BAB I PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang tepat dan efektif dalam rangka peningkatan sumber daya manusia di Indonesia. Di kalangan umat Islam peranan Pendidikan Islam merupakan salah satu bentuk manifestasi dari citacita hidup Islam untuk melestarikan, mengamalkan, menanamkan dan mentransformasi nilai-nilai Islam tersebut kepada generasi penerus sehingga nilai-nilai cultural religius yang dicita-citakan dapat tetap berfungsi dan berkembang dalam masyarakat seiring waktu.1 Tentu saja kondisi yang berbeda dalam pembelajaran akan menghasilkan output belajar yang berbeda pula. Begitu pula dalam kegiatan membaca al-Qur’an, dimana dalam membaca al-Qur’an akan diketahui hasil membaca al-Qur’an antara siswa yang satu dengan yang lain. Membaca merupakan suatu kemampuan yang sangat dibutuhkan tetapi tidak mudah untuk menjelaskan hakekat membaca. Menurut A.S Broto mengatakan membaca bukan hanya mengucapkan bahasa atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isinya. Dengan demikian membaca pada hakekatnya merupakan suatu bentuk komunikasi tulis. Sedangkan menurut Dalyono Abdurrohman ia menyatakan membaca merupakan aktifitas yang terikat dengan membaca adalah gerak mata dan
1
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 85.
1
2
ketajaman penglihatan. Aktifitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah, mengingat simbul huruf dengan tepat dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.2 Nilai-nilai yang harus di kembangkan siswa dalam kehidupan seharihari adalah keterampilan mereka dalam membaca al-Qur’an, karena al-Qur’an merupakan syarat yang universal,3 maksudnya yaitu bahwa al-Qur’an tersebut menjadi rujukan pertama dan utama sebelum kitamelakukan amaliah-amaliah dalam kehidupan sehari-hari, sebab dalam al-Qur’an tersebut mencakup semua pokok sendi-sendi kehidupan, baik ekonomi, politik, IPTEK bahkan pendidikan. Selain itu al-Qur’an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW menggunakan bahasa arab melalui Malaikat Jibril sebagai mukjizat dan argumentasi dalam misi kerasulannya serta sebagai pedoman hidup untuk meraih kebahagiaan dunia akhirat.4 Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: yang artinya ”Ibadah umatku yang paling utama adalah membaca al-Qur’an”.5 Alasan mengapa Rasulullah bersabda seperti itu bukan lain karena isi kandungan dalam alQur’an tersebut tidak hanya memuat petunjuk tentang hubungan dengan Tuhan saja, akan tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya serta manusia dengan alam sekitar. 2
Dalyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak yang Kesulitan Belajar. (Jakarta: Renika Cipta, 2003), 200. 3 Wahbah Zuhaili, Al-Qur’an Paradigma Hukum dan Peradaban (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), 4 Abdurrahman Assegaft, StudiIslam Kontekstual (Yogyakarta: Gama Media, 2005), 94. 5 Abil Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Imam, Shohih Muslim, Juz 1,(Maktahul Dahlan, Indoesia,tt), 554.
3
Dalam memahami al-Qur’an dengan baik maka seorang muslim harus dapat membaca al-Qur’an dengan baik. Akan tetapi fakta yang menunjukkan kalau di SMA Negeri 2 Ponorogo yang terkenal dengan kediplinannya baik siswa maupun gurunya dan juga termasuk sekolah favorit yang ada di Ponorogo serta didalamnya banyak siswa-siswi yang secara kognitif diatas rata-rata. Akan tetapi dari beberapa kelebihan itu masih ada juga kekurangannya, yaitu banyak siswa-siswi yang kemampuan agamanya masih kurang termasuk juga dalam keterampilan membaca AL-Qur’an mereka masih kurang. Hal tersebut ditunjukkan bahwa siswa-siswi kelas XI IPS 2 SMAN 2 Ponorogo itu dalam membaca al-Qur’an masih kurang lancar, yaitu: saat membaca Al-Qur’an panjang pendeknya bacaan belum diperhatikan dengan baik serta penguasaan mereka dalam ilmu tajwid juga masih sangat kurang, selain itu pengucapan makhrojnya masih belum benar6. Sehingga dari faktafakta yang ada dapat diketahui bahwa keterampilan membaca al-Qur’an siswa-siswi kelas XI IPS 2 SMAN 2 Ponorogo masih sangat kurang. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kurangnya keterampilan membaca Al-Qur’an siswa-siswi kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ponorogo diantaranya adalah minat siswa terhadap membaca Al-Qur’an tersebut masih kurang sekaligus didukung dari pembiasaan mereka dalam membaca Al-Qur’an juga kurang, selain itu peran keluarga masih kurang dalam memotivasi anaknya untuk selalu membiasakan memabaca Al-Qur’an.
6
Hasil observasi 01/O/F-1/29-X/2008
4
Selanjutnya selain dari diri siswa, keluarga, lingkungan dan pergaulan mereka, penggunaan strategi yang digunakan oleh GPAI dalam pembelajaran AlQur’an belum begitu sesuai.7 Dari sini peneliti lebih memfokuskan penelitiannya kepada strategi yang diterapkan oleh GPAI dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an. Oleh karena itu berangkat dari fakta-fakta tersebut pemecahan masalah terhadap peningkatan membaca al-Qur’an yang tepat adalah guru harus memilah dan memilih setrategi yang dianggap cocok untuk pembelajaran membaca al-Qur’an. Disini strategi yang dianggap paling cocok untuk masalah tersebut adalah dengan menggunakan strategi artikulasi. Akan tetapi pelaksanaan strategi artikulasi tidak akan berjalan dengan lancar serta tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan keterampilan membaca al-Qur’an jika guru tersebut belum mampu menguasai teori-teori tentang pelaksanaan strategi artikulasi. Berkaitan dengan ini pesan guru menjadi kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah karena mereka berada pada titik sentral untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana yang kondusif yang mendorong suasana untuk menyesuakan kegiatan kelas.8 Oleh karena itu dalam penyajian materi guru perlu menyediakan keanekaragaman penyajian kegiatan belajar.9
7
Hasil observasi 02/O/F-1/29-X/2008 Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Frama Widiya, 2007), 85. 9 Hasibuan dan Moedjiono, Prestasi Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), 64 8
5
Bahwasannya di SMA Negeri 2 Ponorogo pelajaran yang diberikan kepada siswa tidak hanya pendidikan umum saja, melainkan pendidikan agama dan kegiatan ekstra kurikuler. Dan pendidikan agama itu mencakup membaca al-Qur’an dan Pendidikan Agama Islam (PAI) serta pendidikan ibadah, yang semua itu harus diikuti oleh semua siswa SMA Negeri 2 Ponorogo. Dari latar belakang diatas maka peneliti mengambil judul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dengan judul “UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN PELAJARAN
MEMBACA
PAI
DENGAN
AL-QUR’AN
DALAM
MENGGUNAKAN
MATA
STRATEGI
ARTIKULASI BAGI SISWA-SISWI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009.
B. Rumusan Masalah Dari judul diatas maka kami dapat merumuskan beberapa rumusan masalah: 1. Bagaimanakah
proses
pelaksanaan
strategi
“Artikulasi”
dalam
peningkatan keterampilan membaca Al-Qur’an pada mata pelajaran PAI di kelas XI IPS 2 SMAN 2 Ponorogo Tahun pelajaran 2008/2009? 2. Bagaimanakah
hasil
dari
penerapan
strategi
“Artikulasi”
dalam
peningkatan keterampilan membaca Al-Qur’an pada mata pelajaran PAI di kelas XI IPS 2 SMAN 2 Ponorogo Tahun pelajaran 2008/2009?
6
C. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas Dari hasil rumusan masalah, maka dapat kami ambil sebuah tujuan penelitian tindakan kelas.. 1. Untuk menjelaskan proses pelaksanaan strategi artikulasi dalam meningkatkan keterampilan membaca al-Qur’an pada mata pelajaran PAI di kelas XI IPS 2 SMAN 2 Ponoroog tahun pelajaran 2008 / 2009 2. Untuk mengetahui hasil dari penerapan strategi “Artikulasi” dalam peningkatan keterampilan membaca Al-Qur’an pada mata pelajaran PAI di kelas XI IPS 2 SMAN 2 Ponorogo Tahun pelajaran 2008/2009.
D.
Manfaat Hasil Penelitian Tindakan Kelas Dari Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan akan memiliki kegunaan: 1. Secara teoritis Dari penelitian tindakan kelas ini akan ditemukan suatu strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca alQur’an melalui strategi artikulasi di kelas XI IPS 2 SMAN 2 Ponorogo tahun 2008 / 2009 2. Secara prkatis a. Sebagai masukan kepada kepala sekolah SMAN 2 Ponorogo tentang strategi yang digunakan dalam peningkatan keterampilan membaca alQur’an
7
b. Sebagai masukan kepada guru Agama mengenai strategi yang digunakan dalam peningkatan keterampilan membaca al-Qur’an c. Sebagai tambahan pengetahuan bagi penulis dan sumbangan untuk memperkaya ilmu pengetahuan khususnya di dunia keagamaan, khususnya bagi para mahasiswa PAI.
E. Hipotesis Tindakan Kelas Dari rumusan masalah tersebut dapat ditarik suatu hipotesis tindakan kelas yaitu: 1. Keterampilan
membaca
Al-Qur’an
akan
meningkat
dengan
penggunaan strategi Artikulasi
F. Sistematika Pembahasan Dalam rangka mempermudah penulisan skripsi maka pembahasan dalam laporan penelitian ini menulis dalam lima bab yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab yang berkaitan. Adapun sistematka pembahasan dalam penulisan skripsi adalah sebagai berikut: Bab ke-satu, pendahuluan memuat latarbelakang, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penilian, dan sistematika penelitian. Bab ke-dua, menguraikan lancasan teoritik tentang peningkatan keterampilan membaca al-Qur’an dengan strategi artikulasi. Bab ke-tiga, berisi tentang metode penelitian yang mencakup setting penelitian tindakan kelas, metode pengumpulan data, metode analisis data.
8
Bab ke-empat, hasil penelitian, berisikan paparan data penelitian, penjelasan persiklus, proses analisa data, pembahasan. Bab ke-lima, penutup. Merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dan saran.
