DAFTAR ISI Padamu Negeri Foto : Sjuaibun Iljas
Aspek-Aspek Sejarah Manajemen Personalia : Dari Pendekatan Mekanika ke Tanggung Jawab Sosial, oleh Yoyo Kartoyo ................................................................................ Islam dan Tantangan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia, oleh Nurrohman .................................................................................... Prilaku, Kepribadian, Keprbiadian, dan Sistem Nilai (Beberapa Implikasinya Bagi Pendidikan), oleh Ahmad Sanusi ............................................................................... Penyuluhan, Pelatihan, dan Sekolah Lapang Sebagai Sarana Peningkatan SDM Petani, oleh Ibrahim Danuwikarsa ..................................................................
3
20
28
38
Hukum, Perjaniian Kerja, dan Tenaga Kerja Wanita., oleh Sukendar ........................................................................................ 50
Meningkatkan Peran Dan Profesi Guru, oleh Deddy Mulyasana .........................................................................
63
Strategi Pengembangan Penelitian di Perguruan Tinggi Swasta, oleh Ikka Kartika A. Fauzi ..................................................................
72
Kedudukan dan Eksistensi Tenaga Kerja Outsourcing dalam Dunia Bisnis, oleh H. Fontian Munzil ......................................................................... 84
Keterampilan Agroprocessing Komoditi Kentang, oleh Lilis Irmawatie ..............................................................................
Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Atas Merek Kaitannya Dengan Perlindungan Konsumen oleh Imas Rosidawati Wr .....................................................................
96
108
Hubungan Antara Hasil Pelatihan Tutor Paket B Setara SMP, Motivasi Berprestasi dengan Kinerjanya, oleh E. Rina Hernawati ........................................................................ 128
Ungkapan Pernyataan Cinta Remaja dalam Perspektik Psikolinguistik, oleh Fahruroji ........................................................................................ 146
Hak-Hak Individual Atas Tanah, oleh Aslan ............................................................................................... 160
Eksistensi Pancasila Dalam Kurikulum Pendidikan, oleh Nenny Nuraeni ..............................................................................
178
Literasi, Kreativitas, dan Pengembangan SDM Unggul, oleh Moh. Rakhmat ..............................................................................
194
Dimensi Ekonomi dalam Pendidikan, oleh Hanafiah ........................................................................................
206
STRATEGI PENGEMBANGAN PENELITIAN DI PERGURUAN TINGGI SWASTA
Ikka Kartika A. Fauzi
ABSTRAK Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan pemerintah republik indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan telab menetapkan bahwa tugas utama dosen adalah melaksanakan kegiatan Pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat Togas ini secara periodik dievaluasi melalui peniliian beban keija dosen. Namun, dosen, terutama di PTS masih banyakyang menganggap penelitian bukan tugas utamanya sehingga sehingga hanya sebagian kecil sajayang man dan mampu melakukan penelitian sehingga ranah penelitian menjadi semacam exlusive area. Dalam hal ini diperlukan strategi pengembangan yang sesuai dengan kondisi PTS, yang dapat menghasilkan pencapaianyang optimal tanpa mengorbankan aspek professional dosen serta visi dan misi PTS yang bersangkutan. Kata Kunci : Kompetensi Dosen dalam bidang Penelitian
A. PENDAHULUAN Penelitian di Perguruan Tinggi merupakan bagian penting disamping pengajaran dan pengabdian kepada masyarakat. Dosen yang diangkat berdasarkan pendidikan dan keahliannya oleh perguruan tinggi, mengemban tugas melaksanakan pembelajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Hal ini jelas tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) bahwa "Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masvarakat". Tugas ini akan "ditagih" ketika dosen mengajukan laporan kinerja maupun ketika hendak disertifikasi. Aktivitas yang harus dilaporkan tidak hanya berkisar pada jumlah sks mengajar, namun juga jumlah karya ilmiah yang telah dibuat, karya penelitian yang pernah dilaksanakan serta kegiatan pengabdian masyarakat yang pernah dikerjakan. Uraian di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya kegiatan penelitian bagi eksistensi profesionalitas seorang dosen. Ini dapat diartikan bahwa seorang dosen dapat dianggap kurang professional bila hanya menjalankan tugas mengajar karena yang bersangkutan baru melaksanakan sepertiga tugasnya. Profesionalitas seorang dosen baru dapat dinyatakan utuh bila ketiga tugasnya dilaksanakan secara proporsional.
