BAB 5 PEMANFAATAN HASIL ANALISIS CERITA RAKYAT SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DAN PROSES PEMBELAJARANNYA
5.1 Pengantar Pada bab ini akan dibahas tentang pemanfaatan hasil kajian cerita rakyat dalam proses pembelajaran. Cerita rakyat yang telah dikaji, dimanfaatkan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Proses pembelajaran ini dilakukan di kelas X-3 Madrasah Aliyah Negeri Cipasung. Sebelum melakukan proses pembelajaran, peneliti menyusun silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) terlebih dahulu. Dalam penyusunannya, memperhatikan standar isi, standar proses, dan standar kompetensi lulusan. Standar isi struktur kurikulum SMA/MA mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa pelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran wajib bagi seluruh peserta didik. Kaitan dengan penelitian ini adalah pada aspek keterampilan mendengarkan, yaitu SK (Standar Kompetensi) memahami cerita rakyat yang dituturkan dan KD (Kompetensi Dasar) menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman. Hal tersebut menunjukkan adanya kegiatan apresiasi sastra dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Dengan demikian, SK dan KD tersebut dipandang cocok untuk dijadikan sarana pemanfaatan hasil analisis data dalam pembelajaran apresiasi sastra di kelas X.
Yang Yang Merdiyatna, 2012 Penggalian Nilai-nilai Budaya … Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
250
Sementara standar proses merupakan acuan dalam teknis penyusunan silabus dan rpp dalam pembelajaran mendengarkan cerita rakyat. Pada tahap penilaian, peneliti memperhatikan standar kompetensi lulusan SMA/MA, yaitu peserta didik memahami wacana lisan dalam kegiatan penyampaian berita, laporan, saran, berberita, pidato, wawancara, diskusi, seminar, dan pembacaan karya sastra berbentuk puisi, cerita rakyat, drama, cerpen, dan novel. Dengan demikian, penelitian ini pun relevan dengan kurikulum karena pemanfaatan hasil analisis data cerita rakyat dalam proses pembelajaran apresiasi sastra itu didukung oleh perangkat kurikulum yang sesuai. Namun, tetap ada pengembanganpengembangan dalam penyusunan silabus dan rpp.
5.2 Penyusunan Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (BSNP, 2006). Oleh karena itu, silabus yang dibuat pun mengacu pada sumber BSNP tersebut. Namun, pengembangannya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dengan tidak keluar dari SK (memahami cerita rakyat yang dituturkan) dan KD (menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman) yang telah ditetapkan. Berikut ini
251
silabus
yang
disajikan
dalam
proses
pembelajaran.
252
253
SILABUS Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester
: MAN Cipasung : Bahasa dan Sastra Indonesia : X (Sepuluh) / 2 (Dua)
Indikator Pencapaian Kompetensi Mendengarkan: •Perihal • mempelajari • Menemukan 13. 13.1 cerita rakyat perihal cerita karakteristik Memahami Menemukan •Unsurrakyat tokoh cerita cerita rakyat hal-hal yang unsur cerita • Mendengarkan rakyat yang dituturkan menarik • Menemukan rakyat penuturan cerita tentang rakyat nilai budaya •nilai-nilai tokoh cerita budaya yang • Mengidentifikasi rakyat yang terkandung karakteristik tokoh disampaikan dalam cerita cerita rakyat yang secara rakyat didengarkan langsung dan • Menulis • Mengungkapkan atau melalui kembali isi nilai-nilai budaya rekaman cerita rakyat dalam cerita rakyat • Membandingkan nilai-nilai budaya dalam cerita rakyat dengan nilai-nilai budaya masa kini Karakter siswa yang diharapkan : semangat pantang penyerah, rasa syukur, saling berbagi, peduli sesama, jujur, tanggung jawab Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Teknik Penilaian Tes Tulis
Penilaian Alokasi Bentuk Contoh Waktu Instrumen Instrumen 2 x 45 Uraian Tulislah nilai budaya menit yang terkandung dalam cerita! Tuliskan kembali isi cerita rakyat!
Sumber Belajar Rekaman cerita rakyat/tuturan cerita rakyat, hasil kajian struktur dan nilai budaya cerita rakyat, Lembar Kerja Siswa, dan sumber tentang cerita rakyat lainnya.