9
BAB II KETERAMPILAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI ARTIKULASI
G. Keterampilan Membaca Al-Qur’an 1. Pengertian Membaca Penelitian ini mendapat beberapa teori yang relevan untuk digali, dipelajari dan dijadikan bahan utama sehubungan dengan tema pembahasan, antara lain: Membaca secara bahasa adalah melihat, mengeja, mengucapkan10. Selain itu "Membaca" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah “perbuatan atau proses yang sedang dilakukan dengan melihat serta memahami dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya di hati)”.11 Jadi membaca adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang diwujudkan dalam bentuk aktifitas. Dilihat dari segi tujuan membaca itu ada dua yaitu: 1. Membaca tehnik yang bertujuan agar siswa dapat lancar mengenal tulisan, tanda-tanda baca serta dapat mengucapkan dan menggunakan bahasa.
10
Djamari, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 553. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 1989 ), 83. 11
10
2. Membaca bahasa yang bertujuan agar siswa dapa memahami isi yang dibaca.12 Menurut Fachrudin dalam bukunya teknik pengembangan kurikulum pengjaran Bahasa Arab ia mengatakan bahwa bacaan yang baik adalah: 1. Pengucapan makhrojnya harus benar. 2. Tidak dibaca terlalu cepat atau lambat 3. Irama bacaan serasi 4. Bacaan lancar tidak berulang-ulang 5. Memperhatikan tanda-tanda baca yang ada.13 Dalam membaca al-Qur’an disunnahkan membaca dengan tartil, yaitu bacaan yang lambat dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmu tajwid. Di dalam ilmu tajwid inilah akan dijumpai beberapa bacaan yang mengandung mad (panjang), baik panjang bacaan ataupun panjang yang disebabkan oleh ghunnah, ikhfa’, iqlab, idghom, dan lain sebagainya. Membaca al-Qur’an bisa dengan jahr (suara keras), bisa juga dengan suara sîr (pelan), bahkan bisa juga dibaca dalam hati. Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa membaca Al-Qur’an kemudian ia menganggap ada seseorang yang diberi sesuatu yang lebih
12 A.S. Broto, Pengajaran Bahasa Indonesia Sebagai bahasa Ke Dua di Sekolah Dasar Berdasarkan Pendekatan Linguistik Kontraktif, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), 105. 13 Fachrudin, Tehnik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2006), 150.
11
utama
daripada
yang
diberikan
kepadanya,
maka
iapun
telah
mengecualikan apa yang dibesarkan Allah Ta’ala”.14 Untuk membaca dengan jahr (terang) huruf-hurufnya, hukumnya dapat didengar oleh orang yang di hadapannya. Bacaan seperti ini disunnahkan oleh Nabi agar dibaca dengan bagus. Bagus di sini mempunyai banyak arti: (1) dapat berarti bagus bacaannya, (2) bagus tajwidnya, (3) bagus suaranya, (4) bagus pula lagu dan variasinya, (5) bagus pengaturan nafasnya, dan (6) bagus mimik mukanya, artinya menyesuaikan makna ayat yang dibaca. Membaca bagus seperti enam macam tadi adalah bacaan yang mujawwad dan tartil.15
2. Pengertian Al-Qur’an Al-Qur’an berasal dari kata qara’a yang berarti bacaan, sedangkan iqra’ yang terambil dari kata qara’a pada mulanya berarti menghimpun menyampaikan, menelaah, membaca, meneladani, mendalami dan meneliti.16 Al-Qur'an secara etimologi diambil dari kata PQأLM أة وLM -أLNO -َأLَMَ yang berarti sesuatu yang dibaca (ؤLNUV)ا. Jadi, al-Qur'an secara lughawi adalah sesuatu yang dibaca. Atau pengertian al-Qur'an sama dengan bentuk mashdar (bentuk kata benda), yakni اءةLNV اyang berarti
14
Al-Imam Ghozali, Ihya’ Ulumuddin (Terjemah), (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), 88. Abdul Aziz Muslim, ”Hukum Melagukan al-Qur’an,” dalam Bunga Rampai Mutiara alQur’an, ed. Muhaimin Zen, Akhmad Mustafid (Jakarta: PP. Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadh, 2006), 11-12. 16 Abdurrahman Shaleh, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), 19. 15
12
menghimpun dan mengumpulkan (YUZV\[ و اV)ا. Al-Qur'an menghimpun beberapa huruf, kata, dan kalimat satu dengan yang lain secara tertib, sehingga tersusun rapi dan benar. Secara terminologi al-Qur'an merupakan kitab suci yang dijadikan sebagai pegangan hidup umat Islam sedunia yang diturunkan kepada Rasulullah Saw untuk seluruh umat manusia.17 Hal ini sesuai dengan QS. al-Jâtsiyah: 2018 sebagai berikut:
∩⊄⊃∪ šχθãΨÏ%θム5Θöθs)Ïj9 ×πyϑômu‘uρ “Y‰èδuρ Ĩ$¨Ψ=Ï9 çÈ∝‾≈|Át/ #x‹≈yδ Artinya: “Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk, dan rahmat bagi kaum yang meyakini”. Ada 5 faktor penting terkait dengan definisi al-Qur'an di atas, yaitu: 19 a. Al-Qur'an adalah kalâm Allah atau firman Allah. b. Al-Qur'an hanya diberikan kepada Nabi Muhammad. c. Al-Qur'an sebagai mukjizat. d. Diriwayatkan secara mutawâtir, dan e. Membacanya dicatat sebagai amal ibadah. Sedangkan Para ulama tafsir al-Qur'an dalam berbagai kitab ‘ulumul qur’an, ditinjau dari segi bahasa (lughowi atau etimologis) bahwa
17
Muhammad Makhdlori, Keajaiban Membaca al-Qur’an: Mengurai Kemukjizatan Fadhilah Membaca al-Qur'an terhadap Kesuksesan Anda, Cet. II (Jogjakarta: DIVA Press, 2007), 13. 18 Al-Qur'an, 45: 20. 19 Abdul Majid Khon, Praktikum Qira'at: Keanehan Bacaan al-Qur'an Qira'at Ashim dari Hafash, Cet. I (Jakarta: Amzah, 2007), 1-2.
13
kata al-Qur'an merupakan bentuk mashdar dari kata qoro’a – yaqro’uu – qiroo’atan – wa qor’an – wa qur’aanan. Kata qoro’a berarti menghimpun dan menyatukan; al-Qur'an pada hakikatnya merupakan himpunan hurufhuruf dan kata-kata yang menjadi satu ayat, himpunan ayat-ayat menjadi surat, himpunan surat menjadi mushaf al-Qur'an. Di samping itu, mayoritas ulama mengatakan bahwa al-Qur'an dengan akar kata qoro’a, bermakna tilawah: membaca. Kedua makna ini bisa dipadukan menjadi satu, menjadi “al-Qur'an itu merupakan himpunan huruf-huruf dan katakata yang dapat dibaca”20 Makna al-Qur'an secara ishtilaahi, al-Qur'an itu adalah “Firman Allah SWT yang menjadi mu’jizat abadi kepada Rasulullah yang tidak mungkin bisa ditandingi oleh manusia, diturunkan ke dalam hati Rasulullah SAW, diturunkan ke generasi berikutnya secara mutawatir, ketika dibaca bernilai ibadah dan berpahala besar” Dari definisi di atas terdapat lima bagian penting yaitu:21 a. Al-Qur'an adalah firman Allah SWT (QS 53:4), wahyu yang datang dari Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung. Maka firman-Nya (alQur'an) pun menjadi mulia dan agung juga, yang harus diperlakukan dengan layak, pantas, dimuliakan dan dihormati. b. Al-Qur'an adalah mu’jizat. Manusia tak akan sanggup membuat yang senilai dengan al-Qur'an, baik satu mushaf maupun hanya satu ayat.
20 Anonim, ta’riful Qur’an, http://www.geocities.com/abdullahhome99/pengertianquran.htm, diakses tanggal 14 juni 2009 jam 19.45 WIB 21 Ibid.,
14
c. Al-Qur'an itu diturunkan ke dalam hati Nabi SAW melalui malaikat Jibril AS (QS 26:192). Hikmahnya kepada kita adalah hendaknya alQur'an masuk ke dalam hati kita. Perubahan perilaku manusia sangat ditentukan oleh hatinya. Jika hati terisi dengan al-Qur'an, maka alQur'an
akan
mendorong
kita
untuk
menerapkannya
dan
memasyarakatkannya. Hal tersebut terjadi pada diri Rasululullah SAW, ketika al-Qur'an diturunkan kepada beliau. Ketika A’isyah ditanya tentang akhlak Nabi SAW, beliau menjawab:
Kaana
khuluquhul qur’an; akhlak Nabi adalah al-Qur'an. d. Al-Qur'an disampaikan secara mutawatir. Al-Qur'an dihafalkan dan ditulis oleh banyak sahabat. Secara turun temurun al-Qur'an itu diajarkan kepada generasi berikutnya, dari orang banyak ke orang banyak. Dengan cara seperti itu, keaslian al-Qur'an terpelihara, sebagai wujud jaminan Allah terhadap keabadian al-Qur'an. (QS 15:9). e. Membaca al-Qur'an bernilai ibadah, berpahala besar di sisi Allah SWT. Nabi bersabda: “Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, laam satu huruf, miim satu huruf dan satu kebaikan nilainya 10 kali lipat” (al-Hadist). Abdur Rachman Assegaff dalam bukunya studi Islam kontekstual menyatakan al-Qur’an berarti Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW menggunakan bahasa Arab melalui malaikat Jibril sebagai mukjizat dan Argumentasi dalam misi kerasulannya serta sebagai pedoman hidup untuk meraih kebahagiaan dunia akhirat.22
22
Abdurrahman Assegaff, StudiIslam Kontekstual (Yogyakarta: Gama Media, 2005), 94.
15
Dalam buku iktisar Ulumul Qur’an, Muhammad ash-Shabuni menyatakan al-Qur’an adalah kalam Allah yang bernilai mukjizat yang diturunkan kepada pamungkas para Nabi dan Rasul dengan perantara Malaikat Jibril as yang tertulis pada mushahif di riwayatkan pada kita dengan mutawatir, membacanya terhitung ibadah, diawali dengan surat alFatihah dan ditutup dengan surat Annas.23 Sedangkan Wahbah Suhaili dalam bukunya yang berjudul alQur’an Paradigma hukum dan peradaban menyatakan al-Qur’anul karim merupakan syari’at yang universal. Inti agama Islam dan dasar Aga mengetahui al-Qur’an akan berfungsi menjelaskan argumentasi dalam menyimpulkan beberapa hukum dan menjelaskan pada pihak yang pro atau kafir yang kontra, menjelaskan sah atau tidaknya ibadah.24 Menurut Mana’ul Quth;an dalam bukunya yang berjudul Pembahasan Ilmu Al-Qur’an menyatakan Al-Qur’an menurut bahasa adalah
Qura-a,
berarti
berkumpul
dan
menghimpun.
