BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau quasi experiment yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas penyuluhan metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT) dan metode ceramah plus demontsrasi dan latihan (CPDL) terhadap pengetahuan dan sikap siswi tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI. Penelitian ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok yang diberi perlakuan dengan metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT) dan metode ceramah plus demontsrasi dan latihan (CPDL). Desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
01
X1
02
03
X2
04
Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan: O1
: Pretest untuk menilai pengetahuan dan sikap sebelum diberikan perlakuan penyuluhan dengan metod ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT)
O2
: Posttest untuk menilai perilaku setelah diberikan perlakuan penyuluhan pertama dengan metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT) 56
O3
: Prestest untuk menilai pengetahuan dan sikap sebelum diberikan perlakuan penyuluhan dengan metode ceramah plus demontrasi dan latihan.
O4
: Posttest untuk menilai pengetahuan dan sikap setelah diberikan perlakuan penyuluhan dengan metode ceramah plus demontsrasi dan latihan (CPDL).
X1
: Perlakuan dengan metode metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT)
X2
: Perlakuan dengan metode ceramah plus demontsrasi dan latihan (CPDL).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kecamatan Laguboti Kecamatan Toba Samosir . Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai Juli 2015.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kecamatan Laguboti Kecamatan Toba Samosir sebanyak 479 siswi.
3.3.2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang akan digunakan untuk penelitian. Dalam menentukan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin (Setiawan, 2007) Dimana : n =
N Nd 2 + 1
n = Jumlah sampel N= Jumlah populasi d = Galat Pendugaan (galat pendugaan yang digunakan 15% = 0,15) Dari perhitungan di atas didapat sampel sebanyak 40 siswi. Sampel yang telah didapat tersebut dibagi menjadi 2 kelompok, yakni kelompok yang mendapat perlakuan dengan metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT) dan kelompok yang mendapat perlakuan dengan metode ceramah plus demontsrasi dan latihan (CPDL). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dimana kelompok yang mendapat perlakuan metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT) adalah siswi kelas X A dan XI A sedangkan yang mendapat perlakuan metode CPDL adalah siswi kelas X B dan XI B.
3.4. MetodePengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data a. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan pemberian kuesioner kepada responden sebelum dan setelah penyuluhan kepada kedua kelompok baik kelompok perlakuan dengan metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT) maupun kelompok perlakuan dengan metode ceramah plus demontsrasi dan latihan (CPDL). b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari catatan atau dokumen dari SMK Swasta Arjuna Laguboti tentang gambaran umum dan data lainnya yang mendukung data hasil penelitian misalnya data jumlah siswi. 3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variable atau item dengan skor total variabel. Validitas masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat pada nilai corrected item total correlation masing-masing butir pertanyaan dengan ketentuan jika nilai r hitung> r tabel, maka dinyatakan valid atau sebaliknya. Nilai r table dalam penelitian ini untuk sampel pengujian 30 orang siswi adalah 0,361 pada α = 5%. Uji reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode Cronbach Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran,
dengan ketentuan jika r alpha > r tabel (0,60) maka dinyatakan reliabel, dan jika nilai uji Cronbach Alpha yang diperoleh< r tabel (0,60) maka dinyatakan tidak reliabel (Hastono, 2007). Uji validitas dan realibilitas dilakukan pada remaja putri di SMK Yapim Laguboti yang mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan SMK Swasta Laguboti sebanyak 30 orang. 3.4.3. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan a. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang akan mendukung penelitian seperti izin penelitian, koordinasi dengan kepala sekolah SMK Swasta Arjuna Laguboti. b. Mempersiapkan dan mengkoordinasikan dengan pihak sekolah nama-nama siswi yang akan dijadikan sampel yang telah dibagi sebelumnya oleh peneliti. 2. Tahap Pelaksanaan -
Berkoordinasi dengan kepala sekolah dan guru dalam hal persiapan tempat dan siswi yang dijadikan peserta.
-
Siswi yang akan mendapat penyuluhan dengan metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT) berkumpul di ruang kelas sementara siswi yang akan mendapat penyuluhan dengan metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT) dan ceramah plus demontrasi latihan (CPDL) tetap di dalam ruang simulasi.
-
Sebelum kegiatan penyuluhan dengan metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT) dilakukan diberikan penjelasan oleh peneliti tentang kegiatan yang akan dilakukan dan selanjutnya diberikan pretest dengan wawancara menggunakan kuesioner yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh rekan peneliti selama 30 menit.
-
Selanjutnya diberi penyuluhan tentang SADARI oleh peneliti. Kegiatan penyuluhan dengan metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT) berlangsung selama 60 menit dan selama kegiatan berlangsung siswi diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang tidak diketahui tentang SADARI. Alat yang digunakan pada perlakuan ini adalah laptop dan proyektor dengan bahan yang ditampilkan dengan program power point/LCD proyektor.
-
Selanjutnya siswi yang mendapat perlakuan dengan metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT) dipersilahkan menuju kelas masing-masing dan siswi yang akan mendapat penyuluhan dengan metode ceramah plus demontrasi dan latihan (CPDL) dipersilahkan masuk ke ruang simulasi.
-
Sebelum dilakukan penyuluhan pada siswi yang mendapat perlakuan dengan metode ceramah plus demontrasi dan latihan (CPDL) diberikan penjelasan oleh peneliti dan selanjutnya diberikan pretest dengan menggunakan kuesioner selama 30 menit.
-
Selanjutnya diberikan penyuluhan dengan metode CPDL tentang SADARI oleh peneliti. Kegiatan penyuluhan dengan metode CPDL berlangsung selama 60 menit dan selama kegiatan berlangsung siswi diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang tidak diketahui tentang SADARI. Alat yang digunakan pada perlakuan ini adalah cermin dan phantom. Selanjutnya setelah perlakuan dengan metode CPDL siswi dipersilahkan masuk ke kelas masing-masing.
a. Kegiatan pada hari kedua -
Kegiatan yang dilakukan sama seperti pada hari pertama. Kegiatan pada hari kedua meliputi posttest pertama dan selanjutnya pemberian penyuluhan dengan materi yang sama oleh peneliti baik dengan metode CPTT maupun metode CPDL.
b. Setelah kegiatan berlangsung, peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada siswi yang dijadikan sampel penelitian.
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan dependen.Variabel independen dalam penelitian ini adalah penyuluhan dengan metode CPTT dan metode CPDL. Sedangkan variabel dependennya adalah pengetahuan dan sikap siswi tentang SADARI.
3.5.2. Defenisi Operasional 1.
Pendidikan kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
2.
Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas (CPTT) ini yaitu metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas SADARI dengan lisan.
3.
Metode Ceramah Plus Demontrasi dan Latihan (CPDL) ini merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan dalam bentuk demonstrasi.
4.
SADARI adalah suatu tehnik pemeriksaan dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan merasakan dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya.
5.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh siswi mengenai upaya deteksi dini kanker payudara dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
6.
Sikap adalah reaksi/respon tertutup dari siswi mengenai upaya deteksi dini kanker payudara dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
3.6. MetodePengukuran Data Aspek pengukuran dari penelitian ini didasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang ada di kuesioner yang disesuaikan dengan skor seperti diuraikan di bawah ini. 1. Pengetahuan diukur dengan menggunakan 15 pertanyaan. Benar diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0. Dengan nilai terendah 0 dan tertinggi 15 sehingga dapat dikategorikan menjadi 3 (Arikunto, 2006) : 2= Baik (Memiliki skor 75%-100% dari nilai tertinggi) yaitu skor 12-15 1 = Cukup (Memiliki skor 55%-74% dari nilai tertinggi) yaitu skor 9-11 0= Kurang (Memiliki skor <55% dari nilai tertinggi) yaitu skor 0-8 Skala :Ordinal 2. Sikap diukur dengan menggunakan 15 pernyataan. Sangat setuju diberi nilai 3, setuju diberi nilai 2, tidak setuju diberi nilai 1 dan sangat tidak setuju diberi nilai 0 untuk pernyataan positif dan sangat setuju diberi nilai 0, setuju diberi nilai 1, tidak setuju diberi nilai 2 dan sangat tidak setuju diberi nilai 3 untuk pernyataan negatif. Dengan nilai terendah 0 dan tertinggi 45 sehingga dapat dikategorikan menjadi 3 (Arikunto, 2006) : 2 = Baik (Memiliki skor 75%-100% dari nilai tertinggi) yaitu skor 34-45 1 = Cukup (Memiliki skor 55%-74% dari nilai tertinggi) yaitu skor 25-34 0 = Kurang (Memiliki skor <55% dari nilai tertinggi) yaitu skor 0-24 Skala :Ordinal
3.7. Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Editing, penyuntingan data yang dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi. 2. Coding, pemberian kode dan skorsing pada tiap jawaban untuk memudahkan proses entri data. 3. Entri data, setelah proses coding dilakukan pemasukan data kekomputer. 4. Cleaning, sebelum analisis data dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data yang sudah masuk. 3.7.2. Analisis Data Analisis data diperoleh dengan menggunakan perhitungan uji statistic memakai bantuan program komputer. a. Analisis
Univariat
merupakan
analisis
yang
menitik
beratkan
kepada
penggambaran atau deskriptif data yang diperoleh. b. Analisis Bivariat untuk melihat perubahan pengetahuan dan sikap akibat penyuluhan dengan metode CPTT dan metode CPDL tentang SADARI dengan menggunakan uji wilcoxon dan membandingkan efektivitas kedua metode dengan menggunakan uji mann whitney test kemudian hasilnya dinarasikan.
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum dan Lokasi SMK Swasta Arjuna Laguboti Sekolah
Menengah
Tobasamosir berdomisili
Kejuruan
Swasta
Arjuna
Laguboti
Kabupaten
di Jalan Arjuna Laguboti Tobasa (Kompleks Arjuna)
berdiri pada tahun 1988. Batasan wilayah Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Arjuna Laguboti Kecamatan Laguboti adalah : -
Sebelah Utara berbatasan dengan
: Desa Napitupulu
-
Sebelah Timur berbatasan dengan
: Desa Sianipar
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Pangaribuan
-
Sebelah Barat berbatasan dengan
: Desa Pintubosi.
Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Arjuna Laguboti adalah milik Yayasan Tenaga Pembangunan Arjuna Laguboti. Visi SMK Swasta adalah mewujudkan SMK Swasta Arjuna Laguboti unggul dalam prestasi dilandasi iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,untuk menghasilkan lulusan yang mampu bersaing mengisi lapangan kerja sesuai tuntutan dunia usaha /dunia industri bertaraf nasional dan internasional. Misi SMK Swasta menerapkan system manajemen ISO 9001:2008, meningkatkan kompetensi tenaga edukatif dan non edukatif, mengembangkan kurikulum secara fleksibel , meningkatkan kompetensi siswa bertaraf nasional dan
66
internasional, menghasilkan tamatan yang sehat jasmani dan rohani serta memiliki kompetensi yang unggul. Ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung visi, misi dan tujuan SMK Swasta Arjuna Laguboti dengan ruang kelas, ruang perkantoran, ruang laboratorium (bahasa, komputer, internet dan lab school), perpustakaan, aula,asrama putri, lapangan olah raga, kantin dan taman.
