25
ASPEK TEKNIS
Pengendalian Gulma Organisasi Pengendalian Gulma Pengendalian gulma di Tambusai Estate menggunakan sistem borongan. Setiap rombongan memiliki satu kepala rombongan dan diawasi oleh satu mandor yang bertugas merencanakan dosis, rotasi, dan hanca yang di semprot. Pengendalian gulma secara manual di Tambusai Estate meliputi, babat gawangan manual dan DAK (Dongkel Anak Kayu). Pengendalian gulma secara kimia dilakukan pada pasar pikul, piringan, TPH, dan wipping. Pengendalian gulma secara kimia pada afdeling VIII menggunakan 5 HK untuk pasar pikul, piringan maupun long bad, 3 HK untuk babat gawangan, 3 HK untuk DAK (Dongkel Anak Kayu), 1 HK untuk chemis TPH, 4 HK untuk wipping. Pelaksanaan seluruh kegiatan pengendalian gulma sesuai dengan panduan penyusunan budget pengendalian gulma di Tambusai Estate pada Tabel 6 dan Tabel 7. Tabel 6. Daftar premi perawatan tanaman di Tambusai Estate No. Jenis Pekerjaan 1. Mandor pupuk 2. Mandor pemeliharaan - Premi penyelesaiaan Pemeliharaan piringan - Premi pemeliharaan pasar Pikul - Premi pemeliharaan TPH - Premi pemeliharaan gawangan - Premi pemeliharaan tunas - Premi pemeliharaan wipping Lalang - Premi pemeliharaan hama penyakit - Premi pemeliharaan penyisipan - Premi pemeliharaan spot lalang Sumber: Surat Edaran, Tambusai Estate 2011
Satuan Kg Ha
Premi Rp 8/Kg Rp 1,500/ha
Ha
Rp 500/ha
Ha Ha Ha Ha
Rp 500/ha Rp 1,500/ha Rp 1,000/ha Rp 100/ha
Ha Ha Ha
Rp 150/ha Rp 100/ha Rp 100/ha
25
26
Tabel 7. Daftar penyesuaian harga perawatan No. Uraian 1. Chemis piringan 2. Chemis pasar pikul 3. Babat gawangan manual - T.T 1990-1999 - T.T 2000-2006 4. Dongkel anak kayu sawit - T.T 1990-1999 - T.T 2000-2006 5. 6. 7.
Satuan (Rp/ha)
Garuk piringan manual T.T 1990-2006 Tunas kelapa sawit - T.T 1990-1991 - T.T 1995-2006 Pemupukan manual - Dosis 0-1.49 kg/pohon - M/B pupuk - Until pupuk - Dosis > 1.49/kg/pohon Sumber: SE, Tambusai Estate 2011
14,000 35,000 35,000 40,000 45,000 50,000 60,000 650 550 12,000 7 17 15,000
Pengendalian Gulma Secara Manual Babat gawangan secara manual digunakan untuk mengendalikan gulma Nephrolepsis bisserata (Sw.) Schott., Mikania micranta (H. B. K) RM. King., Asystasia intrusa (Forssk.) Blume., Stenochlaena palustris Bedd., Lygodium palmatum (Bernh.) Swartz., dan berbagai macam gulma yang terdapat pada gawangan dengan tinggi babatan maksimum 20 - 30 cm dari permukaan tanah. Alat yang digunakan pada babat gawangan adalah parang babat yang tajam dan parang pincuk. Kegiatan babat gawangan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Babat gawangan di Tambusai Estate
26
27
Tenaga kerja babat juga termasuk sistem borongan. Seorang pembabat biasanya dapat menyelesaikan 1.5 ha - 2 ha/hari. Upah tenaga babat gawangan adalah Rp 35,000/ha. Pekerja juga tidak memperoleh premi karena yang bersangkutan menggunakan sistem borongan. Semua semak yang ada di gawangan dibabat menggunakan parang babat. Dongkel anak kayu merupakan kegiatan pengendalian gulma dengan cara mendongkel atau mencabut sampai ke akarnya. Jenis gulma yang didongkel adalah gulma daun lebar berkayu seperti: Melastoma affine D. Don, Foterandia L., Merremia umbellata (L.) Hallier f., Chromolaena odorata (L.) King and H.E.Robins., Clidemia hirta (L.) D. Don., dan tukulan (anak sawit liar) (Gambar 5a) yang terdapat pada gawangan, pasar pikul serta pada piringan kelapa sawit. Dongkel anak kayu dapat dilakukan dengan menggunakan alat dongkel, parang, atau langsung dicabut dengan tangan, gulma yang telah dicabut diletakan di anjang-anjang yang terletak di pinggir blok atau jalan (Gambar 5b).
(a)
(b)
Gambar 5. Kegiatan dongkel anakan sawit di Tambusai Estate: a). Kegiatan dongkel anak kayu (Tukulan), b). Tempat anak kayu diletakan setelah di dongkel (anjang-anjang) Upah untuk tenaga kerja dongkel anak kayu adalah Rp 45,000/ha. Jenis pekerjaan ini juga termasuk pekerjaan sistem borongan, jadi tidak ada premi yang diperoleh oleh tenaga pendongkel. Tenaga pendongkel dapat menyelesaikan 1 - 1.5 ha/hari. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Afdeling VIII, terdapat beberapa orang pendongkel yang hanya mampu menyelesaikan setengah hektar per hari. Menurunnya kemampuan tersebut disebabkan oleh faktor usia tenaga pendongkel yang berusia lanjut.
27
28
Pengendalian Gulma Secara Kimia Pengendalian gulma secara kimia merupakan pengendalian gulma yang dilakukan dengan cara menyemprot langsung pada gulma (Gambar 6 b) dengan menggunakan herbisida (Gambar 6 a). Pengendalian gulma secara kimia di Tambusai Estate diaplikasikan pada piringan, TPH, pasar pikul dan “long bad” kelapa sawit.
(a) (b) Gambar 6. Bahan dan kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi: a). Bahan herbisida amiron + metil metsulfuron, b). Kegiatan penyemprotan di pinggir collection road. Jenis herbisida yang digunakan adalah herbisida sistemik berbahan aktif glifosat dan metil metafuron dengan merek dagang Rapid® 20 WG, Bionasa® 480 As, Basta® 150 WSC, Ally® 20 WDG, Amiron-M® 20 WG dan Bravoxone® 276 SL. Bahan aktif herbisida di atas berturut-turut yaitu Isopropilamina glifosat (Rapid®, Bionasa® dan Basta®) dan Metil metsulfuron (Ally® dan Amiron-M®). Herbisida sistemik lebih cocok digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun sempit seperti Axonopus compresus (Sw.) P. Beauv., Centotheca lappacea (L.) Desv., Cynodon dactylon (L.) Pers., Cyrtococcum accresens (Poac.)., Digitaria adscendens (H.B.K) Henr., dan Eleusine indica (L.) Gaertn., dan gulma berdaun lebar lunak yang tidak berkayu seperti Asystasia intrusa (Forssk.) Blume., Ageratum conyzoides L., Cleome rutidosperma D.C., dan Euphorbia hirta L. Penyemprotan herbisida dilakukan di piringan, TPH dan pasar pikul. Gulma yang dominan di piringan kelapa sawit adalah gulma berdaun lebar
28
29
yaitu Asystasia intrusa (Forssk.) Blume., sedangkan di pasar pikul adalah Centotecha lappacea (L.) Desv. Larutan herbisida dicampur dengan air terlebih dahulu di gudang pupuk sebelum dibawa ke lapang atau ke afdeling. Hal ini dilakukan untuk menghindari pencurian atau penjualan bahan aktif. Perbandingan campuran glifosat dengan air adalah 1:1, artinya untuk 1 liter bahan aktif diencerkan dengan 1 liter air. Dosis herbisida yang digunakan untuk penyemprotan piringan, TPH, dan pasar pikul di Afdeling VIII umumnya menggunakan dosis yang sama. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Afdeling VIII, dosis untuk glifosat adalah 60 cc/tangki dan amiron 5 g/tangki. Dari pengamatan yang dilakukan terhadap lima orang penyemprot didapat jumlah pohon rata – rata yang disemprot untuk satu tangki adalah 61 pohon dengan ukuran tangki 15 liter, sehingga dosis per hektarnya adalah sebagai berikut : Luas efektif piringan yang disemprot/ha luas lahan = πr2 x 132 = 3.14 x (2.5 m)2 x 132 = 2,590. 5 m2 Jika 1 tangki digunakan untuk semprot 61 pohon, maka dosis per hektarnya adalah : = 15/ (3.14 x (2.5 m)2 x 61) x 10,000 = 125.300 l/ ha atau = 8 tangki/ ha Dosis anjuran = 450 cc/ ha luas efektif = 30 tangki Biaya pengendalian secara kimiawi contoh perhitungannya dibagi menjadi biaya pengendalian kimiawi di piringan dan pasar pikul. Contoh perhitungan biaya per hektar pada piringan di blok L24 (luas = 21.14 ha, jumlah HK = 5 HK, Jumlah kebutuhan rapid = 211 g dan amiphosate = 4.20 liter) yaitu: 1). Mencari jumlah upah terlebih dahulu yang didapat dari luasan efektif x upah/ha, didapatkan (21.14 ha x Rp 14,000/ha = Rp 295,960), 2). Menentukan biaya bahan dari (jumlah rapid x harga rapid) + (jumlah amiphosate x harga amiphosate), perhitungannya (211 x 150) + (4.20 x 22,100) = Rp 124,470, 3). Menghitung
29
30
biaya/ha = biaya bahan/luas efektif (Rp 124,470/ 21.14 ha = Rp 5,888/ha), 4). Mencari jumlah biaya/ha (no. 1 + no.2)/luasan efektif (Rp 295,960 + Rp 124,470)/ 21.14 ha = Rp 19,887.8/ha). Contoh perhitungan pengendalian secara kimiawi pada pasar pikul pada blok L25 dengan luas = 10.68 ha, jumlah HK = 5 HK, upah = Rp 7,000 / ha, jumlah rapid = 53 g dengan harga satuan Rp 150, dan Amiphosate 1 liter dengan harga Rp 22,100) yaitu: 1). Mencari jumlah upah = luasan efektif x upah/ha (10.68 ha x Rp 7,000/ha = Rp 74,760), 2). Menentukan biaya rapid dan amiphosat berturut-turut yaitu (53 g x Rp 150 = Rp 7,950 dan 1 liter x Rp 22,100), 3). perhitungan biaya bahan (Rp 7,950 + Rp 22,100 = Rp 30,050), dan 4). Biaya bahan/ha = Rp 30,050/10.68 ha = Rp 2,814/ha. Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa dosis yang digunakan belum sesuai dengan anjuran. Oleh sebab itu, kematian gulma yang disemprot di piringan membutuhkan waktu yang lebih lama dari waktu yang diharapkan. Mengacu pada buku saku Tambusai Estate rekomendasi pencampuran herbisida baru bahan aktif glifosat dan metil metafuron 1.5 liter + 7.5 g/ha dengan perbandingan 1 liter : 5 kg. dan rekomendasi tangki solo 450 l/ha = 450/15 = 30 tangki/ha sehingga 1,500 cc dengan anjuran volume semprot 450 l/ha mendapatkan dosis 1 tangki = 50 cc/tangki.