254
5.3 Penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Silabus yang telah dibuat di atas, akan dijabarkan kembali dalam bentuk RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). RPP yang dibuat mengacu pada SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar) mendengarkan, yaitu SK memahami cerita rakyat yang dituturkan dan KD menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman. Berikut ini rancangan RPP yang dibuat untuk proses pembelajaran apresiasi sastra mendengarkan cerita rakyat.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah
: MAN Cipasung
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas / Semester
: X/2
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Standar Kompetensi : Mendengarkan 13. Memahami cerita rakyat yang dituturkan Kompetensi Dasar : 13.1
Menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman
Indikator : • Menemukan karakteristik tokoh cerita rakyat • Menemukan nilai budaya yang tercermin dari dalam cerita rakyat
255
• Menuliskan kembali isi cerita rakyat
1. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan tokoh cerita rakyat dan karakteristiknya b. Siswa dapat menjelaskan nilai budaya yang tercermin dari dalam cerita rakyat d. Siswa dapat menuliskan kembali isi cerita rakyat
Karakter siswa yang diharapkan: semangat pantang penyerah, rasa syukur, saling berbagi, peduli sesama, jujur, tanggung jawab
2. Materi Pembelajaran a. Perihal Cerita Rakyat Cerita Rakyat Cerita rakyat termasuk pada bentuk sastra lisan murni yaitu yang pada awalnya disajikan atau diceritakan secara lisan dan biasanya penyebarannya melalui mulut (lisan) serta susah diterima oleh masyarakat modern. Selain itu, bahasanya menggunakan bahasa lisan sehari-hari. Bentuk cerita rakyat di antaranya adalah mite, legenda, dongeng, dan cerita-cerita lainnya. Dalam pembelajaran ini akan dibahas mengenai cerita rakyat yang berbentuk legenda. Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar pernah terjadi. Legenda ditokohi manusia yang mempunyai sifat luar biasa. Tempat terjadinya di dunia ini dan terjadinya belum terlampau lama. Legenda juga dapat diperinci menjadi sub-sub bentuk yang lebih khas, seperti legenda keagamaan (legenda orang suci), legenda alam gaib, legenda perseorangan, dan legenda setempat. Pertama legenda keagamaan (legenda orang suci) yang biasanya menceritakan sosok yang suci sebagai penyebar agama. Kedua legenda alam yang gaib biasanya diisi dengan tokoh gaib atau yang sudah meninggal. Ketiga legenda perseorangan yang biasanya diisi oleh kisah seseorang di suatu tempat. Keempat legenda setempat yang biasanya menceritakan asal usul suatu tempat.
256
Dalam cerita rakyat, tidak terlepas dari fakta cerita di dalamnya. Di antaranya adalah adanya unsur tokoh yang mengisinya. Tokoh itu memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga menjadi tokoh yang menarik bagi pendengar. Selain itu, terdapat nilai budaya dalam cerita rakyat. Nilai budaya merupakan konsep-konsep mengenai sesuatu yang ada dalam pikiran sebagian besar masyarakat, yang dianggapnya bernilai, berharga, dan penting dalam hidup sehingga menjadi pedoman pada kehidupannya. Nilai budaya itu dapat dilhat dari tindakan-tindakan tokoh dalam cerita rakyat. Misalnya, kejujuran yang sangat terlihat dari karakteristik tokoh. Kejujuran itu menjadi nilai budaya yang tercermin dari tokoh dalam cerita sehingga bisa diambil pelajaran tentang pentingnya kejujuran. Nilai budaya pun biasanya mendorong suatu pembangunan spiritual, seperti tahan menderita; berusaha dan bekerja keras; toleransi terhadap pendirian atau kepercayaan oranglain; dan gotong-royong. b. Teks Cerita Borosngora Cerita Prabu Sanghyang Borosngora Pada dahulu kala, kerajaan Galuh akhir dibagi tiga. Dari Panjalu sampai ke Ciamis disebutnya Soko Galuh, dari Ciamis sampai ke Banjarsari disebutnya Galuh Tengah, dari Banjarsari sampai ke Kalipucang Sirah Galuh. Di sini masih hutan belantara. Soko Galuh itu suka disebut Dayeuh Luhur. Ada seseorang di sana perempuan dari Gunung Bitung namanya Ratu Galuring Sajagat, dinikahi oleh seorang laki-laki dari Gunung Sawal namanya Prabu Trisnajati. Mereka mempunyai tiga putra kembar. Yang pertama perempuan, diberi nama Ratu Sanghyang Permana Dewi, dia memiliki ilmu karahayuan. Yang dilahirkan kedua adalah laki-laki diberi nama Sanghyang Pongkang Sang Rumang Hyang, dia memiliki ilmu tahan pukul, dan menyebarkan ilmu dan keturunan di Talaga Manggung Majalengka. Yang terakhir laki-laki, diberi nama Sanghyang Bleg Tambleg Raja Gulingan, bernama Bleg Tambleg Raja Gulingan, seorang ahli pertanian. Dipraktekannya pertanian dan menyebarkan keturunan di Kuningan makamnya di Madirantang Kuningan. Ratu Permana Dewi dinikahi seorang laki-laki bernama Sanghyang Rangga Gumilang dari Kerajaan Batu Datar Gunung Sawal dan mempunyai putra satu laki-laki, diberi nama Sanghyang Prabu Lembu Sampulur Panjalu Luhur 1. Dia ketika menjabat raja sangat mengasihi dan menyayangi masyarakat, masyarakat pun diharuskan banyak bersosial, masyarakat itu harus silih asah silih asuh silih pikadeudeuh silih pikanyaah, akhirnya itu Prabu Lembu Sampulur Panjalu 1 oleh rakyat Soko Galuh itu diberi gelar atau titel, gelarnya Siliwangi, dari asal silih asah silih asuh silih pikadeudeuh silih pikanyaah. Prabu Lembu Sampulur 1 atau Siliwangi ke 1 mempunyai putra satu namanya Prabu Sanghyang Cakradewa. Cakradewa seorang raja Panjalu yang weruh sadurung winarah waspada permana tingal, bahwa di jagat raya nanti selain ilmu yang dipegang olehnya ilmu yang berkaitan dengan masyarakat, ada lagi ilmu yang lebih tinggi mu’jizatnya daripada yang dipegang olehnya, dia mengatakan ilmu sajati yang maksudnya agama Islam.
