BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bidang kajian dalam konteks pendidikan nasional yang memiliki peran strategis untuk meningkatkan kembali wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa. Oleh karena itu untuk memperkuat peran Pendidikan Kewarganegaraan,
maka
pemerintah
mewajibkan
Pendidikan
Kewarganegaraan diberikan pada setiap satuan pendidikan termasuk perguruan tinggi. Sebagaimana terdapat dalam pasal 37 ayat (1) UndangUndang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Jika dikaji lebih jauh maka pemerintah melalui undang-undang tersebut memiliki tujuan menyiapkan generasi muda (mahasiswa) agar memiliki wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme, karena mahasiwa merupakan kader bangsa yang akan meneruskan tonggak kepemimpinan bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu negara bertanggung jawab untuk mempersiapkan generasi muda/mahasiswa yang memiliki wawasan kebangsaan yang tinggi dan juga memiliki semangat nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagaimana dikemukakan oleh Winataputra (2014) : Secara holistic Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar setiap warga Negara muda (young citizens) memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral Pancasila, nilai dan norma Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, nilai dan komitmen Bhinneka tunggal Ika, dan komitmen bernegara kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu secara sadar dan terencana peserta didik sesuai dengan perkembangan psikologis dan konteks kehidupannya secara sistemik difasilitasi untuk belajar berkehidupan demokrasi secara utuh, yakni belajar tentang demokrasi (learning about democracy), belajar dalam iklim dan melalui proses demokrasi (learning through democracy), dan belajar untuk membangun demokrasi (learning for democracy). Fitri Silvia Sofyan, 2015 HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Sebagaimana kita ketahui bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yaitu bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa, ras, agama, dan sistem budaya. Identitas bangsa Indonesia tidak bisa terlepas dari keberadaan bangsa Indonesia yang bhinneka. Berkaitan dengan hal tersebut Wilodati (2010, hlm.157) mengemukakan bahwa “Bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural atau majemuk dengan keragaman suku, agama, dan budaya”. Sebagai bangsa yang majemuk dibutuhkan sikap akomodatif untuk merangkul semua golongan. Satu golongan dengan golongan yang lain harus saling menghormati serta hidup saling berdampingan (koeksistensi) secara damai. Dengan kata lain, harus ada toleransi antar suku, agama, dan budaya. Suatu golongan tidak boleh memaksakan kehendaknya ataupun ideologi (keyakinannya) kepada golongan yang lain. Negara bangsa (nation-state) Indonesia yang terdiri atas sejumlah besar kelompok-kelompok etnis, budaya, agama tersebut menurut Hefner (Budimansyah dan Suryadi, 2008, hlm.28) “mengilustrasikan Indonesia memiliki warisan dan tantangan pluralisme budaya (cultural pluralism) secara lebih mencolok sehingga dipandang sebagai “lokus klasik” bagi bentukan baru “masyarakat majemuk” (plural society)”. Berkaitan dengan hal tersebut Nasikun mengungkapkan “bahwa kemajemukan masyarakat Indonesia paling tidak dapat dilihat dari dua cirinya yang unik, pertama secara horizontal ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan, dan kedua secara vertikal ditandai oleh adanya perbedaanperbedaan antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam” (dalam Budimansyah dan Suryadi, 2008 hlm.28). Gambaran kemajemukan masyarakat Indonesia juga dijelaskan secara terperinci oleh Soebadio (Ruyadi dalam Wilodati, 2010 hlm.157158) sebagai sebuah potensi dan sekaligus sebagai permasalahan, yaitu sebagai berikut: (1) Indonesia berupa kepulauan yang luas sekali, lebih dari 5.000 km dari ujung Barat ke ujung Timur dan hampir 2.000 km dari ujung Utara ke ujung Selatan. Hal itu kita ketahui semua. Fitri Silvia Sofyan, 2015 HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