Waktu Pengendalian Gulma Waktu yang dianjurkan untuk melakukan penyemprotan yaitu sekitar jam 07.00 pagi dimana stomata masih terbuka sehingga memudahkan penyerapan herbisida ke gulma yang dikendalikan. Penyemprotan juga tidak dilakukan pada saat turun hujan maupun sebelum hujan, karena dapat mengakibatkan hilangnya herbisida sebelum sempat terserap ke dalam gulma. Rotasi pengendalian gulma penyemprotan pada piringan 3 bulan sekali sedangkan babat gawangan dan DAK (Dongkel Anak Kayu) 2 bulan sekali.
Teknis Pengendalian Gulma dan Dosis Pelaksanaan teknis penyemprotan dimulai dengan pembagian regu semprot. Setiap regu terdiri dari 4 - 5 regu tergantung dari jumlah borongan
30
31
dimana semuanya sebagai penyemprot. Alat semprot yang digunakan adalah knapsack SOLO yang berkapasitas 15 liter dan nozzle yang digunakan adalah nozzle berwarna hitam (nozel kipas) dengan lebar 2.5 cm. Dosis campuran glifosat dan metil metafuron untuk dosis penyemprotan piringan 0.2 l/ha dan pasar pikul 0.4 l/ha (asumsi 80% tidak tertutupi gulma) sehingga konsentrasinya 1.3 ml/l dan 2.6 ml/l tanpa pengenceran. Pengisian larutan menggunakan alat takar yang telah di kalibrasi dengan ukuran 120 ml dengan tujuan untuk menghemat waktu dan memudahkan cara pengisian. Hal ini sesuai dengan dosis yang digunakan untuk setiap satu tangki knapsack SOLO yaitu, 120 ml larutan campuran setelah diencerkan (60 ml larutan campuran tanpa pengenceran) per satu knapsack. Pencampuran larutan herbisida dilakukan di dalam knapsack . Air yang digunakan untuk pengenceran adalah air parit maupun air genangan dalam blok, akibatnya nozzle sering tersumbat oleh kotoran. Selain itu, air kotor dan keruh yang digunakan untuk pengenceran dapat mengurangi kinerja herbisida. Penyemprot mulai menyemprot dari arah luar gawangan menuju ke dalam blok yang mana penyemprot mendapatkan areal penyemprotan 1 pasar untuk 1 orang. Setiap penyemprot menyemprot saling berdekatan untuk memudahkan pengawasan pasar yang telah tersemprot. Pada Tambusai Estate terdapat 5 Hk penyemprot, sehingga herbisida yang di dalam tangki di geser setiap 5 pasar. Cara kerja penyemprotan di dalam blok dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Cara kerja penyemprotan dalam blok Penyemprot gulma dilakukan oleh pekerja yang sudah terlatih, karena dalam menyemprot gulma perlu diperhitungkan kecepatan jalan, kekuatan
31
32
memompa, dan menyemprotkan herbisida secara merata agar penggunaan herbisida lebih efektif. Kegiatan pengendalian gulma ini menggunakan sistem borongan (SPKL) yang
mana
diketuai
oleh
satu
ketua
rombongan
yang
mendapatkan
Rp 1,000 - 2,000/ha dari tiap pekerja. Terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian perusahaan agar kegiatan penyemprotan berjalan dengan baik, diantaranya adalah kondisi alat semprot yang terdiri atas knapsack sprayer dan nozzle. Kedua bagian alat semprot ini berpengaruh pada kelancaran pekerjaan dan penggunaan herbisida. Berdasarkan pengamatan di lapangan, sering dijumpai knapsack bocor yang disebabkan oleh karet klep yang sudah aus. Sering dijumpai juga kondisi nozel yang tidak standar. Knapsack yang bocor akan menyebabkan herbisida terbuang sia-sia, sedangkan nozzle yang tidak sesuai standar akan mempengaruhi ketepatan volume semprot. APD (alat pelindung diri) (Gambar 8a dan b) yang diperlukan dalam kegiatan penyemprot, biasanya baru didistribusikan pada minggu akhir bulan Januari.
(a)
(b)
Gambar 8. Tim pengendalian gulma secara kimia yang dilengkapi dengan APD: a). Penggunaan APD (alat pelindung diri) b). Sarung tangan dan sepatu alat yang wajib digunakan Permasalahan lain yang sering timbul di lapangan adalah masalah kondisi lahan. Kegiatan penyemprotan tidak bisa dilaksanakan pada lahan yang mengalami banjir atau tergenang akibat hujan malam sebelumnya. Mandor mengantisipasi permasalahan dengan terlebih dahulu melihat kondisi lahan sebelum kegiatan, jika lahan tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan
32
33
biasanya dialihkan ke blok sebelahnya dengan waktu pengendalian yang berdekatan.
Gulma Bermanfaat Gulma di samping merugikan juga memberi manfaat bagi perkebunan kelapa sawit. Tambusai Estate memanfaatkan gulma Tunera subulata, Antigonon leftopus, Euphorbia heterophylla, Cassia tora, Ageratum conyzoides, Urena lobata, dan Erechtites valerianifolia (Gambar 9 a - g) sebagai inang alternatif musuh alami (parasitoid dan predator) dan hama UPDKS (ulat pemakan daun kelapa sawit). Gulma bermanfaat diupayakan keberadaannya di areal perkebunan karena peranannya dalam mendukung perkembangan agensia pengendali hayati UPDKS. UPDKS merupakan hama yang berasal dari Ordo Lepidoptera, yang terdiri dari ulat api (Limacodidae) dan ulat kantong (Psychidae). Namun, yang sering menyerang tanaman kelapa sawit adalah ulat api jenis Setothesa asigna dan Setora nitens (Gambar 9 h dan i). Tanda - tanda serangannya berupa daun - daun berlubang, adanya daun yang hamper berlubang (terlihat transparan), dan ada pelepah yang tinggal lidi. Gulma bermanfaat ini ditanam di pinggir CR (Collection Road), MR (Main Road), atau di tempat terbuka. Gulma Turnera subulata, Antigonon leftopus dan Casia tora ditanam selain di pinggir blok sepanjang jalan kebun dan daerah yang kosong dalam blok. Perbanyakan tanaman bermanfaat tersebut bisa dilakukan dengan cara stek atau dengan biji. Apabila Turnera subulata atau Casia tora telah mencapai tinggi 75 cm dilakukan pemangkasan menjadi 50 cm dari permukaan tanah. Casia tora yang telah tua diremajakan kembali dengan penanaman bibit yang baru. Tanaman berguna lainnya biasanya tumbuh secara alami di dalam blok. Pemangkasan atau babat dilakukan apabila tanaman mengganggu pertumbuhan kelapa sawit.
33
34
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i) Gambar 9. Gulma bermanfaat pada tanaman kelapa sawit dan hama UPDKS: a). Antigonon leftopus, b). Casia tora, c). Turnera subulata, d). Erechtites valerianifolia, e). Euphorbia heterophylla, f). Ageratum conyzoides, g). Urena lobata, dan hama UPDKS: h). Sentothesa asigna, dan i) Setora nitens
34
35
Pemupukan Kegiatan pemupukan di Tambusai Estate terdiri dari pemupukan organik dan juga anorganik. Pemupukan anorganik dilakukan dengan mengaplikasikan pupuk urea, MOP (Muriate of Potash), kieserite, RPH (Rock Phosphate), HGFB (high grade fertilizer borax) (Gambar 10a). Pemupukan organik terdiri dari aplikasi janjang press (Gambar 10b) dan LA (Land Application) atau effluent.
(a)
(b)
Gambar 10. Jenis pupuk yang diaplikasikan di Tambusai Estate: a). Pupuk anorganik (RPH), dan b). Pupuk organik (janjang press) Pemeliharaan tanaman sawit terutama pemupukan sangat di perhatikan di Tambusai Estate, agar tanaman dapat menghasilkan produksi yang optimum. Selain itu, pemupukan berguna dalam memperbaiki tanah sehingga seluruh unsur hara berada dalam kondisi yang setimbang. Sebelum melakukan pemupukan mandor membuat RUP (Rencana Usulan Pekerjaan), rencana ini dibuat satu hari sebelum pengaplikasian pemupukan. Di dalam RUP akan ditentukan target jumlah pupuk yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit per-blok. Kemudian, seorang asisten akan membuat UPH (Usulan Pekerjaan Harga). UPH ditandatangani asisten, diketahui kasi, dan disetujui deputy yang selanjutnya dibawa ke gudang untuk di tandatangani kepala gudang. Setelah itu, UPH masuk ke gudang central yang terdapat di PKS kemudian masuk ke gudang afdeling. Sebelum melakukan penguntilan di gudang afdeling, UPH terlebih dahulu diisi kartu gudang. Penguntilan di Afdeling VIII dilakukan di gudang PKS karena dekat dengan PKS.