257
Sanghyang Prabu Cakradewa putranya banyak enam. Yang pertama Prabu Lembu Sampulur 2, yang menyebarkan keturunan di Gunung Tampomas Sumedang. Yang kedua Borosngora yang nanti mencari agama Islam. Yang ketiga Panji Barani semenjak masuk Islam Panji Barani diberi gelar Kiyai Santang. Yang keempat Mamprang Tabayang. Yang kelima perempuan Ratu Pundut Agung. Yang keenam perempuan Anggarunting, Anggarunting seorang putri Panjalu yang gagah perkasa, kalau siraman suka turun ke laut. Bukan berenang di laut itu tapi jalan-jalan di dasarnya. Jadi dalam dan dangkalnya laut itu tahu. Tersebutnya memang di laut kidul, tapi bukan berarti Rorokidul. Rorokidul itu di Karang Bolong. Tempat turun akan siram terkenal sampai sekarang Palabuan Ratu yang ada di Sukabumi. Anggarunting itu tidak pulang lagi ke Panjalu, tetapi menyebarkan keturunan di kota Bogor, jadi orang Bogor berasal dari sini juga. Yang kedua Borosngora yang mencari agama Islam. Eyang Borosngora mempunyai kebiasaan, yaitu kalau mau berguru itu dijajaki dulu, untuk apa dijadikan guru kalau ilmunya lebih masih rendah. Nah, suatu ketika kalah oleh orang ujung kulon, berguru lah di Ujung Kulon. Sesudah berguru di ujung kulon itu, tidak langsung pulang ke Panjalu, tetapi berkelana dulu setiap pandeta yang gagah perkasa resi yang gagah sakti didatangi oleh Borosngora tidak ada yang mengalahkan. Setelah datang kembali ke Panjalu Ayahnya termenung, karena diminta mencari ilmu sejati, malah memiliki ilmu yang seperti itu dan akhirnya Ayahnya tidak setuju. Karena belum terlihat tanda-tandanya, Ayahnya mengadakan syukuran, selain dari memuja, memuji, makanan, dan minuman kesenian tidak lupa diadakan, ketika Eyang Borosngora menari, kaki yang kanan ke atas, samping kaki yang kiri tertarik ke pinggir di kakinya ada cap Ujung Kulon, yaitu menganut ilmu kadugalan. Ayahnya tidak setuju, namun tetap diberi pengarahan, “syukur ananda sudah punya ilmu seperti itu, untuk bela diri, tapi sekarang ananda tingkatkan lagi mencari ilmunya.” Kemudian tersinggung Eyang Borosngora itu karena harus ditingkatkan lagi ilmunya. Sudah merasa gagah kenapa harus ditingkatkan lagi ilmunya, kemudian dia demontrasi meminta untuk dikaradekan tidak mempan minta dibakar tidak mempan. “Ayahanda kurang apa lagi ilmu saya sudah tidak mempan dikadek tidak mempan dibakar, mengapa harus meningkatkan lagi ilmu?” Ayahnya berkata, “sudahlah ananda jangan banyak bicara, segera cari ilmu sajati atau agama Islam, dan jangan dulu pulang kalau belum bisa membawa air dalam gayung yang berlubang.” Jadi gayung itu berlubang tapi air jangan bocor. Oleh Borosngora dilihat-lihat apakah ini itu bisa membawa air dalam tempat yang berlubang seperti ini atau tidak. Setelah dipikir masak-masak, baik-baik, “mana mungkin Ayahanda menyuruh kalau itu ilmu tidak ada.” Dia dengan disertai memohon dari Ayahnya berangkatlah dirinya dan sampai di satu tempat disebut lembah jin, dan bertemu dengan seorang tua yaitu Saidina Ali, kemudian dia berguru kepada Saidina Ali, tapi sebelum berguru itu beradu dulu dengan Saidina Ali.