Namun, di setiap da erah, pulau atau di dalam perbatasan suatu suku bangsa, hal itu tidak selalu disadari. Memang kebanyakan orang tampak sulit sekali membayangkan betapa luasnya Negara Indonesia ini yang dengan politik Wawasan Nusantara sekarang meliputi wilayah 5 juta km2 secara sah. (2) Dalam wilayah seluas itu, jumlah pulaunya 13.977 walau hanya sekitar 6.000 yang dihuni. Penduduk dalam pulau-pulau itu beranekaragam, berbahasa lebih dari 300 dialek, malahan di antaranya ada bahasa mandiri, sedangkan adat istiadatnya atau budaya setempatnya beraneka variasi pula. Hal itupun diketahui umum. Namun dalam hal ini juga tidak disadari oleh setiap kelompok atau individu secara perorangan. (3) Keanekaragaman bahasa dan kebudayaan setempat itu akhirnya memiliki dasar yang sama, dalam arti berasal dari rumpun bahasa dan jenis budaya yang sama. Hal itu ditemukan dalam penelitian sosial budaya yang secara mendalam dimulai oleh sarjana-sarjana asing pada abad ke-19. Masalah dasar bahasa dan budaya yang sama itupun kita ketahui secara umum sejak cukup lama. Tetapi, sekali lagi, hal itu juga tidak selamanya disadari sepenuhnya oleh kita. Seperti juga lambing negara, Bhinneka Tunggal Ika,yang mencerminkan kesadaran akan keanekaragaman dengan dasar yang sama itu dan yang terpampang dimana-mana, akhirnya juga tidak setiap waktu diperdalami maknanya, apalagi dijadikan patokan hidup. Pancasila dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan dengan tegas realitas multikultural bangsa Indonesia. Kenyataan tersebut dilukiskan di dalam semboyan negara yang berbunyi “Bhinneka Tunggal Ika”. Kebhinekaan masyarakat dan bangsa Indonesia diakui bahkan dijadikan sebagai dasar perjuangan nasional permulaan abad ke-20. Harus kita akui bahwa Kebangkitan Nasional menjadi titik awal perjalanan bangsa dalam membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Melalui kelahiran Boedi Oetomo 20 Mei 1908, semangat kebangsaan (nasionalisme) kita semakin tumbuh subur dan melekat dalam hati nurani seluruh elemen bangsa. Di situlah nasionalisme menjadi salah satu rekonstruksi sosial untuk mengintegrasikan seluruh elemen bangsa dalam bingkai kebhinnekaan Indonesia. Sebagai bukti perjuangan tersebut terlihat pada Manifesto Politik tahun 1925 yang dirumuskan oleh para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Eropa pada waktu itu yang mengatakan bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia hanya dapat Fitri Silvia Sofyan, 2015 HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
dicapai oleh persatuan dari suku-suku bangsa Indonesia yang beragam. Manifesto Politik tersebut mendahului Sumpah Pemuda tahun 1928. Sumpah Pemuda pada tahun 1928 mengikrarkan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai jenis suku bangsa dan bertekad sebagai suatu bangsa yang besar yang mempunyai satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air. Inilah cita-cita yang telah mengikat berbagai suku bangsa untuk menyatukan segala perbedaan dalam bingkai pluralitas bangsa Indonesia. Setelah 70 tahun merdeka, bangsa Indonesia dituntut untuk dapat mempertahankan nasionalisme agar tetap tertanam dalam setiap hati nurani bangsa Indonesia. Perjalanan bangsa sejak Proklamasi 1945 mengalami pasang surut dan terakhir menapaki era reformasi yang pada hakikatnya ingin membangun masyarakat dan bangsa Indonesia yang lebih demokratis. Di era reformasi sekarang ini, demokrasi makin mekar, kebebasan
tumbuh,
dan
hak-hak
asasi
manusia
mendapatkan
penghormatan yang tinggi. Namun, semuanya itu menimbulkan masalah baru. Atas nama reformasi dan demokratisasi, seringkali sebagian masyarakat tidak lagi memaknai Pancasila, UUD 1945, Wawasan Kebangsaan, dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara utuh. Keinginan memisahkan diri dari wilayah NKRI dari sebagian kelompok masyarakat, seolah mendapat angin di era reformasi ini. Untuk itu ke depannya, perlu terus dibangun dan dikembangkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara harmonis dan seimbang, di mana demokrasi dan kebebasan makin hidup, disertai kepatuhan kepada pranata hukum (rule of law), toleransi, serta etika dan aturan main yang disepakati bersama. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wildan (2009, hlm.152-153) : Di era reformasi yang terus bergulir, pemahaman Wawasan Kebangsaan mulai berkurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Adanya keinginan beberapa daerah untuk memisahkan diri dari NKRI dengan berbagai dalih. Kondisi ini mencerminkan kemungkinan adanya disintegrasi; Fitri Silvia Sofyan, 2015 HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