35
36
Organisasi Pemupukan Dalam kegiatan pemupukan terdiri dari tim kecil yang mana dinamakan kelompok kecil pemupukan (KKP). Pemupukan menggunakan sistem borongan dengan satu kepala rombongan. Jumlah tenaga pupuk bergantung tonase pemupukan pada saat aplikasi. Jika tonase pupuk lebih besar dari 5 ton, maka jumlah tenaga pupuk yang digunakan 9 orang yaitu 6 orang sebagai penabur dan 3 orang pelangsir dengan perbandingan 1 : 2 (1 orang pelangsir pupuk 2 orang sebagai penabur dalam 1 pasar). Jika tonase kurang dari 5 ton jumlah tenaga pupuk yang digunakan 6 orang yaitu 4 orang sebagai penabur dan 2 orang sebagai pelangsir. Organisasi pemupukan di Tambusai Estate terdiri atas organisasi kerja penguntilan, organisasi kerja pelangsiran, organisasi kerja pengeceran, dan organisasi kerja penaburan. Organisasi pemupukan di Tambusai Estate seperti di atas dapat dilihat pada Gambar 11.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 11. Organisasi pemupukan di Tambusai Estate: a). Organisasi penguntilan, b). Organisasi pelangsiran, c). Organisasi pengeceran dan d). Organisasi penaburan
36
37
Pupuk yang akan diaplikasikan di lahan, dimobilisasi dari gudang pupuk yang berada di kantor kebun untuk dibawa ke afdeling. Organisasi kerja penguntilan pupuk di Afdeling VIII (Gambar 12) dilakukan di gudang pupuk dikarenakan jarak antara afdeling VIII dan kantor kebun yang dekat. Pupuk diuntil untuk 6 pohon dengan tujuan untuk lebih mengakuratkan dosis per pohon tanaman dan memudahkan pekerja untuk membawa pupuk.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 12. Organisasi penguntilan di Tambusai Estate: a). Pembokaran muatan di gudang pupuk, b). Peralatan di gunakan saat penguntilan, c). Penimbangan pupuk per-untilan sesuai dangan takaran, d). Untilan pupuk Sebelum dilaksanakan pemupukan, pupuk terlebih dahulu diuntil di gudang PKS (pabrik kelapa sawit). Pupuk yang menggumpal dihancurkan sebelum diuntil. Berat setiap untilan disesuaikan dengan dosis dan jumlah pohon per until (disesuaikan dengan dosis kg/pohon). Cara menghitung banyaknya untilan misalnya untuk blok L23 dengan luasan 29.53 ha dan dosis pupuk MOP 1.5 kg/pohon adalah: 1). Menghitung jumlah pohon terlebih dahulu 29.53 ha x 132 pohon/ha = 3,897.96 pohon, 2). Jumlah pohon dikalikan dosis MOP/pohon
37
38
untuk mencari kebutuhan pupuk (3,897.96 pohon x 1.5 kg/pohon = 5,846.94 kg). Hasilnya didapatkan tonase pupuk blok L23 = 5,846 kg ( lebih besar dari 5 ton), karena lebih besar dari 5 ton maka di dalam pengaplikasian menggunakan tenaga pupuk 9 HK. Bobot atau takaran satu until dengan dosis 1.5 kg/pohon adalah 9 kg, sehingga banyaknya jumlah untilan yang di perlukan di blok L23 adalah = 5,846 kg/9 kg = 650 untilan. Tabel 8 menunjukkan rekomendasi takaran pupuk sesuai dengan dosis kg/pohon dan Tabel 9 rekomendasi dosis pupuk berdasarkan jumlah until. Tabel 8. Rekomendasi takaran pupuk sesuai dosis kg/pohon Dosis Pupuk Takaran Pupuk/ Until (Kg/ Pohon) 6 Kg 7.5 Kg 9 Kg 10.5 Kg 0.50 √ 0.75 √ 1.00 1.25 √ 1.50 √ 1.75 √ 2.00 Sumber: SOP Pemupukan Tambusai Estate 2011
12 Kg √
√
Tabel 9. Rekomendasi dosis pupuk berdasarkan jumlah untilan Dosis Pupuk (kg/pohon)
Jumlah Pohon (kg/ until)
6 (Kg) 9 (Kg) 0.50 3.0 0.75 4.5 1.00 6.0 1.25 7.5 1.50 9.0 1.75 10.5 2.00 12.0 Sumber: SOP Pemupukan Tambusai Estate 2011
12 (Kg) 6 9 12
Pada (Tabel 9) rekomendasi pupuk berdasarkan jumlah untilan dengan tujuan memudahkan perhitungan pemupuk dalam menguntil berdasarkan jumlah rekomendasi pohon yang dipupuk setiap satu untilan. Apabila dosis pupuk 0.5 kg/pohon dan rekomendasi 1 untilan untuk 6 pohon, maka di dalam 1 untilan atau 1 ember terdapat 3 kg pupuk dengan dosis 0.5 kg/pohon untuk ditaburkan ke 6 pohon. Pupuk yang telah diuntil dilangsir dengan truk untuk diecer ke tepi jalan
38
39
blok sesuai “supply point” yang ditentukan. Pada blok dengan parit disebelahnya, pupuk diecer di bawah pohon. Rekomendasi penentuan “supply point” yang di tetapkan oleh Tambusai Estate dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 13. Tabel 10. Rekomendasi supply point Dosis Pupuk (Kg/ Pohon) 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50 1.75 2.00
Jmlh Untilan Juml per ah Kg/ Jumlah Pasar 2 3 Until Untilan / Pasar Pasar Blok Pikul Pikul 3,960 1,980 6.0 330 60 11 3,960 2,970 9.0 330 60 11 3,960 3,960 12.0 330 60 11 3,960 4,950 7.5 330 60 22 3,960 5,940 9.0 330 60 33 3,960 6,930 10.5 330 60 33 3,960 7,920 12.0 330 60 33 Sumber: SOP Pemupukan Tambusai Estate 2011 Kebutuh Jmlh an Pupuk Pohon (Kg)
Pohon ke- Per until 12 12 12 6 6 6 6
Gambar 13. Pola distribusi pupuk menurut Hidayat (2012) Supply point ini dibuat agar mudah dalam kegiatan pelangsiran dan pengeceran pupuk, sesuai dengan SOP pemupukan yang telah ditetapkan suatu perusahaan. SOP pemupukan antara lain: 1). Areal yang akan di pupuk, 2). Dosis kg/pohon, 3). Tonase, 4). Jumlah untilan, 5). Peletakan untilan dalam pasar harus tepat, 6). Penabur mengambil pupuk yang sudah dilangsir, dan 7). Pupuk menabur ke dalam piringan dengan jarak 1.5 m dari pohon sawit. Penabur mengambil pupuk dari pelangsir dan menaburkannya, 1.5 kg/pohon untuk pupuk MOP setiap 1 pohon 1 untilan di gunakan untuk 6 pohon
39
40
tidak lebih ataupun kurang sesuai rekomendasi perusahaan. Perusahaan menetapkan 1 until untuk 6 pohon dengan alasan yaitu: memudahkan penabur membawa pupuk, sesuai takaran ember 12 liter, dan pekerjaannya menjadi efektif. Tenaga pelangsir pupuk bertugas melayani tenaga tabur di pasar pikul dengan meletakan untilan pupuk pada pasar pikul kedua pohon
yang sudah
ditentukan sesuai dosis kg/pohon. Untilan tersebut diletakan di pohon ke 7 karena 1 until biasanya dihabiskan untuk 6 pohon sesuai ketetapan. Cara mengetahui berapa kebutuhan until dalam 1 pasar L23 dengan luasan 29.53 ha, jumlah pohon 3,897.96 pohon, dosis/pohon 1.5 kg/pohon dan jumlah untilan 650 untilan dengan tonase 5,850 kg adalah 650/59 pasar = 11 until/pasar sebanyak 59 pasar di dapat dari pembagian luasan dan 2 pasar (1 ha), sedangkan tenaga penabur pupuk bertugas mengambil pupuk yang sudah dilangsir di pohon yang akan di tabur. Selanjutnya, tenaga tabur menabur pupuk di dalam piringan secara merata dan tipis agar tidak terjadi gumpalan dan memudahkan proses peresapan ke dalam tanah. Penaburan di mulai dari tepi blok dari selatan menuju utara blok dan harus tembus dalam 1 hari, 1 pohon di tabur di tiga titik dan 3 mangkok dimana 1 mangkok memuat 500 g pupuk jika dosis per pohon 1.5 kg/pohon. Takaran pemupuk ini disesuaikan dengan dosis pupuk dan seragam untuk setiap pemupuk. Pohon di dalam satu blok di pupuk semua, tetapi pohon paling pinggir dekat parit tidak di pupuk keliling pohon tetapi hanya berbentuk huruf “U”. Piringan yang mengarah ke parit ini tidak dipupuk karena apabila dipupuk akan mencemarkan parit oleh limbah dari pemupukan. SOP ini dibuat karena Tambusai Estate telah menerapkan system ISO 14001:2008 mengenai manajemen lingkungan. Setelah selesai memupuk, goni bekas untilan dikumpulkan, dan digulung dengan rapi per 10 karung dalam satu ikatan kemudian di bawa ke afdeling gudang VIII. Karung goni dicuci di tempat pencucian karung dan pemupuk mencuci badan di tempat pencucian yang telah disediakan.
Jenis Pupuk Kegiatan pemupukan selain harus tepat cara, pupuk yang diaplikasikan di lapangan harus tepat jenis. Pupuk yang biasa diaplikasikan di perkebunan kelapa sawit yaitu pupuk organik dan pupuk non organik. Pupuk anorganik yang
40
41
digunakan adalah pupuk makro dan pupuk mikro. Tanaman kelapa sawit yang ada di Tambusai Estate adalah tanaman menghasilkan. Pupuk mikro yang digunakan di Tambusai Estate adalah pupuk FeSO4 dan Borate. Pupuk makro yang digunakan adalah pupuk Urea, MOP, KCl, Rock phospat, dan Kieserit. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk yang berasal dari janjang kosong yang telah di pres disebut janjang pres (jampres) dan limbah hasil pengolahan
kelapa
sawit
(Effluent).
Limbah
pengolahan
kelapa
sawit
dikembalikan ke tanaman selain untuk memberikan hara ke tanaman juga untuk menjaga lingkungan agar tidak tercemar. Aplikasi janjang press di lapangan berguna untuk menambah bahan organik bagi tanah. Hal tersebut akan meningkatkan penyerapan air oleh tanah, memperbaiki struktur tanah, dan memacu pertumbuhan akar. Janjang kosong diangkut dari pabrik menggunakan dump truck pengangkut TBS pada pagi hari dan diletakan di collection road afdeling VII oleh mobil kebun yang mengangkut janjang press. Aplikasi janjang press ini menggunakan sistem borong surat perintah kerja lapang (SPKL), janjang press dilangsir dari PKS dan di tumpuk di tepi jalan kemudian dilangsir ke dalam blok dan diaplikasikan dari utara ke selatan. Janjang press ini disusun dengan rapi membentuk empat persegi berbentuk petak dengan ukuran 2.1 m x 2.5 m setara dengan 9 janjangan x 10 dan peletakannya tidak dibenarkan lebih dari satu lapis. Pupuk organik selain janjang press adalah effluent (land application). Effluent merupakan limbah cair dari pengolahan kelapa sawit di pabrik yang berasal dari sludge. Effluent di pabrik berasal dari air condesat rebusan dari mesin decanter yang berbentuk heavy phase. Effluent dari kolam pengolahan limbah dialirkan ke kebun menggunakan pipa. Pipa induk dari PKS ke blok berukuran 8 inci, 6 inci pipa yang masuk ke dalam blok, dan pipa ke flat bad berukuran 4 inci. Blok tempat pengaplikasian effluent terdapat flatbad yang berukuran panjang 280 m, lebar 1.5 m dan kedalaman 0.8 m. Dalam 1 blok terdiri dari 60 “long bad” dan volume “long bad” = 336 m3/long bad. Satu blok terdiri dari 60 “long bad” dan tiap 1 jam rata-rata mengeluarkan 65 m2. Satu hari mengeluarkan 650 sampai dengan 715 m3 limbah cair/4 “long bad”. PKS memiliki kolam penampungan Effluent 1 dan 2, yang mana kolam 1 dibagi ke kolam 3,4,5,6 dan kolam 2 ke
41
42
7,8,9,10 kemudian setelah itu baru siap diaplikasikan ke lapangan. Tambusai Estate memiliki 6 blok land application (LA) yaitu: M17, M18, L17, L18, L19 dan L20, pembukaan keran dimulai pukul 07.00 - 17.00 wib.