258
Kemudian setelah kalah dia menyerah meminta berguru kepadanya oleh Saidina Ali pun diislamkan, dikhitan kemudian diberi petuah dan dibaiat, pertama harus membaca bismillahirohmanirohim, kedua mengucapkan dua kalimat sahadat, ketiga tiga kali mengucapkan kalimah toyibah atau kalimat takwa atau dikir, masuk agama Islam tahun 675 masehi. Saidina Ali memberi amanat, ananda sudah masuk agama Islam, barang siapa yang sudah masuk agama Islam wajib kudu harus melaksanakan fardu yang lima waktu usahakan tepat waktu. Dalam waktu setelah solat itu dikir harus diamalkan paling sedikit 33 lebih banyak lebih bagus. Selanjutnya setelah dia memahami rukun Islam rukun iman dengan artinya, berpamitan “saya mau pulang tetapi oleh Ayahanda harus membawa air dalam gayung yang berlubang seperti ini”. “silahkan ambil air zam-zam”, kata Saidina Ali. Berangkat ke sumur zam-zam membacakan bismillahirohmanirohim mengucapkan dua kalimat sahadat mengucapkan dikir tiga kali, kemudian air dikeataskan Alhamdulilahirobilalamin oleh kehendak zat yang maha kuasa walaupun gayung itu berlubang airnya tidak keluar. Sujud sukur kepada yang agung menjerit kepada yang maha suci, kepada yang maha kuasa, karena bertahun-tahun baru berhasil. Setelah berhasil itu, Eyang Borosngora tambah gembira lagi karena mendapatkan milik yang tidak disangka-sangka, bahwasanya diberi tanda mata atau diberi kenang-kenangan atau diberi oleh-oleh, yaitu pedang julpikar, kis, uluh, sorban, jubah, diberi nama Haji Syeh Abdul Iman. Selanjutnya pulang dari sana ke sini itu membaca bismillahirohmanirohim dua kalimah sahadat kalimah toyibah. Datangnya itu di gunung sebelah utara terhampar terlihat Legok Jambu. Legok Jambu itu pesawahan orang Banten yang luasnya 700 hektar lebih, ada yang bergunungnya Pasir Jambu luasnya 7 hektar lebih, sebelahnya lagi yang menanjak pertama namnya Cibutut ditutup sehingga tidak da jalan, sebelah timur ada mengalir ke sana ke Ranjeng tidak ada jalan. Air semakin besar, sudah besar ditambah dengan air zam-zam segayung sambil menuangkannya bismilahirohmanirohim mengucapkan dua kalimah sahadat mengucapkan dikir tiga kali Situ Lengkong jadinya. Jadi Situ Lengkong itu bukan situ alam, situ buatan yang dibuat oleh Borosngora. Peralatannya dahulunya disimpan di kerajaan, lama kelamaandari kerajaan itu membuat saja bangunan, disebutnya Bumi Alit. Setiap senin akhir maulud/robiul awal suka dibersihkan, namanya yanko bahasa arab artinya bersuci/bersih-bersih dari kata yanko berubah jadi nyangku. Nyangku bukan agama tapi budaya. Eyang Borosngora memberi amanat, “kalau saya meninggal rahasiakan makam saya.” Jadi makam Borosngora dirahasiakan entah dimana entah dimana. Sampai pada akhirnya berebut, kata orang Kutay di Kalimantan di di sini Borosngora dimakamkannya di Kutay, tapi di sini namanya diganti jadi Eyang Syeh Adi Cakraningrat. Kata orang Banten di sini di Banten Borosngora dimakamkannya karena menyebarkan agama di sini, di sini namanya diganti Eyang Syeh Haji Gebangsamaraja. Kata orang Ciasem di sini di Ciasem dimakamkannya, tapi di sini diganti namanya Eyang Syeh Saefuloh. Kata orang Sukabumi di sini di Sukabumi dimakamkannya, saya keturunannya di sini
259
namanya Eyang Syeh Haria Jampang Manggung. Kata orang Pandeglang di sini di Pandeglang dimakamkannya, di sini namanya Eyang Syeh Haji Sampulur. Kata orang Cirebon di sini di Cirebon di sini namanya Syeh Haji Abdul Iman. Kata orang Cirebon lagi itu di sini Cirebon di sini itu Embah Pusaka, begitu lah kisahnya.
3.