Qira’ah,
menghimpunkan huruf dan kata-kat itu antara satu sama lain pada waktu membaca Al-Qur’an berasal dari qira-ah. Berasal dari kata-kata qara-a, qira-atan, quraanan.25 Sedangkan menurut istilah Al-Qur’an itu adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan membaca Al-Qur’an itu dinilai ibadat. Kata-kata yang terdapat pada Al-Qur’an itu meliputi seluruh 23
2001), 3
24
Muhammad Ali Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, (Jakarta: Pustaka Amani,
Wahbah Zuhaili, Al-Qur’an Paradigma Hukum dan Peradaban (Surabaya: Risalah Gusti, 1995. 25 Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993), 11.
16
kata-kata, dimajemukan kepada Allah. Kata-kata Al-Qur’an itu berlainan dari kata-kata manusia, jin dan malaikat. Perkataan Al-Qur’an berasal dari Allah SWT. Berfirman Tuhan dalam Al-Qur’an:26
Artinya: Katakanlah Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." Sedangkan menurut Abdul Halim dalam buku yang dikarang Said Agil Khusein Al-Munawwar yang berjudul Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki memberi pengertian bahwa kata Al-Qur’an, dari segi isytiqaq-nya, teradapat beberapa pandangan dari para ulama, antara lain, sebagaimana yang terungkap dalam kitab al-Madkhal li Dirasah alQur’an al-karim, sebagai berikut: 27 a. Qur’an adalah bentuk mashdar dari kata qara’a, berarti “bacaan”. Kata ini selanjutnya, berarti kitab suci yang diturunkan Allah SWT. Kepada Nabi Muahammad SAW., pendapat ini berdasarkan firman Allah SWT. (Al-Qiyamah / 75 : 18)
∩⊇∇∪ …çµtΡ#uöè% ôìÎ7¨?$$sù çµ≈tΡù&ts% #sŒÎ*sù Artinya: Apabila kami bacaannya itu. 26
Telah
selesai
membacakannya
Maka
ikutilah
Ibid., 12. 27 Said Agil Khusein Al-Munawwar, Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 4-5.
17
Pendapat seperti ini diantaranya dianut al-Lihyan (w. 215 H). b. Qur’an adalah kata sifat dari al-qara’u yang bermakna al-jam’u (kumpulan). Selanjutnya kata ini digunakan sebagai salah satu nama bagi kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, karena al-Qur’an terdiri dari sekumpulan surah dan ayat, memuat kisah-kisah, perintah dan larangan, dan mengumpulkan inti sari dari kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Pendapat ini dikemukakan alZujaj (w. 311 H). c. Kata al-Qur’an adalah isim alam, bukan kata bentukan dari sejak awa digunakan sebagaimana bagi kitab suci umat islam. Pendapat ini diriwayatkan dari Imam Syafi’i (w. 204 H). Menurut Abu Syuhbah, dan ketiga pendapat di atas, yang paling tepat adalah pendapat pertama, yakni al-Qur’an dari segi isytiqaq-nya, adalah bentuk mashdar dari kata qara’a.28 Sedangkan Al-Qur’an menurut istilah adalah : “Firman Allah SWT, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang memiliki mu’jizat lafal, membacanya bernilai ibadah, diriwayatkan secacra mutawatir, yang tertulis dalam mushaf, dimulai dengan surat al-Fatihah dna diakhiri dengan surah al-Nas.”29 Menurut Muhammad Makhdlori dalam bukunya mukjizatmukjizat membaca al-Qur’an ia berpendapat bahwa al-Qur’an merupakan kitab suci yang dijadikan sebagai pegangan hidup umat islam sedunia 19-20.
28
Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, al-Madkhal li Dirasah al-Qur’an al-Karim.
29
Said Agil Khusein Al-Munawwar, Membangun Tradisi …., 5.
18
yang diturunkan kepada Rasulullah saw untuk seluruh umat manusia. Ia berbicara kepada rasio dan kesadaran manusia. Ia juga mengajarkan kepada manusia tentang akidah tauhid. Di samping itu, al-Qur’an juga mengajarkan manusia cara beribadah kepada Allah untuk membersihkan sekaligus menunjukkan kepada manusia dimana letak kebaikan dalam kehidupan pribadi dan kemasyarakatan. Berdasarkan firman Allah QS. AlJaatsiyah:2030 Akan tetapi menurut Ashaf Shaleh dalam bukunya Makna dan Hikmahnya dalam Al-Qur’an menyatakan bahwa kata jadian qara’a adalah qira’at dan qur’an. Namun firman-firman Allah dipilih bentuk yang kedua, karena pada akhiran qur’an huruf alif dan nun (an), mengandung arti “kesempurnaan”, dengan demikian kata qur’an berarti bacaan yang sempurna. Sebagaimana firman Allah dalam surah alQiyamah-75: 18:
Artinya : Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu). Dalam firman lainnya (Q.S Yusuf/12 : 2)
Artinya : Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. Secara terminologis, Al-Qur’an diartikan sebagai lafadz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang dinukilkan secara mutawatir,
30
Muhammad Prees,2008)., 13
makhdlori,
Mukjizat-mukjizai
al-Qur’an,
(Yogyakarta:
DIVA
19
dan membacanya adalah ibadah. Dapat dikatakan bahwa Al-Qur’an merupakan Kalamaullah (firman Allah) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dimulai dari ayat pertama al-fatihah hingga ayat terakhir al-Nas.31 Selanjutnya setiap mukmin yang mempercayai Al-Qur’an, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab itu ialah membacanya dan mempercayainya. Rasulullah SAW telah mengatakan : “Yang sebaik-baik kamu ialah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.”32 Jadi belajar Al-Qur’an itu merupakan kewajiban yang utama bagi setiap muslim (laki-laki) maupun (perempuan) begitu juga menhgajarkannya. Belajar Al-Qur’an ituda dibagi beberapa tingkat yaitu belajar membaca dengan baik, belajar arti dan maksudnya dan terakhir belajar mengahafal diluar kepala.
3. Membaca Al-Qur’an Pada tingkat membaca Al-Qur’an dengan baik hendaklah sudah merata dilaksanakan, sehingga tidak ada lagi orang yang buta huruf AlQur’an dikalangan masyarakat Islam.33 Selain itu Al-Qur’an dapat dibaca di masjid, tempat-tempat pertemuan, rumah bahkan di sekolahan. Sebagaimana hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Daruquthni dari Anas r.a : “Perbanyaklah membaca Al-
31 Ashaf Shaleh, Makna dan Hikmahnya dalam Al-Qur’antara lain, (………..: PT Gelora Aksara Pratama, …..), 25-26. 32 Abil Husein Muslim bin Al-Hajaj Al-Imam, Shoheh Muslim juz 1, m 33 Zainal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur’an, (Jakarta: Reneka Cipta, 1992), 150.
20
Qur’an di rumahmu,sesungguhnya di dalam rumah yang tak ada orang yang membaca Al-Qur’an akan sedikit sekali di jumpai kebaikan dirumah itu, dan akan banyak sekali kejahatan serta penghuninya selalu merasa sempit dan susah”.34 Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
; >=اةا?>=أ89:ة ا0123456ا Artinya : Ibadah umatku yang paling utama adalah membaca ALQr’an.35 Dalam hadits lain Rasulullah juga bersabda yang diriwayatkan oleh Abi Umamah r.a :
h اmpq hل اrst uvUs :لPM efg h اij رel اmn اog Pvwxy zlPwNVم اrO m|}O eQ~ أنLNVؤا اLM ا:لrNO [ps وewpg ([pl )رواenPq Artinya : Dari Abi Umamah r.a berkata : Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda : bacalah Al-Qur’an karena ia akan datang pada hari kiamat pada orang yang mempelajarinya dan yang menaatinya. (H.R Muslim).36 Membaca Al-Qur’an dalam kondisi tertentu sama saja dengan membaca buku-buku biasa. Perbedaan yang terlihat secara jelas adalah tulisannya yang berbahas Arab (yang sebagiannya dilengkapi dengan terjemahan dalam bahasa tertentu). Banyak orang yang membaca AlQur’an terutama lebih mengutamakan seni membaca yang bersifat rekreatif semata. Hasilnya sangat jauh berbeda dengan yang dinginkan
34 Abil Husein Muslim bin Al-Hajjaj Al-Imam, Shahih Muslim, Juz 1, Maktahul Dahlan, Indonesia, t.t., 554. 35 Ibid.,554. 36 Ibid., 553.
21
Al-Qur’antara lain, bahkan dapat bertentangan secara diametral dengan peran-peran yang sebenar-benarnya.37 Untuk mencegah hal terebut, maka bagi orang yang membaca haruslah mengerti kaidahkaidah membaca Al-Qur’an yang baik dan benar. Berdasarkan firman Allah Q.S. al-Alaq : 1-5.
y7š/u‘uρ ù&tø%$# ∩⊄∪ @,n=tã ôÏΒ z≈|¡ΣM}$# t,n=y{ ∩⊇∪ t,n=y{ “Ï%©!$# y7În/u‘ ÉΟó™$$Î/ &tø%$# ∩∈∪ ÷Λs>÷ètƒ óΟs9 $tΒ z≈|¡ΣM}$# zΟ‾=tæ ∩⊆∪ ÉΟn=s)ø9$$Î/ zΟ‾=tæ “Ï%©!$# ∩⊂∪ ãΠtø.F{$# Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589], 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya Perintah membaca al-Qur’an dalam ayat tersebut disebutkan dua kali, perintah kepada rasul dan selanjutnya perintah kepada seluruh umat. Membaca adalah sarana untuk belajar dan kunci ilmu pengetahuan. Baik secara etimologis membaca huruf yang tertulis dalam buku maupun terminologis yakni membaca dalam arti yang lebih luas maksudnya membaca alam semesta.38 Dengan demikian
keterampilan membaca al-Qur’an adalah
kemampuan membaca al-Qur’an yang harus sesuai dengan kaidah-kaidah dalam membaca al-Qur’an. Karena al-Qur’an sebagai petunjuk hidup manusia.
37
Muhammad Djaraf Sensa, QQ (Qur’anic Quotient) Kecerdasan-kecerdasan Bentukan Al-Qur’an,(Jakarta: Hikmah, 2004), 38. 38 Zainal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka CIpta, 1992), 149.