Infus Akar Menggunakan FeSO4 Infus akar merupakan pemberian pupuk anorganik ke pohon yang mengalami defisiensi Fe, melalui penyerapan cairan pada akar yang tidak bercabang atau akar utama. Aplikasi FeSO4 dilakukan melalui pemberian infus ke dalam akar dan melalui penaburan menggunakan pupuk chelat. Dosis chelat yang digunakan yaitu 150 g/pohon dan dosis iron 15 g/titik. Pencampuran pengimpusan FeSO4 yaitu 300 g iron dalam bentuk kristal dan 20 g asam sitrat ditambah air hingga mencapai 1 liter. Satu pohon ada 3 titik sehingga ada 45 g/3 titik/pohon. Jumlah tenaga untuk pengimpusan ada 4 HK, 2 orang sebagai pembuat lubang tanam dan pengimpusan, 1 orang sensus pohon, dan 1 orang sebagai penabur chelat. Tenaga kerja pengimpusan di Tambusai Estate menggunakan sistem borongan (SPKL). Aplikasi Fe dengan infus dilakukan dengan cara mencari akar primer aktif, kemudian dipotong dengan panjang akar sesuai dengan panjang plastik untuk media Fe. Selanjutnya, ditutup dengan rumputan atau daun kering jangan ditimbun dengan tanah karena akan menyulitkan pengecekan kembali setelah 2 minggu aplikasi. Jumlah infus yang diberikan ke pohon yang terserang, tergantung pada tingkatan kerusakannya melalui sensus pohon Fe. Sensus pohon yang terserang defisiensi ini dilakukan untuk mendata jumlah pohon kelapa sawit yang mengalami defisiensi Fe. Pohon yang terserang diberi tanda dengan cara menggunakan cat merah yang dituliskan di pohon yang terdiri dari tanggal aplikasi dan tingkat terserang Fe. Hasil sensus defisiensi Fe digolongkan menjadi tiga tingkat golongan (Gambar 14) yaitu: 1.
Ringan : Ditandai dengan daun tombak / pucuk menguning
2.
Sedang : Ditandai dari daun tombak hingga daun ke-9 menguning
3.
Berat
: Ditandai dari daun tombak hingga daun ke-17 atau daun ke-25
menguning.
42
43
Untuk pemulihan kembali akibat defisiensi Fe, aplikasi dilakukan dengan rincian: 1.
Ringan : Infus akar dosis 60 cc/600 ml air/1 titik ditambah penaburan pupuk Fe-Chelate 150 g/pohon.
2.
Sedang : Infus akar dosis 60 cc/600 ml air/2 titik ditambah penaburan pupuk Fe-Chelate 150 g/pohon.
3.
Berat : Infus akar dosis 60 cc/600ml/3 titik ditambah penaburan pupuk Fe-Chelate 150 g/pohon. Kenyataannya, di Afdeling VIII ketiga kategori akibat defisiensi Fe di
infus pada 3 titik. Penginfusan 3 titik digunakan untuk meminimalisir kesalahan pada saat sensus. Apabila terlalu banyak cahaya yang masuk, daun yang berwarna hijau terang bisa terlihat seperti hijau gelap jika dilihat dari bawah pohon. Hal ini dapat mengakibatkan kesalahan dalam penentuan defisiensi Fe. Kesalahan penentuan defisiensi Fe dapat berakibat kurangnya dosis yang diberikan, sehingga tiap pohon yang terserang defisiensi Fe baik kategori sedang, ringan atau berat diberikan dosis maksimal. Rotasi pengimpusan dilakukan 1 x 2 bulan, bila pohon yang terserang berat defisiensi hara Fe. Apabila tidak segera diaplikasikan, selang 3 bulan kemudian tanaman akan mengalami patah pada pelepah pucuk pohon (Gambar 14). Kegiatan pengimpusan dapat dilihat pada Gambar 15.
(a)
(b)
(c)
Gambar 14. Kondisi tanaman kekurangan Fe: a). Tingkat defisiensi Fe rendah, b). Tingkat defisiensi sedang, dan c). Tingkat defisiensi berat. Panah merupakan tanda-tanda untuk menunjukkan kekurangan Fe
43
44
Gambar 15.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Kegiatan pengimpusan kelapa sawit: a. Alat mencampurkan pupuk, b). Chelat yang ditaburkan di piringan, c). Kegiatan mencari akar aktif dengan menggunakan dodos, d). Akar aktif, e). Pengisian FeSO4 ke dalam plastik pembungkus akar, dan f). Penimbunan dengan serasah
Dosis Pupuk Dosis pupuk yang diberikan pada tanaman tergantung kebutuhan hara yang dibutuhkan oleh tanaman itu sendiri. Dalam menentukan jumlah hara yang dibutuhkan tanaman dapat dilakukan dengan analisis tanah atau analisis daun.
44
45
Semakin tua umur tanaman maka semakin besar jumlah hara yang dibutuhkan tanaman, sehingga semakin besar pula dosis pupuk yang diberikan. Dosis pupuk yang diaplikasikan di Afdeling VIII di Tambusai Estate adalah 2 kg urea/pohon, 1.5 kg KCl, 1.25 kg RPH, dan 1.5 kg MOP. Dosis ini di aplikasikan ke semua blok kecuali di blok L17 - L22, hal ini disebabkan blok L17 - L22 telah diberikan pupuk organik berupa limbah cair dari pengolahan kelapa sawit. Dosis yang diaplikasikan di blok L17 - L22 adalah 750 m3 untuk 3 x rotasi. Lahan yang diaplikasi dengan limbah dapat mengurangi dosis pupuk anorganik pada tanaman kelapa sawit karena di dalam limbah cair hasil pengolahan kelapa sawit ini terkandung unsur-unsur yang juga terdapat pada pupuk anorganik. Unsur-unsur hara yang terdapat di janjang ini dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Persentase kandungan hara janjang kosong tiap ton Hara utama
Rata-rata
N 0.37 P 0.04 K 0.97 Mg 0.08 Sumber: Pahan,2006
Pohon/ ton jjk 8 Kg Urea 2.9 Kg RP 18.3 Kg MOP 5.6 Kg Kieserite
Persentase hara utama N = P2O5 = K2 O = MgO =
46.0% 29.7% 60.0% 27.0%
Dosis aplikasi janjang pres adalah 30 ton/ha/tahun sedangkan dosis yang diaplikasikan ke lahan adalah 227 kg per titik. Jika 1 ha = 132 pohon. Satu angkong berisi lebih kurang 75 kg, jadi untuk satu titik diberikan tiga angkong. Pupuk diberikan di gawangan diantara dua pohon.
Cara Pemupukan Waktu pemupukan menentukan keefektivan penyerapan hara pada tanaman. Menurut Pahan (2008) waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh iklim (terutama curah hujan), sifat fisik tanah, logistik (pengadaan) pupuk, umur serta adanya sifat sinergis dan antagonis antar unsur hara. Curah hujan bulanan yang baik untuk pemupukan adalah 100 - 200 mm. Penentuan frekuensi dan pengaturan pemupukan sangat penting karena berkaitan dengan sifat sinergis dan
45
46
antagonis dari hara yang terkandung. Secara umum, sifat sinergis unsur hara antara N dan K, sedangkan sifat antagonis antar unsur hara yaitu, N - P, N - Mg, dan K - Mg (Pahan, 2008). Hal ini menyebabkan rotasi pemupukan harus diperhatikan agar tanaman dapat memperoleh hara optimal. Jarak waktu aplikasi pupuk Kiserit ke MOP di Tambusai Estate diberi selang 3 minggu, MOP ke RPH diberi selang 2 minggu, dan Urea ke RPH diberi selang 3 minggu. Urea dan MOP diaplikasikan dua kali dalam setahun, sedangkan Kieserit dan RPH diaplikasikan satu tahun sekali. Pupuk organik janjang press rotasinya 1 x setahun sedangkan effluent 3 x setahun. Pemupukan di Tambusai Estate dilakukan dengan cara manual dan teknis, tetapi yang paling banyak digunakan adalah dengan cara manual. Pupuk yang sudah diuntil dilangsir tepat pada titik-titik penempatan pupuk atau disebut supply point. Dari supply point pupuk dilangsir ke dalam satu until setiap 6 pohon dengan menggunakan angkong. Penebar pupuk memupuk dengan cara menuangkan pupuk yang sudah diuntil ke dalam ember yang digendong. Pupuk ditabur sekeliling pohon dengan jarak 1.5 - 2 m dari pohon. Pohon yang terdapat di pinggir parit tidak sekelilingnya dipupuk agar pupuk tidak jatuh ke parit sehingga dapat mencemarkan lingkungan. Standar ini diterapkan karena Tambusai Estate telah menerapkan ISO 9001 : 2005 yaitu tentang manajemen mutu dan ISO 14001 : 2008 tentang lingkungan. Alat yang digunakan untuk pemupukan yaitu, ember, angkong, karung goni, dan mangkok takaran pupuk, selain itu juga APD yang wajib dikenakan pelangsir adalah sepatu APD dan sarung tangan sedangkan untuk penabur ditambah masker dan kacamata. Pemupukan dengan cara mekanis hanya dilakukan pada afdeling II dengan menggunakan “sprader”. Cara pemupukan dengan “sprader” yaitu: pupuk di masukan ke dalam corong tempat penampungan pupuk, kemudian mesin dihidupkan, selanjutnya pupuk akan keluar dari bawah dan menyemprotkan ke kanan dan kiri pohon. “Sprader” dijalankan oleh operator sedangkan pupuk dimasukan ke dalam tempat “sprader” oleh dua orang pemuat pupuk.