Metode Pembelajaran a. Diskusi b. Tanya Jawab c. Inkuiri
4. Langkah-langkah Pembelajaran a. Kegiatan Awal (10 menit) 1) Guru mengucapkan salam 2) Guru memulai pembelajaran dengan berdo’a bersama-sama 3) Guru menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran mendengarkan cerita rakyat 4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan Inti (70 menit) > Eksplorasi 1) Siswa bertanya jawab dengan Guru tentang cerita rakyat 2) Siswa menyimak penjelasan perihal cerita rakyat 3) Siswa menyimak penjelasan unsur tokoh dalam cerita rakyat 4) Siswa bertanya jawab dengan Guru tentang nilai budaya dalam cerita rakyat
260
5) Siswa menyimak penjelasan tentang nilai budaya dalam cerita rakyat 6) Siswa membagi diri dalam beberapa kelompok 7) Siswa mendengarkan cerita rakyat
> Elaborasi: 1) siswa menemukan tokoh-tokoh dalam cerita rakyat 2) siswa menemukan watak/sifat tokoh dalam cerita rakyat 3) siswa mendiskusikan watak tokoh dalam cerita rakyat 4) siswa menemukan nilai budaya dalam cerita rakyat 5) siswa mendiskusikan nilai budaya yang terkandung dalam cerita rakyat 6) siswa berdiskusi dengan kelompoknya 7) siswa mencatat hasil temuan dalam diskusi kelompoknya 8) siswa/perwakilan siswa melaporkan hasil diskusinya dalam diskusi kelas 9) siswa untuk memberi komentar pemaparan hasil temuan siswa lainnya 10) siswa mengambil hikmah dari isi cerita rakyat
> Konfirmasi 1) Siswa diberikan umpan balik berupa pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa 2) Siswa diberikan penguatan bahwa nilai budaya yang positif dapat kita contoh dalam kehidupan sekarang 3) Siswa diberikan tambahan atas kekurangan pemahaman nilai budaya yang terkandung dari tokoh dalam cerita
261
4) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang yang belum dimengerti, terutama yang kurang atau belum berpartisifasi aktif 5) Siswa diberikan penguatan dan penyimpulan atas pembelajaran yang telah dilakukan
c. Kegiatan Akhir ( 10 menit) 1) Guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan 2) Guru merencanakan kegiatan tindak lanjut untuk memberikan evaluasi kepada siswa dalam apresiasi sastra mendengarkan cerita rakyat 3) Guru mengajak siswa mengakhiri pembelajaran dengan berdoa’a
5. Sumber Belajar a. Hasil kajian cerita rakyat b. Buku pelajaran bahasa dan sastra Indonesia c. Lembar Kerja Siswa d. Sumber tentang cerita rakyat lainnya
6. Penilaian (Evaluasi) a. Jenis tagihan
: Tugas individu
b. Teknik
: Tes tulis
c. Bentuk instrumen
: uraian
d. Soal / instrumen
:
262
A. Petunjuk 1. Dengarkanlah dan simaklah dengan seksama cerita rakyat Maung Panjalu yang dituturkan! 2. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat, singkat, dan jelas berdasarkan cerita yang telah didengarkan! 3. Kerjakan dengan jujur! B. Pertanyaan 1. Tuliskan lima tokoh dari dalam cerita beserta karakteristiknya! 2. Tuliskan lima nilai budaya yang tercermin dari tokoh cerita! 3. Tuliskan kembali isi cerita secara singkat dan tuntas! Pedoman Penilaian No. Kriteria Penilaian 1. Siswa mampu menuliskan 5 s.d. 3 tokoh dengan karakteristiknya Siswa mampu menuliskan 2 s.d. 1 tokoh dengan karakteristiknya Siswa mampu menuliskan 5 s.d. 3 tokoh saja Siswa mampu menuliskan 2 s.d. 1 tokoh saja
Skor 3 2 2 1
2.
Siswa mampu menuliskan 5-3 nilai budaya Siswa mampu menuliskan 2-1 nilai budaya
3 2
3.