2. Menonjolnya kepentingan kelompok dan golongan sendiri, sehingga kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan bangsa dan negara semakin dikesampingkan bahkan cenderung dikorbankan; 3. Menguatnya semangat primordialisme (mengutamakan putra daerah atau mengklaim kalangan daerahnya sendiri); dan tumbuhnya gejala separatis. 4. Pudarnya asas satu wilayah Nusantara sehingga terjadi pengusiran dan penjarahan milik warga lain yang selama bertahun-tahun bermukim dan berkarya di daerah itu; 5. Penggunaan kekerasan dan pemaksaan atas dasar mayoritas sehingga menimbulkan konflik antaretnis yang minoritas merasa tertindas dan mengadakan perlawanan atau mengungsi ke daerah lain; 6. Mencontoh budaya asing dan menghujat budaya sendiri; 7. Lunturnya budaya penghormatan kepada simbol-simbol negara (Bendera, Lambang Negara, Presiden, dll); 8. Lunturnya semangat kepahlawanan dan perjuangan bangsa (heroisme); 9. Munculnya sikap apatis terhadap proses pembangunan nasional; 10. Maraknya euforia otonomi daerah; dan 11. Tidak ada rasa hormat dan kebanggaan kepada Bapak Bangsa (the founding father). Sejalan dengan pendapat di atas Manan dan Ju Lan (2011, hlm.2) mengungkapkan bahwa “kemiskinan, korupsi, lemahnya ketahanan budaya, dan juga konflik antaretnik dan konflik yang mengatasnamakan agama yang marak sejak era reformasi merupakan tantangan yang secara langsung atau tidak langsung memengaruhi kadar nasionalisme Indonesia di kalangan rakyatnya”. Oleh karena itu maka perlu di tingkatkan kembali mengenai pemahaman wawasan kebangsaan untuk tetap menumbuhkan semangat nasionalisme di semua elemen bangsa Indonesia. Wawasan kebangsaan terdiri dari kata “wawasan yang berarti konsepsi cara pandang”, Depdiknas (2005, hlm.1271) dan “kebangsaan yang artinya ciri yang menandai golongan bangsa” Depdiknas (2005, hlm.102). Bangsa sendiri memiliki arti kelompok masyarakat yang bersamaan
asal
keturunan,
adat,
bahasa,
dan
sejarahnya,
serta
berpemerintahan sendiri. Jadi wawasan kebangsaan adalah konsepsi cara pandang tentang suatu bangsa, yang memiliki ciri bersamaan asal Fitri Silvia Sofyan, 2015 HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Wawasan kebangsaan sering dipakai untuk menterjemahkan kata nasionalisme. Wawasan kebangsaan sebagai sudut pandang suatu bangsa dalam memahami keberadaan jati diri dan lingkungannya pada dasarnya merupakan penjabaran dari falsafah bangsa itu sesuai dengan keadaan wilayah suatu negara dan sejarah yang dialaminya. Wawasan ini menentukan cara suatu bangsa memanfaatkan kondisi geografis, sejarah, sosial budayanya dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan nasionalnya
serta
bagaimana
bangsa
itu
memandang
diri
dan
lingkungannya baik ke dalam maupun ke luar. Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), makna dan hakikat serta pengejawantahan wawasan kebangsaan tersebut penting dipahami oleh setiap warga negara Indonesia. Dalam hal ini generasi muda memiliki kedudukan sebagai salah satu unsur warga negara yang berperan sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI berkembang dan mengkristal tidak lepas dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia dalam membentuk negara ini. Konsep wawasan kebangsaan Indonesia tercetus pada waktu diikrarkannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 sebagai tekad perjuangan yang merupakan konvensi nasional tentang pernyataan eksistensi bangsa Indonesia. Wawasan seperti ini pada hakikatnya tidak membedakan perbedaan asal suku, keturunan, ataupun perbedaan warna kulit. Dengan kata lain, wawasan tersebut mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa atau dapat disebut sebagai wawasan kebangsaan Indonesia. Berkaitan dengan ini Bintoro (1996) mengemukakan bahwa : “Reason d’etre negara Indonesia bukan berdasar sosio antropologis (etnik), tetapi karena pengalaman sejarah ditindas kolonialisme dan mengaspirasikan
kehidupan
kebangsaan
yang
bebas”.