46
47
Tenaga dan Upah Memupuk Pemupukan di Tambusai Estate menggunakan sistem borongan. Tenaga kerja yang digunakan tergantung tonase pupuk yang diaplikasikan. Jika pupuk yang diaplikasikan kurang dari 5 ton, tenaga yang dibutuhkan adalah 6 orang, 2 orang pelangsir dan 4 orang penebar. Apabila pupuk yang diaplikasikan lebih dari 5 ton, tenaga yang digunakan adalah 9 orang, yaitu 3 pelangsir dan 6 penebar. Selain itu, tenaga pemupuk ini dibawahi oleh ketua borongan yang mana ketua borongan dibawahi oleh mandor pupuk. Mandor pupuk merupakan karyawan bulanan tetap (KBT). Tenaga pemupuk ini juga bekerja sebagai penguntil dan pemuat pupuk sekaligus. Upah penguntil pupuk sebesar Rp 17 /kg, sedangkan upah tenaga pemupuk tergantung dosis yang diaplikasikan per pohon. Dosis 0 - 1.49 kg upah yang diberikan kepada tenaga pemupuk sebesar Rp 12,000 /ha, sedangkan untuk dosis lebih dari 1.49 kg upahnya Rp 15,000 /ha. Tenaga kerja pemupuk tidak mendapatkan premi dikarenakan pekerja merupakan pekerja borongan. Upah diserahkan kepada kepala rombongan, upah yang diberikan kepada tenaga pemupuk tergantung pada kepala rombongan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemupuk di Afdeling VIII, pemupuk memperoleh harga Rp 10,500/ha dari Rp 12,000, dan Rp 13,500 dari Rp 15,000 karena 12.5%/ha diambil oleh ketua rombongan. Pemupukan ada secara manual dan mekanis, untuk perhitungan secara manual pada blok L23 dengan luas 29.53 ha dengan dosis 1.5 kg/pohon dan jumlah pupuk 5,846 kg, jumlah pohon 3,898 pohon tahun tanam 1997. Total biaya per-ha pemupukan blok L23 secara manual yaitu, (1)
Upah pemupukan
: Rp 15,000 (dosis lebih besar 1.49) x 29.53 ha : Rp 442,950
(2)
Upah until
: Rp 17/ kg x 5,846 kg : Rp 99,382
(3)
Muat bongkar
: Rp 7 x 5,846 kg : Rp 40,922
(4)
Premi mandor
: Rp 8 x 5,846 kg
47
48
: Rp 46,768 (5)
Harga pupuk
: Rp 3,050 x 5 846 kg : Rp 17,830 300
Total biaya per-ha, dengan harga pupuk adalah: :442,950 + 99,382 + 40,992 + 46,768 + 17,830,300 = Rp 625,140.26/ha 29.53 Total biaya per ha, tanpa harga pupuk adalah: : 442,950 + 99,382 + 40,992 + 46,768 = Rp 21,337.35/ha 29.53 Total biaya per-ha pemupukan mekanis diasumsikan menggunakan sprader dengan kapasitas deck fertilizer = 400 kg. (1)
Upah pemupukan : a). Pemuat Rp. 20/ kg Biaya : 5,846 kg x Rp.20 : Rp 116,920 b). Operator Rp. 4/ kg Biaya : 5,846 kg x Rp. 4 : Rp 23,384
(2)
Harga pupuk
: 5,846 kg x Rp 3,050 : Rp 17,830,300
(3)
Premi mandor
: Rp 8 x 5,846 kg : Rp 46,768
(4)
Muat bongkar
: Rp 2 x 5,846 kg : Rp 11,692 (untuk supir)
(5)
Alokasi spreader : 1 JKT (jam kerja traktor) x Rp 77,000
Jika hari ini 3 jam kerja
: 3 Jkt x Rp 77,000 : Rp 231,000
Total biaya per-ha dengan harga pupuk adalah: : 116,920 + 23,384 + 17,830,300 + 46,768 + 11,692 + 231,000 29.53 : Rp 618,356.38/ Ha Total biaya per-ha tanpa harga pupuk adalah: : 116,920 + 23,384 + 46,768 + 11,692 + 231,000 29.53 : Rp 14,553.47
48
49
Pemupukan dengan “spreader”
kecepatannya dipertahankan stabil 25
km/jam agar tidak terjadi penumpukan pupuk. Operator terampil menguasai lapangan begitu juga pemuat harus terlatih. Tetapi, tidak semua hancak dan jenis pupuk dapat diaplikasikan dengan alat “sprader” ini. Pupuk yang tidak dapat diaplikasikan dengan sprader yaitu pupuk RPH (Rock Phosphate) karena butiran terlalu halus. Hancak yang tidak dapat diaplikasikan RPH adalah hancak yang memiliki kemiringan > 45º. Perhitungan pemupukan organik berupa janjang press per-ha aplikasi dengan mengacu harga pupuk anorganik pada bulan Maret 2011 (Tabel 12). Tabel 12. Harga pupuk, Maret 2011 Jenis
Harga
Pupuk Urea
:
Rp 3,747.90 / Kg
Pupuk Mg
:
Rp 2,425.76 / Kg
Pupuk P
:
Rp 1,087/Kg
Pupuk Kalium
:
Rp 3,597.43/Kg
Sumber: SE Tambusai Estate, 2011 Tenaga kerja yang digunakan untuk memupuk pohon dengan jampres yaitu 40 Hk, komponen biaya tangkos atau jampres sebagai berikut; (a)
Premi mandor tankos
: Rp 8,000/ha
(b)
Upah pemupukan tankos
: Rp 450,000/ha
(c)
Urea
: 1 ton janjang kosong (JJK) terdapat 8 kg urea
Dosis
: 30 ton JJK/ha
Urea
: 30 ton JJK /ha x 8 kg Urea : 240 kg Urea
Biaya urea
: Kandungan urea dalam 30 ton JJK x harga pupuk Urea : 240 kg x Rp 3,747.90 : Rp 899,496
(c)
Kalium
: 1 ton JJK terdapat 18.3 kg Kalium
49
50
Dosis
: 30 ton JJK/ha
Kalium
: 30 ton JJK/ha x 18.3 Kalium : 549 kg Kalium
Biaya Kalium
: Kandungan Kalium dalam 30 ton JJK x harga Kalium : 549 kg x Rp 3,597.43 : Rp 1,974,989.07
(d)
Phospor
: 1 ton JJK, terdapat 2.9 kg P
Dosis
: 30 ton JJK/ha
Phospor
: 30 ton JJK/ ha x 2.9 kg P
Biaya phosphor
: Kandungan phosphor dalam 30 ton JJK x harga Phospor : 87 kg x Rp 1,087 : Rp 94,569
(e)
Magnesium
: 1 ton JJK, terdapat 5.6 kg Mg
Dosis
: 30 ton JJK / ha
Magnesium
: 30 ton JJK/ha x 5.6 kg Mg : 168 kg Mg
Biaya Mg
: Kandungan Mg dalam 30 ton JJK x harga Mg : 168 kg x Rp 2,425.76 : Rp 407,527.6
Jadi, biaya pemupukan tankos per-hektar: = Harga urea + Harga Kalium + Harga P + Harga Mg + Premi Mandor + Upah pemupukan tangkos = Rp 899,496 + Rp 1,974.98 + Rp 94,569 + Rp 407,527.68 + Rp 8,000 + Rp 450,000 = Rp 3,834 581.78 /ha
50
51
Panen Panen adalah kegiatan yang meliputi persiapan panen, peralatan panen, rotasi panen, organisasi potong buah, administrasi potong buah, kriteria matang, kualitas buah, sistem basis (siap borong), dan premi serta sanksi dan denda pemanen. Dalam pemanenan, pekerjaan pemotong buah merupakan pekerjaan yang penting untuk diperiksa, karena bagus atau tidaknya rendemen CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil) bergantung dengan standar pemanenan yaitu kriteria matang panen. Jika tidak sesuai standar, buah mentah dan janjang kosong dapat masuk ke dalam pengolahan dan menurunkan rendemen.
Persiapan Panen Persiapan panen dimulai dari kegiatan apel pagi (check roll) pada pukul 5.30 pagi - 6.00 pagi. “Check roll” ini dilakukan di collection road tempat hancak yang akan di panen, saat “check roll” pemanen diwajibkan memakai APD langsung, “check roll” ini dipimpin oleh seorang FA (Field Assisten) dan 2 Mandor panen (Gambar 16a).
(a)
(b)
Gambar 16. Tim panen yang sedang melakukan persiapan di Tambusai Estate: a). Check roll dipimpin oleh asisten, dan b). Pembagian hanca panen oleh mandor panen FA bertugas memberikan pengarahan-pengarahan mengenai peraturanperaturan selama memanen dan juga denda apabila tidak memakai APD. Mandor panen bertugas membagi hanca panen yang akan dipanen dan juga mengingatkan
51
52
pemanen mengenai peraturan-perturan yang telah di dijelaskan oleh FA (Field Assisten) (Gambar 16 b). Sehari sebelum apel pagi, mandor panen harus membagi seksi panen dan menyiapkan kebutuhan pemanen untuk panen selanjutnya. Sebelum mendapatkan kebutuhan pemanen dan kebutuhan dump truck, mandor harus mengecek angka kerapatan panen blok yang akan di panen hari berikutnya. Angka kerapatan panen (AKP) adalah angka yang menunjukan buah matang panen dihitung 1 hari sebelum pelaksanaan panen. AKP (Angka Kerapatan Panen) maksimal diambil 10% dari luasan dan minimal 3% dari luasan. Sehingga, AKP untuk kaveld E 5 blok dengan luasan 143.45 adalah 14 ha/5 pasar per blok atau minimal 4.3 ha/2 pasar per blok. Kemudian, untuk mencari BJR (Berat Janjang Rata-rata) per hari menggunakan rumus = kg PKS/ jumlah janjang panen yang diterima. Biasanya mandor menggunakan BJR (Berat Janjang Ratarata) afdeling yaitu 21. AKP yang di dapat digunakan untuk mencari taksasi, kebutuhan pemanen dan kebutuhan dump truck. Rumus mencari taksasi untuk hari berikutnya yaitu, luas x jumlah pohon/ha x BJR/AKP atau taksasi hari ini : Taksasi atau kg yang telah ditetapkan (mengikuti sensus buah). Taksasi produksi ini dilakukan agar pemakaian tenaga kerja efektif dengan hasil panen yang didapatkan. Perhitungan output panen menggunakan pembagian jumlah kg TBS : jumlah HK dan persen efisiensi yaitu jumlah kg dibagi taksasi kg, sedangkan rumus untuk mencari HK pemanen yaitu: Kebutuhan Pemanen: Luas x Jumlah pohon/ha x BJR : Kapasitas Pemanen AKP (Angka Kerapatan Panen) Contoh perhitungan kaveld E (O18, O 19, O22, O23, dan P18) dengan luas panen 143.45 Ha, BJR 21 dan AKP 1:7 sehingga kebutuhan tenaga panen yang diperlukan untuk memanen kavel E adalah: 143.45 Ha x 132 pohon/ha x 21 : 3,000 = 18.9 HK 7 Kebutuhan dump truck untuk mengangkut buah kaveld E adalah: Kebutuhan dump truck :Tandan yang dipanen/ luasan panen:Kemampuan afdeling Bobot buah yang dapat diangkut dump truck
52
53
Pada kaveld E afdeling VIII pada tanggal 16 maret 2011, luasan panennya 143.45 Ha, tandan yang dihasilkan sebanyak 56,806.22 tandan, bobot buah yang diangkut dump truck 5.5 ton satu kali pengangkutan (trip), dan kemampuan ratarata pengangkutan TBS ke pabrik sebanyak 8 trip/unit. Sehingga kebutuhan dump truck afdeling VIII pada tanggal 16 maret 2011 : 56,806.22 / 5,500 kg/trip = 10.32 Trip/8 trip = 1 dump truck.
