BAB 1. PENDAHULUAN 1.1.
Analisis Situasi Kabupaten Soppeng merupakan salah satu sentra produksi ikan tawar di
Sulawesi Selatan.
Produksi perikanan budidaya kolam pada Tahun 2010
mencapai 3.272,5 ton. Jenis ikan yang diproduksi meliputi ikan nila, mas/karper, sepat, tawes, gabus, dan lain-lain (BPS Kabupaten Soppeng 2012). Data produksi ikan ini menunjukkan potensi perikanan tawar yang sangat baik untuk dikembangkan. Beberapa upaya pengembangan usaha yang berkaitan dengan pemanfaatan ikan air tawar telah mulai banyak dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Soppeng. Di antaranya adalah usaha pengolahan ikan melalui penerapan teknologi diversifikasi olahan ikan. Namun, usaha yang dilakukan oleh sejumlah masyarakat kelompok usaha tersebut masih perlu pembinaan dalam meningkatkan kualitas dan jumlah produksi mereka. 1.1.1. Aspek Produksi dan Manajemen Usaha Mitra Sekitar 20 kelompok masyarakat di Kabupaten Soppeng telah terbentuk dan mencoba melakukan usaha dalam menghasilkan berbagai jenis diversifikasi produk pangan (termasuk produk pangan dari hasil perikanan). Dari 20 kelompok tersebut, dua kelompok yaitu Al Furqan dan Hati Mulia dipilih untuk mendapat pembinaan dalam program IbM karena produk mereka sudah mulai dikenal dan diminati oleh masyarakat lokal. Anggota kelompok Al Furqan bermukim di Kampung Jera’e, Kelurahan Bila, Kecamatan Lalabata. Kampung Jera’e terletak sekitar 3 km dari ibukota kecamatan yang sekaligus sebagai ibukota kabupaten, yaitu Watansoppeng). Anggota kelompok Hati Mulia berlokasi di Dusun Tokare, Desa Kessing, Kecamatan Donri Donri, Kabupaten Soppeng.
Desa Kessing
berjarak sekitar 10 km dari Kelurahan Bila. Jarak Kampung Jera’e dan Dusun Tokare dari Kampus Universitas Hasanuddin Makassar masing-masing adalah 155 km dan 164 km.
Kelompok Al Furqan dan Hati Mulia masing-masing
beranggotakan lebih dari 10 orang, namun yang akan terlibat dalam kegiatan IbM ini akan diwakili oleh 5 orang (termasuk ketua kelompok) dari masing-masing kelompok.
2
Kelompok Al Furqan.
Produk olahan yang telah dihasilkan oleh
kelompok Al Furqan adalah abon ikan yang bahan bakunya adalah ikan gabus (Channa striata) dan ikan layang (Decapterus sp). Menurut ketua kelompok Al Furqan, abon ikan yang terbuat dari ikan gabus, dijual dengan harga yang lebih mahal dibandingkan abon ikan yang terbuat dari ikan layang. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan bahan baku ikan gabus tidak kontinyu dan harga segarnya yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan ikan layang yang hampir setiap saat mudah ditemui di pasar ikan dengan harga yang lebih murah. Jumlah produksi abon ikan rata-rata per minggu adalah 1 kg abon dari 4 kg daging ikan. Jenis produk yang paling banyak dan sering diproduksi adalah abon ikan yang terbuat dari ikan layang. Namun demikian, kelompok Al Furqan tidak memproduksi abon setiap hari dan jumlahnya pun masih sangat terbatas sesuai pesanan dari konsumen beberapa hari sebelumnya. Pada mulanya, kelompok Al Furqan menghasilkan abon menggunakan peralatan (kompor, wajan dan alat pemeras) yang sederhana yang biasa digunakan sehari-hari dalam rumah tangga. Namun saat ini, kelompok Al Furqan telah mendapatkan bantuan dari Ditjen P2HP, Kementerian Kelautan dan Perikanan, berupa sebuah alat pemeras (spinner) (Gambar 2A) kapasitas 4 kg. Dengan adanya bantuan peralatan tersebut, kelompok Al Furqan telah mampu menghasilkan abon ikan yang teksturnya lebih baik dibandingkan produksi mereka sebelumnya meskipun masih dalam jumlah yang terbatas. Tempat pengolahan ikan menjadi produk abon dilakukan di rumah ketua kelompok. Ruangan yang digunakan sebagai ruang produksi berukuran sekitar 4 m x 5 m dan menyatu dengan ruangan lain (ruang makan dan dapur). Anggota kelompok Al Furqan juga telah menggunakan kemasan jenis tabung yang terbuat dari plastik yang diperkenalkan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Soppeng.