Siswa mampu menuliskan kembali isi cerita dengan tuntas Siswa mampu menuliskan kembali isi cerita kurang tuntas
4 3
Skor Maksimal Skor maksimal No 1 : 3 No 2 : 3 No 3 : 4 + Jumlah : 10
10
263
Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 Perolehan Skor Nilai akhir =
X Skor Ideal (100) Skor Maksimal (10)
Mengetahui,
Tasikmalaya,
Kepala Madrasah
Guru Mata Pelajaran
Drs. H. A. Badruzzaman, M.Pd.
Yang Yang M.
NIP 195302061990031001
Mei 2012
264
LEMBAR KERJA SISWA Pelajaran Kelas Semester Pembelajaran Kompetensi Dasar
Indikator
: Bahasa dan Sastra Indonesia : X (sepuluh) : 2 (dua) : Mendengarkan Cerita Rakyat Berbentuk Legenda : 13.1 Menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman : - Menemukan karakteristik tokoh cerita rakyat - Menemukan nilai budaya yang tercermin dari dalam cerita rakyat - Menuliskan kembali isi cerita rakyat
Ringkasan Materi : Cerita Rakyat Cerita rakyat termasuk pada bentuk sastra lisan murni yaitu yang pada awalnya disajikan atau diceritakan secara lisan dan biasanya penyebarannya melalui mulut (lisan) serta susah diterima oleh masyarakat modern. Selain itu, bahasanya menggunakan bahasa lisan sehari-hari. Bentuk cerita rakyat di antaranya adalah mite, legenda, dongeng, dan cerita-cerita lainnya. Dalam pembelajaran ini akan dibahas mengenai cerita rakyat yang berbentuk legenda. Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar pernah terjadi. Legenda ditokohi manusia yang mempunyai sifat luar biasa. Tempat terjadinya di dunia ini dan terjadinya belum terlampau lama. Legenda juga dapat diperinci menjadi sub-sub bentuk yang lebih khas, seperti legenda keagamaan (legenda orang suci), legenda alam gaib, legenda perseorangan, dan legenda setempat. Pertama legenda keagamaan (legenda orang suci) yang biasanya menceritakan sosok yang suci sebagai penyebar agama. Kedua legenda alam yang gaib biasanya diisi dengan tokoh gaib atau yang sudah meninggal. Ketiga legenda perseorangan yang biasanya diisi oleh kisah seseorang di suatu tempat. Keempat legenda setempat yang biasanya menceritakan asal usul suatu tempat. Dalam cerita rakyat, tidak terlepas dari fakta cerita di dalamnya. Di antaranya adalah adanya unsur tokoh yang mengisinya. Tokoh itu memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga menjadi tokoh yang menarik bagi pendengar. Selain itu, terdapat nilai budaya dalam cerita rakyat. Nilai budaya merupakan konsepkonsep mengenai sesuatu yang ada dalam pikiran sebagian besar masyarakat, yang dianggapnya bernilai, berharga, dan penting dalam hidup sehingga menjadi pedoman pada kehidupannya. Nilai budaya itu dapat dilhat dari tindakan-tindakan tokoh dalam cerita rakyat. Misalnya, kejujuran yang sangat terlihat dari karakteristik tokoh. Kejujuran itu menjadi nilai budaya yang tercermin dari tokoh dalam cerita sehingga bisa diambil pelajaran tentang pentingnya kejujuran. Nilai budaya pun biasanya mendorong suatu pembangunan spiritual, seperti tahan
265
menderita; berusaha dan bekerja keras; toleransi terhadap pendirian atau kepercayaan oranglain; dan gotong-royong. Latihan : A. Petunjuk 1. Dengarkanlah dan simaklah dengan seksama cerita rakyat Borosngora yang dituturkan! 2. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat, singkat, dan jelas berdasarkan cerita yang telah didengarkan! 3. Diskusikanlah jawaban Anda dengan teman satu kelompok dan laporkan dalam bentuk tertulis dan lisan! B. 1. 2. 3. 4. 5.