Potong Buah Potong buah adalah aktivitas memotong buah oleh karyawan sampai buah diletakkan di TPH (Gambar 17 b). Pemanen memeriksa buah sebelum dipanen dan memastikan bahwa buah tersebut sudah matang, karena apabila buah kurang matang masuk ke dalam pabrik akan mengurangi nilai rendemen. Buah matang yang akan dipanen memiliki kriteria 40 brondolan di piringan atau 2 butir/kg dengan BJR Tambusai Estate 20 baik yang berwarna merah tua, orange ataupun kuning tergantung varietas. Setelah dipanen brondolan dihitung 1:4 dari tandan yang dipanen atau 8% x 20 = 160 butir brondolan setelah panen/ tandan Kriteria buah berdasarkan brondolan di Tambusai Estate ditampilkan pada Tabel 13. Tabel 13. Kriteria buah matang berdasarkan brondolan Golongan
Kriteria
Warna Mentah ungu kehitaman Kurang matang orange kemerah-merahan Matang orange kemerah-merahan Terlalu matang merah gelap
Berondolan tidak memiliki berondolan < 2 berondolan/kg TBS 2 berondolan/kg TBS 50 % berondolan lepas > 10 berodolan masih lekat pada tandan Janjang kosong > 90 % berondolan lepas Sumber: Surat Edaran Tambusai Estate 2011 Standar panjang tangkai buah saat dipanen adalah 2 cm dari pangkal buah, jika pemanen melanggar akan dikenakan denda. Pemakaian alat perlindung diri (APD) wajib dipakai pemanen saat memanen buah yaitu sepatu AP, sarung egrek, kacamata dan sarung tangan (Gambar 17 a dan c). Hal tersebut dikarenakan pohon
53
54
sudah tinggi (TM 15 tahun tanam 1997) yang berisiko tinggi bagi pemanen. Denda pemanen dapat dilihat di Tabel 14. Tabel 14. Daftar perhitungan denda pemanen, mandor panen, dan kerani panen No . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kriteria
Pemanen Rp/TBS 500/ TBS
Mandor panen Rp/TBS 750/TBS
TBS matang tidak dipanen TBS matang tidak diangkut 500/TBS 1,000/TBS di TPH TBS mentah terpanen 1,000/TBS 1,000/TBS TBS tangkai panjang 500/TBS 500/TBS Brondolan tidak dikutip 1,500/TBS 1,500/TBS TBS tidak diangkut dari TPH Brondolan tidak diangkut dari TPH Pencatatan data kualitas TBS Brondolan tidak benar Sumber: Surat Edaran Tambusai Estate, 2011
Krani produksi (Rp) 750/TBS 1,500/TBS 1,500/TBS 1,500/TBS 1,500/TBS
Apabila pemanen melanggar aturan berkali-kali, yang bersangkutan akan dikenakan SP (surat peringatan) ataupun dikenakan mutasi ke PT atau afdeling lain. Denda pemanen ini dibuat untuk mendisiplinkan karena para tidak memotong tangkai TBS, tidak memotong pelepah menjadi dua dan tidak menaruhnya di gawangan mati. Istilah mencuri buah yaitu memotong TBS tanpa memotong pelepah penyangganya, “helper” tidak memungut brondolan di piringan maupun membenamkan brondolan di dalam
tanah sehingga dapat
menjadi gulma, juga akan terkena denda (Tabel 14).
54
55
(a)
(b)
(c) Gambar 17. Cara pemanenan yang benar menggunakan APD dengan baik: a). Pemotongan TBS dengan menggunakan egrek b). Pelangsiran dan penimbunan TBS di TPH, dan c). Pemanenan menggunakan APD. Rotasi Panen Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir dengan panen berikutnya dalam areal panen atau ancak yang sama. Sistem rotasi di Tambusai Estate adalah 6/7, yaitu terdapat 6 seksi panen dengan interval waktu panen dalam satu seksi 7 hari. Namun pada pelaksanaan di lapangan sering terkendala oleh kondisi medan blok yang sulit khususnya daerah rendahan (Gambar 18d) sehingga rotasi panen 6/7 tidak sepenuhnya dapat dilakukan. Rotasi panen tidak setiap hari 6/7 ada juga yang 5/7, hal ini dilakukan guna mempertahankan agar rotasi panen tidak melewati 7 atau buah yang kelewat matang karena tidak dipanen pada hari minggu (libur). Jumlah seksi buah disusun menjadi 6 seksi yang terdiri 6 Kaveld (A, B, C, D, E dan F), dimana 1 kaveld terdiri dari 5 - 6 blok panen dapat dilihat pada Tabel 15. Seksi panen diatur
55
56
sedemikian rupa sehingga satu seksi selesai dalam satu hari dan mempermudah perpindahan hanca dari satu blok ke blok lain. Tabel 15. Peta kaveld panen afdeling VIII di Tambusai Estate Kaveld Blok A
B
C
D
E
F
Luas
M23 166.62 Ha M24 N22 N23 N24 L21 188.46 Ha L22 L23 L24 L25 L17 118.18 Ha L18 L19 L20 M17 147.41 Ha M18 M19 M20 M21 N17 149.85 Ha N18 N19 N20 N21 O18 147.75 Ha O19 O22 O23 P18 Sumber: Afdeling VIII, Tambusai Estate 2008
Pohon 15,368 pohon
15,376 pohon
16,075 pohon
19,687 pohon
19,796 pohon
19,355 pohon
Sistem Panen Tambusai Estate menerapkan sistem panen hancak giring tetap yang merupakan sistem hancak panen yang dilakukan dengan pemberian hancak tertentu kepada pemanen setiap hari tetapi perpindahan dari hancak satu ke yang
56
57
lain dilakukan giring. Apabila buah pada hari panen sangat sedikit diterapkan sistem sorong panen yang digunakan untuk menutupi mencapai target 3,000 Kg setiap pemanen. Tambusai Estate menggunakan sistem
Division of Labor-
1(DOL). Sistem DOL – 1 merupakan sistem panen dimana di dalam satu kelompok pemanen terdiri dari 1 orang, yaitu pemanen. Pada afdeling VII, terjadi juga sistem family cover yaitu, pemanen ada yang memiliki 1, 2 atau 3 helper. Helper pemanen di bayar oleh pemanen sendiri bukan dari perusahaan tergantung kesepakatan di kedua belah pihak, rata-rata helper mendapatkan Rp 300,000 / bulan. Helper digunakan untuk mengutip brondolan dan mengangkat TBS dari dalam hancak ke TPH, sehingga pekerjaan lebih cepat selesai dan mendapatkan pendapat lebih baik, pemanen sering menggunakan 2 helper. Banyak atau sedikitnya hancak yang diberikan ke pemanen disesuaikan dengan jumlah helper, sehingga posisi pemanen sejajar dan penyelesaian hanca bersamaan.
Peralatan Panen Alat - alat kerja potong buah yang digunakan di Tambusai Estate disesuaikan dengan kebutuhan, seperti alat potong buah disesuaikan dengan tinggi tanaman. Alat - alat yang digunakan dalam pemanenan disajikan pada Tabel 16.
57
58
Tabel 16. Deskripsi alat-alat panen Nama Alat Dodos
Kegunaan Memotong TBS umur 3-8 tahun
Harvesting pole
Gagang untuk pisau egrek
Pisau egrek
Alat untuk memotong TBS
Angkong
Alat untuk mengangkut TBS dari pohon ke TPH Wadah untuk mengumpulkan brondolan sebelum diangkut ke PKS Alat untuk mengangkat TBS dari pohon ke pasar rintis Alat untuk memotong gagang panjang dari
Karung pupuk Gancu
Kapak
Ember Tojok
TBS Alat untuk menampung brondolan sebelum dikumpulkan menjadi satu di dalam karung Untuk memuat TBS dari TPH ke PKS
Keterangan Berbentuk tembilang, lebar mata 8-14 cm dan panjang mata 8-12 cm Sepotong besi alumunium dengan panjang 6-12 meter Berbentuk seperti pisau arit dengan panjang pangkal 20 cm, panjangnya 45 cm dan sudut lengkung 135º Kereta sorong beroda satu yang terbuat dari besi bermerek Artco® Wadah untuk mengumpulkan brondolan sebelum diangkut ke PKS Besi beton berdiameter 3/8 inchi dan panjang 0.5 meter Besi beton bermata tembilang dengan diameter dan panjang besi sesuai dengan kebutuhan Umumnya ukuran sedang berwarna hitam 12 liter Pipa galvanis/besi dengan ujung besi beton berbentuk lancip dengan panjang sekitar 1-1.5 meter
Sumber: SOP Tambusai Estate 2011
Basis dan Premi Panen Pemanen memperoleh upah berdasarkan prestasi kerjanya. Tambusai Estate menetapkan basis borong berdasarkan bobot panenan. Basis borong adalah jumlah bobot panen yang harus diperoleh setiap hari kerja oleh setiap pemanen. Basis borong dibedakan berdasarkan tahun tanam. Semakin tua tanaman semakin besar basis borongnya, hal ini disebabkan bobot TBS yang semakin berat. Brondolan juga menjadi bagian penting dalam pendapatan pemanen. Setiap kilogram brondolan dihargai Rp 120 kg untuk 10% dari kg TBS selebihnya masuk
58
59
premi terakhir. Hal ini dikarenakan 25% TBS berondolan sebelum panen dan 50% setelah panen. Cara menghitung harga brondolan sampai premi terakhir bila panen menghasilkan 3,000 kg dengan brondolan 400 kg yaitu: (1)
Premi
= 3,000 – 1,000 (Basis Pemanen) – 400 = 1,600 kg
(2)
Brondolan
= 10% x 3,000 x Rp 120 = 300 x Rp 120 = RP 36,000
(3)
Premi panen : Lebih basis 1 = 500 x 25 Lebih basis 2 = 500 x 30 Lebih basis 3 = 600 + sisa brondolan (100) x 35
(4)
Premi panen : Rp 12,500 + Rp 15,000 + Rp 4,100 + Rp 36,000 : Rp 67,600 Sehingga pendapatan total pemanen pada saat menghasilkan tandan 3,000
kg dan 400 kg brondolan adalah Rp 67,600. Semakin banyak berondolan dikutip semakin tinggi pendapatan pemanen. Daftar premi panen dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Daftar premi pemanen Jenis Pekerjaan
No. 1.
2.