Kenyataan menunjukkan masih banyak dosen yang mengabaikan penelitian. Di perguruan tinggi swasta (selanjutnya disebut PTS), kondisi ini sangat dirasakan mengingat tidak semua PTS mampu menyediakan dana penelitian yang memadai bagi para tenaga pendidiknya. Di samping itu juga kemampuan untuk menyerap dana penelitian yang disediakan oleh pihak sponsor masih rendah. Kendala ini sebenarnya masih bisa dicari jalan keluarnya melalui berbagai cara yang sederhana dan tidak mengandung banyak resiko, walaupun tingkat keberhasilannya masih tetap tergantung dari berbagai kondisi dan komitmen perguruan tinggi terhadap peningkatan kemampuan dosen dalam bidang penelitian. B. FUNGSI PENELITIAN BAGI DOSEN Peran, tugas, dan tanggungjawab dosen sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yang meliputi kualitas iman/takwa, akhlak mulia, dan penguasaan iimu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, adil, makmur, dan beradab. Untuk melaksanakan fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis tersebut, diperlukan dosen yang profesional. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berkewajiban melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Pasal 60 ayat (a) Undang¬undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Secara akademis, penelitian merupakan bagian dari pengembangan keilmuan. Tugas melakukan penelitian merupakan tugas di bidang penelitian dan pengembangan karya ilmiah yang dapat berupa : (1) (2) (3) (4) (5)
menghasilkan karya penelitian; menerjemahkan/menyadur buku ilmiah; mengedit/menyunting karya ilmiah; membuat rancangan dan karya teknologi; membuat rancangan karya seni.
Hasil penelitian bisa memberikan pengayaan bagi materi perkuliahan. Sebaliknya, konsep, teori, dalil-dalil dan sejenisnya yang menjadi materi perkuliahan, bisa dikaji dan dikembangkan melalui penelitian. Hasilnya bisa diterapkan untuk memecahkan problema yang dihadapi masyarakat melalui kegiatan pengabdian masyarakat. Fenomena yang ditemukan saat kegiatan pengabdian masyarakat, bisa menjadi bahan pengayaan materi perkuliahan atau bahan untuk diteliti. Materi kuliah lebih mutakhir dan kualitas dosen lebih baik. Begitu seterusnya sehingga di antara ketiganya terdapat manfaat timbal batik. Manfaat tersebut dapat terwujud bila dosen mampu menghubungkan ketiga tugas tersebut. Wajarlah bila dikatakan bahwa penelitian bagi dosen merupakan peningkatan kualitas intelektual dosen yang dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas materi pembelajaran yang selalu mutakhir sesuai perkembangan jaman. Hal ini akan berdampak terhadap mutu lulusan, karena selama perkuliahan bisa mendapatkan materi-materi terkini sesuai kebutuhan perkembangan jaman.
Secara lebih jelas, hal ini dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.
Gambar 1. Hubungan Tugas Keprofesionalan Dosen Dalam Pasal 72 ayat (1), tugas ini menjadi beban kerja dosen yang mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, melakukan evaluasi pembelajaran, membimbing dan melatih, melakukan penelitian, melakukan tugas tambahan, serta melakukan pengabdian kepada masyarakat. Aspek-aspek ini selanjutnya menjadi dasar untuk menilai kinerja seorang dosen. Bila gambaran di atas dikaitkan dengan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, maka dapatlah dikatakan bahwa penelitian berfungsi untuk mengembangkan kompetensi dosen selaku pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Profesional dinyatakan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Kompetensi tenaga pendidik, khususnya dosen, diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh dosen dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. C. KENDALA PENGEMBANGAN PENELITIAN Paradigma yang terjadi pada kebanyakan PTS, aktivitas dosen masih cenderung ke arah tugas pendidikan melalui kegiatan perkuliahan, sedangkan penelitian dan pengabdiaan masyarakat hanya disentuh oleh sebagian dosen bahkan sebagian kecil dosen. Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai kendala mendasar yang bersifat internal maupun eksternal yang secara potensial mengganggu penyelenggaraan penelitian. Kendala yang dimaksud adalah sebagai berikut: Pertama, masih banyak PTS yang kurang memperhatikan dana untuk aktivitas penelitian karena dana yang ada lebih difokuskan pada penyelenggaraan perkuliahan. Keadaan dipersulit dengan kekurang-mampuan PTS untuk menggali sumber-sumber dana yang