Wawasan
kebangsaan didukung oleh ideologi (gerakan pemikiran) yang timbul di abad ke-18 yaitu Nasionalisme. Sehubungan dengan hal tersebut telah terbukti betapa tingginya semangat perjuangan bangsa Indonesia untuk Fitri Silvia Sofyan, 2015 HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
melawan dan mengusir penjajah sejak awal penjajahan Belanda sampai dengan tercapainya kemerdekaan Republik Indonesia yang merupakan refleksi kisah perjuangan. Hal ini menjadi sebuah tuntutan yang layak, agar generasi muda dapat menghargai jasa-jasa pejuang dan lebih mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Muhammad (2012, hlm.14) : Generasi muda Indonesia yang kian hari mengalami catatan kelam akibat perilaku dan kepribadian mereka yang tidak memiliki mental baja dalam menghadapi setiap persoalan yang muncul. Hal ini tentu saja menjadi ancaman yang serius bagi masa depan Indonesia, padahal sebagian generasi penerus kaum tua, generasi muda diharapakan menjadi pelipur lara dan pengobat dahaga persoalan yang menimpah bangsa Indonesia. Wawasan kebangsaan Indonesia mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Diharapkan manusia Indonesia sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan
bangsa.
Berkaitan
dengan
itu
hendaknya
dipupuk
penghargaan terhadap martabat manusia, cinta kepada tanah air dan bangsa. Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga asas Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan. Persatuan
tidak
boleh
mematikan
keanekaan
dan
kemajemukan.
Sebaliknya keanekaan dan kemajemukan tidak boleh menjadi pemecah belah namun menjadi kekuatan yang memperkaya persatuan. Hal ini pula dikatakan oleh Asep Mahpudz (1996, hlm.276) bahwa situasi sekarang sangat berbeda dengan situasi dan kondisi ketika masa pergerakan kemerdekaan : Dimasa kini bangsa Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah yang kompleks dan multidimensi. Sebagai negara yang sedang berkembang, bangsa Indonesia harus terus berjuang keras agar dapat terampil secara terhormat dan bermartabat. Hal ini sebagai wujud untuk mengejar ketertinggalannya dan dapat berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Ia juga menambahkan bahwa jika pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara bagi segenap warga negara tidak diintensifkan, maka dikhawatirkan rasa nasionalisme Indonesia semakin meluntur yang pada gilirannya dapat membahayakan eksistensi bangsa dan negara Indonesia secara keseluruhan. Fitri Silvia Sofyan, 2015 HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
Generasi muda termasuk mahasiswa didalamya merupakan kekuatan potensial yang menjadi aset negara, karena generasi muda memiliki energi yang besar dan sikap idealisme sehingga Presiden Soekarno dalam pidatonya pernah berkata “beri aku sepuluh pemuda, maka aku akan menguncangkan dunia”. Dalam sejarah berdirinya bangsa Indonesia pun andil generasi muda sangat dominan sekali, dimulai dengan menyusun pergerakan
pada
masa
perjuangan
dengan
mendirikan
Indische
Vereeniging atau Perhimpunan Pelajar Hindia yang kemudian berubah menjadi Perhimpunan Indonesia pada tahun 1908. Organisasi pemuda yang ada di negeri Belanda tersebut kemudian menerbitkan surat kabar dengan nama Koran Indonesia Merdeka. Dalam terbitan perdananya koran ini menyatakan tentang kemauan besar bangsa Indonesia untuk merebut kembali hak-hak dan menetapkan kedudukan atau keyakinan di tengahtengah
dunia,
yaitu
kemerdekaan
Indonesia.