22
4. Tujuan Al-Qur’an Al-Qur’an yang sering kita peringati nuzululnya ini bertujuan antara lain :39 a. Untuk membersihkan akal dan menyucikan jiwa dari segala bentuk syirik serta memantapkan keyakinan tentang ke-Esaan yang sempurna bagi Tuhan seru sekalian alam, keyakinan tidak semata-mata sebagai suatu konsep teologis, tetapi falsafah hidup dan kehidupan umat manusia. b. Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni bahwa umat manusia merupakan suatu umat yang seharusnya dapat bekerja sama dalam pengabdian kepada Allah dan
pelaksana tugas
kekhalifahan. c. Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan, bukan saja antar suku atau bangsa, tetapi kesatuan alam semesta, kesatuan kehidupan dunia dan akhirat, natural dan supranatural, kesatuan ilmu, iman dan rasio, kesatuan
kebenaran,
kesatuan
kepribadian
manusia,
kesatuan
kemerdekaan dan determinisme, kesatuan social, politik dan ekonomi, dan kesemuanya dibawah satu keesaan, yaitu Keesaan Allah SWT. d. Untuk mengajak manusia berfikir dan bekerja sama dalam bidang kehidupan bermasayarakat dan bernegara melalui musyawarah dan mufakat yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan. 39
Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i Atas Berbagai Persoalan Ummat, (Bandung: Mizan, 2001), 12-13.
23
e. Untuk membasi kemiskinan material dna spiritual, kebodohan, penyakit dan penderitaan hidup, serta pemerasan manusia atas manusia, dalam bidang social, ekonomi, politik, dan juga agama. f. Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan kasih sayang, dengan menjadikan keadilan social sebagai landasan pokok kehidupan masyarakat manusia. g. Untuk memberi jalan tengah antara falsafah monopoli kapitalisme dengan falsafah kolektif komunisme, menciptakan ummatan wasathan yang menyeru kepada kebaikan dan menegah kemungkaran. h. Untuk menekankan peranan ilmu dan teknologi, guna menciptakan satu peradaban yang sejalan dengan jati diri manusia, dengan panduan dan paduan Nur Ilahi. Sedangkan menurut Muhammad chirzin dalam bukunya Kearifan al-Qur’an ia berpendapat bahwa al-Qur’an bertujuan sebagai berikut:40 a. Untuk membersihkan akal dan menyucikan jiwa dari segala bentuk syirik serta menetapkan kenyakinan tentang keesaan yang sempurna bagi Tuhan seru sekian alam. ( QS. Al-Ikhlas:1-4) b. Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradap, yakni bahwa umat manusia merupakan satu umat yang seharusnya dapat bekerja sama dalam pengapdian kepada Allah dan pelaksanaan tugas kekhalifahan. ( QS. Al-Maidah:2 )
40
Muhammad Chirzin, Kearifan Al-Qur’an, (yogyakarta: Nuansa Aksara, 2007)., 9-13
24
c. Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan, bukan saja antar suku atau bangsa, tetapi kesatuan alam semesta, kesatuan hidup dunia akhirat, kesatuan ilmu, iman, dan rasio, kesastuan kebenaran, kesatuan sosial, politik dan ekonomi yang kesemuanya berada dibawah satu keesaan, yaitu keesaan Allah SWT. ( QS. Al-Mu’minun:52 ) d. Untuk mengajak manusia berfikir dan bekerjasama dalam bidang kehidupan bermasyarakat dan bernegara melalui musyawarah dan mufakat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. ( QS. Asy-Syura/ 42:36-38 ) e. Untuk membasmi kemiskinan material dan spiritual,kebodohan, penyakit dan penderitaan hidup serta pemerasan manusia atas manusia dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan agama. ( QS. Ali imron:110 ) f. Umtuk memadukan antara kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan kasih saying, dengan menjadikan keadilan sosial sebagai landasan pokok kehidupan masyarakat manusia. ( QS. An-Nahl:90) g. Untuk memberi jalan tengah antara falsafah monopolikapitalisme dengan
falsafah
washathan
yang
kolektif menyeru
komunisme, kepada
kemungkaran, ( QS. Al-Baqarah:143 )
menciptakan
kebaikan
dan
ummatan mencegah
25
5. Fungsi Al-Qur’an Fungsi-fungsi al-Qur’an antara lain adalah sebagai berikut: a. Sebagai bukti kerasulan Muhammad dan kebenaran ajarannya b.
Petunjuk aqidah dan kepercayaan yang harus di angkat oleh manusia41
c. Sebagai pedoman hidup manusia ke jalan yang benar agar memperoleh kebahagiaan dalam menjalani hidupnya.42 Sebagai firman Allah surat an-Nisa’: 105. d. Sebagai obat bagi penyakit yang ada dalam dada e. Sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai rujukan dan pembeda antara yang hak dan yang batil. f. Sebagai nasihat bagi orang-orang yang bertaqwa.43 Sebagaimana firman Allah QS. Ali ‘Imron: 138.
∩⊇⊂∇∪ šÉ)−Gßϑù=Ïj9 ×πsàÏãöθtΒuρ “Y‰èδuρ Ĩ$¨Ψ=Ïj9 ×β$u‹t/ #x‹≈yδ Artinya ; (Al Quran) Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Demikian fungsi al-Qur’an yang diambil dari nama-nama yang difirmankan Allah dalam al-Qur’an. Sedangkan fungsi al-Qur’an dari pengalaman dan penghayatan terhadap isi, tergantung pada kualiatas ketaqwaan individu yang bersangkutan, karena bersifat personal, maka
41
Tajab, Dimensi-Dimensi Stadi Islam, (Surabaya: Bina Ilmu, 1983), 90. Ali Anwar Yusuf, Stadi Agama Islam, (Bandung :Pustaka Setya, 2003), 75. 43 Alang Abdul Hakim, Metodologi Strady Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), 42
70-71.
26
pengalaman tersebut dipastikan berbeda-beda meskipun bersama-sama pengalaman itu tidak dapat diabaikan.44
6. Manfaat membaca Al-Qur’an Menurut Zarkasyi dalam bukunya pelajaran tajwid menyatakan manfaat membaca al-Qur’an antara lain: a. Mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar b. Mengenal huruf hijaiyah dan bacaan-bacaannya. c. Memelihara bacaan al-Qur’an dari kesalahan-kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan dari kesalahan mereka. 45 Sedangkan menurut Zainal Abidin dalam bukunya selu beluk alQur’an manfaat yang dapat kita petik dalam mempelajari al-Qur’an adalah sebagai berikut:46 a. Anak semakin lancar dalam membaca al-Qur’an b. Mendukung pelajaran terutama pelajaran PAI c. Ketenangan jiwa d. Menambah keyakinan tentang ke Esaan Allah e. Terhindar dari hal-hal yang negative f. Menambah pengetahuan bahasa arab
44
Ibid, 71. Zarkasyi, Pelajaran Tajwid, (Ponorogo: Trimurti, 1995), 1. 46 Zainal Abidin, seluk beluk al-Qur’an,... 151 45
27
7. Adab Membaca Al-Qur’an Adapun adab membaca al-Qur’an menurut Muhammad Makhdlori dalam bukunya mukjizat-mukjizat membaca al-Qur’an ada 10 macam yaitu:47 a. Membaca ta’awwudz sebelum membaca al-Qur’an. b. Tidak berhadast dalam menyentuh al-Qur’an c. Khusyuk saat mendengarkan al-Qur;an d. Menghayati bacaan al-Qur’an e. Menangis saat membaca maupun mendengarkan al-Qur’an f. Memperindah suara bacaan al-Qur’an g. Membaca al-Qur’an dengan suara keras h. Selalu mengingat dan membaca al-Qur’an i. Membaca al-Qur’an di malam hari j. Berbuat sesuai dengan al-Qur’an Sedangkan menurut Abu Hudzaifah Yusuf Ketika membaca AlQur’an, maka seorang muslim perlu memperhatikan adab-adab berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membaca Al-Qur’an:48 a. Membaca Al-Qur’an dimulai dengan isti’adzah. b. Membaca Al-Qur’an dengan khusyu’, dengan menangis, karena sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan perasaan. 47
109
48
Muhammad makhdlori, Mukjizat-mukjizai al-Qur’an, (Yogyakarta: DIVA Prees,2008),
Abu Hudzaifah Yusuf , Adab Membaca al-Qur’an, http://akhlaqmuslim.wordpress.com/2007/02/09/adab-membaca-al-qur%E2%80%99an/, diakses tanggal 14 juni 2009 jam 20.08 WIB
28
c. Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca d. Membaca dalam keadaan suci, dengan duduk yang sopan dan tenang. e. Membaguskan suara ketika membacanya.
8. Metode-metode membaca Al-Qur’an “Metode” berasal dari dua kata, yaitu “meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” yang berarti “jalan”. Jadi metode berarti “jalan yang dilalui”.49 Secara umum metode adalah “suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.50 Dalam kegiatan pembelajaran, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pembelajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian peserta didik. Tetapi juga penggunaan metode yang bervariasi tidak akan menguntungkan kegiatan pembelajaran bila penggunaannya tidak tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan dengan kondisi psikologis peserta didik. Oleh karena itu, di sinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat. Hasan
Langgulung
sebagaimana
dikutip
oleh
Zuhairini
mengemukakan adanya tiga prinsip yang mendasari metode mengajar dalam Islam, yaitu:51
49
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, 65. Djamarah, Strategi Belajar, 53. 51 Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), 50
69.
29
a. Sifat-sifat metode dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama pendidikan Islam. b. Berkenaan dengan metode mengajar yang prinsip-prinsipnya terdapat dalam al-Qur'an. c. Membangkitkan motivasi dengan adanya kedisiplinan atau dalam alQur'an disebut ganjaran (tsawâb) dan hukuman (i’qâb). Berpijak pada beberapa uraian di atas, akan lebih baik bila kita mengetahui beberapa metode pembelajaran yang digunakan secara umum dalam bimbingan belajar membaca al-Qur'an, yaitu:
a. Metode Iqro’ Metode ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam dan metode ini dapat ditekankan pembacaan huruf alQur’an dengan fasih dan benar-benar sesuai dengan makhrojnya dan bacaannya. Adapun pelaksanaanya metode iqro’ sudah disiapkan bukunya enam jilid, dan setiap jilid ada petunjuk untuk pelaksanaan pengajaran. a) Kelebihan : 1) Anak mudah menerima pelajaran yang telah diberikan oleh guru lewat buku pelajaran iqro’ 2) Anak dapat membaca huruf al-Qur’an dengan fasih sesuai makhrojnya. 3) Anak dapat membaca dengan lancer 4) Anak merasa senang dan tidak jenuh
30
b) Kelemahan : Bagi anak yang lemah berfikir maka akan lemah sekali menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. 52
b. Metode sorogan Sorogan adalah belajar secara individu dimana seorang santri atau siswa berhadapan langsung dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya. Sedangakan menurut Wahyu Utomo metode sorogan adalah sebuah sistim belajar dimana para santri maju satu persatu untuk membaca dan menguraikan kitab di hadapan seorang guru atau kyai.53 a) Kelebihan 1) Terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru dan murid. 2) Memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa arab 3) Murid mendapatkan penjelasan yang pasti tanpa harus mereka interpretasi suatu kitab karena berhadapan dengan guru secara langsung dengan memungkinkan terjadinya Tanya jawab.