4.2. Karakteristik Responden Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas an Umur No. 1.
2.
CPTT
CPDL
Karakteruistik Responden Kelas
n
%
n
%
Kelas X
11
55, 0
11
55, 0
Kelas XI
9
45, 0
9
45, 0
Total
20
100, 0
20
100, 0
16 tahun
2
10, 0
1
5, 0
17 tahun
10
50, 0
9
45, 0
18 tahun
7
35, 0
8
40, 0
19 tahun
1
5, 0
2
10, 0
Total
20
100, 0
20
100, 0
Umur
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui karakteristik responden yang meliputi kelas dan umur. Berdasarkan tingkatan kelas diketahui bahwa kelas 1 masing-masing kelompok berjumlah 11 siswi (55,0) pada sedangkan kelas 2 masingmasing kelompok berjumlah 9 siswi (45,0%). Berdasarkan umur diketahui bahwa responden berumur antara 16 sampai 19 tahun dengan proporsi terbanyak pada umur 17 tahun dengan jumlah 10 orang (50,0%) pada kelompok kontrol dan 9 orang (45,0%) pada kelompok perlakuan.
4.3. Analisa Univariat 4.3.1. Variabel Pengetahuan Variabel pengetahuan terdiri dari 15 pertanyaan dengan alternatif jawaban yang bervariasi sesuai dengan pertanyaan yang diberikan dan dibobot dengan alternatif jawaban benar dan salah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa ada peningkatan pengetahuan siswi tentang SADARI setelah diberi penyuluhan baik dengan menggunakan metode CPTT maupun dengan metode CPDL. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.2, 4.3, 4.4 dan 4.5.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Pretest Kelompok yang akan mendapat Penyuluhan dengan Metode CPTT dan CPDL berdasarkan Variabel Pengetahuan CPTT No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
11. 12. 13.
14.
15.
Pengetahuan
Salah n % Definisi kanker payudara 9 45, 0 Penyebab kanker 3 15, 0 payudara Gejala kanker payudara 12 60, 0 Stadium kanker payudara 9 45, 0 Pencegahan primer yang 7 35, 0 dapat dilakukan Cara mendeteksi kanker 16 80, 0 payudara 13 65,0 Definisi SADARI Pelaksanaan SADARI 14 70,0 Tujuan SADARI 10 50,0 Alat yang digunakan 13 65,0 untuk melakukan SADARI Cara melakukan 16 80,0 13 65,0 SADARI Tujuan gerakan SADARI 16 80,0 dengan posisi berbaring Tujuan gerakan SADARI pada saat berdiri depan 18 90,0 cermin Metode yang dapat digunakan untuk melihat 75,0 perubahan bentuk 15 payudara Tujuan perabaan ketiak
CPDL Benar Salah n % n 11 55, 0 10 17 85, 0 3
% 50,0 15,0
Benar n % 10 50,0 17 85,0
8 11 13
40, 0 55, 0 65, 0
11 9 5
55,0 45,0 25,0
9 11 15
45,0 55,0 75,0
4
20, 0
13
65,0
7
35,0
7 6 10 4
35,0 30,0 50,0 35,0
13 12 11 13
65,0 60,0 55,0 65,0
7 8 9 7
35,0 40,0 45,0 35,0
4 7
20,0 35,0
15 16
75,0 80,0
5 4
25,0 20,0
4
20,0
17
85,0
3
15,0
2
10,0
17
85,0
3
15,0
5
25,0
17
85,0
3
15,0
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui secara tepat jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Sebagian besar responden menjawab dengan tepat (lebih 50,0%) tentang definisi kanker payudara,
penyebab kanker payudara, stadium kanker payudara dan pencegahan primer yang dapat dilakukan. Pada pertanyaan tentang definisi kanker payudara sebanyak 11 orang (55,0%) pada kelompok yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT dan 10 orang (50,0%) pada kelompok yang mendapat penyuluhan dengan metode CPDL menjawab dengan benar. Pada pertanyaan tentang penyebab kanker payudara sebanyak 17 orang (85,0%) baik pada kelompok yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT maupun dengan metode CPDL menjawab dengan benar. Pada pertanyaan tentang stadium kanker payudara sebanyak 11 orang (55,0%) baik pada kelompok yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT maupun dengan metode CPDL menjawab dengan benar dan pada pertanyaan tentang pencegahan primer yang dapat dilakukan sebanyak 13 orang (65,0%) pada kelompok yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT dan 15 orang (75,0%) pada kelompok yang mendapat penyuluhan dengan metode CPDL menjawab dengan benar. Pada pertanyaan yang lain sebagian besar menjawab salah. Pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan tidak tepat (salah) oleh responden dengan persentase lebih 75% adalah pertanyaan tentang cara melakukan SADARI, tujuan gerakan SADARI dengan posisi berbaring, tujuan gerakan SADARI pada saat berdiri depan cermin, metode yang dapat digunakan untuk melihat perubahan bentuk payudara pada saat berdiri depan cermin dan tujuan perabaan ketiak.
Pada pertanyaan tentang cara melakukan SADARI sebanyak 16 orang (80,0%) pada kelompok yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT dan 15 orang (75,0%) pada kelompok yang mendapat penyuluhan dengan metode CPDL menjawab dengan salah. Pada pertanyaan tentang tujuan gerakan SADARI dengan posisi berbaring sebanyak 13 orang (65,0%) pada kelompok yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT dan 16 orang (80,0%) pada kelompok yang mendapat penyuluhan dengan metode CPDL menjawab dengan salah. Pada pertanyaan tentang tujuan gerakan SADARI pada saat berdiri depan cermin sebanyak 16 orang (80,0%) pada kelompok yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT dan 17 orang (85,0%) pada kelompok yang mendapat penyuluhan dengan metode CPDL menjawab dengan salah. Pada pertanyaan tentang metode yang dapat digunakan untuk melihat perubahan bentuk payudara pada saat berdiri depan cermin sebanyak 18 orang (90,0%) pada kelompok yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT
dan 17 orang (85,0%) pada kelompok yang
mendapat penyuluhan dengan metode simulasi menjawab dengan salah dan pada pertanyaan tentang tujuan perabaan ketiak sebanyak 15 orang (75,0%) pada kelompok yang mendapat penyuluhan dengan ceramah dan 17 orang (85,0%) pada kelompok yang mendapat penyuluhan dengan metode CPDL menjawab dengan salah.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Post Test Pertama pada Kelompok yang mendapat Penyuluhan dengan Metode CPTT dan CPDL yang berdasarkan Variabel Pengetahuan CPTT No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
11. 12. 13.
14.
15.
Pengetahuan
Salah n % Definisi kanker payudara 1 5, 0 Penyebab kanker 1 5, 0 payudara Gejala kanker payudara 3 15, 0 Stadium kanker payudara 3 15, 0 Pencegahan primer yang 1 5, 0 dapat dilakukan Cara mendeteksi kanker 9 45, 0 payudara 5 25,0 Definisi SADARI Pelaksanaan SADARI 9 45,0 Tujuan SADARI 6 30,0 Alat yang digunakan 9 45,0 untuk melakukan SADARI Cara melakukan 13 65,0 10 50,0 SADARI Tujuan gerakan SADARI 12 60,0 dengan posisi berbaring Tujuan gerakan SADARI pada saat berdiri depan 16 80,0 cermin Metode yang dapat digunakan untuk melihat perubahan bentuk 12 60,0 payudara Tujuan perabaan ketiak
CPDL Benar n % 19 95, 0 19 95, 0
Salah n % 3 15,0 2 10,0
Benar n % 17 85,0 18 90,0
17 17 19
85, 0 85, 0 95, 0
5 7 4
25,0 35,0 20,0
15 13 16
75,0 65,0 80,0
11
55,0
12
60,0
8
40,0
15 11 14 11
75,0 55,0 70,0 55,0
10 10 7 7
50,0 50,0 35,0 35,0
10 10 13 13
50,0 50,0 65,0 65,0
7 10
35,0 50,0
3 3
15,0 15,0
17 17
85,0 85,0
8
40,0
4
20,0
16
80,0
4
20,0
4
20,0
16
80,0
8
40,0
5
25,0
15
75,0
Berdasarkan pada tabel di atas diketahui bahwa pada posttest pertama terjadi peningkatan pengetahuan responden dimana jumlah responden yang menjawab
dengan tepat masing-masing item pertanyaan bertambah. Pada kelompok yang diberikan penyuluhan dengan metode CPTT terjadi peningkatan antara 10% sampai 45%. Pertanyaan yang mengalami peningkatan tertinggi (45%) yakni pertanyaan tentang gejala kanker payudara, dimana sebelum diberikan penyuluhan (pretest) jumlah responden yang menjawab benar sebanyak 8 orang (40,0%) dan setelah diberikan penyuluhan meningkat menjadi 17 orang (85,0%). Pertanyaan yang mengalami peningkatan terendah (10%) yakni pertanyaan tentang penyebab kanker payudara dan metode yang dapat digunakan untuk melihat perubahan bentuk payudara pada saat berdiri depan cermin.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden pada Posttest Kedua pada Kelompok yang Mendapat Penyuluhan dengan Metode CPTT dan CPDL CPTT No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
11. 12. 13.
14.
15.