Selanjutnya
sikap
nasionalisme dan patriotisme generasi muda Indonesia yang belajar di Belanda merambah ke Indonesia dengan berdirinya organisasi Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908, yang sampai saat ini diperingati sebagai hari kebangkitan nasional. Puncaknya perjuangan generasi muda Indonesia pada fase perjuangan memperebutkan kemerdekaan dengan diadakannya Kongres Pemuda II yang dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 yaitu pengakuan generasi muda Indonesia untuk bertumpah darah satu tanah Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Sehingga dengan adanya peristiwa sumpah pemuda tersebut perjuangan Indonesia tidak dilakukan secara kedaerahan lagi, akan tetapi sudah dilakukan secara menyeluruh dengan semangat persatuan dan kesatuan yang pada akhirnya mewujudkan proklamasi kemerdekaan NKRI pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebagaimana diungkapkan oleh Budimansyah (2010, hlm.11-12) : Setiap negara-bangsa (nation-state) yang ingin tetap eksis selalu mendidik rakyatnya menjadi warganegara yang cerdas dan baik (smart and good citizen). Oleh karena itu masyarakat sangat mendambakan generasi mudanya dipersiapkan untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan negaranya. Fitri Silvia Sofyan, 2015 HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
Keinginan tersebut lebih tepat disebut sebagai perhatian yang terus tumbuh, terutama dalam masyarakat demokratis. Banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa tak satu pun negara, termasuk Indonesia, telah mencapai tingkat pemahaman dan penerimaan terhadap hakhak dan tanggung jawab di antara keseluruhan warganegara untuk menyokong kehidupan demokrasi konstitusional. Kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia saat ini mengalami kemunduran dalam pemahaman wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme. Dalam hal ini generasi muda mempunyai peranan penting dalam menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara. Oleh karena itu kesadaran awal yang harus kita tahu bahwa dalam penghayatan rasa kebangsaan dan cinta tanah air adalah kenyataan bahwa kita telah menjadi bagian tetap dari bangsa ini, bangsa Indonesia. Disinilah tempat kita lahir, berpijak, hidup, bertumbuh dan berkembang, serta (mungkin saja) kita nanti akan menghembuskan nafas terakhir di tanah air ini. Oleh karenanya, demi membangkitkan kembali semangat nasionalisme generasi muda kita membutuhkan komitmen untuk meneguhkan semangat persatuan dan kesatuan dengan memegang penuh semboyan negara, yakni “Bhinneka Tunggal Ika”. Jadi jika landasan rasa kebangsaan di waktu yang lampau lebih didasari oleh rasa kebersamaan masa lalu, sekarang dan ke depan rasa kebangsaan harus dilandasi oleh kesamaan pandangan tentang masa depan bersama yang akan kita tuju sebagai “suatu bangsa” (one of nation). Penanaman
dan
pengembangan
wawasan
kebangsaan
dan
nasionalisme menuntut Pendidikan Kewarganegaraan agar mampu mewujudkan apa yang menjadi tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri. Kita harus mampu mempererat persatuan dan kesatuan bangsa di atas segala perbedaan, baik perbedaan suku, ras, maupun agama. Sejalan dengan pemaparan di atas Asep Mahpudz (1996, hlm.281) mengatakan bahwa : Untuk membangun nasionalisme generasi muda sebagai wujud Pendidikan Kewarganegaraan adalah ungkapan perasaan senasib sepenanggungan dalam lingkup bangsa dalam bentuk kepedulian dan kepekaan akan masalah-masalah yang dihadapi bangsa, termasuk di dalamnya masalah yang berkaitan dengan rasa solidaritas sebangsa Fitri Silvia Sofyan, 2015 HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
dan setanah air. Setidaknya yang dibutuhkan adalah menyangkut aspek pembinaan nilai-nilai kepribadian dan aspek peningkatan pengetahuan wawasan kebangsaan. Oleh karena itu, upaya pembinaan nasionalisme Indonesia pada masa sekarang selayaknya mengutamakan pandangan dan sikap antisipotoris, berupa pembinaan kemampuan untuk memperhitungkan perkembangan yang akan terjadi dimasa depan. Artinya dibutuhkan penanaman sikap menghadapi segala situasi baru yang belum pernah terjadi dalam kehidupan suatu masyarakat atau suatu bangsa. Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelengaraan program
studi,
guna
mengantarkan
mahasiswa
memantapkan
kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan pada suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta tanah air dan bangsanya. Dengan adanya mata kuliah
Pendidikan
Kewarganegaraan
