-Juni 2015. 2.
Penatalaksanaan adverse event akibat penggunaan obat antipsikotika pada pasien skizofrenia di RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang dan RSJD DR. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah Periode Januari-Juni 2015.
D. Manfaat Penelitian 1.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang kejadian adverse event yang mungkin terjadi serta penatalaksanaannya pada penggunaan antipsikotik pada penderita skizofrenia, baik masyarakat maupun pihak yang berkepentingan.
2.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan bagi
RSJ
Prof.Dr.Soerojo
Magelang
dan
RSJD
DR.Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah sebagai dasar evaluasi dalam pengobatan antipsikotik pada penderita skizofrenia sehingga diharapkan mampu memberikan pelayanan yang efektif dan efisien terhadap penderita skizofrenia. 3.
Meningkatkan kerjasama antara beberapa profesi kesehatan (dokter, farmasis dan perawat) terutama dalam memberikan pengobatan pada penderita skizofrenia guna menghindari kejadian adverse event dan meningkatkan luaran terapi secara maksimal. 6
E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai evaluasi adverse event dan penatalaksanaannya pada pengobatan antipsikotik pada penderita skizofrenia di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dan RSJD DR.Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah belum pernah dilakukan. Terdapat beberapa penelitian terkait yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian adalah : Tabel 1. Penelitian terkait adverse event penggunaan antipsikotik pada penanganan skizofrenia Nama Judul Penelitian Metode Perbedaan dengan Peneliti Penelitian Penelitian yang akan dilakukan Dyah Kajian Penggunaan Penelitian non Penelitian deskriptif Aryani Atypical Antipsychotic dan eksperimental secara retrospektif Perwitasari, Conventional Antipsychotic dengan analisis yang berfokus pada 2008 Pasien Skizofrenia Rumah data deskriptif kajian adverse Sakit Grhasia Yogyakarta dan pengambilan event antipsikotik Periode 2006-2007 data retrospektif secara menyeluruh Jefrina Ayu Monitoring Efek Samping Penelitian Penelitian deskriptif Wardani, pada Kombinasi Obat Deskriptif non eksperimental 2013 Antipsikotik Tipikal dan Kuantitatif Non pada efek Atipikal Terhadap eksperimental pengobatan yang Perubahan Kadar Glukosa dengan lebih banyak, selain Darah Pasien Skizofrenia pengambilan peningkatan Instalasi Rawat Inap data secara glukosa darah Rumah Sakit Jiwa Ghrasia prospektif. puasa. Yogyakarta Periode Februari– April 2013 Michael J. Extrapyramidal motor side- Penelitian Penelitian deskriptif Peluso, Shoˆ effects of first and Randomised observasional n W. Lewis, second-generation Control Trial secara retrospektif Thomas R. antipsychotic drugs secara prospektif pada subyek orang E. Barnes selama 1 tahun indonesia and Peter B. pada subyek Jones, tahun amerika serikat 2011
7