Satuan
Rp/Satuan
500 Kg 500 Kg > 2,000 Kg Tanpa basis
3,000 kg
2.75
1.2
500 Kg 500 Kg > 2,000 Kg Tanpa basis
3,000 kg
2.75
1.2
TM 7 - TM 11 Lebih basis 1 Lebih Basis 2
Kg/Hari Kg/Hari
22 27
Lebih Basis 3
Kg/Hari
32
Hari Libur
Kg/Hari
40
TM 12, dst Lebih basis 1 Lebih basis 2
Kg/Hari Kg/Hari
25 30
Lebih basis 3
Kg/Hari
35
Hari Libur Kg/Hari 40 Sumber: SE, Tambusai Estate 2012
Basis
Target Premi minimal Krani / Hari Produksi
59
60
Transportasi TBS Transportasi TBS yang tidak cukup, tidak efisien, terlambat, dan tidak teratur berakibat buah restan di lapangan. Hal ini akan berpengaruh terhadap mutu CPO (FFA akan naik). Disiplin pemanen menjadi rusak karena tidak teraturnya transportasi. Kekacauan transportasi akan menyebabkan buah menjadi diangkut sebelum diperiksa, tidak semua brondolan di TPH terangkut semua, output potong rendah karena rotasi panen terlambat, kemungkinan terjadinya manipulasi atas buah restan dan seksi potong buah menjadi tidak teratur. Transportasi TBS dan brondolan harus sudah terkirim ke PKS < 24 jam untuk menjaga mutu TBS dan brondolan. Oleh karena itu, diperlukan pengaturan transportasi oleh mandor untuk alokasi pembagian tenaga angkut TBS dan brondolan (kenek). Pada daerah rendahan dan banjir di Tambusai Estate transportasi pemanen dilakukan menggunakan rakit. Peralatan yang digunakan untuk transpotasi TBS adalah “tojok” (sejenis tombak) dan gancu di daerah rendahan dan pohon rendah (Gambar 18 d), sedangkan untuk brondolan digunakan garuk dan karung pupuk. Pada saat transportasi buah, kerani chek menggunakan tojok untuk mengecek warna dan kematangan buah. Buah yang kurang matang tidak diangkut ke PKS biasanya di biarkan membrondol di TPH. Pemanen diwajibkan memanen pukul 06.00 pagi dan pada jam 07.00 pagi, buah sudah tersusun rapi di TPH dan siap di kirim ke PKS dengan menggunakan dump truck. Premi supir disesuaikan dengan jarak tempuh, sedangkan premi pemuat basis pertama 1,667 x Rp 3.5, basis kedua 1,667 x Rp 5 dan sisanya dikali Rp 6. Ketika memasuki PKS sopir dumptruck
wajib memakai APD seperti
helm, hal tersebut dikarenakan Tambusai Estate telah menerapkan SMK3 (sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja). Setelah melewati penimbangan otomatis, buah di bawa ke loader (tempat penerimaan buah sementara).
60
61
(a)
(c)
(b)
(d)
Gambar 18. Sistem transportasi TBS di Tambusai Estate: a). Dump truck b). Pengangkutan TBS dari TPH dengan menggunakan “tojok” c). Looder, dan d). Rakit (alternatif transportasi TBS dalam hanca di daerah banjir dan rendahan)
Losses pemanen Losses panen merupakan pengecekan brondolan yang tertinggal di dalam hancak. Pencarian losses di dalam satu blok biasanya diperiksa setiap selang 5 pasar dari awal pasar. Dari 5 pasar yang ada di losses, misalnya diperoleh jumlah tandan yang dipanen 20 tandan, brondolan yang tertinggal di ketiak ada 30 butir, pasar pikul ada 20 butir, piringan ada 50 butir dan buah matang tidak di panen ada 1 tandan (Gambar 19 a). Rumus mencari losses yaitu, 20 tandan x 20 kg (BJR) = 400 kg, brondolan tinggal 100 butir / 90 butir per kg = 1.1 kg. Untuk 1 tandan dengan BJR 20 kg = 20 kg beratnya, sehingga 400 kg + 1.1 kg + 20 kg = 421.1 kg sehingga efisiensi = 400 kg/ 421.1 kg x 100% = 94.98 % dan lossesnya 100% - 94.98% = 5.01%. Sedangkan rekomendasi kebun losses maksimal harus 0.16 kg atau 15 butir (15/90 kg = 0.16 kg).
61
62
(a)
(b)
Gambar 19. Kehilangan panen TBS (losses) yang ditemukan di Tambusai Estate: a). Losses TBS di gawangan mati dan b). Losses TBS di parit collection road Apabila mobil yang masuk sedikit biasanya menggunakan grading 100. Selain tergantung banyaknya mobil yang masuk, jumlah tenaga kerja juga mempengaruhi tingkatan grading tersebut. Grading 50 dilakukan grading setiap 2 mobil/afdeling masuk, sedangkan grading 100 dilakukan setelah 80 ton TBS atau 13 mobil dari 6 afdeling masuk. Grading dilakukan untuk menyeleksi TBS yang akan masuk ke loading ramp sesuai dengan standar mutu perusahaan. Buah kurang matang, mentah dan tandan kosong disisihkan di pinggir pheron sesuai dengan afdeling masingmasing. Apabila hari hujan, banyak sekali mobil yang tidak dapat mengangkut buah sehingga mangakibatkan buah tidak dapat terangkut ke PKS (restan). Tandan buah segar (TBS) yang tidak dapat terangkut akan diangkut pada keesokan harinya tetapi tidak melalui proses grading tetapi langsung di dorong ke loading ramp dengan menggunakan loader. Setiap 1 pintu ramp diisi dengan 3 mobil yang membawa ± 5 ton dalam 1 trip, setiap lori di dalam loading ramp dapat menampung TBS sebanyak 5.5 ton. TBS yang ada di dalam lori dibersihkan dari pasir dan kotoran lainnya dengan cara disiram air dari atas sebelum masuk ke dalam stasiun perebusan. Cara ini dilakukan untuk menjaga mutu dan alat - alat pengolahan.
62
63
Pengolahan Minyak Kelapa Sawit
Penimbangan dan Sortasi Pengangkutan TBS dari kebun ke pabrik menggunakan mobil yang dinamakan dump truck dengan muatan tiap dump truck ± 6 ton. Setiap dump truck yang tiba di pabrik harus ditimbang di timbangan otomatis seperti pada Gambar 20 a dan Gambar 20 b.
(a)
(b)
Gambar 20. Proses pemasukan TBS ke pabrik PKS: a). Timbangan otomatis di PKS dan b). Dump truck yang berisi TBS ditimbang Dump truck ditimbang bobotnya saat memuat TBS (brutto) dan ditimbang kembali setelah menurunkan atau membongkar muatan (tarra) di tempat penampungan sementara atau tempat sortasi (pheron) yang mana selisih timbangan berisi dan kosong merupakan berat TBS yang akan diolah. Pabrik kelapa sawit mempunyai dua timbangan otomatis yang mana timbangan sebelah kiri biasanya digunakan untuk menimbang TBS maupun janjang press yang menggunakan dump truck sedangkan sebelah kanan merupakan timbangan CPO yang dimuat menggunakan mobil tangki. Timbangan otomatis dapat menimbang berat maksimal ± 60 ton untuk TBS maupun CPO. Selisih timbangan berisi dan kosong merupakan berat TBS yang akan diolah. Tandan buah segar (TBS) yang telah ditimbang kemudian ditimbun di tempat penampungan sementara TBS (pheron atau stasiun sortasi) sebelum memasuki stasiun loading ramp. Pada pheron, TBS yang ditumpuk sesuai afdeling masing-masing dan digrading sesuai kebutuhan tergantung banyaknya buah yang masuk, ada yang dinamakan grading 50 (grading menggunakan 50
63
64
tandan sebagai sampel) dan ada juga grading 100 (grading keseluruhan tandan). Apabila mobil yang masuk mencapai 30 mobil hanya dilakukan grading 50 sedangkan apabila mobil yang masuk sedikit biasanya menggunakan grading 100. Selain itu tergantung banyaknya mobil yang masuk, jumlah tenaga kerja juga mempengaruhi tingkat grading tersebut. Grading 50 dilakukan setiap 2 mobil/afdeling, sedangkan grading 100 dilakukan setelah 80 ton TBS atau 13 mobil dari 6 afdeling masuk. Grading dilakukan untuk menyeleksi TBS yang akan masuk ke loading ramp sesuai dengan standar mutu perusahaan. Buah kurang matang, mentah dan tandan kosong disisihkan di pinggir pheron sesuai dengan afdeling masingmasing. Apabila hari hujan, mobil banyak yang tidak dapat mengangkut buah sehingga mengakibatkan buah tidak dapat terangkut ke PKS (restan). Tandan buah segar (TBS) yang tidak terangkut akan diangkut pada keesokan harinya langsung dicurahkan ke loading ramp dengan menggunakan loader tanpa melalui proses grading. Setiap 1 pintu ramp diisi dengan 3 mobil yang membawa ± 5 ton dalam 1 trip, setiap lori di dalam loading ramp dapat menampung TBS sebanyak 5.5 ton. TBS yang ada di dalam lori dibersihkan dari pasir dan kotoran lainnya dengan cara disiram air dari atas sebelum masuk ke dalam stasiun perebusan. Cara ini dilakukan untuk menjaga mutu dan pengolahan
Perebusan (Sterilisasi) Perebusan merupakan proses pengolahan mekanis terhadap tandan buah sawit. Tandan yang berada di dalam lori (Gambar 22), dipanaskan di ketel (Gambar 21) menggunakan uap jenuh (saturated steam) dengan tekanan 2.8 kg/cm² pada suhu 135º C selama 90 menit hingga tandan tersebut matang. TBS yang telah matang di keluarkan dari perebusan (Gambar 23) yang selanjutnya masuk pada proses pencacahan.
64
65
Gambar 21. TBS di dalam lori dimasukan ke dalam ketel
Gambar 22. Ketel tempat merebus TBS
Gambar 23. TBS yang telah matang dikeluarkan Lori yang dimasukan ke dalam ketel rebusan (sterilizer) ditarik dengan bantuan loco penarik. Setiap ketel dapat berisi 9 lori, 3 lori sebagai pendorong yang berkapasitas 45 ton TBS, stelah dimasukan pintu ketel ditutup rapat. Perebusan ini memiliki 3 puncak tahapan (triple peak) artinya, tiga kali menaikkan tekanan dan dua kali membuang kondensat selama proses perebusan berlangsung. Pada puncak pertama dilakukan selama 20 menit dengan tekanan 0 - 23 psi, puncak kedua dilakukan selama 30 menit dengan tekanan 30 - 33 psi dan puncak terakhir dilakukan selama 40 menit dengan tekanan 40 - 43 psi. Keuntungan menggunakan sistem tiga puncak ini di antaranya persentase buah
65
66
membrondol lebih kecil, kehilangan minyak dalam ampas kecil, dan proses klarifikasi minyak lebih baik. Pengaturan waktu 20, 30, 40 menit dapat dilihat pada mesin kontrol CVM sterilizer (Gambar 24 a) yang dapat dilihat di dalam jam simulasi yang terbuat dari kertas seperti Gambar 24 b.