Pertanyaan Siapakah tokoh utama dalam cerita tersebut? Bagaimanakah sifat tokoh utama tersebut? Siapakah tokoh lain selain tokoh utama? Dilihat dari sifatnya, tokoh mana saja yang dapat dicontoh? Nilai budaya apa saja yang tercermin dari tindakan tokoh dalam cerita tersebut? 6. Siapakah yang telah mengalahkan Borosngora dan mengajarinya ilmu agama Islam? 7. Siapakah yang menyuruh Borosngora mencari ilmu sejati atau agama Islam? 8. Siapakah Sanghyang Prabu Cakradewa? 9. Merupakan cerminan apakah tindakan Sanghyang Prabu Cakradewa melakukan syukuran dengan memberi makan dan minum? 10. Cerminan seperti apakah nilai budaya yang dimiliki oleh Prabu Lembu Sampulur 1?
266
5.4 Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Proses pembelajaran ini diawali dengan kegiatan awal, yaitu Guru memulai dengan ucapan salam dan berdo’a bersama-sama dengan siswa untuk kelancaran kegiatan pembelajaran. Setelah itu, Guru menyampaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan tujuan pembelajarannya. Pada kegiatan inti dimulai dengan melakukan eksplorasi materi tentang cerita rakyat. Guru mengajukan pertanyaan tentang apa yang dimaksud cerita rakyat. Siswa pun antusias menjawab perihal cerita rakyat. Masing-masing siswa memberikan pemahamannya tentang cerita rakyat. Rangkaian jawaban siswa pun disimpulkan bersama-sama menjadi sebuah definisi yang menunjukan pengertian cerita rakyat. Setelah itu, Guru bertanya tentang unsur-unsur intrinsik dalam cerita rakyat. Siswa pun menjawab dengan beragam macam jawaban. Jawaban-jawaban tersebut disusun bersama-sama dengan siswa sehingga menjadi jawaban yang diharapkan. Selanjutnya Guru membagi siswa menjadi delapan kelompok dan mengajak untuk siswa mendengarkan cerita rakyat yang dituturkan. Setelah selesai mendengarkan cerita rakyat yang dituturkan, dilanjutkan dengan melakukan elaborasi. Di antaranya adalah siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing menjawab soal-soal yang telah tersedia pada lembar kegiatan siswa yang telah dibuat oleh Guru. Selama diskusi kelompok berlangsung, siswa berdiskusi menemukan tokoh-tokoh dan watak/sifat tokoh dalam cerita rakyat serta menuliskan jawabannya. Siswa pun berdiskusi
267
menemukan nilai budaya dalam cerita rakyat dan memenuliskan nilai budaya yang terkandung dalam cerita rakyat. Sementara itu, Guru secara bertahap memberikan
pengarahan
dan
memfasilitasi
siswa
aktif
dalam
diskusi
kelompoknya. Setelah diskusi kelompok selesai, masing-masing siswa mencatat hasil temuan dalam diskusi kelompoknya. Setelah itu, perwakilan kelompok (satu dari kelompok laki-laki dan satu dari kelompok perempuan) melaporkan hasil diskusinya dalam diskusi kelas dan siswa lainnya memberi komentar serta mengambil hikmah dari isi cerita rakyat. Kelompok yang maju pertama adalah perwakilan kelompok lima yaitu Yoga. Dalam pemaparan hasil temuannya, kelompok ini cukup memahami unsur tokoh dengan karakteristiknya. Seperti saat menjelaskan tokoh Borosngora yang pada awalnya memang seorang yang merasa bangga dengan ilmunya, tetapi pada akhirnya rendah hati dan mau menerima kekurangan ilmunya. Selain itu, kelompok ini pun mampu menjelaskan nilai budaya yang tercermin. Salah satunya adalah adanya konsep bersosial yaitu silih asah silih asuh silih pikadeudeuh silih pikanyaah yang tercermin dari tokoh Prabu Lembu Sampulur Panjalu Luhur 1. Kelompok yang maju yang kedua adalah dari kelompok satu yaitu Annisya. Dalam pemaparan hasil temuannya, kelompok ini cukup memahami unsur tokoh dengan karakteristiknya. Seperti saat menjelaskan tokoh Borosngora yang dikatakan memiliki kekuatan yang lebih dan penuh semangat mencari ilmu serta akhirnya berhasil. Selain itu, mampu juga menggali nilai budaya yang tercermin dari tokoh cerita, yaitu rasa syukur dan saling mengasihi dengan sesama manusia. Setelah itu, ada siswa yang bertanya yaitu Yoga dan Rizal yang menanyakan
268
tentang alasan Borosngora dijadikan tokoh utama karena keahlian yang dimiliki oleh Borosngora, padahal Anggrunting juga memiliki kekuatan. Anggota dari kelompok satu pun menjawab secara bergiliran tentang pertanyaan yang muncul terhadap pemaparan hasil diskusi mereka. Di antaranya adalah bahwa memang Anggarunting juga memiliki keahlian khusus. Akan tetapi, Borosngora lebih banyak intensitasnya dan merupakan sosok yang mencari ilmu sejati atau agama Islam sehingga dimasukan sebagai tokoh utama. Penanya pun merasa puas dengan dengan jawaban kelompk satu. Setelah selesai diskusi kelas, dilanjutkan dengan melakukan konfirmasi. Guru memberikan umpan balik berupa pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa. Siswa pun memberikan pemahamannya tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Beberapa siswa ada yang sudah cukup memahami dan ada yang masih kurang dan perlu diberi penguatan kembali. Guru pun memberikan penguatan dan tambahan kembali terhadap pemahaman yang kurang, yaitu menjelaskan kembali tentang nilai budaya yang tercermin dari tindakan tokoh dalam cerita. Setelah itu, Guru kembali memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang yang belum dimengerti, terutama yang kurang atau belum berpartisifasi aktif. Siswa pun ada yang mengajukan pertanyaan tentang rangkaian tokoh dalam cerita apakah membentuk suatu rangkaian keturunan. Guru pun memberikan penjelasan bahwa rangkaian tokoh itu bisa menjadi suatu urutan keturunan dalam menganalisis tokoh yang saling berkaitan dari fakta cerita yang ditemukan. Seperti tindakan tokoh Sanghyang Rangga Gumilang menikahi Ratu Permana Dewi dan menghasilkan keturunan satu yaitu Sanghyang Prabu Lembu Sampulur Panjalu
269
Luhur 1, maka dapat menjadi urutan keturunan dari Sanghyang Rangga Gumilang ke Sanghyang Prabu Lembu Sampulur Panjalu Luhur 1 dan sampai ke bawahnya. Selain itu, beberapa siswa bertanya tentang nilai budaya yang terkandung dalam cerita itu bagaimana. Guru pun memberikan penjelasan bahwa nilai budaya yang terkandung dalam cerita dapat juga dilihat dari tindakan tokoh dalam cerita. Misalnya, tindakan Cakradewa yang menjamu dengan memberi makan dan minum, menunjukan adanya nilai budaya saling berbagi dan bersyukur. Setelah tidak ada lagi yang bertanya, Guru pun memberi kesimpulan atas pembelajaran yang telah dilakukan. Pada kegiatan akhir, Guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan meminta siswa mengemukakan tanggapan tentang pengalaman belajar yang baru saja ditempuh. Siswa pun mengemukakan hal-hal yang menarik seperti pada saat mendengarkan cerita rakyat yang dituturkan, menemukan pembelajaran hidup yang harus semakin baik, dan mengemukakan kendala mendengarkan yang perlu terus dilatih. Setelah itu, Guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan evaluasi kepada siswa atas pembelajaran yang telah dilakukan, yaitu mendengarkan cerita rakyat dan menjawab soal yang telah disediakan. Setelah selesai, Guru mengajak siswa mengakhiri pembelajaran dengan berdoa’a semoga pembelajaran yang telah dilakukan bermanfaat bagi semuanya.