diharapkan
dapat
membantu
mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral. Berkaitan dengan itu mahasiswa diharapkan akan
mampu untuk menjaga dan
meneruskan cita-cita pembangunan bangsa dengan sungguh-sungguh mencintai bangsanya sendiri, dengan tidak membeda-bedakan setiap suku, ras, maupun agama yang mendiami bumi pertiwi Indonesia. Dengan wawasan kebangsaan dan juga semangat nasionalisme maka hal ini diharapkan agar kita dapat menjaga keutuhan Negara agar tidak terpecah belah. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut merupakan salah satu perguruan tinggi yang berada di wilayah Kabupaten Garut. Oleh karena itu, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut sebagai salah satu perguruan tinggi yang melaksanakan proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan sangat mendukung langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah untuk mengembangkan kehidupan bernegara dan Fitri Silvia Sofyan, 2015 HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
berbangsa dalam kalangan generasi muda dan mahasiswa pada khususnya. Pemahaman akan wawasan kebangsaan dan juga semangat nasionalisme sudah terintegrasi dalam proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan. Masalah-masalah tersebut menarik untuk diteliti oleh penulis, yaitu tentang wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme di lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut.Peneliti ingin mengetahui sejauh mana korelasi proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan peningkatan wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa. Para mahasiswa yang merupakan generasi penerus bangsa, diharapkan dapat menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dengan adanya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kembali wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme di kalangan mahasiswa. Sehingga hal inilah yang mendorong penulis untuk dapat mengkaji lebih dalam tentang : Hubungan Proses Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan Peningkatan Wawasan
Kebangsaan
serta
Dampaknya
terhadap
Semangat
Nasionalisme Mahasiswa (Studi Korelasi di Lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut). B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Bangsa
Indonesia
merupakan
bangsa
yang
majemuk
dengan
kebhinekaannya yang terdiri dari banyak perbedaan (suku, ras, agama, dan sistem budaya), namun hal ini pun menimbulkan tantangan tersendiri yang berkaitan dengan pluraslisme budaya (cultural pluralism) dan juga menguatnya semangat primordialisme. 2. Dalam konteks Negara Kesatuann Republik Indonesia (NKRI) makna dan hakikat serta pengejawantahan wawasan kebangsaan penting dipahami oleh setiap warga negara Indonesia. Namun Kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia saat ini mengalami Fitri Silvia Sofyan, 2015 HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12
kemunduran dalam pemahaman wawasan kebangsaan dan lunturnya semangat nasionalisme. 3. Generasi muda memiliki kedudukan sebagai salah satu unsur warga negara yang berperan sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah NKRI. Namun dalam kehidupan nyata generasi muda Indonesia pada saat ini mengalami catatan kelam akibat perilaku dan kepribadian yang tidak memiliki mental baja dalam menghadapi setiap persoalan yang muncul. 4. Pendidikan
Kewarganegaraan
merupakan
mata
pelajaran
yang
diterapkan di semua jenjang pendidikan dengan tujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Di perguruan tinggi pun Pendidikan Kewarganegaraan merupakan MKDU yang tergabung dalam MPK yang wajib dipelajari oleh semua Mahasiswa. Dalam penerapannya mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang diterapkan di setiap perguruan tinggi seharusnya mampu mewujudkan tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan yang tidak hanya sebatas mata kuliah wajib. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu adakah korelasi yang signifikan antara proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan peningkatan wawasan kebangsaan serta dampaknya terhadap semangat nasionalisme mahasiswa di lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kabupaten Garut. Dari rumusan permasalah tersebut, selanjutnya dirinci pertanyaan penelitiannya sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran penerapan proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dilaksanakan di Sekolah Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut di Kabupaten Garut?