Untuk labeling, mereka membuatnya secara
manual berupa cetakan merk di atas kertas HVS dan ditempelkan pada permukaan kemasan. Informasi yang tercantum pada label abon adalah nama dan alamat kelompok usaha Al Furqan, nama jenis produk, bahan yang digunakan, nomor ponsel, harga, dan logo (Gambar 2B).
3
Laporan keuangan yang mereka miliki berisi informasi tentang jumlah hasil penjualan dan jumlah pemesanan abon ikan.
Harga jual abon ikan mereka
tentukan berdasarkan biaya pembelian ikan segar sebagai bahan baku abon dan bumbu yang digunakan. Meskipun sudah memiliki struktur organisasi yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota, namun tidak ada pembagian tugas yang jelas dalam pelaksanaan usaha produksi abon.
Semua anggota tim kelompok Al
Furqan tidak ada yang terikat dengan tugas produksi abon.
Hanya anggota
kelompok yang memiliki waktu lowong akan dilibatkan dalam pembuatan abon.
Gambar 2. Alat pemeras (spinner) yang dimiliki oleh kelompok usaha Al Furqan (A), Produk abon ikan dalam kemasan dan label sederhana yang saat ini dihasilkan oleh kelompok usaha Al Furqan (B) Kelompok Hati Mulia. Kelompok yang baru terbentuk pada Januari 2013 (atau sekitar dua bulan) ini telah mampu menghasilkan produk amplang yang diminati oleh masyarakat lokal.
Bahan utama yang digunakan untuk
menghasilkan produk amplang ada dua jenis, yaitu ikan layang (Decapterus sp) dan ikan nilem (Osteochilus vittatus).
Berdasarkan pengalaman dari anggota
kelompok Hati Mulia, amplang yang terbuat dari ikan nilem cita rasanya lebih gurih dan tampilan warna amplang lebih cerah dan lebih menarik.
Namun
demikian, meskipun ikan layang lebih mahal harganya di pasar ikan setempat dibandingkan harga ikan nilem yang sangat murah karena tidak menjadi favorit sebagai ikan konsumsi, sampai saat ini kelompok Hati Mulia masih lebih banyak
4
menggunakan ikan Layang sebagai bahan baku amplang dibandingkan ikan Nilem. Alasan mereka adalah karena ikan layang dapat ditemukan setiap saat di pasar ikan, sementara ikan nilem melimpah hanya pada waktu tertentu saja dan pada waktu lain seringkali sulit ditemukan. Jumlah produksi amplang per minggu adalah 50 kemasan, yang setiap kemasan berisi 50 gram amplang. Jadi dalam seminggu kelompok Hati Mulia menghasilkan 2,5 kg amplang yang berasal dari 2 kg daging ikan segar (layang atau nilem). Akan tetapi produksi amplang tidak dilakukan secara kontinyu. Produk amplang yang dihasilkan kemudian didistribusikan ke warung atau tokotoko kecil yang berada di sekitar lokasi kelompok Hati Mulia. Dalam menentukan harga jual amplang, kelompok Hati Mulia hanya berpatokan kepada modal pembelian bahan baku serta bahan pelengkap termasuk bumbu-bumbu yang digunakan. Peralatan yang digunakan dalam memproduksi amplang adalah timbangan kue kapasitas 10 kg, mixer kapasitas 5 liter, kompor gas dua mata yang umum digunakan dalam rumah tangga, wajan, talenan, satu set pisau pemotong, dan sealer untuk pengemasan. Sebenarnya kelompok Hati Mulia telah mendapatkan bantuan mixer kapasitas 15 L, akan tetapi mereka belum menggunakan karena jumlah adonan yang mereka buat masih dalam skala kecil. Bahan plastik kemasan amplang sampai saat ini masih menggunakan plastik kemasan yang tipis, ringan dan mudah sobek (Gambar 3A). Seperti halnya kelompok Al Furqan, proses pembuatan amplang berlangsung di rumah ketua kelompok Hati Mulia. Rumah ketua kelompok terdiri dari dua ruangan, ruang bagian depan dan ruang bagian belakang (dapur dan tempat makan). Ruangan bagian belakang difungsikan sebagai ruang produksi berukuran sekitar 5 m x 6 m, sementara untuk pengemasan dilakukan di ruangan bagian depan.