52
Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputata Pers, 2002), 150. 53 Ibid, 150.
31
4) Guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai muridnya. 54 b) Kelemahan 1) Tidak efisien karena hanya menghadapi beberapa peserta didik. 2) Membuat peserta didik cepat bosan karena metode ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi. 3) Peserta didik kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata, terutama mereka yang tidak mengerti terjemahan dari bahasa tertentu.55
c. Metode al-Nahdliyah Metode pembelajaran al-Nahdliyah yaitu metode cepat tanggap belajar al-Qur’an, yang dikembangkan dengan maksud: a) Tumbuh sikap kebangkitan kembali untuk belajar al-Qur’an. b) Cepat tanggap dalam membaca al-Qur’an Cirri-ciri metode al-Nahdliyah adalah: a) Materi pelajaran di susun berjenjang dalam buku-buku perjilid. b) Pengenalan huruf sekaligus di awali dengan latihan makhorijul huruf c) Penerapan kaidah tajwid dilaksanakan secara praktis.56
54
Ibid, 152 Arief, Pengantar Ilmu, 151-152. 56 Maksum Farid, Metode Pengelolaan TPQ Metode al-Nahdliyah (Tulung Agung LP Ma’arif, 1993), 10. 55
32
d. Metode tadarus al-Qur’an Adalah suatu kegiatan membaca al-Qur’an yang dilakukan secara bersama-sama.57 Kata tadarus berasal dari kata bahasa arab “darasa-tadrisu” berarti membaca, belajar.58
e. Metode drill atau latihan, Adalah suatu metode dalam pembelajaran dengan jalan melatih peserta didik terhadap bahan pelajaran yang telah diberikan. Ciri khas metode ini adalah kegiatan yang berupa pengulangan berkali-kali, dilakukan dari suatu hal yang sama. Dengan demikian terbentuklah keterampilan yang setiap saat siap digunakan oleh yang bersangkutan.59 a) Kelebihan metode drill atau latihan: (1)
Dalam waktu yang relatif singkat, dapat diperoleh penguasaan dan keterampilan yang diharapkan.
(2)
Para peserta didik akan memiliki pengetahuan yang siap pakai.
(3)
Akan tertanam pada setiap pribadi peserta didik kebiasaan belajar secara rutin dan disiplin.
b) Kekurangan metode drill atau latihan: (1)
Bisa menghambat perkembangan daya inisiatif peserta didik.
57
Sulcan Ysin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amanah, 1997), 447. Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hilda Karya Agung, 1989), 126. 59 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 55-56. 58
33
(2)
Kurang memperhatikan relevansinya dengan lingkungan.
(3)
Membentuk pengetahuan “verbalis” dan “mekanis”.
(4)
Membentuk kebiasaan-kebiasaan yang otomatis dan kaku.60
f. Metode TARSANA Konsep TARSANA tersusun dari beberapa unsur yaitu Tartil, Sari', dan Nagham. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam bimbingan belajar membaca al-Qur'an metode TARSANA, mengandung hal-hal konseptual yang secara lebih rinci akan dijelaskan berikut ini: a) Tartil Tartil
adalah
membaca
dengan
jelas
dan
tenang,
mengeluarkan huruf dari makhrajnya dengan memberikan sifat aslinya61 maupun sifat yang berubah serta memperhatikan makna ayat.62 Maksudnya adalah membaca dengan tidak tergesa-gesa, sehingga huruf-huruf mad tidak terbaca pendek dan huruf bukan mad tidak terbaca panjang. Setiap huruf diucapkan dengan jelas satu persatu dan tidak ada yang tertumpuk.
60
Arief, Pengantar Ilmu, 178-179 Sifat asli adalah sifat yang dimiliki oleh suatu huruf ketika berhukum idzhar, seperti ghunnah pada nun mati. Sedangkan kalau nun mati tersebut bertemu dengan lam, maka harus diidghomkan ke huruf lam. Sifat ghunnah tadi hilang dan berubah menjadi sifat lam. Jadi, setiap huruf kalau tidak berhukum idzhar maka sifatnya berubah. Lebih lanjut lihat Imam Masyhadi, Pembimbing ke Arah Kesempurnaan Ilmu Tajwid (Surabaya: Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadh Wilayah Jawa Timur, 2002), 17-18. 62 Ibid., 17. 61
34
b) Sari' atau Cepat Metode TARSANA menggerakkan otak kiri dan otak kanan. Di mulai dengan pengenalan huruf satu persatu yang diucapkan oleh ustadz, kemudian ditirukan oleh para santri, di situ otak kiri bekerja. Kemudian otak kanan digerakkan dengan memberikan irama lagu al-Qur'an pada huruf-huruf yang dibaca tadi. Dengan begitu, para santri lebih mudah memahami dan menghafal hurufhuruf hijaiyah dan sekaligus belajar lagu al-Qur'an dengan cepat dan benar. c) Nagham Nagham ([Q) artinya lagu atau irama. Nagham jama’nya adalah مPQ اdan [wPQإ, yang kemudian dirangkai dengan al-Qur’an menjadi [Q نLNV اyang artinya melagukan al-Qur’an, juga bisa disebut تrV اow| dalam membaca al-Qur’an (membaguskan suara dalam mengalunkan bacaan al-Qur’an). Nagham adalah khusus untuk tilâwah al-Qur’an, kemudian di Indonesia terkenal dengan
sebutan
seni
baca
al-Qur’an.
Kata-kata
nagham
mempunyai arti yang sama dengan kata-kata talhîn (owp|) atau lahn (oV), dan tarannum ([QL|) atau tarnîm ([wQL|). Ketiga istilah tersebut sama-sama menunjukkan vokal suara yang bernada seni indah. Adapun nagham atau lagu yang digunakan dalam bimbingan belajar membaca al-Qur’an metode TARSANA adalah lagu rast. Lagu rast ini merupakan jenis yang paling dominan, bahkan
35
merupakan maqam dasar. Maqam ini paling banyak digemari oleh bangsa Arab. Dalam sehari-hari sering digunakan ketika mengumandangkan adzan. Karakteristik lagu ini adalah dinamis dan penuh semangat.63
H. Strategi Artikulasi 1. Pengertian Strategi Artikulasi Artikulasi berasal dari bahasa Inggris yaitu articulation (yang berarti penjelasan atau hal jelasnya ucapan) 64 Menurut Erman suherman, ia mengatakan Artikulasi adalah model pembelajaran dengan sintaks: penyampaian konpetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.65 Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya pengembangan kurikulum teori dan praktis mengemukakan artikulasi di
63
Maria Ulfa, ”Maqamat Arabiyyah dalam Tilawatil al-Qur’an,” dalam Bunga Rampai Mutiara al-Qur’an, ed. Muhaimin Zen, Akhmad Mustafid (Jakarta: PP. Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadh, 2006), 40. 64 Atabi’ Ali, Kamus Inggris, Indonesia, Arab, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2003), 74. 65 Erman suherman, Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa, (online), http://herdy07.wordpress.com/2009/04/29/model-pembelajaran-artikulasi/, diakses tanggal 13 juni jam 20:02 WIB
36
dalam pendidikan berarti kesatu paduan koordinasi segala pengalaman belajar.66 Menurut Gokhale (1995) ia menyatakan kalau pembelajaran artikulasi itu merujuk sebuah metode pembelajaran di mana si belajara dari berbagai tingkat kemampuan saling bekerjasama dalam kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan, bahkan si belajar bisa membantu si belajar yang lain untuk meraih kesuksesan.67 Lain halnya menurut Dian Sukmara dalam bukunya Implementasi Life Skill dalam KTSP ia berpendapan artikulasi adalah memberi kesempatan kepada para siswa untuk menjelaskan apa yang ia dengar kepada siswa lainnya, dimana siswa lain dianggap seolah-olah belum mendengarnya.68 Akan tetapi ada juga yang mengatakan artikulasi itu merupakan cara
mengucapan
kata-kata
dalam
menyanyi
sehingga
mampu
menciptakan dan membentuk suara dengan kata-kata yang jelas, nyaring, merdu bahkan suara yang dihasilkan akan menjadi indah.69 Sedangkan menurut Abdul Chaer dalam bukunya Spikolinguistik kajian teoritik menyatakan bahwa pengembangan artikulasi adalah pengembangan yang menghasilkan bunyi.70
66
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosydakarya Offest, 1997), 160. 67 Anonim, http://www.pengembangan_kolaborasi.web.id/ncfl.php 68 Dian Sukmara, Implementasi Life Skill Dalam KTSP, (Bandung: Mugni Sejahtera, 2007), 46. 69 Anonim, http:ww//priskilamegawati.blogspot.com/2009/2/artikulasi.html#ttop 70 Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 230.
37
Selain itu Artikulasi juga bermakna meminta siswa memikirkan tindakan mereka dan memberikan alasan keputusan dan strateginya. Dengan kata lain, ketika siswa diberi kesempatan untuk mengartikulasikan pengetahuan atau pemahaman tentang sesuatu, mereka menjelaskan ke siswa lain apa yang mereka ketahui. Ketika siswa mengartikulasikan pengetahuannya ke orang lain, mereka saling bertukar pandangan dan mengeneralisasikan pemahaman dan pengetahuan sehingga ia dapat diterapkan ke konteks lain yang berbeda. Melakukan refleksi berarti meminta siswa memikirkan kembali apa yang telah mereka lakukan, menganalisis kinerja mereka, dan membandingkannya dengan pakar dan teman sejawat.71 Sedangkan menurut Sony Artikulasi dalam hal ini diartikan sebagai setiap kelompok menggunakan perangkat pembelajaran, sekaligus ada penghargaan untuk kelompok tersebut. Patut digarisbawahi, bahwa dalam model ini guru benar-benar harus mampu bertindak sebagai fasilitator.72 Akan tetapi ada yang berpendapat bahwa Articulate Capability adalah kemampuan untuk mengekspresikan ide atau pemikiran dengan jelas melalui kata-kata. Dalam hidup sehari-hari di depan orang lain, dalam bisnis, di depan kelas atau ruang kuliah, kemampuan berbicara dan
71
http://choymaster.blogspot.com/2009/03/definisi-dan-strategi-instruksional-di.html 72 Anonim, http://www.koranpendidikan.com/artikel/1716/belum-sentuh-kepentingansiswa.html
38
didengarkan merupakan seni yang perlu dikuasai siapa saja bila kita ingin meningkatkan kualitas diri.73 Akan tetapi lain halnya menurut wiki, ia mengatakan Artikulasi, adalah lafaz atau pengucapan fonem-fonem di dalam mulut sampai ke dalam leher.74 Sedangkan Tinzmann, Jones, Kenninmore, Bakker, Fine dan Piere (1990) menyatakan sepakat bahwa terdapat empat karakteristik umum dalam pembelajaran artikulasi meliputi: 1) Pengetahuan bersama antara guru dan si belajar 2) Kewenangan bersama antara guru dan si belajar 3) Guru sebagai mediator 4) Pengelompokan si belajar secara heterogen75
2. Kelebihan dan kelemahan srtategi artikulasi Adapun kelebihan dan kelemahan dari strategi ini adalah :76 1) Kelebihan b) Semua siswa terlibat (mendapat peran). c) Melatih kesiapan siswa. d) Melatih daya serap pemahaman dari orang lain.