Pengetahuan Definisi kanker payudara Penyebab kanker payudara Gejala kanker payudara Stadium kanker payudara Pencegahan primer yang dapat dilakukan Cara mendeteksi kanker payudara Definisi SADARI Pelaksanaan SADARI Tujuan SADARI Alat yang digunakan untuk melakukan SADARI Cara melakukan SADARI Tujuan gerakan SADARI dengan posisi berbaring Tujuan gerakan SADARI pada saat berdiri depan cermin Metode yang dapat digunakan untuk melihat perubahan bentuk payudara Tujuan perabaan ketiak
CPDL
Salah n % 1 5, 0 1 5, 0
Benar n % 19 95, 0 19 95, 0
Salah n % 2 10,0 2 10,0
Benar n % 18 90,0 17 90,0
2 2 1
10, 0 10, 0 5, 0
18 18 19
90, 0 90, 0 95, 0
3 7 3
15,0 35,0 15,0
13 17 12
85,0 65,0 85,0
9
45, 0
11
55,0
8
40,0
11
60,0
4 8 6 9
20,0 40,0 30,0 45,0
16 12 14 11
80,0 60,0 70,0 55,0
9 8 6 4
45,0 40,0 30,0 20,0
12 14 16 19
55,0 60,0 70,0 80,0
9 8
45,0 40,0
11 12
55,0 60,0
1 3
5,0 15,0
17 16
95,0 85,0
10
50,0
10
50,0
4
20,0
16
80,0
13
65,0
7
35,0
4
20,0
16
80,0
11
55,0
9
45,0
4
20,0
16
80,0
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pada posttest kedua ada sebagian item pertanyaan yang tidak mengalami peningkatan responden yang menjawab
dengan tepat dan sebagian mengalami peningkatan namun tidak sesignifikan kenaikan pada postest pertama. Pada kelompok yang diberikan penyuluhan dengan metode CPTT terjadi peningkatan tertinggi sebesar 25% yakni pertanyaan tentang cara melakukan SADARI, dimana sebelum diberikan penyuluhan kedua (posttest pertama) jumlah responden yang menjawab benar sebanyak 7 orang (35,0%) dan setelah diberikan penyuluhan kedua meningkat menjadi 12 orang (60,0%). Pertanyaan yang tidak mengalami peningkatan adalah tentang definisi kanker payudara, penyebab kanker payudara, pencegahan primer yang dapat dilakukan, cara mendeteksi kanker payudara, tujuan SADARI dan alat yang digunakan untuk melakukan SADARI. Pada kelompok yang diberikan penyuluhan dengan metode CPDL terjadi peningkatan tertinggi sebesar 20% yakni pertanyaan tentang cara mendeteksi kanker payudara, dimana sebelum diberikan penyuluhan kedua (posttest pertama) jumlah responden yang menjawab benar sebanyak 8 orang (40,0%) dan setelah diberikan penyuluhan kedua meningkat menjadi 12 orang (60,0%). Pertanyaan yang tidak mengalami peningkatan ada pertanyaan penyebab kanker payudara, stadium kanker payudara, tujuan gerakan SADARI dengan posisi berbaring, tujuan gerakan SADARI pada saat berdiri depan cermin dan metode yang dapat digunakan untuk melihat perubahan bentuk payudara. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pada posttest kedua ada sebagian item pertanyaan yang tidak mengalami peningkatan responden yang menjawab dengan tepat dan sebagian mengalami peningkatan namun tidak sesignifikan
kenaikan pada postest pertama. Pada kelompok yang diberikan penyuluhan dengan metode CPTT terjadi peningkatan tertinggi sebesar 25% yakni pertanyaan tentang cara melakukan SADARI, dimana sebelum diberikan penyuluhan kedua jumlah responden yang menjawab benar sebanyak 7 orang (35,0%) dan setelah diberikan penyuluhan kedua meningkat menjadi 12 orang (60,0%). Pertanyaan yang tidak mengalami peningkatan adalah tentang definisi kanker payudara, penyebab kanker payudara, pencegahan primer yang dapat dilakukan, cara mendeteksi kanker payudara, tujuan SADARI dan alat yang digunakan untuk melakukan SADARI. Pada kelompok yang diberikan penyuluhan dengan metode CPDL terjadi peningkatan tertinggi sebesar 20% yakni pertanyaan tentang cara mendeteksi kanker payudara, dimana sebelum diberikan penyuluhan kedua (posttest pertama) jumlah responden yang menjawab benar sebanyak 8 orang (40,0%) dan setelah diberikan penyuluhan kedua meningkat menjadi 12 orang (60,0%). Pertanyaan yang tidak mengalami peningkatan ada pertanyaan penyebab kanker payudara, stadium kanker payudara, tujuan gerakan SADARI dengan posisi berbaring, tujuan gerakan SADARI pada saat berdiri depan cermin dan metode yang dapat digunakan untuk melihat perubahan bentuk payudara.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden pada Posttest pada Kelompok yang Mendapat Penyuluhan dengan Metode CPTT dan Metode CPDL CPTT No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
11. 12. 13.
14.
15.
Pengetahuan Definisi kanker payudara Penyebab kanker payudara Gejala kanker payudara Stadium kanker payudara Pencegahan primer yang dapat dilakukan Cara mendeteksi kanker payudara Definisi SADARI Pelaksanaan SADARI Tujuan SADARI Alat yang digunakan untuk melakukan SADARI Cara melakukan SADARI Tujuan gerakan SADARI dengan posisi berbaring Tujuan gerakan SADARI pada saat berdiri depan cermin Metode yang dapat digunakan untuk melihat perubahan bentuk payudara Tujuan perabaan ketiak
CPDL
Salah n % 1 5, 0 1 5, 0
Benar n % 19 95, 0 19 95, 0
Salah n % 1 5,0 2 10,0
Benar n % 19 95,0 18 90,0
2 2 1
10, 0 10, 0 5, 0
18 18 19
90, 0 90, 0 95, 0
3 6 3
15,0 30,0 15,0
17 14 17
85,0 70,0 85,0
9
45, 0
11
55,0
7
35,0
13
65,0
4 7 4 7
20,0 35,0 30,0 35,0
16 13 16 13
80,0 65,0 80,0 65,0
6 8 3 3
30,0 40,0 15,0 15,0
14 12 17 17
70,0 60,0 85,0 85,0
8 7
40,0 35,0
12 13
60,0 65,0
1 2
10,0 5,0
19 18
95,0 90,0
9
45,0
8
55,0
4
10,0
16
80,0
12
60,0
9
40,0
4
20,0
16
80,0
11
55,0
9
45,0
4
20,0
16
80,0
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pada posttest ketiga ada sebagian item pertanyaan yang tidak mengalami peningkatan responden yang menjawab
dengan tepat dan sebagian mengalami peningkatan namun tidak sesignifikan kenaikan pada postest pertama. Pada kelompok yang diberikan penyuluhan dengan metode CPTT terjadi peningkatan tertinggi sebesar 10% yakni pertanyaan tentang tujuan SADARI dan alat yang digunakan untuk melakukan SADARI. Pada pertanyaan tentang tujuan SADARI, dimana sebelum diberikan penyuluhan ketiga (posttest kedua) jumlah responden yang menjawab benar sebanyak 14 orang (70,0%) dan setelah diberikan penyuluhan ketiga meningkat menjadi 16 orang (80,0%). Pada pertanyaan tentang alat yang digunakan untuk melakukan SADARI, dimana sebelum diberikan penyuluhan ketiga jumlah responden yang menjawab benar sebanyak 11 orang (55,0%) dan setelah diberikan penyuluhan ketiga meningkat menjadi 13 orang (65,0%). Pada kelompok yang diberikan penyuluhan dengan metode CPDL terjadi peningkatan tertinggi sebesar 15% yakni pertanyaan tentang definisi SADARI dan tujuan SADARI. Pada pertanyaan tentang definisi SADARI, dimana sebelum diberikan penyuluhan ketiga jumlah responden yang menjawab benar sebanyak 11 orang (55,0%) dan setelah diberikan penyuluhan ketiga meningkat menjadi 14 orang (70,0%). Pada pertanyaan tentang tujuan SADARI, dimana sebelum diberikan penyuluhan ketiga
jumlah responden yang menjawab benar sebanyak 14 orang
(70,0%) dan setelah diberikan penyuluhan ketiga meningkat menjadi 17 orang (85,0%).
4.3.2. Variabel Sikap Variabel sikap dalam penelitian ini terdiri dari 15 pernyataan dengan alternatif jawaban sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa ada perubahan sikap siswi tentang SADARI setelah diberi penyuluhan baik dengan menggunakan metode CPTT maupun dengan metode CPDL. Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa ada perbedaan perubahan antara siswi yang diberi dengan metode CPTT dengan metode CPDL. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.6, 4.7, 4.8, 4.9, 4.10, 4.11, 4.12 dan 4.13. Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Sikap Responden pada Pretest Penyuluhan dengan Metode CPTT No. 1.
2. 3.
4. 5.
6.
7.
STS n % Pada usia remaja, wanita juga 1 5,0 harus waspada terhadap bahaya kanker payudara SADARI hanya diperuntukan 5 25,0 bagi wanita yang sudah menikah 0,0 SADARI sebaiknya dilakukan 0 sendiri karena kita yang tahu perubahan yang terjadi pada Payudara kita SADARI harus dilakukan setiap 2 10,0 bulan 0,0 Semakin dini ditemukan kanker 0 payudara dan ditangani dengan pengobatan maka harapan kesembuhan semakin besar. 0,0 Dalam pelaksaannya SADARI 0 dapat dibantu oleh orang lain untuk memeriksa payudara Kita 0,0 Manfaat dari SADARI adalah 0 dapat mendeteksi kanker payudara sedini mungkin sebelum sampai pada stadium lanjut
Sikap
TS n % 12 60,0
S n 7
% 35,0
SS n 0
% 0,0
14
70,0
1
5,0
0
0,0
14
70,0
6
30,0
0
0,0
15
75,0
3
15,0
0
0,0
5
25,0
15
75,0
0
0,0
9
45,0
9
45,0
2
10,0
5
25,0
15
75,0
0,0
70,0
Tabel 4.6 (Lanjutan) 8.
9.
10.
11. 12. 13.
14.
15.
SADARI tidak dapat dilakukan pada posisi tegak di depan cermin Tehnik pelaksanaan SADARI simpel, murah, dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari secara kontinyu SADARI dilakukan setelah menstruasi karena jaringan payudara sudah lunak dan longgar sehingga memudahkan Perabaan SADARI tidak digunakan untuk mengobati infeksi pada payudara Teknik SADARI cukup merumitkan SADARI perlu dilakukan hanya pada remaja yang keluarganya memiliki riwayat penderita kanker payudara Dengan mengetahui lebih dini adanya benjolan pada payudara dan ternyata adalah kanker maka harapan untuk sembuh akan lebih besar maka sebaiknya melakukan SADARI secara teratur Dalam pelaksanaan SADARI jika ditemukan adanya benjolan keras, tidak teratur sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan
Berdasarkan
0
0,0
5
25,0
13
65,0
2
10,0
1
5,0
14
70,0
5
25,0
0
0,0
5
25,0
11
55,0
4
20,0
0
0,0
1
5,0
14
70,0
5
25,0
0
0,0
0
0,0
5
25,0
14
70,0
1
5,0
0
0,0
7
35,0
11
55,0
2
10,0
0
0,0
5
25,0
15
75,0
0
0,0
0
0,0
2
10,0
16
80,0
2
10,0
tabel di atas diketahui bahwa responden yang mendapat
penyuluhan dengan metode ceramah pada pretest, sebagian besar responden menjawab tidak setuju pada pernyataan pada usia remaja, wanita juga harus waspada terhadap bahaya kanker payudara sebanyak 12 orang (60,0%), SADARI hanya diperuntukan bagi wanita yang sudah menikah sebanyak 14 orang
(70,0%),
SADARI sebaiknya dilakukan sendiri karena kita yang tahu
perubahan yang terjadi pada payudara kita sebanyak 14 orang (70,0%), SADARI harus dilakukan setiap bulan sebanyak 15 orang (75,0%), tehnik pelaksanaan SADARI simpel, murah, dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari secara kontinyu sebanyak 14 orang (70,0%), SADARI dilakukan setelah menstruasi karena jaringan payudara sudah lunak dan longgar sehingga memudahkan perabaan sebanyak 11 orang (55,0%) dan SADARI tidak digunakan untuk mengobati infeksi pada payudara sebanyak 14 orang (70,0%). Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Sikap Responden pada Pretest pada Kelompok yang Akan Mendapat Penyuluhan dengan Metode CPDL No. 1.
2. 3.
4. 5.
6.
7.
8.
STS n % Pada usia remaja, wanita juga 0 0,0 harus waspada terhadap bahaya kanker payudara 0,0 SADARI hanya diperuntukan bagi 0 wanita yang sudah menikah 0,0 SADARI sebaiknya dilakukan 0 sendiri karena kita yang tahu perubahan yang terjadi pada Payudara kita 5,0 SADARI harus dilakukan setiap 1 bulan Semakin dini ditemukan kanker 0,0 payudara dan ditangani dengan 0 pengobatan maka harapan kesembuhan semakin besar. 0,0 Dalam pelaksaannya SADARI 0 dapat dibantu oleh orang lain untuk memeriksa payudara 0 0,0 Kita Manfaat dari SADARI adalah dapat mendeteksi kanker payudara sedini mungkin sebelum sampai pada stadium lanjut 0,0 SADARI tidak dapat dilakukan 0 pada posisi tegak di depan cermin
Sikap
TS n % 8 40,0
S n 11
% 55,0
SS n 1
% 5,0
9
45,0
10
50,0
1
5,0
10
50,0
10
50,0
0
0,0
11
55,0
8
40,0
0
0,0
12
60,0
8
40,0
0
0,0
9
45,0
9
45,0
2
10,0
12
60,0
8
40,0
0,0
70,0
6
30,0
13
65,0
1
5,0
Tabel 4.7 (Lanjutan) 9.
10.
11. 12. 13.
14.
15.
Tehnik pelaksanaan SADARI simpel, murah, dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari secara kontinyu SADARI dilakukan setelah menstruasi karena jaringan payudara sudah lunak dan longgar sehingga memudahkan Perabaan SADARI tidak digunakan untuk mengobati infeksi pada payudara Teknik SADARI cukup merumitkan SADARI perlu dilakukan hanya pada remaja yang keluarganya memiliki riwayat penderita kanker payudara Dengan mengetahui lebih dini adanya benjolan pada payudara dan ternyata adalah kanker maka harapan untuk sembuh akan lebih besar maka sebaiknya melakukan SADARI secara teratur Dalam pelaksanaan SADARI jika ditemukan adanya benjolan keras, tidak teratur sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan
1
5,0
16
80,0
3
15,0
0
0,0
4
20,0
11
55,0
5
25,0
0
0,0
1
5,0
15
75,0
4
20,0
0
0,0
0
0,0
2
10,0
18
90,0
0
0,0
0
0,0
6
30,0
14
70,0
0
0,0
0
0,0
7
35,0
13
65,0
0
0,0
0
0,0
2
10,0
17
85,0
1
5,0
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang mendapat penyuluhan dengan metode CPDL pada pretest, sebagian besar responden menjawab tidak setuju pada pernyataan SADARI harus dilakukan setiap bulan sebanyak 11 orang (55,0%), Semakin dini ditemukan kanker payudara dan ditangani dengan pengobatan maka harapan kesembuhan semakin besar sebanyak 12 orang (60,0%), manfaat dari SADARI adalah dapat mendeteksi kanker payudara sedini mungkin sebelum sampai pada stadium lanjut sebanyak 12 orang (60,0%), tehnik pelaksanaan SADARI simpel, murah, dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari secara kontinyu sebanyak 16 orang (80,0%), SADARI dilakukan setelah menstruasi
karena jaringan payudara sudah lunak dan longgar sehingga memudahkan perabaan sebanyak 11 orang (55,0%) dan SADARI tidak digunakan untuk mengobati infeksi pada payudara sebanyak 15 orang (75,0%). Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Sikap Responden pada Posttest Pertama pada Kelompok yang Mendapat Penyuluhan dengan Metode CPDL No. 1.
2. 3.
4. 5.
6.
7.
8.
9.
10.
STS n % Pada usia remaja, wanita juga 0 0,0 harus waspada terhadap bahaya kanker payudara 0,0 SADARI hanya diperuntukan 0 bagi wanita yang sudah menikah 0,0 SADARI sebaiknya dilakukan 0 sendiri karena kita yang tahu perubahan yang terjadi pada Payudara kita 0,0 SADARI harus dilakukan setiap 0 bulan Semakin dini ditemukan kanker 0,0 payudara dan ditangani dengan 0 pengobatan maka harapan kesembuhan semakin besar. 0,0 Dalam pelaksanaannya SADARI 0 dapat dibantu oleh orang lain untuk memeriksa payudara 0 0,0 Kita Manfaat dari SADARI adalah dapat mendeteksi kanker payudara sedini mungkin sebelum sampai pada stadium 1 5,0 lanjut SADARI tidak dapat dilakukan pada posisi tegak di depan 0 0,0 cermin Tehnik pelaksanaan SADARI simpel, murah, dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan 0 0,0 sehari hari secara kontinyu SADARI dilakukan setelah menstruasi karena jaringan payudara sudah lunak dan
Sikap
TS n % 2 10,0
S n 11
% 85,0
SS N 1
% 5,0
19
95,0
1
5,0
0
0,0
2
10,0
18
80,0
0
0,0
4
20,0
16
90,0
0
0,0
1
5,0
18
90,0
1
5,0
18
90,0
2
90,0
0
0,0
2
90,0
18
90,0
0,0
0,0
18
15,0
1
5,0
0
0,0
3
15,0
17
85,0
0
0,0
1
5,0
19
95,0
0
0,0
Tabel 4.8 (Lanjutan)
11. 12. 13.
14.
15.
longgar sehingga memudahkan Perabaan SADARI tidak digunakan untuk mengobati infeksi pada payudara Teknik SADARI cukup merumitkan SADARI perlu dilakukan hanya pada remaja yang keluarganya memiliki riwayat penderita kanker payudara Dengan mengetahui lebih dini adanya benjolan pada payudara dan ternyata adalah kanker maka harapan untuk sembuh akan lebih besar maka sebaiknya melakukan SADARI secara teratur Dalam pelaksanaan SADARI jika ditemukan adanya benjolan keras, tidak teratur sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan
1
5,0
8
40,0
11
55,0
0
0,0
0
0,0
17
85,0
3
15,0
0
0,0
1
5,0
14
70,0
5
25,0
0
0,0
0
0,0
3
15,0
17
85,0
0
0,0
0
0,0
2
10,0
16
80,0
2
10,0
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT pada posttest pertama mengalami perubahan sikap, sebagian besar responden menjawab setuju pada pertanyaan pada usia remaja, wanita juga harus waspada terhadap bahaya kanker payudara, SADARI sebaiknya dilakukan sendiri karena kita yang tahu perubahan yang terjadi pada payudara kita, SADARI harus dilakukan setiap bulan, semakin dini ditemukan kanker payudara dan ditangani dengan pengobatan maka harapan kesembuhan semakin besar, manfaat dari SADARI adalah dapat mendeteksi kanker payudara sedini mungkin sebelum sampai pada stadium lanjut, tehnik pelaksanaan SADARI simpel, murah, dan mudah diaplikasikan
dalam kehidupan sehari hari secara kontinyu, SADARI dilakukan setelah menstruasi karena jaringan payudara sudah lunak dan longgar sehingga memudahkan perabaan, SADARI tidak digunakan untuk mengobati infeksi pada payudara, dengan mengetahui lebih dini adanya benjolan pada payudara dan ternyata adalah kanker maka harapan untuk sembuh akan lebih besar maka sebaiknya melakukan SADARI secara teratur dan dalam pelaksanaan SADARI jika ditemukan adanya benjolan keras, tidak teratur sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan Berdasarkan tabel dibawah diketahui bahwa responden yang mendapat penyuluhan dengan metode CPDL
pada posttest pertama mengalami perubahan
sikap, sebagian besar responden menjawab setuju pada pernyataaan pada usia remaja, wanita juga harus waspada terhadap bahaya kanker payudara, SADARI sebaiknya dilakukan sendiri karena kita yang tahu perubahan yang terjadi pada payudara kita, SADARI harus dilakukan setiap bulan, semakin dini ditemukan kanker payudara dan ditangani dengan pengobatan maka harapan kesembuhan semakin besar, manfaat dari SADARI adalah dapat mendeteksi kanker payudara sedini mungkin sebelum sampai pada stadium lanjut, tehnik pelaksanaan SADARI simpel, murah, dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari secara kontinyu, SADARI dilakukan setelah menstruasi karena jaringan payudara sudah lunak dan longgar sehingga memudahkan perabaan, SADARI tidak digunakan untuk mengobati infeksi pada payudara, dengan mengetahui lebih dini adanya benjolan pada payudara dan ternyata adalah kanker maka harapan untuk sembuh akan lebih besar maka sebaiknya melakukan SADARI secara teratur dan dalam pelaksanaan SADARI jika ditemukan
adanya benjolan keras, tidak teratur sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Perubahan sikap yang dialami responden yang mendapat penyuluhan dengan metode CPLD hampir sama dengan yang dialami responden yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT. Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Sikap Responden pada Posttest Kedua pada Kelompok yang Mendapat Penyuluhan dengan Metode CPTT No. 1.
2. 3.
4. 5.
6.
7.
8.
9.
STS N % Pada usia remaja, wanita juga 0 0,0 harus waspada terhadap bahaya kanker payudara 5,0 SADARI hanya diperuntukan 1 bagi wanita yang sudah menikah 0,0 SADARI sebaiknya dilakukan 0 sendiri karena kita yang tahu perubahan yang terjadi pada Payudara kita 0,0 SADARI harus dilakukan setiap 0 bulan Semakin dini ditemukan kanker 0,0 payudara dan ditangani dengan 0 pengobatan maka harapan kesembuhan semakin besar. 5,0 Dalam pelaksaannya SADARI 1 dapat dibantu oleh orang lain untuk memeriksa payudara 0 0,0 Kita Manfaat dari SADARI adalah dapat mendeteksi kanker payudara sedini mungkin sebelum sampai pada stadium 1 5,0 lanjut SADARI tidak dapat dilakukan pada posisi tegak di depan 0 0,0 cermin Tehnik pelaksanaan SADARI simpel, murah, dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan 0 0,0 sehari hari secara kontinyu
Sikap
TS n % 2 10,0
S n 16
% 80,0
SS n 2
% 10,0
18
90,0
1
5,0
0
0,0
2
10,0
18
90,0
0
0,0
3
15,0
16
80,0
1
5,0
1
5,0
18
90,0
1
5,0
17
85,0
2
10,0
0
0,0
1
5,0
19
95,0
0
0,0
18
90,0
1
5,0
0
0,0
2
10,0
18
90,0
0
0,0
1
5,0
18
90,0
1
5,0
Tabel 4.10 (Lanjutan) 10.
11. 12. 13.
14.
15.
SADARI dilakukan setelah menstruasi karena jaringan payudara sudah lunak dan longgar sehingga memudahkan Perabaan SADARI tidak digunakan untuk mengobati infeksi pada payudara Teknik SADARI cukup merumitkan SADARI perlu dilakukan hanya pada remaja yang keluarganya memiliki riwayat penderita kanker payudara Dengan mengetahui lebih dini adanya benjolan pada payudara dan ternyata adalah kanker maka harapan untuk sembuh akan lebih besar maka sebaiknya melakukan SADARI secara teratur Dalam pelaksanaan SADARI jika ditemukan adanya benjolan keras, tidak teratur sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan
1
5,0
7
55,0
12
60,0
0
0,0
6
30,0
12
60,0
2
10,0
0
0,0
1
5,0
14
70,0
5
25,0
0
0,0
0
0,0
3
15,0
17
85,0
0
0,0
0
0,0
2
10,0
12
60,0
6
30,0
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT pada posttest kedua, beberapa item pertanyaan tidak mengalami perubahan sikap dan item pertanyaan yang mengalami perubahan tidak sesignifikan perubahan pada posttest pertama. sebagian besar responden menjawab setuju pada pertanyaan pada usia remaja, wanita juga harus waspada terhadap bahaya kanker payudara, SADARI sebaiknya dilakukan sendiri karena kita yang tahu perubahan yang terjadi pada payudara kita, SADARI harus dilakukan setiap bulan, semakin dini ditemukan kanker payudara dan ditangani dengan pengobatan maka harapan kesembuhan semakin besar, manfaat dari SADARI adalah
dapat mendeteksi kanker payudara sedini mungkin sebelum sampai pada stadium lanjut, tehnik pelaksanaan SADARI simpel, murah, dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari secara kontinyu, SADARI dilakukan setelah menstruasi karena jaringan payudara sudah lunak dan longgar sehingga memudahkan perabaan, SADARI tidak digunakan untuk mengobati infeksi pada payudara, dengan mengetahui lebih dini adanya benjolan pada payudara dan ternyata adalah kanker maka harapan untuk sembuh akan lebih besar maka sebaiknya melakukan SADARI secara teratur dan dalam pelaksanaan SADARI jika ditemukan adanya benjolan keras, tidak teratur sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Sikap Responden pada Posttest Kedua pada Kelompok yang Mendapat Penyuluhan dengan Metode CPDL No.
Sikap
1.
Pada usia remaja, wanita juga harus waspada terhadap bahaya kanker payudara SADARI hanya diperuntukan bagi wanita yang sudah menikah SADARI sebaiknya dilakukan sendiri karena kita yang tahu perubahan yang terjadi pada Payudara kita SADARI harus dilakukan setiap bulan Semakin dini ditemukan kanker payudara dan ditangani dengan pengobatan maka harapan kesembuhan semakin besar. Dalam pelaksaannya SADARI dapat dibantu oleh orang lain untuk memeriksa payudara Kita Manfaat dari SADARI adalah dapat mendeteksi kanker payudara sedini mungkin sebelum sampai pada stadium lanjut SADARI tidak dapat dilakukan pada posisi tegak di depan cermin Tehnik pelaksanaan SADARI simpel, murah, dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari secara kontinyu SADARI dilakukan setelah menstruasi karena jaringan payudara sudah lunak dan longgar sehingga memudahkan Perabaan SADARI tidak digunakan untuk mengobati infeksi pada payudara Teknik SADARI cukup merumitkan
2. 3.
4. 5.
6.
7.
8.
9.
10.
11. 12.
STS N % 0 0,0
TS n % 0 0,0
S
SS
n 11
% 55,0
n 9
% 45,0
3
15,0
15
75,0
2
10,0
0
0,0
0
0,0
1
5,0
18
90,0
1
5,0
0
0,0
0
0,0
15
75,0
5
25,0
0
0,0
1
5,0
18
90,0
1
5,0
2
10,0
18
90,0
0
0,0
0
0,0
0
0,0
1
5,0
17
85,0
2
10,0
1
5,0
15
75,0
4
20,0
0
0,0
0
0,0
1
5,0
18
80,0
1
5,0
0
0,0
1
5,0
16
80,0
3
15,0
1
0,0
1
5,0
17
85,0
2
10,0
7
35,0
11
55,0
2
10,0
0
0,0
1
5,0
17
85,0
2
10,0
0
0,0
Tabel 4.10 (Lanjutan) 13.
14.
15.
SADARI perlu dilakukan hanya pada remaja yang keluarganya memiliki riwayat penderita kanker payudara Dengan mengetahui lebih dini adanya benjolan pada payudara dan ternyata adalah kanker maka harapan untuk sembuh akan lebih besar maka sebaiknya melakukan SADARI secara teratur Dalam pelaksanaan SADARI jika ditemukan adanya benjolan keras, tidak teratur sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan
0
0,0
0
0,0
19
95,0
1
5,0
0
0,0
0
0,0
8
40,0
12
60,0
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang mendapat penyuluhan dengan metode CPDL pada posttest kedua, beberapa item pertanyaan tidak mengalami perubahan sikap dan item pertanyaan yang mengalami perubahan tidak sesignifikan perubahan pada posttest pertama. sebagian besar responden menjawab setuju pada pertanyaan pada usia remaja, wanita juga harus waspada terhadap bahaya kanker payudara, SADARI sebaiknya dilakukan sendiri karena kita yang tahu perubahan yang terjadi pada payudara kita, SADARI harus dilakukan setiap bulan, semakin dini ditemukan kanker payudara dan ditangani dengan pengobatan maka harapan kesembuhan semakin besar, manfaat dari SADARI adalah dapat mendeteksi kanker payudara sedini mungkin sebelum sampai pada stadium lanjut, tehnik pelaksanaan SADARI simpel, murah, dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari secara kontinyu, SADARI dilakukan setelah menstruasi karena jaringan payudara sudah lunak dan longgar
SADARI tidak digunakan untuk mengobati infeksi pada payudara, dengan mengetahui lebih dini adanya benjolan pada payudara dan ternyata adalah kanker maka harapan untuk sembuh akan lebih besar maka sebaiknya melakukan SADARI secara teratur dan dalam pelaksanaan SADARI jika ditemukan adanya benjolan keras, tidak teratur sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Perubahan sikap yang dialami responden yang mendapat penyuluhan dengan metode CPDL hampir sama dengan yang dialami responden yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT. Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Sikap Responden pada Posttest pada Kelompok yang Mendapat Penyuluhan dengan Metode CPTT No. 1.
2. 3.
4. 5.
6.
7.
8.
STS N % Pada usia remaja, wanita juga 0 0,0 harus waspada terhadap bahaya kanker payudara 5,0 SADARI hanya diperuntukan 1 bagi wanita yang sudah menikah 0,0 SADARI sebaiknya dilakukan 0 sendiri karena kita yang tahu perubahan yang terjadi pada Payudara kita 0,0 SADARI harus dilakukan setiap 0 bulan Semakin dini ditemukan kanker 0,0 payudara dan ditangani dengan 0 pengobatan maka harapan kesembuhan semakin besar. 5,0 Dalam pelaksaannya SADARI 1 dapat dibantu oleh orang lain untuk memeriksa payudara 0 0,0 Kita Manfaat dari SADARI adalah dapat mendeteksi kanker payudara sedini mungkin sebelum sampai pada stadium 1 5,0 lanjut SADARI tidak dapat dilakukan
Sikap
TS n % 2 10,0
S n 13
% 65,0
SS N 5
% 25,0
18
90,0
1
5,0
0
0,0
2
10,0
15
90,0
0
0,0
3
15,0
15
75,0
2
10,0
1
5,0
17
85,0
2
10,0
17
85,0
2
10,0
0
0,0
0
0,0
17
85,0
3
15,0
18
90,0
1
5,0
0
0,0
Tabel 4.11 (Lanjutan)
9.
10.
11. 12. 13.
14.
15.
pada posisi tegak di depan cermin Tehnik pelaksanaan SADARI simpel, murah, dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari secara kontinyu SADARI dilakukan setelah menstruasi karena jaringan payudara sudah lunak dan longgar sehingga memudahkan Perabaan SADARI tidak digunakan untuk mengobati infeksi pada payudara Teknik SADARI cukup merumitkan SADARI perlu dilakukan hanya pada remaja yang keluarganya memiliki riwayat penderita kanker payudara Dengan mengetahui lebih dini adanya benjolan pada payudara dan ternyata adalah kanker maka harapan untuk sembuh akan lebih besar maka sebaiknya melakukan SADARI secara teratur Dalam pelaksanaan SADARI jika ditemukan adanya benjolan keras, tidak teratur sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan
0
0,0
2
10,0
17
85,0
1
5,0
0
0,0
1
5,0
17
85,0
2
10,0
1
5,0
5
25,0
14
70,0
0
0,0
8
40,0
10
50,0
2
10,0
0
0,0
1
5,0
16
80,0
3
15,0
0
0,0
0
0,0
2
10,0
18
90,0
0
0,0
0
0,0
2
10,0
10
50,0
8
40,0
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT pada posttest ketiga, beberapa item pertanyaan tidak mengalami perubahan sikap dan item pertanyaan yang mengalami perubahan tidak sesignifikan perubahan pada posttest pertama. sebagian besar responden menjawab setuju pada pertanyaan pada usia remaja, wanita juga harus waspada terhadap bahaya kanker payudara, SADARI sebaiknya dilakukan sendiri karena kita yang tahu perubahan yang terjadi pada payudara kita, SADARI harus
dilakukan setiap bulan, semakin dini ditemukan kanker payudara dan ditangani dengan pengobatan maka harapan kesembuhan semakin besar, manfaat dari SADARI adalah dapat mendeteksi kanker payudara sedini mungkin sebelum sampai pada stadium lanjut, tehnik pelaksanaan SADARI simpel, murah, dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari secara kontinyu, SADARI dilakukan setelah menstruasi karena jaringan payudara sudah lunak dan longgar sehingga memudahkan perabaan, perabaan, SADARI tidak digunakan untuk mengobati infeksi pada payudara, dengan mengetahui lebih dini adanya benjolan pada payudara dan ternyata adalah kanker maka harapan untuk sembuh akan lebih besar maka sebaiknya melakukan SADARI secara teratur dan dalam pelaksanaan SADARI jika ditemukan adanya benjolan keras, tidak teratur sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Sikap Responden pada Posttest Ketiga pada Kelompok yang Mendapat Penyuluhan dengan Metode CPTT dan CPDL No. 1.
2. 3.
4. 5.
6.