5
Gambar 3. Pembuatan amplang oleh anggota kelompok Hati Mulia (A), Produk amplang dalam kemasan sederhana yang dihasilkan oleh kelompok Hati Mulia (B)
1.1.2. Persoalan Mitra Kelompok Al Furqan. Produk yang dihasilkan oleh kelompok Al Furqan (abon ikan) sudah mulai dikenal dan cita rasanya diminati oleh masyarakat lokal, namun jika ada pesanan dalam jumlah besar atau pesanan yang sifatnya mendadak, mereka tidak mampu memenuhinya karena keterbatasan jumlah produksi. Selain itu, mereka belum mampu memasukkan produk mereka ke mini market yang berada di ibukota Kabupaten (misalnya Alfa Mart, Alfa Midi, Indomart) karena produk mereka belum memiliki sertifikat halal dan izin Depkes. Ketua kelompok Al Furqan mengakui bahwa anggota kelompoknya masih kesulitan menjaga konsistensi cita rasa abon yang dihasilkan, karena mereka tidak menakar bumbu yang digunakan. Anggota kelompok Al Furqan juga masih ragu untuk memproduksi abon setiap hari dalam skala besar karena mereka khawatir produknya tidak akan habis terjual dan akan menjadi rusak.
Mereka akan
membuat abon hanya apabila ada pesanan dari konsumen atau apabila ada kegiatan pameran produk pangan di daerah tersebut. Penentuan harga jual abon yang mereka hasilkan hanya memperhitungkan harga bahan baku dan bumbu yang digunakan.
Mereka tidak memperhitungkan biaya tenaga kerja, harga
kemasan yang digunakan, biaya pemeliharaan alat, dll.
Mereka juga belum
mampu mendisain label “cap” atau “merk dagang” yang lebih informatif dan
6
menarik bagi konsumen. Kemasan yang mereka gunakan juga masih sederhana karena keterbatasan modal. Persoalan lain yang dialami oleh kelompok Al Furqan adalah mereka belum mampu memanfaatkan kemasan secara efisien. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan mereka akan kondisi abon yang bagaimana yang layak dimasukkan ke dalam kemasan.
Seringkali mereka memasukkan abon
dalam keadaan yang masih cukup panas ke dalam kemasan. Akibatnya, bahan plastik dari kemasan akan menjadi sobek dan rusak. Mereka juga mengakui bahwa produk abon yang dihasilkan belum mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama. Terkait dengan penggunaan ikan segar sebagai bahan baku abon, mereka membeli ikan segar dari pasar setempat dan tidak menerapkan sistem rantai dingin pada ikannya karena mereka menganggap kualitas ikan akan menurun jika menggunakan es yang banyak.