73 Anonim, Kemampuan Artikulasi, Membantu Meningkatkan Kualitas Diri , www.geocities.com/TheTropics/Cabana/1595/BabXVI, diakses tanggal 11 juni 2009 jam 19.15 WIB 74 Wiki, Artikulasi,(ounline), http://wapedia.mobi/id/Artikulasi, diakses tanggal 13 juni jam 20.04 WIB 75 Wiki, Artikulasi, http://wapedia.mobi/id/Artikulasi 76 Kiranawati, Artikulasi, (ounline) http://gurupkn.wordpress.com/2007/12/12/artikulasi/, diakses tanggal 20 Maret jam 20.05 WIB
39
2) Kekurangan: a) Waktu yang dibutuhkan banyak.
3. Proses Penerapan Strategi Artikulasi
a. Kegiatan Awal. 1) Guru mambuat skenario pembelajaran (RPP), tantang peningkatan keterampilan membaca al-Qur’an denagan menggumakan strategi artikulasi. 2) Guru menyiapkan lembar hasil evaluasi, dan indikator yang dinilai adalah: a) Tentang kelancaran membaca al-Qur’an. b) Tentang pengucapan makhroj al-huruf. c) Tentang penerapan ilmu tajwid dalam membaca al-Qur’an.
b. Kegiatan Inti. 1) Guru melaksanakan semua isi RPP sesuai yang telah dibuat. Adapun Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan strategi artikulasi adalah sebagai berikut:77 a) Guru menentukan bacaan al-Qur’an b) Guru membaca ayat al-Qur’an c) Guru menyruh siswa untuk menirukan bacaan guru
77
Basuki, Buku modul PPLK 2 STAIN ponorogo 2008.
40
d) Guru menyuruh siswa untuk membaca bersama-sama e) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok dan di dalam setiap kelompok ada 2 siswa. f) Guru menyuruh setiap kelompok untuk membaca lagi ayat alQur’an tersebut. g) Guru menyuruh 1 siswa dalam masing-masing kelompok untuk membaca al-Qur’an tersebut, sedangkan satunya menyimak dan mencari kesalahan bacaan yang dilakukan temannya selanjutnya Bergantian h) Setiap
kelompok
membaca
hasil
dari
bacaan
teman
sekelompoknya tadi i) Guru mengadaan klarifikasi.
2) Melakukan evaluasi, evaluasi tersebut dilakukan selama proses pembelajaran karena penilaiannya bukan masalah kognitif tetapi psikomotornya yaitu tentang membaca al-Qur’an
c. Kegiatan Akhir. 1) Dari hasil evaluasi tersebut guru melakukan refleksi 2) Jika dari hasil refleksi masih ada kekurangan maka dilakukan perbaikan.
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Setting / lokasi / Subjek penelitian tindakan kelas Penelitian ini bersifat praktis berdasarkan permasalahan riil yaitu dalam peninglkatan keterampilan membaca dan menulsi al-Qur’an pada mata pelajaran PAI di SMAN 2 Ponorogo tahun pelajaran 2008 / 2009 subjek pelaku tindkan / guru PAI kelas XI IPS 2 dan subjek penerima tindakan 35 siswa kelas XI IPS 2 semester I tahun pelajaran 2008 / 2009 1. Prosedur Penelitian a. Gambaran umum penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ponorogo pada mata pelajaran PAI semester 1 tahun pelajaran 2008-2009. Jumlah siswa 35 anak terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan Agar para siswa dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, maka diterapkanlah strategi active learning
yang merupakan
kumpulan-kumpulan strategi belajar aktif. Di dalam strategi active learning terdapat strategi artikulasi dan strategi inilah yang peneliti gunakan dalam pemecahan masalah membaca al-Qur’an pada mata pelajaran PAI. Penelitian tindakan kelas dengan menggunakan strategi artikulasi dalam upaya peningkatan keterampilan membaca al-Qur’an pada mata
42
pelajaran PAI ini dilakukan dalam dua (2) siklus. Siklus I melakukan tahap awal, yaitu tentang penguasaan siswa terhadap makhorijul huruf serta panjang pendeknya bacaan al-Qur’an. Selanjutnya tahap perbaikan yaitu peneliti memperbaiki bacaan siswa yang kurang benar baik tentang makhorijul huruf maupun panjang pendeknya bacaan. Sedangkan pada siklus II melakukan tahap ketuntasan dari siklus pertama. Materi siklus I : Q.S. al-Baqarah: 148 dan al-Fatir: 32. Sedanga materi pada siklus II Q.S. al-Isro’ : 26-27 dan al-Baqarah: 177. b. Rincian prosedur penelitian 1) Persiapan tindakan Membuat desain pembelajaran, menyiapkan lembar penelitian hasil refleksi dan lembar observasi 2) Implementasi tindakan Peneliti melakukan pembelajaran melalui tahap-tahap sebagai berikut: Taahap awal : melakukan penjajakan awal sejauh mana kemampuan siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ponorogo dalam membaca al-Qur’an baik dari segi pengucapan makhorijul huruf maupun panjang pendeknya bacaan. Tahap perbaikan : peneliti memperbaiki bacaan siswa yang kurang benar baik tentang makhorijul huruf maupun panjang pendeknya bacaan.
43
Tahap ketuntasan : untuk mengecek sejauh mana kemampuan siswa setelah menjalani tahap sebelumnya 3) Pemantauan dan evaluasi Peneliti mengamati kegiatan siswa dengan menggunakan beberapa istrumen yaitu lembar hasil refleksi setelah tahap awal dan perbaikan. Selain itu peneliti juga menggunakan catatan lapangan sebagai data kualitatif serta peneliti mengadakan evaluasi sejauh mana keberhasilan dari penerapan strategi artikulasi dalam meningkatkan keterampilan membaca al-Qur’an. 4) Analisis dan refleksi Peneliti
merefleksikan
kembali
dari
hasil
evaluasi
untuk
mengetahui kegagalan dan kesalahan dari penerapan setrategi artikulasi dalam peningkatan keterampilan membaca al-Qur’an tersebut dan kemudian apabila ada kegagalan dapat mencari penyelesaiannya yang efektif pada peningkatan keterampilan membaca al-Qur’an pada mata pelajaran PAI untuk siklus berikutnya.
44
Alur penelitian tindakan kelas tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Identifika si Masalah
Perencanaan (Planning)
Refleksi (reflecting)
Tindakan (acting)
Siklus 1
Perencanaan Ulang
Siklus 2
Observasi (observing)
Dst Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas
B. Teknik pengumpulan data Tekni pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data.78 Disamping perlu menggunakan metode yang tepat juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan memungkinkan diperoleh data yang objektif. Dan didalam penelitian ini peneliti mengunakan teknik Yang meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi.
78
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelititan (Jakata: Rineka Cipta, 2003), 134.
45
a. Teknik Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertayaan – pertayaan berdasarkan tujuan tertentu.79 Atau proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya, yang dilakukan dua pihak, yaitu pewawancara (Interviewee) yang mengajukan pertayaan dengan yang diwawancari.80 Yang jelas wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data yang populer, karena itu banyak digunakan diberbagai penelitian. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap subjek peneliti, yakni guru PAI, yang dilakukan untuk mengetahui penerapan strategi pembelajaran yang telah dilakukan dan sebagainya. b. Teknik Observasi Observasi adalah kegiatan kita yang paling utama dan teknik penelitian ilmiah yang penting sedangkan Karl Weick yang dikutip Seltia, Wrightsman dan Cook mendefinisikan observasi sebagai "pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku dan susunan yang berkenaan dengan organisme yang sesuai dengan tujuan-tujuan impiris.81 Dan dapat pula diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan
79
Dedny Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 180. 80 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 108. 81 Jalaluddin Rakumat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), 83.
46
pencatatan
yang dilakukan
terhadap
objek
di tempat
terjadi atau
berlansungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki, disebut obsevasi langsung. Sedang obsevasi tidak langsung adlah pengamata yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki.82 Dan penelitian ini mengunakan teknik obsevasi langsung yakni berlangsungnya kegiatan pembelajaran. c. Teknik Dokumentasi Dokumen biasanya berisi kalimat tertulis atau tercetak, tetapi sebenarnya dokumen tidaklah terbatas. Ia bisa berupa grafik, gambar, lukisan, kartun, foto, dan sebagainya.83
C. Teknik Analisis Data Analisis merupakan proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Proses mengorganisasi dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.84 Dan data hasil observasi pembelajaran dianalisa bersama-sama dengan mitra kolaborasi, kemudian diinterprestasikan berdasarkan landasan teori dan pengamatan guru. Sedangkan hasil belajar siswa (evaluasi) dianalisis berdasarkan ketentuan belajar siswa.
82 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 158159. 6 John W. Best, terj. WSanafiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Usaha nasional, 1982), 133. 84 Suhairi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 202.
47
Teknik analisa data dalam kasus ini menggunakan analisis kualitatif dan conclution.85
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
KesimpulanKesimpulan/ Penarikan Verifikasi Gambar 3.2 Teknik Analisa Data
Keterangan: i.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan pada orang lain. Analisis data dilakukan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih 85
Milles dan Hubermen, Qualitative Data Analiysis; A Sourcebook Of New Methods ( Beverly Hills: sage Publication, 1984), 184.
48
mana yang penting dan yang akan di pelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. ii.
Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan kepada hal-hal yang lain membuat kategori. Dengan demikian data yang telah direduksikan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
iii.