(a)
(b)
Gambar 24. Alat yang digunakan dalam proses perebusan: a). CVM (alat control sterilisasi b). Pencatat waktu perebusan Masaknya buah biasanya ditentukan oleh stasiun boiler karena steam untuk perebusan diatur oleh stasiun boiler. Apabila dari pheron banyak buah yang membrondol dari tandan, tekanan akan dikurangi sedangkan jika buah banyak yang mentah sedikit membrondol, maka tekanan ditambah agar buah tidak terlalu matang. Tujuan dari sterilisasi atau perebusan TBS adalah untuk mematikan enzim yang merupakan katalisator dalam reaksi penguraian minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserol, melunakan daging buah untuk mempermudah pengadukan, memudahkan buah lepas dari tandan saat proses pencacahan, dan merenggangkan inti sawit dari cangkangnya untuk memudahkan pemecahan biji di cracker. Suhu dan lamanya perebusan tergantung pada mutu tandan yang akan diolah. Jika TBS relatif matang, waktu perebusan akan menjadi lebih singkat. Sebaliknya, jika TBS relatif
mentah, waktu perebusan akan lebih lama bila
berlangsung pada suhu yang sama. Setelah melalui tahap perebusan, lori membawa TBS yang telah matang ke dalam pusingan (clipper). Di dalam clipper setiap lori membutuhkan waktu 6 - 7 menit setelah itu melalui bunch conveyor menuju stasiun pemipilan (stripper).
66
67
Pemipilan dan Pencacahan (stripper dan threshing) Pemipilan tandan bertujuan untuk memisahkan buah dari janjangan. Buah dirontokkan di dalam drum silinder yang dilengkapi batang logam yang berputar dengan kecepatan 2 rpm dengan kapasitas thresher 15 ton satu kali putaran. Mesin threser yang digunakan ada 4 buah untuk mengefisienkan waktu, mesin threser yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 25.
Gambar 25. Mesin pencacahan dan pemipilan (thresher) Mekanisme pengangkutan TBS dari perebusan ke stasiun pemipilan yaitu, TBS berikut lori yang telah direbus dikirim ke alat pemipilan (thresher) dengan bantuan hosting crane atau transfer carriage. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-banting TBS tersebut dan brondolan lepas dari tandannya. Pada bagian dalam dari pemipil, dipasang batang-batang kisi - kisi yang memungkinkan brondolan keluar dari pemipil. Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil dan ditampung oleh screw conveyor dikirim ke bagian conveyor dan elevator yang akan dibawa ke digester feed conveyor. Sementara, tandan (janjang) kosong yang keluar dari bagian pemipil ditampung oleh elevator dan dikirim ke hopper untuk dijadikan pupuk janjang kosong dan apabila berlebih akan diteruskan ke incinerator untuk dibakar dan dijadikan pupuk janjang dan mulching (serasah atau bahan organik penutup piringan tanaman). Saat proses pemipilan sering ditemukan adanya buah yang masih melekat pada tandan kosong. Hal tersebut dapat disebabkan karena buah tidak normal sehingga yang sukar membrondol, waktu perebusan terlalu singkat, atau adanya buah mentah.
67
68
Pengadukan (digesting) Buah yang telah membrondol dari mesin pemipil (thresher) kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengaduk atau pencacahan (digester). Kapasitas dari mesin pencacahan adalah 15 ton dengan putaran pengaduk 23 rpm, selama 12 - 15 menit pada suhu 95ºC. Alat digester berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan pencacah pada bagian dalamnya. Lengan pencacah ini diputar oleh motor listrik yang dipasang dibagian atas alat pencacah Gambar 26.
Gambar 26. Mesin pengaduk (digester) Tujuan dari proses disgesting yaitu mempersiapkan daging buah untuk pengempaan (pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah. Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah digester telah menjadi bubur buah. Hasil pencacahan tersebut masuk ke dalam alat pengempaan yang berada persis dibagian bawah digester.
Pengempaan (presser) Pengempaan bertujuan untuk mengambil minyak dari buah secara bertahap dengan bantuan pisau pelempar dari mesin pengaduk. Alat yang digunakan dalam proses ini disebut screw press (Gambar 27), yakni alat penekan yang berputar berlawanan arah. Massa buah akan tertekan ke ujung screw dan minyak akan keluar melalui dinding silinder yang berlubang.
68
69
Gambar 27. Alat pengempaan TBS (screw press) Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan ke dalam screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran (dillution) sehingga massa bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah terlalu rapat maka akan dihasilkan cairan dengan viskositas tinggi. Tingginya viskositas tersebut akan menyulitkan proses pemisahan sehingga mempertinggi kehilangan minyak. Jumlah penambahan air berkisar 10 - 15% dengan suhu air sekitar 90ºC. Proses pengempaan akan menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50% minyak, 42% air, dan 8% zat padat. Alat pengempaan yang biasa digunakan dengan kapasitas pengolahan 90 ton TBS/jam adalah screw press dengan kapasitas olah 15 - 17 ton TBS per jam per unit dengan putaran screw 11 - 12 rpm. Minyak hasil pengempaan ini ditampung di sebuah talang (crude oil tank) melalui saringan getar (vibrating screen) (Gambar 28) dan dipompakan ke stasiun pemurnian (clarifier). Biji dan serabut yang berbentuk gumpalan diteruskan ke cake breaker converyor dan dipisahkan di depericarper. Biji dikirim ke tempat penampungan biji (nut silo) (Gambar 29) yang sebelumnya masuk ke polishing drum untuk menghilangkan serabut. Serabut (fibre) dikirim ke ketel uap (boiler) sebagai bahan bakar.
69
70
Gambar 28. Crude oil tank dan Vibrating screen
Gambar 29. Nut silo sebagai tempat penampungan biji sementara Biji yang telah dikeringkan akan masuk ke dalam nut grading screen melalui conveyor untuk dipisahkan menurut diameternya. Hasil pemisahan tersebut akan masuk ke dalam alat pemecah biji (nut cracker) yang merupakan alat centrifuge yang memiliki rotor berputar dengan kecepatan 950 - 100 rpm. Dalam rotor berputar, biji - biji tersebut akan terlempar kuat ke dinding creaker dan pecah, sehingga inti lepas dari cangkang. Pemisahan inti dan cangkang dilakukan pada suatu corong yang disebut separating colom atau pemisahan basah dengan menggunakan clay bath. Pemisahan inti berlangsung secara pneumatic berdasarkan gaya sentrifugal menggunakan blower hisap dan perbedaan berat, di dalam clay bath digunakan air kalsium yang bertujuan sebagai pemisah cangkang dan kernel dengan berat jenis 1.1 dan 1.2 dapat dilihat pada Gambar 30.
70
71
Gambar 30. Clay bath sebagai tempat air kalsium untuk memisahkan cangkang dan kernel Takaran yang digunakan di dalam kalsium harus sesuai, apabila berat jenis abu terlalu banyak akan menghasilkan kotoran sedangkan apabila kalsium terlalu banyak akan mengakibatkan terjadinya kehilangan kernel. Cangkang dan kotoran halus akan terisap oleh blower dan akan ditampung di shell cyclone sebagai bahan bakar. Sementara itu, inti dan biji yang tidak pecah atau pecah sebagian masuk ke vibrating grade. Dalam vibrating grade terjadi pemisahaan antara inti, biji utuh, dan biji setengah pecah berdasarkan beratnya. Biji utuh dan biji setengah pecah dikembalikan ke nut grading screen untuk dipecahkan kembali, sedangkan inti dimasukkan ke pengeringan melalui kernel elevator. Pengeringan inti dilakukan dalam suatu alat yang disebut kernel silo dapat dilihat pada Gambar 31 a. Alat ini berfungsi untuk mengeringkan inti yang telah terpisah dari cangkangnya menggunakan udara panas atau uap yang dihembuskan oleh blower. Suhu di bagian atas kernel silo sekitar 40ºC, di bagian tengah 60ºC, dan di bagian bawah 80ºC. Pengeringan ini berlangsung selama 12 - 14 jam. Setelah pengeringan selesai, inti yang sudah kering diturunkan menuju polishing drum (Gambar 31 b). Penurunan inti diatur oleh shaking grade. Alat polishing drum berfungsi untuk membuang ampas yang masih terdapat di inti. Ampas akan terisap ke dust cyclone. Inti yang kotor dan biji yang tidak pecah akan dikembalikan ke pemecah biji, sedangkan inti yang bersih akan masuk ke karung goni.
71
72
Gambar 31. Alat proses pengolahan kernel (inti sawit): a. Alat pengering inti (kernel silo) dan b. Polishing drum. Pemurnian (clarifier) Pemurnian yaitu pengolahan di PKS yang bertujuan untuk melakukan pemurnian minyak kelapa sawit dari kotoran-kotoran seperti padatan (solid), lumpur (sludge), dan air. Tujuan dari pemurnian yaitu, agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak. Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan dialirkan menuju saringan getar (vibrating screen) untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ke tangki penampung minyak kasar (crude oil tank). Minyak kasar yang terkumpul di COT dipanaskan hingga mencapai 95 - 100ºC. Menaikkan suhu minyak kasar sangat penting untuk memperbesar perbedaan berat jenis antara minyak, air dan sludge sehingga sangat membantu dalam proses pengendapan. Selanjutnya, minyak dari COT dikirim ke tangki pengendapan (continous settling tank atau clarifier tank). Pada clarifier tank, minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena proses pengendapan. Minyak dari clarifier selanjutnya dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran yang masih mengandung minyak. Di PKS, sludge diolah ulang untuk memeras kembali minyak yang masih terkandung di dalamnya. Pengolahn sludge umumnya menggunakan alat yang disebut decanter yang menghasilkan 3 fase, yaitu light phase, heavy phase, dan solid phase. Light
72
73
phase merupakan fase cairan dengan kandungan minyak yang cukup tinggi sehingga pada fase ini harus segera dikembalikan ke COT dan siap untuk diproses kembali. Heavy phase merupakan fase cairan dengan sedikit kandungan minyak sehingga fase ini dikirim ke bak fat pit untuk kemudian diteruskan ke kolam limbah. Akumulasi heavy phase yang tertampung pada fat pit, juga masih dapat menghasilkan minyak. Minyak yang diperoleh dari pemrosesan ulang dikirim ke COT untuk diproses kembali. Solid merupakan padatan dengan kadar minyak maksimum 3.5% dari berat sampel. Solid yang dihasilkan ini selanjutnya diaplikasikan ke kebun pupuk melalui land application.
73