Oleh karena itu, mereka tidak
pernah mau membeli ikan segar dalam jumlah yang banyak karena khawatir ikannya akan menjadi busuk dan akan mempengaruhi kualitas abon yang mereka produksi. Kelompok Hati Mulia. Sebagaimana dengan kelompok Al Furqan, produk amplang yang dihasilkan oleh kelompok Hati Mulia juga sudah mulai dikenal oleh masyarakat lokal, dan menurut sebagian anggota masyarakat sekitar bahwa cita rasanya juga enak karena tidak berbau amis. Namun permasalahan yang dihadapi oleh kelompok usaha Hati Mulia adalah bahwa hasil penggorengan amplang yang mereka hasilkan terkadang warnanya tidak seragam karena masih kesulitan dalam mengontrol panas minyak goreng dan lama penggorengan. Tingkat kerenyahan produk amplang yang mereka hasilkan juga belum seragam karena laju produksi adonan amplang siap goreng lebih cepat dibandingkan laju penggorengan amplang. Jumlah wajan yang digunakan dua buah dengan ukuran diameter masing-masing adalah 50 cm. Menurut mereka, adonan amplang yang sudah dibentuk tetapi tidak segera digoreng akan menghasilkan amplang yang agak keras untuk dikunyah, tidak segaring amplang yang potongan adonannya langsung di goreng. Mereka masih kesulitan untuk menghasilkan tingkat kerenyahan amplang yang seragam.
Ketua kelompok Hati Mulia juga
mengeluhkan sulitnya menentukan harga jual amplang dengan memperoleh keuntungan yang memadai.
Selama ini, sama halnya dengan kelompok Al
7
Furqan, Kelompok Hati Mulia menetapkan harga penjualan amplang hanya berdasarkan penghitungan modal biaya bahan baku dan bumbu-bumbu yang digunakan. Biaya tenaga kerja, harga kemasan, ongkos transport, biaya pemeliharaan peralatan, dll, tidak mereka perhitungkan. Anggota kelompok Hati Mulia juga mengeluhkan adanya anggapan sebagian masyarakat setempat bahwa produk amplang yang mereka hasilkan berasal dari daerah Kalimantan, dan kelompok Hati Mulia dianggap hanya mengganti label kemasan.
Bentuk
potongan amplang yang dihasilkan oleh kelompok Hati Mulia belum seragam karena mereka masih membentuk potongan amplang secara manual.
1.1.3. Permasalahan Prioritas Mitra Berdasarkan hasil kesepakatan antara tim IbM dan kedua mitra IbM, maka permasalahan yang menjadi prioritas adalah: a). Aspek Produksi i. Jumlah produksi yang masih rendah dan tidak kontinyu ii. Konsistensi rasa dan bentuk produk belum merata iii. Kualitas kemasan dan label produk masih rendah iv. Izin depkes belum ada v. Sistem rantai dingin belum diterapkan dengan baik vi. Jumlah dan kualitas peralatan belum memadai
b). Aspek Manajemen Usaha i. Sistem perencanaan produksi belum sistematis ii. Sistem manajemen dan administrasi keuangan sangat buruk iii. Sistem pembagian kerja belum dilakukan secara profesional iv. Sistem pemasaran belum baik v. Modal produksi masih rendah vi. Jenis usaha masih berbentuk konvensional/tradisional dan belum berbentuk usaha mikro
8
1.1.4. Persoalan prioritas yang harus segera ditangani Berdasarkan hasil kesepakatan dengan kedua mitra IbM, persoalan prioritas yang harus segera ditangani pada masing-masing mitra IbM adalah: a. Aspek Produksi: sistem rantai dingin, jumlah dan kontinuitas produksi, konsistensi rasa dan bentuk produk, pengemasan dan pelabelan, b. Aspek Manajemen Usaha: sistem perencanaan produksi, manajemen dan administrasi keuangan, sistem pemasaran.
Rencana kegiatan yang akan dilakukan berkaitan dengan permasalahan aspek produksi, yaitu peningkatan jumlah produksi dan daya saing pasar melalui: a. Peningkatan jumlah varian produk abon (untuk kelompok Al Furqan) dan amplang (untuk kelompok Hati Mulia) untuk meningkatkan. b. Perbaikan konsistensi cita rasa produk abon ikan (untuk kelompok Al Furqan) dan memperbaiki bentuk potongan amplang (untuk kelompok Hati Mulia). c. Perbaikan sistem rantai dingin pada bahan baku melalui perbaikan metode pengesan. d. Penerapan metode sanitasi dan hygiene untuk menjaga kualitas produk e. Perbaikan disain kemasan dan label produk untuk lebih menarik minat calon konsumen. Rencana kegiatan yang akan dilakukan yang berkaitan dengan permasalahan aspek manajemen usaha, yaitu: a. Perbaikan sistem perencanaan produksi b. Perbaikan sistem manajemen dan administrasi keuangan c. Perbaikan sistem pemasaran produk
9
BAB 2. TARGET DAN LUARAN Jenis luaran yang akan dihasilkan dalam aspek produksi adalah: 1. Produk abon ikan (12 kg per tahun) dengan 2 jenis varian 2. Produk amplang (80 kg per tahun) dengan 2 jenis varian Jenis luaran yang akan dihasilkan dalam aspek manajemen usaha adalah: 1. Sistem perencanaan produksi yang baik 2. Manajemen dan administrasi keuangan yang baik 3. Sistem pemasaran produk yang baik
10
BAB 3. METODE PELAKSANAAN 3.1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan prioritas mitra yang telah disepakati bersama untuk diselesaikan dalam kurun waktu realisasi program IbM, adalah menerapkan sistem latihan dan kunjungan (metode laku), serta menggunakan metode penyuluhan dan pendampingan. 3.2. Prosedur kerja Prosedur kerja untuk mendukung realisasi metode yang ditawarkan adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan materi untuk pelatihan dan penyuluhan, meliputi: a. Sanitasi dan hygiene b. Sistem rantai dingin c. Alternatif varian produk d. Konsistensi cita rasa dan tampilan produk yang atraktif e. Pengemasan dan pelabelan produk f. Sistem perencanaan produksi g. Sistem keuangan h. Sistem pemasaran produk 2. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan metode penyuluhan dan pelatihan serta metode latihan dan kunjungan. 3. Melaksanakan metode penyuluhan dan pendampingan diawali dengan penyampaian materi secara oral, lalu dilanjutkan dengan pemberian contoh melalui demo, kemudian mengajak peserta melakukan kerja mandiri sesuai contoh demo. 4. Melaksanakan metode Laku yang diawali dengan penyampaian materi secara oral, kemudian mengajak peserta (mitra) melakukan latihan untuk meningkatkan keterampilan. Selanjutnya akan dilakukan kunjungan rutin untuk memastikan peserta telah terampil menghasilkan produk dengan kualitas yang baik dan mampu mempertahankannya.
11
3.3. Rencana kegiatan Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai langkah-langkah solusi atas persoalan prioritas mitra terdiri dari dua kelompok kegiatan, yaitu 1). kelompok kegiatan untuk menyelesaikan persoalan dalam aspek produksi dan 2). kelompok kegiatan untuk menyelesaikan persoalan dalam aspek manajemen usaha.
Untuk persoalan dalam aspek produksi, rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah: 1. perbaikan sistem rantai dingin,
2. penerapan metode sanitasi dan hygiene 3. Peningkatan jumlah varian produk 4. Perbaikan konsistensi cita rasa abon ikan dan bentuk potongan amplang 5. Perbaikan disain kemasan dan label produk
Untuk persoalan dalam aspek manajemen usaha, rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah:
1. Perbaikan sistem perencanaan produksi 2. Perbaikan sistem manajemen dan administrasi keuangan 3. Perbaikan sistem pemasaran produk
3.4.
Partisipasi mitra dalam pelaksanaan program
Untuk mendukung kesuksesan pelaksanaan program IbM, mitra (kelompok Al Furqan dan Hati Mulia) berpartisipasi dalam menyediakan beberapa sarana, yaitu: 1. Menyediakan peralatan produksi untuk digunakan dalam kegiatan peningkatan jumlah varian produk dan kegiatan perbaikan konsistensi cita rasa abon ikan dan bentuk potongan amplang. 2. Menyediakan ruangan untuk pelaksanaan kegiatan IbM
12
3.5. Luaran Jenis luaran yang akan dihasilkan dalam aspek produksi adalah: 1. Produk abon ikan (12 kg per tahun) dengan 2 jenis varian 2. Produk amplang (80 kg per tahun) dengan 2 jenis varian
Jenis luaran yang akan dihasilkan dalam aspek manajemen usaha adalah: 1. Sistem perencanaan produksi yang baik 2. Manajemen dan administrasi keuangan yang baik 3. Sistem pemasaran yang baik
Program IbM
Pelatihan & Penyuluhan
Aspek produksi
2 jenis varian abon ikan 2 jenis varian amplang
Aspek Manajemen Usaha
Sistem perencanaan produksi Sistem manajemen dan administrasi keuangan Sistem pemasaran
Gambar 6. Bagan alir luaran yang dihasilkan dari program IbM
13
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1. Kinerja Lembaga Pengabdian dan Penelitian Universitas Hasanuddin dalam satu tahun terakhir (Januari – Desember 2012) Kinerja Lembaga Pengabdian dan Penelitian Universitas Hasanuddin (Unhas) dalam satu tahun terakhir (Januari – Desember 2012) dalam hal pengabdian masyarakat telah dilaksanakan dalam berbagai skim, dan penanggung jawab kegiatan adalah oleh staf dosen dari berbagai fakultas dan dari staf dosen yang diperbantukan pada beberapa puslitbang. Kegiatan pengabdian masyarakat ini sebagian didanai oleh DIKTI dan ada juga yang terselenggara atas kerjasama dengan institusi pemerintah atau swasta. Ringkasan kinerja LP2M Unhas dalam hal kegiatan Pengabdian Masyarakat diuraikan pada Tabel 1.
4.2. Jenis kepakaran yang diperlukan dalam menyelesaikan seluruh persoalan/kebutuhan mitra Untuk menyelesaikan seluruh persoalan/kebutuhan mitra yang telah disepakati, diperlukan jenis kepakaran dalam beberapa bidang ilmu, yaitu: ilmu sistem rantai dingin, ilmu sanitasi dan hygiene, ilmu pengolahan hasil perikanan, ilmu manajemen produksi, ilmu manajemen keuangan. Adapun pakar dari masing-masing bidang ilmu tersebut diuraikan dalam Tabel 2.
14
Tabel 1. Ringkasan kinerja LP2M Unhas dalam satu tahun terakhir (Januari-Desember 2012) Jenis Kegiatan Pengabdian Masyarakat Penanggung Jawab Kegiatan
Mono Tahun IbM
FIKP Fakultas Teknik F.Pertanian F.Peternakan FMIPA Fisipol FKM F.Ekonomi F.Kehutanan F.Sastra F.Hukum FK F.Farmasi FKG Puslitbang Energi & Ketenaglistrikan Puslibang PS3KG Puslitbang PSKMP Puslitbang Kebijakan & Manajemen Puslitbang LH
1 1 2
IbM Batch II 4
Multi Tahun IbiKK 3 1 1 1
IbW 1
Kerjasama
Berbasis Prodi
1
Khusus Sebatik 3
Pengabdian Ilmu BOPTN UH Kesehatan 1
6
4 1 6 3
2 1
4
9
1 4 1 1 8 1 Jumlah
Total Nilai Kontrak (Rp)
1.026.000.000 424.486.000 3.863.520.000 298.000.000 280.000.000 1.009.250.000 315.000.000 995.387.500 404.577.500 120.000.000 90.000.000 289.430.000 28.600.000 22.000.000 870.133.000 200.000.000 1.338.250.000 2.987.931.000 500.337.500 15.062.902.500
0
Tabel 2. Kepakaran dan Pengalaman Kemasyarakatan Tim Pengusul Program IbM Jabatan Nama Bidang Kepakaran Pengalaman Kemasyarakatan/Penghargaan No. dalam Tim 1 Dr. Ir. Arniati, Ketua Mikrobiologi Laut 1. Bekerjasama dengan Marine and Coastal Resources Management MSi Program (MCRMP) dalam Pelatihan Diversifikasi Produk Perikanan bagi Masyarakat Pesisir Kab. Maros, SulSel. (Tahun 2004). 2. Bekerjasama dengan BPM Provinsi Sulawesi Selatan dalam Penyuluhan tentang Pengelolaan Komoditi Lokal Berbasis Teknologi Tepat Guna di Desa Batu-Batu, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar. (Tahun 2008) 3. Bekerjasama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Provinsi Sulawesi Selatan dalam Penyuluhan Tentang Pengolahan Ikan bagi Kelompok Masyarakat Pesisir. (Tahun 2009). 4. Melaksanakan pelatihan olahan hasil perikanan rumput laut di Perkampungan Nelayan Makassar. (Tahun 2009). 5. Bekerjasama dengan BPM Provinsi Sulsel dalam Penyuluhan tentang Aplikasi Teknologi Dan Inovasi Usaha Technostruktur Komunitas. Tahun (Tahun 2009) 6. Melaksanakan Pelatihan tentang Diversifikasi Produk Olahan Ikan dalam program IbM pada Kelompok Tani Ikan Tawar di desa Macile, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng (Tahun 2012). 3 Ir. Suwarni, M.Si Anggota Biologi Perikanan 1. Melaksanakan penyuluhan dan pelatihan mengenai “pengenalan
4
Dr. Nursini, SE., MA
Anggota
Ekonometrika
Lingkungan Laut bagi anak-anak usia dini di Pulau Bone Tambu, Makassar”. 2012. 1. Melaksanakan Pelatihan pada Penyusunan APBD Berbasis Kinerja se Sulawesi, 2004
1
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI
5.1. Sosialisasi Program IbM Sosialisasi dilakukan terhadap 2 kelompok usaha yaitu : kelompok usaha Al
Furqan di Kampung Jera’e, Kelurahan Bila, Kecamatan Lalabata. Produk olahan yang telah dihasilkan oleh kelompok usaha Al Furqan adalah abon ikan. Dan kelompok usaha Hati Mulia berada di Dusun Torikale, Desa Kessing Kecamatan Donri-donri.
Produk olahan yang telah dihasilkan oleh kelompok Hati Mulia
adalah Amplang. Pada sosialisasi disampaikan: a.
Rencana kegiatam IbM
b.
Tujuan kegiatan IbM
c.
Materi penyuluhan dan demo yang akan dilakukan
d.
Mteri pelatihan yang akan dikerjakan oleh mitra dipandu oleh tim IbM
5.2. Penyuluhan dan Demo 1. Perbaikan sistem rantai dingin,
2. Penerapan metode sanitasi dan hygiene 3. Peningkatan jumlah varian produk 4. Perbaikan konsistensi cita rasa abon ikan dan bentuk potongan amplang 5. Perbaikan disain kemasan dan label produk
5.2.
Pelatihan Kelompok Usaha 1. Pelatihan pembuatan Abon
Ikan kelompok usaha Al Furqan di
Kelurahan Bila, Kecamatan Lalabata tentang pembuatan Abon Ikan dan pembuatan Amplang dengan mengikuti resep yang telah diperbaiki oleh tim IbM. Pelatihan ini bertujuan untuk konsistensi cita rasa . 2. Pelatihan tentang Sistem Perencanaan Produksi dan Sistem Manajemen
Administrasi Keuangan bagi
kelompok usaha Al Furqan dan Hati
Mulia untuk memproduksi secara rutin dan sistem keuangan yang baik
16
5.3.