Fitri Silvia Sofyan, 2015 HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
13
2. Bagaimana gambaran pemahaman wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa di lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut di Kabupaten Garut? 3. Adakah
korelasi
antara
proses
perkuliahan
Pendidikan
Kewarganegaraan dengan peningkatan wawasan kebangsaan serta dampaknya terhadap semangat nasionalisme mahasiswa di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut di Kabupaten Garut? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berkaitan erat dengan permasalahan penelitian. Tujuan penelitian berisi tentang rumusan hasil yang akan dicapai dalam penelitian yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian yang dilakukan. Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai korelasi proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan peningkatan wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa. di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kabupaten Garut. Sedangkan tujuan khusus penelitian dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan gambaran penerapan proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dilaksanakan di Sekolah Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut di Kabupaten Garut. 2. Untuk
mendeskripsikan
kebangsaan
dan
gambaran
semangat
pemahaman
nasionalisme
wawasan
mahasiswa
di
lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut di Kabupaten Garut. 3. Untuk
mengetahui
Pendidikan
adakah
Kewarganegaraan
korelasi
proses
perkuliahan
(PKn)
dengan
peningkatan
wawasan kebangsaan serta dampaknya terhadap semangat nasionalisme mahasiswa di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut di Kabupaten Garut. E. Kegunaan Penelitian
Fitri Silvia Sofyan, 2015 HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
14
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara keilmuan (teoritik) maupun secara praktis. Secara teoritik, penelitian ini akan menggali dan mengkaji korelasi proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan peningkatan wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa. Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan
mampu
memberikan
manfaat
bagi
beberapa
pihak
sebagaimana diuraikan sebagai berikut : 1. Akademisi dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bahan konstribusi dengan peningkatan wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa. 2. Praktisi kewarganegaraan sebagai referensi dalam pengembangan wawasasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa. 3. Pengambil kebijakan khususnya yang terkait dengan peningkatan wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme. F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penulisan tesis ini, penulis akan menyusun sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I tentang pendahuluan. Dalam bab ini akan diuraikan dalam beberapa sub bab antara lain; (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Rumusan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Kegunaan Penelitian dan (5) Sistematika Penulisan. Bab II membahas kajian teoritis/kajian pustaka yang berisi deskripsi, analisis dan rekonseptualisasi peneliti. Pada bab ini terbagi dalam sub bab antara lan; (1) Pendidikan Kewarganegaraan, (2) Wawasan Kebangsaan, (3) Semangat Nasionalisme, (4) Hasil Penelitian yang Relevan, (5) Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian. Bab III membahas metode penelitian. Dalam bab ini terbagi dalam sub bab antara lain; (1) Metode dan Desain Penelitian, (2) Populasi dan Sampel, (3) Definisi Operasional dan Variabel Penelitian, (4) Instrumen Penelitian, (5) Pengujian Alat Pengumpulan Data, (6) Prosedur Penelitian, (7) Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data. Bab IV membahas mengenai temuan dan pembahasan. Dalam bab ini terbagi dalam sub bab antara lain: (1) Deskripsi Umum Lokasi Penenlitian, (2) Deskripsi Hasil Temuan Penelitian dan, (3) Fitri Silvia Sofyan, 2015 HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
15
Pembahasan Temuan Penelitian. Bab V membahas simpulan, dalam bab ini terbagi dalam sub bab antara lain; (1) Simpulan dan (2) Implikasi dan Rekomendasi.
Fitri Silvia Sofyan, 2015 HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu