BAB 17
Agribisnis dan Masa Depan Pengairan Seperti telah dinyatakan dan diterima oleh banyak pihak, sistem agribisnis merupakan lingkungan kegiatan ekonomi yang sangat strategis, berperan besar dalam perekonomian, dan tetap akan menjadi andalan perekonomian pada masa yang akan datang. Oleh karena itu diperlukan suatu kebijakan nasional yang menempatkan pengembangan agribisnis sebagai strategi dasar pemulihan perekonomian sekaligus sebagai langkah untuk menata struktur perekonomian yang lebih kokoh, merata, dan demokratis. Dalam hal ini pengairan akan memiliki posisi vital dalam strategi dasar tersebut. Beberapa aspek teknis menunjukkan tingginya peran air dalam kegiatan produksi agribisnis. Sebagai contoh, untuk menghasilkan setiap liter susu sapi dibutuhkan delapan liter air, baik untuk memenuhi kebutuhan sapi sendiri maupun untuk kebersihan kandang dan keperluan lain, Disamping itu, banyak produk hortikultura, terutama sayur dan buah yang kandungan airnya mencapai lebih dari 60 persen dari berat produk. Belum lagi air untuk agribisnis hilir untuk keperluan pascapanen (pembersihan, dan lain-lain), agroindustri, dan pemasaran. Dalam hal ini, sedemikian pentingnya posisi air dalam proses produksi agribisnis, maka daya saing agribisnis yang salah satunya dicerminkan oleh tinggi rendahnya biaya dan harga jual dan akan juga ditentukan oleh tingkat efisiensi dan efektivitas penggunaan air. Bagi sektor pengairan sendiri, penempatan kebijakan pengembangannya sebagai bagian dari suatu strategi pembangunan yang lebih besar merupakan hal yang sangat penting mengingat sebagian dari pengertian pengairan adalah sebagai sumber daya dan sarana produksi bagi kegiatan ekonomi. Pengembangan pengairan bukan merupakan tujuan akhir tetapi menjadi sarana bagi pengembangan kegiatan ekonomi tersebut sehingga keberhasilan pengairan akan dilihat dari keberhasilan kegiatan yang didukungnya, seperti halnya melihat keberhasilan dukungan irigasi terhadap peningkatan produksi padi pada 15 tahun yang lalu. Dalam hal ini pengairan dan agribisnis memiliki hubungan yang tak terpisahkan.
Agribisnis dan Masa Depan Pengairan
Esensi dari agribisnis baik dalam pengertian sistem maupun perusahaan adalah bisnis. Dengan demikian, setiap input yang digunakan dan output yang dihasilkan harus dikelola secara bisnis. Hal tersebut juga berlaku bagi air sebagai sarana produksinya, sehingga aspek efisiensi dan efektivitas menjadi faktor yang sangat menentukan. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas pengairan tersebut. Pertama, efisiensi pemanfaatan. Selama ini, pola pemanfaatan air cenderung dilakukan seolah air tidak terbatas dan costless. Diperlukan peningkatan kesadaran akan pentingnya penetapan biaya atas air dalam proses pemanfaatannya. Di lain pihak, pola pemanfaatan air cenderung dipandang sebagai single-purpose, padahal seharusnya dapat dioptimalkan secara multi purpose seperti irigasi, rumah tangga, dan parawisata. Memang, jika biaya air hanya dibebankan pada satu kegiatan (agribisnis saja misalnya) maka biayanya akan menjadi terlalu mahal sehingga menjadi beban. Kedua, efisiensi distribusi. Basis sistem pengairan di Indonesia didominasi oleh sistem irigasi sawah melalui aliran permukaan. Sudah waktunya untuk dikembangkan sistem distribusi air yang lebih efisien dan lebih meningkatkan ketersediaan air riil. Sistem saluran tertutup, atau teknologi lain dalam penyaluran air, sudah waktunya untuk dikembangkan secara lebih serius. Ketiga, efisiensi pengadaan dan pelestarian. Ketersediaan air semakin lama semakin tidak lagi “ada dengan sendirinya”. Fluktuasi ketersediaan air antarwaktu merupakan gejala yang semakin lama membutuhkan perhatian serius. Oleh sebab itu, sistem penyimpanan air perlu ditingkatkan efisiensinya. Demikian pula aspek-aspek pelestarian sumber-sumber air menjadi hal yang semakin vital. Keempat, produktivitas air. Seperti sudah dinyatakan sistem pengairan yang dibangun selama ini terutama berdasarkan pada sistem irigasi sawah. Padahal banyak agribisnis lain yang mampu memberi nilai produktivitas yang lebih tinggi, seperti hortikultura, peternakan, dan perikanan. Pola pengairan yang dibutuhkan oleh agribisnis nonsawah tersebut berbeda. Jika diarahkan pada pilihan kegiatan agribisnis yang tepat dengan menggunakan pola dan teknologi distribusi yang tepat pula, maka produktivitas air akan meningkat. Singkatnya, kebijakan pengairan dalam agribisnis pada satu sisi untuk menciptakan efisiensi pemanfaatan, distribusi, pengadaan dan pelestarian sesuai dengan jenis agribisnis yang dilayani. Di sisi lain, kebijakan tersebut juga untuk mendorong perkembangan agribisnis yang hemat air.
68
Suara dari Bogor
Agribisnis dan Masa Depan Pengairan
Guna mendukung hal tersebut tampaknya reformasi mendasar diperlukan dalam pengelolaan dan pembangunan pengairan, yaitu dari kebijakan dengan pendekatan yang sentralistik menjadi desentralisasi, dari orientasi pada pemerintah menjadi partisipasi masyarakat lokal, dari pola pembangunan yang berciri mega proyek menjadi proyek yang terkelola oleh sumber daya lokal, dan dari pembiayaan dengan subsidi yang besar menjadi pembangunan dengan rasionalisasi biaya. Aspek-aspek inilah yang harus menjadi wajah masa depan dari kebijakan pengairan, dan menjadi tantangan yang harus segera dijawab oleh siapa pun yang akan menjadi pengelola dan penentu kebijakan. Memang hal tersebut membutuhkan mandat yang lebih besar dari yang dimiliki oleh lembaga yang sekarang ada. Untuk itu suatu lembaga koordinatif, apapun itu namanya, mungkin menjadi alternatif yang menghasilkan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan pengairan yang lebih sesuai dengan perkembangan dan tuntutan keadaan.
Suara dari Bogor
69
Bagian 2
Merefleksi Agribisnis dalam GBHN 1999-2004