Pemantauan hasil pelatihan terhadap 2 kelompok Mitra Tim IbM melakukan kunjungan secara berkala untuk memantau dan
mengevauasi hasil pelatihan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja kelompok mitra agar supaya kelompok mitra dapat lebih mandiri dan dapat mengembangkan usahanya pada skala yang lebih besar. Selama kunjungan pemantauan berlangsung, kedua kelompok mitra masih beberapa kali mengalami kekeliruan dalam menyusun komposisi bahan-bahan yang digunakan dalam adonan. Kedua kelompok mitra masih memerlukan pengarahan dan pendampingan dalam menentukan takaran yang tepat terhadap setiap jenis bahan yang diperlukan dalam membuat produk amplang maupun abon dalam skala besar. Oleh karena itu, kedua kelompok mitra diberikan pengarahan dan didampingi dalam perbaikan kualitas produk.
5.4.
Perbaikan dan pengarahan terhadap peningkatan kualitas produk olahan Pengarahan dilakukan terhadap kedua kelompok mitra tentang bagaimana
mengukur komposisi bahan secara akurat dan seimbang. Selama pengarahan, tim IbM mendampingi kedua kelompok mitra memperbaiki konsistensi cita rasa produk amplang dan produk abon. Hal ini dilakukan sampai kedua kelompok mitra mampu menghasilkan produk seperti yang diharapkan.
5.5.
Evaluasi terhadap hasil pelatihan sistem perencanaan produksi Selain kualitas produk, tim IbM juga memantau hasil pelatihan tentang
sistem perencanaan produksi. Selama pemantauan terlihat bahwa kedua kelompok mitra telah mampu menyusun sistem perencanaan prodksinya dengan baik. Mereka sudah mampu mengestimasi suplai bahan baku dan bagaimana mempertahankan kontinuitas bahan baku. Mereka telah mampu mengestimasi jumlah stok produksi yang harus dihasilkan setiap bulan dan telah memahami sistem evaluasi kebutuhan produk oleh konsumen. Kedua kelompok mitra juga telah mampu menyusun tabel rencana produksi dalam setahun dan jadwal evaluasi dan perbaikan sistem produksi.
17
5.6.
Evaluasi hasil pelatihan sistem manajemen dan administrasi keuangan Pemantauan terhadap kinerja kelompok mitra yang berkaitan dengan
sistem manajemen dan administrasi keuangan juga dilakukan oleh tim IbM. Dari hasil pemantauan terlihat bahwa kedua kelompok mitra telah memahami pentingnya sistem manajemen dan administrasi keuangan dalam suatu bidang usaha.
Kedua
kelompok
mitra
telah
memperbaiki
sistem
pembukuan
keuangannya, mereka juga telah diajarkan bagaimana mengenali jenis-jenis modal usaha yaitu yang tergolong ke dalam barang inventaris, belanja bahan baku, belanja bahan pendukung, gaji/upah tenaga kerja, serta membuat dan menghitung cash flow kelompok usaha mereka. Dengan demikian, mereka memahami bagaimana menetapkan harga jual produk dan berapa keuntungan yang diperoleh serta mengetahui kapan terjadi break even poin (BEP).
5.7.
Pelatihan Perbaikan sistem pemasaran produk Selain memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan
kualitas produk, sistem perencanaan produksi dan manajemen keuangan, kedua kelompok mitra (Kelompok Al Furqan dan Kelompok Usaha Hati Mulia) juga dilatih dalam hal perbaikan sistem pemasaran produk. Mereka diperkenalkan tentang media promosi yang efektif serta apa saja materi promosi yang mampu menarik minta konsumen.
Dalam pelatihan tersebut, kelompok mitra juga
diperkenalkan materi pengemasan, meliputi teknik pengemasan, pelabelan, bahan kemasan serta disain label yang disesuaikan dengan model kemasan. Kelompok mitra juga diajarkan bagaimana mengenali karakteristik kemasan sesuai jenis serta yang diperdagangkan.
18
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan a.
Kedua mitra sangat antusias menerima pengetahuan dan keterampilan selama program IbM berlangsung
b.
Produk amplang dan abon memiliki potensi untuk dipasarkan keluar daerah Soppeng (Papua, Luwu Sulawesi Selatan, Makassar Sulawesi Selatan, Sengkang Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat)
19
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kegiiatan Program IbM
20
-
21
22