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya mendisplaykan atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk singkat, bagan, grafik, matrik, network dan chart. Bila pola-pola yang ditemukan telah di dukung oleh data selama penelitian maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian.
iv.
Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan varifikasi.
49
BAB IV HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Paparan Data Penelitian Penelitian tindakan kelas yang mengambil setting di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2
Ponorogo ini, pelaksanaannya dilakukan dengan 2 siklus
dengan mengikuti alur sebagai berikut: 1. Siklus I a. Perencanaan (planning) Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an, maka hal yang pertama yang akan dilakukan oleh guru adalah melakukan penjajakan awal tentang sejauh mana keterampilan siswa dalam
membaca
al-Qur’an.
Setelah
mengetahui
keterampilan
membaca siswa maka, selanjutnya membuat rancangan pembelajaran (RPP) yang dianggap tepat untuk penyelesaian masalah tersebut yaitu dengan menggunakan setrategi artikulasi. Selain menyusun rancangan pembelajaran (RPP), maka guru juga menyusun blangko observasi dan blangko evaluasi. b. Tindakan (Action) Setelah melakukan perencanaan diatas, maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan
rencana
yang
telah
dibuat
yaitu
peningkatan
keterampilan membaca al-Qur’an dalam mata pelajaran PAI dengan menggunakan setrategi Artikulasi.
50
c. Observasi (Observing) Observasi ini dilakukan untuk melihat pelaksanaan apakah semua rencana yang telah dibuat
dengan baik tidak ada penyimpangan-
penyimpangan yang dapat memberikan hasil yang kurang maksimal dalam peningkatan keterampilan membaca al-Qur’an pada siswa-siswi kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ponorogo. Observasi dilakukan oleh guru dan jua dilakukan oleh teman sejawat dalam satu kelompok. d. Refleksi (Reflecting) Hasil kegiatan pembelajaran peningkatan keterampilan membaca alQur’an dengan menggunakan setrategi Artikulasi yaitu dari hasil evaluasi, maka hasil evaluasi tersebut dianalisis untuk mengetahui kegagalan atau kesalahan yang dialami oleh guru. Kemudian bila terjadi suatu kegagalan maka, guru mencari penyelesiannya yang efektif pada kegiatan berikutnya. Gambaran siklus I diatas dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.1 Proses PTK siklus I Perencanaan 1. Menyusun rencana tindakan 2. menyiapkan lembar
Tindakan
Observasi
• Guru membaca ayat al-Qur’an 1. Mengamati sesuai dengan baik • Guru menyuruh siswa untuk membaca bersama-sama • Siswa dibagi dalam
setiap
Refleksi 1. Mencatat hasil observasi
kelafalan ayat- 2. Mengevaluasi ayat al-Qur’an
hasil
tersebut yang
observasi
51
rekaman data
kelompok-kelompok dan di
dibca oleh
(observasi,
dalam setiap ada 2 siswa
siswa
wawancara dan dokumentasi) 3. menyiapkan lembar evaluasi
• Guru menyuruh setiap
2. mengamati
kelompok untuk membaca lagi
prosesdiskusi
ayat al-Qur’an tersebut,
siswa
3. Menganalisis hasil pembelajaran 4. Memperbaiki kelemahan
• Guru menyuruh 1 siswa
untuk daur
dalam masing-masing
berikutnya
kelompok untuk membaca alQur’an tersebut, sedangkan satunya menyimak dan mencatat kesalahan bacaan yang dilakukan temannya • Bergantian • Setiap kelompok membaca hasil dari bacaan teman sekelompoknya tadi • Guru mengadakan klarifikasi
52
2. Siklus II a. Perencanaan (planning) Pada tahap perencanaan disiklus II ini hal-hal yang dilakukan oleh guru adalah melakukan perbaikan penerapan setrategi artikilasi dalam peningkatan keterampilan membaca al-Qur’an dalam mata pelajaran PAI bagi siswa-siswi SMA Negeri 2 Ponorogo. Selain itu guru juga masih menyiapkan blangko observasi dan blangko evaluasi. b. Tindakan (Action) Pelaksanaannya sama dengansiklus I yaitu melaksanakan rencana yang telah dibuat tadi yaitu peningkatan keterampilan membaca alQur’an dalam mata pelajaran PAI dengan menggunakan setrategi Artikulasi. c. Observasi (Observing) Observasi ini dilakukan untuk melihat pelaksanaan apakah semua rencana yang telah dibuat
dengan baik tidak ada penyimpangan-
penyimpangan yang dapat memberikan hasil yang kurang maksimal dalam peningkatan keterampilan membaca al-Qur’an pada siswa-siswi kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ponorogo. Observasi dilakukan oleh guru dan jua dilakukan oleh teman sejawat dalam satu kelompok.
53
d. Refleksi (Reflecting) Hasil kegiatan pembelajaran peningkatan keterampilan membaca alQur’an dengan menggunakan setrategi Artikulasi yaitu dari hasil evaluasi, maka hasil evaluasi tersebut dianalisis untuk mengetahui kegagalan atau kesalahan yang dialami oleh guru. Kemudian bila terjadi suatu kegagalan maka guru guru mencari penyelesiannya yang efektif pada kegiatan berikutnya. Gambaran siklus II diatas dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.2 Proses PTK siklus II Perencanaan
Tindakan
Observasi 1. Mengamai
1. Menyusun
• Guru membaca ayat al-
rencana
Qur’an sesuai dengan
perilaku siswa
tindakan
bahasan
terhadap
perbaikan 2. Mengatur waktu 3. Menyiapkan blangko observasi 4. Menyiapkan lembar evaluasi
• Guru menyuruh siswa untuk membaca bersama-sama • Siswa dibagi dalam
model pembelajaran 2. Memantau
kelompok-kelompok dan di
diskusi
dalam setiap ada 2 siswa
kerjasama
Refleksi 1. Mencatat hasil observasi 2. Mengevaluasi hasil observasi 3. Menganalisis hasil pembelajaran 4. Memperbaiki
antar siswa
kelemahan untuk
kelompok untuk membaca
dalam
daur berikutnya
lagi ayat al-Qur’an tersebut,
kelompok.
• Guru menyuruh setiap
• Guru menyuruh 1 siswa
3. Mengamati
54
dalam masing-masing
proses transfer
kelompok untuk membaca
informasi
al-Qur’an tersebut,
4. Mengamati
sedangkan satunya
catatan dan
menyimak dan mencatat
pemahaman
kesalahan bacaan yang
masing-masing
dilakukan temannya
anak.
• Bergantian • Setiap kelompok membaca hasil dari bacaan teman sekelompoknya tadi • Guru mengadakan klarifikasi
B. Penjelasan Siklus Pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini di laksanakan dengan alur/ tahapan (perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi) yang disajikan dalam dua siklus sebagai berikut: Tabel I Siklus I (Pertama) Perencanaan 1. Menyusun rencana tindakan
Tindakan
Observasi
• Guru membaca ayat al-Qur’an 3. Mengamati sesuai dengan baik • Guru menyuruh siswa untuk
setiap
Refleksi 5. Mencatat hasil observasi
kelafalan ayat- 6. Mengevaluasi
55
2. menyiapkan lembar
membaca bersama-sama • Siswa dibagi dalam
ayat al-Qur’an
hasil
tersebut yang
observasi
rekaman data
kelompok-kelompok dan di
dibca oleh
(observasi,
dalam setiap ada 2 siswa
siswa
wawancara
• Guru menyuruh setiap
4. mengamati
dan
kelompok untuk membaca lagi
prosesdiskusi
dokumentasi)
ayat al-Qur’an tersebut,
siswa
7. Menganalisis hasil pembelajaran 8. Memperbaiki kelemahan
• Guru menyuruh 1 siswa
untuk daur
lembar
dalam masing-masing
berikutnya
evaluasi
kelompok untuk membaca al-
3. menyiapkan
Qur’an tersebut, sedangkan satunya menyimak dan mencatat kesalahan bacaan yang dilakukan temannya • Bergantian • Setiap kelompok membaca hasil dari bacaan teman sekelompoknya tadi • Guru mengadakan klarifikasi dan mengadakan evaluasi.
56
Table II Siklus II (kedua) Perencanaan
Tindakan
Observasi 5. Mengamai
1. Menyusun
• Guru membaca ayat al-
rencana
Qur’an sesuai dengan
perilaku siswa
tindakan
bahasan
terhadap
perbaikan 2. Mengatur waktu 3. Menyiapkan blangko observasi 4. Menyiapkan lembar evaluasi
• Guru menyuruh siswa untuk membaca bersama-sama • Siswa dibagi dalam
model pembelajaran 6. Memantau
kelompok-kelompok dan di
diskusi
dalam setiap ada 2 siswa
kerjasama
Refleksi 5. Mencatat hasil observasi 6. Mengevaluasi hasil observasi 7. Menganalisis hasil pembelajaran 8. Memperbaiki
antar siswa
kelemahan untuk
kelompok untuk membaca
dalam
daur berikutnya
lagi ayat al-Qur’an tersebut,
kelompok.
• Guru menyuruh setiap
• Guru menyuruh 1 siswa
7. Mengamati
dalam masing-masing
proses transfer
kelompok untuk membaca
informasi
al-Qur’an tersebut,
8. Mengamati
sedangkan satunya
catatan dan
menyimak dan mencatat
pemahaman
kesalahan bacaan yang
masing-masing
dilakukan temannya
anak.
• Bergantian
57
• Setiap kelompok membaca hasil dari bacaan teman sekelompoknya tadi • Guru mengadakan klarifikasi dan evaluasi.