Sikap Pada usia remaja, wanita juga harus waspada terhadap bahaya kanker payudara SADARI hanya diperuntukan bagi wanita yang sudah menikah SADARI sebaiknya dilakukan sendiri karena kita yang tahu perubahan yang terjadi pada Payudara kita SADARI harus dilakukan setiap bulan Semakin dini ditemukan kanker payudara dan ditangani dengan pengobatan maka harapan kesembuhan semakin besar. Dalam pelaksaannya SADARI
N 0
STS % 0,0
n 0
TS % 0,0
n 8
S % 40,0
n 12
SS % 60,0
4
2,0
14
70,0
2
10,0
0
0,0
0
0,0
1
5,0
18
90,0
1
5,0
0
0,0
0
0,0
15
75,0
5
25,0
0
0,0
1
5,0
16
80,0
3
15,0
2
10,0
18
90,0
0
0,0
0
0,0
Tabel 4.12 (Lanjutan)
7.
8.
9.
10.
11. 12. 13.
14.
15.
dapat dibantu oleh orang lain untuk memeriksa payudara 0 Kita Manfaat dari SADARI adalah dapat mendeteksi kanker payudara sedini mungkin sebelum sampai pada stadium 2 lanjut SADARI tidak dapat dilakukan pada posisi tegak di depan 0 cermin Tehnik pelaksanaan SADARI simpel, murah, dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan 0 sehari hari secara kontinyu SADARI dilakukan setelah menstruasi karena jaringan payudara sudah lunak dan 0 longgar sehingga memudahkan Perabaan SADARI tidak digunakan untuk 8 mengobati infeksi pada payudara Teknik SADARI cukup 1 merumitkan SADARI perlu dilakukan hanya pada remaja yang keluarganya memiliki riwayat penderita 0 kanker payudara Dengan mengetahui lebih dini adanya benjolan pada payudara dan ternyata adalah kanker maka harapan untuk sembuh akan lebih besar maka sebaiknya melakukan SADARI secara 0 teratur Dalam pelaksanaan SADARI jika ditemukan adanya benjolan keras, tidak teratur sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan
0,0
1
5,0
16
80,0
3
15,0
10,0
15
75,0
3
15,0
0
0,0
0,0
1
5,0
18
80,0
1
5,0
0,0
1
5,0
15
75,0
4
20,0
0,0
1
5,0
17
85,0
2
10,0
40,0
10
50,0
2
10,0
0
0,0
5,0
17
85,0
2
10,0
0
0,0
0,0
0
0,0
18
90,0
2
10,0
0,0
0
0,0
8
40,0
12
60,0
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang mendapat penyuluhan dengan metode CPDL pada posttest ketiga, beberapa item pertanyaan
tidak mengalami perubahan sikap dan item pertanyaan yang mengalami perubahan tidak sesignifikan perubahan pada posttest pertama. sebagian besar responden menjawab setuju pada pertanyaan pada usia remaja, wanita juga harus waspada terhadap bahaya kanker payudara, SADARI sebaiknya dilakukan sendiri karena kita yang tahu perubahan yang terjadi pada payudara kita, SADARI harus dilakukan setiap bulan, semakin dini ditemukan kanker payudara dan ditangani dengan pengobatan maka harapan kesembuhan semakin besar, manfaat dari SADARI adalah dapat mendeteksi kanker payudara sedini mungkin sebelum sampai pada stadium lanjut, tehnik pelaksanaan SADARI simpel, murah, dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari secara kontinyu, SADARI dilakukan setelah menstruasi karena jaringan payudara sudah lunak dan longgar sehingga memudahkan perabaan, SADARI tidak digunakan untuk mengobati infeksi pada payudara, dengan mengetahui lebih dini adanya benjolan pada payudara dan ternyata adalah kanker maka harapan untuk sembuh akan lebih besar maka sebaiknya melakukan SADARI secara teratur dan dalam pelaksanaan SADARI jika ditemukan adanya benjolan keras, tidak teratur sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Perubahan sikap yang dialami responden yang mendapat penyuluhan dengan metode simulasi hampir sama dengan yang dialami responden yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT. 4.3.2. Perbedaan Tingkat Pengetahuan pada Hasil Pretest, Posttest Pertama, dan Posttest Kedua Berdasarkan hasil pretest, posttest pertama,dan posttest kedua dapat diketahui bahwa ada perbedaan antara pengetahuan tentang SADARI sebelum dan sesudah
penyuluhan baik dengan metode CPTT maupun dengan metode CPDL. Perbedaan pengetahuan dapat dilihat berdasarkan kategori seperti di bawah ini. Tabel 4.13. Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden pada Pretest, Posttest Pertama dan Posttest Kedua pada Kelompok yang Mendapat Penyuluhan dengan Metode CPTT dan CPDL Pretest No. I 1. 2. 3. II 1. 2. 3.
Posttest 1
Posttest 2
Tindakan Metode CPTT Baik Cukup Kurang Metode CPDL Baik Cukup Kurang
n
%
n
%
n
%
2 3 15
10,0 15,0 75,0
5 6 9
25,0 30,0 45,0
5 15 0
25,0 75,0 0,0
0 4 16
0,0 20,0 80,0
6 13 1
30,0 65,0 5,0
14 6 0
70,0 30,0 0,0
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa terjadi peningkatan pengetahuan secara signifikan sebelum dan sesudah pemberian perlakuan baik dengan metode CPTT maupun dengan metode CPDL. Sebelum pemberian perlakuan diketahui bahwa sebagian besar responden berpengetahuan kurang dengan jumlah 15 orang (75,0%) pada kelompok yang diberi perlakuan CPTT dan 16 orang (80,0%) pada kelompok yang diberikan perlakuan CPDL. Setelah diberikan penyuluhan diketahui bahwa sebagian besar responden berpengetahuan cukup dengan jumlah 15 orang (75,0%) pada kelompok yang diberi perlakuan CPTT dan berpengetahuan baik dengan jumlah 14 orang (70,0%) pada kelompok yang diberi perlakuan CPDL.
Perbedaan peningkatan pengetahuan antara metode CPTT dan CPDL dapat dilihat dengan menggunakan uji mann whitney test seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 4.14. Perbedaan Pengetahuan Responden pada Pretest dan Posttest pada Kelompok yang Mendapat Penyuluhan dengan Metode CPTT dan CPDL Pretest
Posttest
No.
Metode
Mean Rank
Z
p
Mean Rank
Z
p
1. 2.
CPTT CPDL
21,20 19,80
0,520
0,630
16,00 25,00
2,814
0,005
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebelum penyuluhan tidak ada perbedaan antara pengetahuan siswi yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT dan CPDL (p = 0,630) dan setelah penyuluhan ada perbedaan antara pengetahuan siswi yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT dan CPDL (p = 0,005). 4.3.3. Perbedaan Tingkat Sikap pada Hasil Pretest,Postest Pertama dan Postest Kedua
Berdasarkan hasil pretest, posttest pertama dan posttest kedua dapat diketahui bahwa ada pebedaan antara sikap tentang SADARI sebelum dan sesudah penyuluhan baik dengan metode CPTT maupun dengan metode CPDL. Perbedaan sikap dapat dilihat berdasarkan kategori seperti di bawah ini.
Tabel 4.15. Frekuensi Tingkat Sikap Responden pada Pretest, Posttest Pertama dan Posttest Kedua pada Kelompok yang Mendapat Penyuluhan dengan Metode CPTT dan CPDL
No. I 1. 2. 3. II 1. 2. 3.
Tindakan Metode CPTT Baik Cukup Kurang Metode CPDL Baik Cukup Kurang
Pretest
Posttest 1
Posttest 2
n
%
n
%
n
%
0 3 17
0,0 15,0 85,0
1 18 1
5,0 90,0 5,0
3 17 0
15,0 85,0 0,0
0 3 17
0,0 15,0 85,0
3 17 0
15,0 85,0 0,0
8 12 0
40,0 60,0 0,0
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa terjadi peningkatan sikap secara signifikan sebelum dan sesudah pemberian perlakuan baik dengan metode CPTT maupun dengan metode CPDL. Sebelum pemberian perlakuan diketahui bahwa sebagian besar responden bersikap kurang dengan jumlah 17 orang (85,0%) baik pada kelompok yang diberi perlakuan CPTT maupun CPDL. Setelah diberikan penyuluhan selama 3 kali diketahui bahwa sebagian besar responden bersikap cukup dengan jumlah 17 orang (85,0%) pada kelompok yang diberi perlakuan CPTT sedangkan pada kelompok yang diberi perlakuan CPDL bersikap baik dengan jumlah 8 orang (40,0%) dan bersikap cukup 12 orang (60,0%). Perbedaan peningkatan sikap antara metode CPTT dan CPDL dapat dilihat dengan menggunakan uji mann whitney test seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.16. Perbedaan Sikap Responden pada Pretest dan Posttest pada Kelompok yang Mendapat Penyuluhan dengan Metode CPTT dan CPDL Pretest
Posttest
No.
Metode
Mean Rank
Z
p
Mean Rank
Z
p
1. 2.
CPTT CPDL
20,50 20,50
0,000
1,000
18,00 23,00
1,748
0,080
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebelum dan setelah penyuluhan tidak ada perbedaan antara sikap siswi yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT dan CPDL dengan nilai p = 1,000 sebelum penyuluhan dan p = 0,080 setelah penyuluhan.
4.4. Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh penyuluhan dengan menggunakan metode CPTT dan CPDL dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang SADARI menggunakan statistik uji wilcoxon. Untuk mengetahui pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan analisa bivariat menggunakan uji Paired sampel t-test bila data berdistribusi normal (p<0,005) dan uji wilcoxon bila data tidak berdistribusi tidak normal (p>0,005).Namun sebelumnya dilakukan terlebih dahulu uji normalitas data.
4.4.1. Uji Normalitas Data Uji normalitas data berfungsi untuk menentukan tipe data yang digunakan untuk menentukan jenis uji bivariat yang akan dipilih. Jika tipe data antara pretest dan postest berdistribusi normal maka akan menggunakan uji bivariat dengan paired sampel t-test, sedangkan jika salah satu tipe data antara pretest dan posttest berdistribusi tidak normal maka menggunakan uji wilcoxon. Uji normalitas menggunakan uji skepiro wilks dengan alasan sampel < 50 orang,jika nilai p <0,005 maka dapat dikatakan tipe data berdistribusi tidak normal. Tabel 4.17. Hasil Uji Normalitas Data Variabel Pengetahuan dan Sikap Metode Variabel
CPTT p
Pengetahuan Pretest Posttest Sikap Pretest Posttest
Keterangan
p
CPDL Keterangan
0,049 0,239
Tidak normal Normal
0,417 0,011
Normal Tidak normal
0,504 0,041
Normal Tidak normal
0,111 0,045
Normal Tidak normal
4.4.2. Efektivitas Penyuluhan Kesehatan dengan Metode CPTT terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang SADARI Tahapan pertama dalam penelitian kuasi eksperimen setelah data terdisribusi tidak normal adalah melihat ada atau tidak efektifitas metode CPTT terhadap pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah dengan menggunakan uji wilcoxon.