270
5.5 Analisis Keterpahaman Siswa Terhadap Cerita Rakyat yang Dituturkan Secara Langsung (Pembahasan Hasil Pembelajaran) Untuk mengetahui pemahaman siswa atas proses pembelajaran yang telah dilakukan, perlu adanya evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran ini memperhatikan tujuan pembelajaran yang telah dirancang dalam RPP, yaitu berkaitan dengan aspek tokoh cerita rakyat, nilai budaya yang tercermin dari tokoh dalam cerita rakyat, dan menceritakan kembali isi cerita rakyat dalam bentuk tulisan. Hasil evaluasi dilihat dengan KKM pelajaran Bahasa Indonesia yang telah ditetapkan oleh pihak Madrasah. Dari hasil evaluasi yang dilaksanakan, diperoleh nilai akhir setiap siswa. Melihat dari jawaban siswa, sebagian besar siswa sudah memahami dan mengerti dengan pembelajaran yang telah dilakukan. Namun, ada satu aspek yang masih perlu diperkuat kembali. Hal itu adalah seperti yang terjadi pada proses pembelajaran, yaitu siswa masih kurang memahami menggali nilai budaya yang terkandung dalam cerita. Dalam artian siswa kurang mampu mengelompokannya. Akan tetapi, mendeskripsikan nilai budayanya mampu, hanya saja masih kesulitan menentukan nilai budaya apa dari deskripsi yang mereka temukan. Berikut ini sebaran nilai hasil evaluasi (tes tulis) siswa mendengarkan cerita rakyat berbentuk legenda. Tabel 5.1 Nilai Hasil Evaluasi Siswa No.
Nama
Nomor Soal 1
2
3
Skor Total
Nilai
1.
Yoga Trianzar Malik
3
3
4
10
100
2.
Amaliya Sholihah
3
3
4
10
100
271
3.
Rian F.
3
1
3
7
70
4.
Arif Syahrul M.
3
2
4
9
90
5.
Gina Nurfatimah
3
3
4
10
100
6.
Rani Sucita
3
3
3
9
90
7.
Annisyah Siti Rohmah
3
3
3
9
90
8.
Dian Kurniawati
3
3
4
10
100
9.
M. Rizal F.
3
1
4
8
80
10.
Indri Syafira
3
1
4
8
80
11.
Subhan Abdul Muttaqien
3
3
4
10
100
12.
Moch. Reva Fauzi
3
3
4
10
100
13.
Ariningsih
3
3
4
10
100
14.
Hetin Martinah
3
3
4
10
100
15.
Erpini Sakinah
3
3
4
10
100
16.
Ai Herlina
3
3
4
10
100
17.
Efrina Nursabila
3
2
4
9
90
18
M. Ibnu Hamdun Snae
3
0
4
7
70
19
Lely Amalia
3
3
4
10
100
20.
Andri Arif Permadi
3
3
4
10
100
21.
Rizqi Khoerulloh
3
2
4
9
90
22.
Ai Eva
2
2
3
7
70
23.
Anisa Riyanie
3
2
4
9
90
24.
Burhan
3
2
4
9
90
25.
A. Sahdul Gunawan
3
1
3
7
70
26.
Shopya Khoerun N.
3
3
3
9
90
27.
Wiwit Siti Nur Azizah
3
3
4
10
100
28.
Tia Sri Rahayu
3
2
4
9
90
29.
M. Ilham Fachrudin
3
3
3
9
90
30.
Sintiya Dewi Permana
3
1
4
8
80
31.
Dani Iskandar
3
1
3
7
70
272
Dari 31 orang siswa yang diberi evaluasi mendengarkan cerita rakyat yang dituturkan secara langsung, sebanyak 26 siswa memenuhi nilai KKM 75 yang telah ditetapkan pihak Madarasah yaitu dengan nilai lebih dari 75. Sementara sebanyak 5 siswa belum memenuhi KKM, karena mendapat nilai 70. Siswa yang belum memenuhi KKM ini rata-rata kurang mampu menemukan nilai budaya yang terkandung dalam cerita rakyat. Berikut ini daftar nilai hasil evaluasi siswa berdasarkan KKM yang telah ditetapkan. Tabel 5.2 Rekap Nilai Hasil Evaluasi Siswa dengan KKM No.
Nama
Nilai
KKM
1.
Yoga Trianzar Malik
100
L
2.
Amaliya Sholihah
100
L
3.
Rian F.
70
BL
4.
Arif Syahrul M.
90
L
5.
Gina Nurfatimah
100
L
6.
Rani Sucita
90
L
7.
Annisyah Siti Rohmah
90
L
8.
Dian Kurniawati
100
L
9.
M. Rizal F.
80
L
10.
Indri Syafira
80
L
11.
Subhan Abdul Muttaqien
100
L
12.
Moch. Reva Fauzi
100
L
13.
Ariningsih
100
L
14.
Hetin Martinah
100
L
15.
Erpini Sakinah
100
L
16.
Ai Herlina
100
L
17.
Efrina Nursabila
90
L
18
M. Ibnu Hamdun Snae
70
BL
19
Lely Amalia
100
L
273
20.
Andri Arif Permadi
100
L
21.
Rizqi Khoerulloh
90
L
22.
Ai Eva
70
BL
23.
Anisa Riyanie
90
L
24.
Burhan
90
L
25.
A. Sahdul Gunawan
70
BL
26.
Shopya Khoerun N.
90
L
27.
Wiwit Siti Nur Azizah
100
L
28.
Tia Sri Rahayu
90
L
29.
M. Ilham Fachrudin
90
L
30.
Sintiya Dewi Permana
80
L
31.
Dani Iskandar
70
BL
Keterangan: L = Lulus KKM BL = Belum Lulus KKM