C. Temunan Hasil Penelitian Proses analisis data sebagai hasil penelitian meliputi peningkatan aktivitas dan pemunculan keterampilan dalam membaca al-Qur’an pada mata pelajaran PAI di Kelas XI IPS 2 SMAN 2 Ponorogo sebagai berikut: 1. Siklus I Dalam proses pembelajaran siklus I penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan metode artikulasi, hasil penelitian menunjukkan: Table 4.5 Temuan hasil penelitian siklus I Jenis Keterampilan
Sebelum Penerapan Startegi
Setelah Penerapan
Artikulasi
Startegi Artikulasi
Makhroj al-Huruf
16 Siswa
22 Siswa
Kelancaran
19 Siswa
26 siswa
14 Siswa
19 Siswa
Membaca Tajwid
58
Interprestasi: Dari hasil tersebut dapat diketahui kalau keterampilan membaca al-Qur’an siwa-siswi kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ponorogo masih kurang, yaitu banyak siswa yang pengucapan makhroj dan penerapan tajwidnya masih belum benar sesuai dengan kaidah membaca al-Qur’an. Hal ini ditunjukkan dari 35 siswa hanya 22 siswa yang pengucapan makhrojnya benar, dan 19 siswa yang dapat menerapkan tajwid dalam membaca alQur’an. Maka dari sini harus dilanjutkan pada siklus berikutnya (siklus II)
2. Siklus II Dalam proses pembelajaran siklus II penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan metode artikulasi yang dikembangkan buku paket, hasil penelitian menunjukkan: Tabel 4.6 Temuan hasil penelitian siklus II Jenis Keterampilan
Sebelum Penerapan Startegi
Setelah Penerapan
Artikulasi
Startegi Artikulasi
Makhroj al-Huruf
22 Siswa
31 Siswa
Kelancaran
26 Siswa
33 siswa
19 Siswa
28 Siswa
Membaca Tajwid
59
Interprestasi: Penyampaian pembelajaran siklus II di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ponorogo ini, hasil pembelajaran sudah ada peningkatan dari siklus sebelumnya, hal ini ditunjukkan pada tabel tersebut yaitu dari 35 siswa kelas XI IPS 2 SMAN 2 Ponorogo yang pengucapan makhrojnya benar mengalami peningkatan dari 22 siswa yang belum bisa menjadi 31 siswa. Sedangkan dari segi kelancaran membaca al-Qur’an juga mengalami peningkatan dari 26 siswa menjadi 33 siswa yang sudah lancar dalam membaca al-Qur’an. Selain itu penerapan ilmu tajwid dalam membaca alQur’an juga mengalami peningkatan dari 19 siswa menjadi 28 siswa. Yang dirata-rata sekitar 85% sudah bisa membaca al-Qur’an dengan baik. Sehingga dari sini guru tidak perlu lagi melanjutkan kesiklus berikutnya.
D. Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an dengan menggunakan strategi pembelajaran artikulasi adalah baik. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan, dalam keterampilan membaca al-Qur’an dengan menggunakan strategi artikulasa bagi siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ponorogo. Hal ini seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut:
60
Tabel 4.7 Hasil Penelitian
Jenis Keterampilan Makhorijul Huruf
Kelancaran
Pertemuan
Hasil
Prosentase
I
22
63%
II
31
86%
I
26
74%
II
33
94%
I
19
54%
II
28
80%
Siklus
Siklus
Membaca
Tajwid
Dengan
Siklus
demikian
strategi
artikulasi
baik
digunakan
untuk
meningkatkan keterampilan membaca al-Qur’an. Dari keseluruhan hasil penelitian tersebut dapat dilihat dari tabel grafik hasil penelitian sebagai berikut:
61
100 90 80 70
Kelancaran membaca Makhorijul Huruf
60 50 40
tajwid
30 20 10 0 Siklus I Siklus II Gambar 4.8 Grafik Hasil Penelitian
62
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini adalah sebagai berikut: 1. Bahwa proses penerapan strategi artikulasi dalam upaya peningkatan keterampilan membaca al-Qur’an adalah: d. Kegiatan Awal. 1) Guru mambuat skenario pembelajaran (RPP), tantang peningkatan keterampilan membaca al-Qur’an denagan menggumakan strategi artikulasi. 2) Guru menyiapkan lembar hasil evaluasi, dan indikator yang dinilai adalah: tentang membaca al-Qur’an, pengucapan makhroj al-huruf, dan penerapan ilmu tajwid. e. Kegiatan Inti. 1) Guru melaksanakan semua isi RPP sesuai yang telah dibuat. 2) Melakukan evaluasi, evaluasi tersebut dilakukan selama proses pembelajaran karena penilaiannya bukan masalah kognitif tetapi psikomotornya yaitu tentang membaca al-Qur’an f. Kegiatan Akhir. 3) Dari hasil evaluasi tersebut guru melakukan refleksi
63
4) Jika dari hasil refleksi masih ada kekurangan maka dilakukan perbaikan.
2. Hasil penerapan strategi artikulasi dalam meningkatkan keterampilan membaca al-Qur’an adalah sekitar 85% siswa-siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ponorogo dapat membaca dengan baik dan benar. Dengan rincian dari 35 siswa, ada 33 siswa yang sudah lancar membaca al-Qur’an, 31 siswa pengucapan makhrojnya sudah benar, dan ada 28 siswa yang sudah menerapkan tajwid dalam membaca al-Qur’an.
B. SARAN Sehubungan dengan upaya peningkatan keterampilan membaca al-Qur’an dengan menggunakan strategi artikulasi, maka saran-saran yang dapat dikemukakan antara lain: 1. Pada pembelajaran membaca al-Qur’an di SMA Negeri 2 Ponorogo diharapkan menerapkan strategi Artikulasi dalam pengajarannya. 2. Dapat dijadikan pertimbangan bagi kepala sekolah SMA Negeri 2 Ponorogo
agar
strategi
artikulasi
itu
digunakan
meningkatkan keterampilan membaca al-Qur’an.
dalam
64
3. Bagi guru SMA dan sederajat dianjurkan untuk menerapkan strategi artikulasi dalam upaya meningkatkan keterampilan membaca al-Qur’an. 4. Bagi peneliti yang lebih khusus bagi mahasiswa PAI yang berminat dibidang yang sama, hasil penelitian ini dengan segala kendala dan keterbatasannya merupakan informasi awal yang dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. Oleh karena itu pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk meneliti penerapan strategi artikulasi dalam bidang study yang lain, agar nanti dapat mengetahui kelebihan dari strategi artikulasi tersebut.
65
DATAR PUSTAKA Abdurrahman, Dalyono. Pendidikan Bagi Anak yang Kesulitan Belajar. Jakarta: Renika Cipta, 2003. Abidin, Zainal. Seluk Beluk Al-Qur’an. Jakarta: Rineka CIpta, 1992. Abil Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Imam, Shohih Muslim, Juz 1. Maktahul Dahlan, Indoesia,tt. Abu Hudzaifah Yusuf , Adab Membaca al-Qur’an, http://akhlaqmuslimwordpress .com/2007/02/09/adab-membaca-al-qur%E2%80%99an/, Agil, Said Khusein Al-Munawwar. Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Ali, Atabi’. Kamus Inggris, Indonesia, Arab. Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2003. Aqib, Zainal. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Frama Widiya, 2007. Arief, Armai Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputata Pers, 2002. Arikunto, Suhairi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelititan. Jakata: Rineka Cipta, 2003. Assegaft, Abdurrahman. StudiIslam Kontekstual. Yogyakarta: Gama Media, 2005. Broto, A.S. Pengajaran Bahasa Indonesia Sebagai bahasa Ke Dua di Sekolah Dasar Berdasarkan Pendekatan Linguistik Kontraktif. Jakarta: Bulan Bintang, 1997. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004. Chaer, Abdul. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta: Balai Pustaka, 1989.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Djamari. Kamus Besar Bahasa Indonesi. Jakarta: Balai Pustaka, 1989.
66
Fahrudin, Tehnik Pengembangan Kurikulum Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2006.
Pengajaran
Bahasa
Arab.
Farid, Maksum. Metode Pengelolaan TPQ Metode al-Nahdliyah. Tulung Agung LP Ma’arif, 1993. Ghozali, Al-Imam. Ihya’ Ulumuddin (Terjemah). Jakarta: Pustaka Amani, 1995. Hakim, Alang Abdul. Metodologi Strady Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003. Hasibuan dan Moedjiono, Prestasi Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995. John W. Best, terj. WSanafiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1982. Khon, Abdul Majid. Praktikum Qira'at: Keanehan Bacaan al-Qur'an Qira'at Ashim dari Hafash, Cet. I. Jakarta: Amzah, 2007. Kiranawati. Artikulasi, artikulasi/
(ounline)
http://gurupkn.wordpress.com/2007/12/12/
Makhdlori, Muhammad. Keajaiban Membaca al-Qur’an: Mengurai Kemukjizatan Fadhilah Membaca al-Qur'an terhadap Kesuksesan Anda, Cet. II. Jogjakarta: DIVA Press, 2007. Makhdlori, Muhammad. Mukjizat-mukjizai al-Qur’an. Yogyakarta: DIVA Prees,2008. Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Milles dan Hubermen, Qualitative Data Analiysis; A Sourcebook Of Methods. Beverly Hills: sage Publication, 1984. Mulyana, Dedny. Metodologi Rosdakarya, 2004.
Penelitian
Kualitatif.
Bandung:
New
Remaja
Muslim, Abdul Aziz. ”Hukum Melagukan al-Qur’an,” dalam Bunga Rampai Mutiara al-Qur’an, ed. Muhaimin Zen, Akhmad Mustafid. Jakarta: PP. Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadh, 2006. Muslim, Abil Husein bin Al-Hajjaj Al-Imam, Shahih Muslim, Juz 1, Maktahul Dahlan, Indonesia, t.t. Quthan, Mana’ul. Pembahasan Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993.
67
Rakumat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993. Sensa, Muhammad Djaraf. QQ (Qur’anic Quotient) Kecerdasan-kecerdasan Bentukan Al-Qur’an. Jakarta: Hikmah, 2004). Shabuni, Muhammad Ali. Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis. Jakarta: Pustaka Amani, 2001. Shaleh, Abdurrahman. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an. Jakarta: Rineka Cipta, 1994. Shihab, Muhammad Quraish. Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i Atas Berbagai Persoalan Ummat. Bandung: Mizan, 2001. Suherman, Erman. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa, (online), http://herdy07.wordpress.com/2009/04/29/modelpembelajaran-artikulasi/. Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktis,. Bandung: Remaja Rosydakarya Offest, 1997. Sukmara, Dian. Implementasi Life Skill Dalam KTSP. Bandung: Mugni Sejahtera, 2007. Tajab, Dimensi-Dimensi Stadi Islam. Surabaya: Bina Ilmu, 1983. Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam II. Bandung: Pustaka Setia, 1997. Ulfa, Maria. ”Maqamat Arabiyyah dalam Tilawatil al-Qur’an,” dalam Bunga Rampai Mutiara al-Qur’an, ed. Muhaimin Zen, Akhmad Mustafid. Jakarta: PP. Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadh, 2006. Usman, Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Wiki. Artikulasi,(ounline), http://wapedia.mobi/id/Artikulasi. Yasin, Sulcan. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amanah, 1997. Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hilda Karya Agung, 1989. Yusuf, Ali Anwar. Stadi Agama Islam. Bandung :Pustaka Setya, 2003. Zarkasyi, Pelajaran Tajwid. Ponorogo: Trimurti, 1995.
68
Zuhaili, Wahbah. Al-Qur’an Paradigma Hukum dan Peradaban. Surabaya: Risalah Gusti, 1995. Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000.