Tabel 4.18. Efektifitas Penyuluhan Kesehatan dengan Metode CPTT terhadap Pengetahuan dan Sikap Variabel Pengetahuan Sebelum metode CPTT Sesudah metode CPTT Sikap Sebelum metode CPTT Sesudah metode CPTT
Mean
p
8,35 12,55
0,001
50,75 52,70
0,001
Berdasarkan tabel diatas terjadi perubahan nilai rata-rata pengetahuan sebelum dengan sesudah diberikan metode CPTT yaitu 8,35 menjadi 12,55 dengan nilai p=0,001<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada efektifitas metode CPTT terhadap pengetahuan siswi tentang SADARI. Terdapat peningkatan rata-rata sikap sebelum dan sesudah diberikan metode CPTT yaitu 50,75 menjadi 52,70 dengan nilai p=0,001<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada efektifitas metode CPTT terhadap sikap siswi tentang SADARI. 4.4.3. Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Dengan Metode CPDL terhadap Pengetahuan dan Sikap Tahapan pertama dalam penelitian kuasi eksperimen setelah data terdistribusi tidak normal adalah melihat ada atau tidak efektifitas metode CPDL terhadap pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah dengan menggunakan uji wilcoxon
Tabel 4.19. Efektifitas Penyuluhan Kesehatan dengan Metode CPDL terhadap Pengetahuan dan Sikap Variabel Pengetahuan Sebelum metode CPDL Sesudah metode CPDL Sikap Sebelum metode CPDL Sesudah metode CPDL
Mean
p
8,15 13,55
0,001
49,70 53,55
0,001
Berdasarkan tabel terjadi perubahan nilai rata-rata pengetahuan sebelum dengan sesudah
diberikan metode CPDL yaitu 8,15 menjadi 13,55 dengan niai
p=0,001<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat efektifitas metode CPDL terhadap pengetahuan siswi tentang SADARI. Terdapat pebingkatan rata-rata sikap sebelum
dengan sesudah diberikan
metode CPDL yaitu 49,70 menjadi 53,55 dengan nilai p=0,001<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat efektifitas metode CPDL terhadap sikap siswi tentang SADARI.
4.4.4.
Efektifitas Penyuluhan Kesehatan dengan Metode CPTT dan CPDL terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswi tentang SADARI Tahapan kedua dalam penelitian adalah melihat perbedaan efektifitas metode
CPTT dan CPDL terhadap pengetahuan dan sikap dengan menggunakan uji MannWhitney
Tabel 4.20. Efektifitas penyuluhan kesehatan dengan metode CPTT dan CPDL tentang SADARI Variabel Perubahan Pengetahuan CPTT CPDL Perubahan Sikap CPTT CPDL
Mean
p
4,20 5,40
0,040
1,95 3,85
0,009
Terdapat perbedaan efektifitas perubahan pengetahuan tentang SADARI antara metode CPTT dan CPDL ( p=0,040 ) perubahan pengetahuan lebih besar pada metode CPDL . Terdapat perbedaan efektifitas perubahan sikap tentang SADARI antara metode CPTT dan CPDL ( p = 0,009) perubahan sikap lebih besar pada metode CPDL.
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Penyuluhan tentang SADARI dengan Metode CPTT Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semua item pertanyaan pengetahuan mengalami peningkatan, dimana sebelum penyuluhan sebagian besar pengetahuan responden pada kategori kurang. Sebelum diberikan penyuluhan diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab salah pada semua item pertanyaan. Pertanyaan yang sebagian besar menjawab dengan tepat adalah pertanyaan tentang penyebab kanker payudara, pencegahan primer yang dapat dilakukan, definisi kanker payudara dan stadium kanker payudara. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak menjawab salah adalah pertanyaan tentang cara mendeteksi kanker payudara, cara melakukan SADARI, tujuan melakukan SADARI pada saat berdiri di depan cermin, metode yang dapat digunakan untuk melihat perubahan bentuk payudara dan tujuan perabaan ketiak. Setelah diberikan penyuluhan diketahui bahwa peningkatan pengetahuan di setiap item pertanyaan sebesar 20-50 %. Pertanyaan yang mengalami perubahan yang signifikan adalah pertanyaan tentang gejala kanker payudara, dimana sebelum sebelum penyuluhan yang menjawab dengan tepat adalah 8 orang (40,0%) dan setelah penyuluhan yang menjawab dengan tepat sebanyak 18 orang (90,0%), sedangkan pertanyaan yang mengalami perubahan yang tidak signifikan adalah pertanyaan tentang tujuan perabaan ketiak, dimana sebelum penyuluhan yang 104
menjawab dengan tepat sebanyak 5 orang (25,0%) dan setelah penyuluhan yang menjawab dengan tepat sebanyak 9 orang (45,0%). Sebelum
penyuluhan
diketahui
bahwa
sebagian
besar
responden
berpengetahuan kurang dengan jumlah sebanyak 15 orang (75,0%) dan setelah diberikan penyuluhan sebanyak 3 kali diketahui bahwa terjadi perubahan pengetahuan dimana sebagian besar responden berpengetahuan cukup dengan jumlah 15 orang (75,0%). Hasil penelitian tentang pengaruh penyuluhan dengan metode CPTT diketahui bahwa semua pernyataan sikap mengalami peningkatan. Sebelum penyuluhan diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab tidak setuju pada pernyataan pada usia remaja, wanita juga harus waspada terhadap bahaya kanker payudara sebanyak 12 orang (60,0%), SADARI hanya diperuntukan bagi wanita yang sudah menikah sebanyak 14 orang (70,0%), SADARI sebaiknya dilakukan sendiri karena kita yang tahu perubahan yang terjadi pada payudara kita sebanyak 14 orang (70,0%), SADARI harus dilakukan setiap bulan sebanyak 15 orang (75,0%), tehnik pelaksanaan SADARI simpel, murah, dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari secara kontinyu sebanyak 14 orang (70,0%), SADARI dilakukan setelah menstruasi karena jaringan payudara sudah lunak dan longgar sehingga memudahkan perabaan sebanyak 11 orang (55,0%) dan SADARI tidak digunakan untuk mengobati infeksi pada payudara sebanyak 14 orang (70,0%). Setelah diberikan penyuluhan dengan metode CPTT diketahui bahwa responden yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT pada posttest pertama
mengalami perubahan sikap, sebagian besar responden menjawab setuju pada pernyataan pada usia remaja wanita juga harus waspada terhadap bahaya kanker payudara, SADARI sebaiknya dilakukan sendiri karena kita yang tahu perubahan yang terjadi pada payudara kita, SADARI harus dilakukan setiap bulan, semakin dini ditemukan kanker payudara dan ditangani dengan pengobatan maka harapan kesembuhan semakin besar, manfaat dari SADARI adalah dapat mendeteksi kanker payudara sedini mungkin sebelum sampai pada stadium lanjut, tehnik pelaksanaan SADARI simpel, murah, dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari secara kontinyu, SADARI dilakukan setelah menstruasi karena jaringan payudara sudah lunak dan longgar sehingga memudahkan perabaan, SADARI tidak digunakan untuk mengobati infeksi pada payudara, dengan mengetahui lebih dini adanya benjolan pada payudara dan ternyata adalah kanker maka harapan untuk sembuh akan lebih besar maka sebaiknya melakukan SADARI secara teratur dan dalam pelaksanaan SADARI jika ditemukan adanya benjolan keras, tidak teratur sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Berdasarkan tingkatan sikap responden diketahui bahwa sebelum penyuluhan sebagian besar responden bersikap kurang dengan jumlah 17 orang (85,0%) dan setelah diberikan penyuluhan diketahui bahwa terjadi perubahan sikap dimana sebagian besar responden bersikap cukup dengan jumlah sebanyak 17 orang (85,0). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada perbedaan sikap siswi sebelum diberikan penyuluhan menggunakan metode CPTT.
Tidak adanya peningkatan yang signifikan antara pretest dan posttest disebabkan karena jumlah siswi yang melakukan SADARI setelah diberikan penyuluhan berjumlah sedikit. Berdasarkan wawancara dengan siswi yang tidak melakukan SADARI diketahui bahwa siswi tidak melakukan SADARI disebabkan karena lupa untuk melakukannya dan merasa belum menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan pengetahuan dan sikap menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) adalah dengan pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap sehingga menimbulkan kesadaran yang pada akhirnya orang itu akan memiliki sikap yang sesuai dengan pengetahuannya. Salah satu upaya pemberian informasi itu adalah dengan memberi penyuluhan. Penentuan metode ini diawali degan melakukan analisis situasi agar informasi yang akan diberikan dapat diterima dengan baik oleh kelompok masyarakat dan efektif untuk merubah pengetahuan dan sikap terhadap penyakit demam berdarah dangue. Hal ini sesuai dengan penelitian Munawaroh (2012) yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh penyuluhan dengan metode CPTT pada siswa SMA terhadap peningkatan pengetahuan tentang seks bebas dengan nilai p = 0,009. Hal ini sejalan dengan Citra (2012) yang mendapatkan bahwa ada pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah untuk meningkatkan pengetahuan tentang bahaya merokok pada siswa SMP.
Metode CPTT merupakan salah satu cara menerangkan atau menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok pendengar yang disertai diskusi dan tanya jawab. Pada metode ini penyuluh lebih banyak memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan tanggapannya (Hikmawati, 2011). Menurut Depkes (2008), CPTT digunakan apabila ingin memberikan suatu informasi kepada peserta yang dibagi dalam beberapa topik bahasan. Adapun kelebihan metode ini adalah 1) Mudah mengorganisasinya sehingga relatif efisien dan sederhana, 2) Waktu dapat dibatasi dan dalam waktu singkat dapat memberikan banyak informasi, 3) Dapat menjangkau audiens dalam waktu bersamaan, 4) Dapat dilakukan secara sistematis dengan menggunakan macam-macam alat-alat bantu, 5) Dapat memengaruhi suasana emosi peserta. Metode CPTT merupakan salah satu metode yang baik untuk kelompok besar. Kelompok besar yang dimaksud disini adalah apabila peserta itu lebih 15 orang. Metode ini cocok untuk sasaran pendidikan tinggi dan rendah. Metode ini menguntungkan bila dipergunakan untuk memperkenalkan suatu subjek dengan memberikan gambaran, sehingga menuntun orang untuk mengambil suatu tindakan, bersifat informatif dan dapat menghemat waktu karena sebagia peserta dapat diberi pemahaman pada suatu waktu serta dapat diulang kembali jika ada peserta yang kurang memahami (Trianto, 2013).
5.2. Penyuluhan tentang SADARI dengan Metode CPDL Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semua item pertanyaan pengetahuan mengalami peningkatan, dimana sebelum penyuluhan sebagian besar pengetahuan responden pada kategori kurang. Sebelum diberikan penyuluhan diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab salah pada semua item pertanyaan. Pertanyaan yang sebagian besar menjawab dengan tepat adalah pertanyaan tentang penyebab kanker payudara, pencegahan primer yang dapat dilakukan, definisi kanker payudara dan stadium kanker payudara. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak menjawab salah adalah pertanyaan tentang cara melakukan SADARI, tujuan gerakan SADARI dengan posisi berbaring, tujuan melakukan SADARI pada saat berdiri di depan cermin, metode yang dapat digunakan untuk melihat perubahan bentuk payudara dan tujuan perabaan ketiak. Setelah diberikan penyuluhan diketahui bahwa peningkatan pengetahuan di setiap item pertanyaan sebesar 10-70 %. Pertanyaan yang mengalami perubahan yang signifikan adalah pertanyaan tentang cara melakukan SADARI, dimana sebelum sebelum penyuluhan yang menjawab dengan tepat adalah 5 orang (25,0%) dan setelah penyuluhan yang menjawab dengan tepat sebanyak 19 orang (95,0%) dan tujuan gerakan SADARI dengan posisi berbaring, dimana sebelum sebelum penyuluhan yang menjawab dengan tepat adalah 4 orang (20,0%) dan setelah penyuluhan yang menjawab dengan tepat sebanyak 18 orang (90,0%), sedangkan pertanyaan yang mengalami perubahan yang tidak signifikan adalah pertanyaan tentang pencegahan primer yang dapat dilakukan, dimana sebelum penyuluhan yang
menjawab dengan tepat sebanyak 15 orang (75,0%) dan setelah penyuluhan yang menjawab dengan tepat sebanyak 17 orang (85,0%). Sebelum
penyuluhan
diketahui
bahwa
sebagian
besar
responden
berpengetahuan kurang dengan jumlah sebanyak 16 orang (80,0%) dan setelah diberikan penyuluhan diketahui bahwa terjadi perubahan pengetahuan dimana sebagian besar responden berpengetahuan baik dengan jumlah 14 orang (70,0%). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, sebelum pemberian penyuluhan dengan metode CPDL diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab tidak setuju pada pernyataan SADARI harus dilakukan setiap bulan sebanyak 11 orang (55,0%), Semakin dini ditemukan kanker payudara dan ditangani dengan pengobatan maka harapan kesembuhan semakin besar sebanyak 12 orang (60,0%), manfaat dari SADARI adalah dapat mendeteksi kanker payudara sedini mungkin sebelum sampai pada stadium lanjut sebanyak 12 orang (60,0%), tehnik pelaksanaan SADARI simpel, murah, dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari secara kontinyu sebanyak 16 orang (80,0%), SADARI dilakukan setelah menstruasi karena jaringan payudara sudah lunak dan longgar sehingga memudahkan perabaan sebanyak 11 orang (55,0%) dan SADARI tidak digunakan untuk mengobati infeksi pada payudara sebanyak 15 orang (75,0%). Setelah diberikan penyuluhan diketahui bahwa responden yang mendapat penyuluhan dengan metode CPDL mengalami perubahan sikap, sebagian besar responden menjawab setuju pada pernyataaan pada usia remaja, wanita juga harus waspada terhadap bahaya kanker payudara, SADARI sebaiknya dilakukan sendiri
karena kita yang tahu perubahan yang terjadi pada payudara kita, SADARI harus dilakukan setiap bulan, semakin dini ditemukan kanker payudara dan ditangani dengan pengobatan maka harapan kesembuhan semakin besar, manfaat dari SADARI adalah dapat mendeteksi kanker payudara sedini mungkin sebelum sampai pada stadium lanjut, tehnik pelaksanaan SADARI simpel, murah, dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari secara kontinyu, SADARI dilakukan setelah menstruasi karena jaringan payudara sudah lunak dan longgar sehingga memudahkan perabaan, SADARI tidak digunakan untuk mengobati infeksi pada payudara, dengan mengetahui lebih dini adanya benjolan pada payudara dan ternyata adalah kanker maka harapan untuk sembuh akan lebih besar maka sebaiknya melakukan SADARI secara teratur dan dalam pelaksanaan SADARI jika ditemukan adanya benjolan keras, tidak teratur sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Perubahan sikap yang dialami responden yang mendapat penyuluhan dengan metode CPDL hampir sama dengan yang dialami responden yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT. Metode CPDL adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan kepada peserta suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan dengan tujuan agar peserta mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana peserta merasa dan berbuat seperti apa adanya (Mubarak, 2007). Menurut Trianto (2013), metode pembelajaran CPDL adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta didik (ranah kognitif maupun keterampilan). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan
atau ruang belajar karena adanya kesulitan atau keterbatasan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya. Tujuan dari metode pembelajaran CPDL adalah: Agar siswa/peserta mempunyai gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses terjadinya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, dan komponen-komponen yang membentuk sesuatu, untuk menghindari terjadinya verbalisme pada siswa/peserta, agar proses pembelajaran lebih menarik bagi siswa/peserta, meminimalisir pembelajaran satu arah dari guru/penyuluh, dengan metode ini siswa/peserta dilibatkan secara aktif dalam
pembelajaran,
merangsang
siswa/peserta
untuk
aktif
mengamati,
menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencoba mempraktekan apa yang ada dalam teori menjadi sesuatu yang nyata/isimulasikan (Trianto, 2013). Hal ini sejalan dengan penelitian Ratnaningsih (2010) bahwa setelah penyuluhan dengan metode simulasi tentang kesehatan reproduksi remaja terjadi peningkatan yang signifikan skor pengetahuan, skor sikap dan skor tindakan dibandingkan dengan kelompok kontrol (kelompok yang tidak diberi penyuluhan). Hal ini sejalan dengan Emor (2010) dalam penelitiannya tentang pengaruh penyuluhan dengan metode simulasi membuktikan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap responden setelah mendapat penyuluhan tentang kesehatan reproduksi.
5.3. Perbedaan Efektivitas Penyuluhan tentang CPTT dan CPDL
SADARI dengan Metode
Berdasarkan hasil peningkatan pngetahuan dan sikap antara metode CPTT dan CPDL dengan menggunakan uji mann whitney terdapat perbedaan pengetahuan tentang SADARI antara metode CPTT dan CPDL (p = 0,040) perubahan pengetahuan lebih besar pada metode CPDL. Terdapat perbedaan perubahan sikap tentang SADARI antara metode CPTT dan CPDL (p = 0,009) perubahan sikap lebih besar pada metode CPDL. Sebelum dilakukan penyuluhan metode CPTT, siswi yang berpengetahuan baik 2 orang (10,0%) dan setelah penyuluhan meningkat menjadi 5 orang (25,0%), sedangkan pada siswa yang dilakukan penyuluhan metode CPDL, sebelum penyuluhan tidak ada siswi yang berpengetahuan baik (0,0%), setelah penyuluhan menjadi 14 siswi (70,0%) yang berpengeahuan baik. Pertanyaan yang mengalami perbedaan peningkatan yang signifikan adalah pada pertanyaan tentang tujuan gerakan SADARI pada saat berdiri di depan cermin, metode yang dapat digunakan untuk melihat perubahan bentuk payudara dan tujuan perabaan ketiak. Siswi yang mendapat penyuluhan dengan metode CPDL mempunyai peningkatan yang lebih signifikan dibanding siswi yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT. Hal ini disebabkan karena pada penyuluhan dengan metode CPDL peneliti langsung mempraktekkan cara melakukan SADARI dan menggunakan alat bantu sehingga proses pentransferan pengetahuan lebih mudah.
Berdasarkan kategori sikap diketahui bahwa sebelum penyuluhan kedua kelompok siswi bersikap kurang dengan jumlah masing-masing 17 orang (85,0%) dan setelah diberikan penyuluhan dengan metode CPTT diketahui bahwa pada siswi bersikap cukup dengan jumlah 17 orang (85,0%), sedangkan pada metode CPDL diketahui bahwa siswi bersikap baik sebanyak 8 orang (40,0%) dan bersikap cukup sebnayak 12 orang (60,0%). Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa metode CPDL lebih efektif dibanding metode CPTT. Hal ini sesuai dengan penelitian Sari (2011) yang menyimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat pengetahuan dengan metode CPTT dan CPDL setelah diberi penyuluhan kesehatan tentang SADARI (Periksa Payudara Sendiri) pada siswa putri dengan p value 0,021. Tindakan dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap. Tindakan yang dilakukan oleh siswi yang mendapat penyuluhan dengan metode CPDL berbeda dengan yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT. Perbedaan tersebut disebabkan karena pada metode CPDL, siswi dapat melihat langsung cara melakukan SADARI sehingga peningkatan pengetahuan dan sikap lebih tinggi. Menurut asumsi peneliti, peningkatan pengetahuan, dan sikap siswi yang mendapat penyuluhan dengan metode CPDL lebih tinggi dibanding siswi yang mendapat penyuluhan dengan metode CPTT disebabkan karena pada metode CPDL dipraktekkan cara melakukannya sehingga siswi dapat menggunakan indra pendengaran dan penglihatan lebih maksimal dibanding dengan metode CPTT yang hanya berfokus pada indra pendengaran.
Pengetahuan dan sikap dan tindakan tentang SADARI ini sangat perlu untuk ditingkatkan agar siswi mampu mencegah kanker payudara. Dengan adanya penyuluhan yang dilakukan oleh peneliti ini diharapkan agar siswi yang telah mendapat informasi tentang SADARI mampu untuk membagikan ilmu yang didapat kepada siswi lainnya melalui media informasi sekolah seperti majalah dinding dan kelompok belajar. Selain itu pihak sekolah dapat membantu menfasilitasi dalam hal pemberian informasi terkait SADARI pada saat pembelajaran berlangsung, contohnya pada saat belajar tentang reproduksi manusia pada mata pelaajaran biologi dan tentang kesehatan tubuh pada saat belajar pada mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1. Terdapat perbedaan dan pengetahuan dan sikap siswi SMK Arjuna Laguboti sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan dengan metode CPTT dan CPDL 2. Penyuluhan dengan metode simulasi lebih efektif meningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan tentang SADARI dalam mencegah kanker payudara. Pengetahuan, sikap dan tindakan siswi yang mendapat penyuluhan dengan metode simulasi lebih baik peningkatannya dibanding dengan siswi yang mendapat penyuluhan dengan metode ceramah.
6.2. Saran 1. Bagi pihak sekolah agar memberikan informasi kepada siswit entang SADARI melalui proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran biologi dan pendidikan jasmani dan olahraga. 2. Bagi Tenaga Pengajar menjadi narasumber bagi siswa untuk dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa tentang SADARI serta dapat merubah sikap siswa tersebut melalui metode CPTT dan CPDL 3. Bagi siswi agar terlibat secara aktif dalam mencari informasi tentang SADARI 4. Bagi siswi agar memberikan informasi kepada siswi yang lain dengan metode simulasi dengan menggunakan media yang ada di sekolah seperti majalah dinding
116
5. Bagi siswi agar melakukan SADARI untuk mencegah kanker payudara secara dini 6. Bagi pemerintah dan pembuat kebijakan/pejabat setempat diharapkan agar memfokuskan pada program promosi kesehatan tentang pencegahan secara dini tentang kanker khususnya kanker payudara dengan pelaksanaan SADARI bagi remaja.