ditawarkan berbagai pihak atau kekurangmampuan PTS untuk mengakses informasi tentang program-program penelitian dan pengabdian masyarakat. Kedua, kondisi ini dipersulit pula dengan minimnya jumlah tenaga guru besar dan doktor sehingga tenaga peneliti yang memadai sangat terbatas. Kemampuan dan kemauan dosen untuk meneliti masih rendah. Budaya meneliti belum terinternalisasikan dan masih dipandang sebagaigaya exlusive segelintir dosen. Ketiga, Fasilitas penelitian seperti : komputer, internet, literatur, laboratorium dan fasilitas penunjang lainnya, seringkali kurang memadai untuk aktivitas penelitian. Kemitraan dengan institusi lain masih belum dipandang sebagai suatu kebutuhan karena adanya ego institusi atau ego disiplin ilmu. Keempat, publikasi basil penelitian, belum dipandang sebagai satu kesatuan dengan kegiatan penelitian, padahal kegiatan ini memegang peranan penting dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi salah satu tugas utama dosen. Kelima, penghargaan secara finansial dari pemerintah maupun institusi terhadap penelitian juga masih kurang, bahkan ada beberapa pemerintah daerah yang memandang penelitian sebagai suatu "pemborosan" karena dianggap tidak dapat memberi kontribusi nyata dalam waktu singkat bagi perkembangan daerah yang bersangkutan. Keenam, relevansi penelitian dengan kebutuhan atau problema masyarakat masih kurang sehingga basil penelitian hanya berakhir di perpustakaan. Berbagai jenis karya ilmiah telah dihasilkan perguruan tinggi, namun banyak tulisan dan hasil penelitian mahasiswa, dosen, dan staf penelitian belum dimanfaatkan oleh masyarakat luas maupun dunia usaha, yang terjadi adalah basil penelitian tersebut hanya terpajang di perpustakaan kampus, ketimbang dijadikan produk pasar. Ini juga disebabkan karena basil penelitian di perguruan tinggi tidak terserap atau dibeli oleh pasar. Penyebabnya, penelitian tidak berbasis permasalahan pasar sehingga hasilnya belum menarik kebutuhan pasar dan otomatis tidak mendukung kemajuan industri. Pada kenyataannya, penelitian di perguruan tinggi lebih banyak dilakukan oleh mahasiswa S1, S2, maupun S3. Diantara produk penelitian ini terdapat basil penelitian yang bermutu dan layak untuk dikembangkan. Hanya saja karya-karya itu kebanyakan sekadar formalitas untuk memenuhi tugas kurikuler dan pada akhirnya berakhir di perpustakaan. Sementara itu, para dosen meneliti hanya sekedar untuk memenuhi kepentingan kenaikan pangkat. Ketujuh, banyak penelitian yang seharusnya dilakukan oleh perguruan tinggi kini banyak diambil alih oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM), yang berstatus lembaga studi atau konsultan. Penghargaan secara finansial yang diberikan oleh penyandang dana, yang pada umumnya berasal dari lembaga-lembaga dunia atau dunia usaha dan LSM di luar negeri kepada LSM di Indonesia, seringkali lebih tinggi dibandingkan dana penelitian yang diberikan pemerintah.
D. STRATEGI PENGEMBANGAN PENELITIAN Bila memaknai kendala-kendala di atas yang menyangkut aspek internal maupun aspek eksternal yang saling mempengaruhi, maka pengembangan penelitian sebaiknya dilakukan secara menyeluruh mencakup kedua aspek tadi. Strategi pengembangan paling sedikit harus mencakup aspek kelembagaan, program, sumber daya manusia serta fasilitas dan pendanaan. Bila digambarkan akan terlihat seperti pada gambar 2 di halaman sebelah. Dalam gambar tersebut tampak bahwa sumber daya manusia menjadi sentral strategi pengembangan karena merekalah yang akan menggerakkan pengembangan penelitian. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah dosen PTS yang bersangkutan serta pimpinan dan staf lembaga penelitian. Selanjutnya, strategi pengembangan bisa dilanjutkan terhadap kelembagaan, program dan fasilitas/pendanaan. Agar hasilnya lebih optimal, maka ketiga aspek ini sebaiknya dikembangkan secara bersamaan. Namun bila kondisinya kurang memungkinkan maka bisa dilakukan secara tunggal. Dampaknya, pencapaian yang diharapkan terwujudnya akan lebih lambat. 1. Pengembangan SDM Dosen yang berminat menjadi tenaga peneliti dan penulis karya ilmiah masih sedikit jumlahnya, karena banyak yang memandang kegiatan ini sebagai kegiatan
Gambar 2. Strategi Pengembangan Penelitian exlusive yang hanya dilakukan oleh segelintir dosen idealis, kutu buku atau istilahistilah lain yang sejenis. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan mengikutsertakan mereka dalam: (a) pelatihan dan bimbingan metodologi penelitian/penulisan proposal; (b) pelatihan dan bimbingan penulisan karya ilmiah; (c) Peer learning pembuatan proposal atau pelaksanaan penelitian diantara sesama dosen (d) Pelatihan penggunaan komputer dan internet. Beberapa lembaga pemerintah seperti : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional atau Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Islam (Diktis) Kementerian Agama, memberikan bantuan dana secara kompetitif untuk penyelenggaraan pelatihan
metodologi penelitian/penulisan karya ilmiah atau memberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan metodologi penelitian/penulisan karya ilmiah yang diselenggarakan oleh kedua lembaga pemerintah tersebut. Pelatihan penggunaan komputer diperlukan karena semua aktivitas penelitian saat ini lazim menggunakan berbagai fasilitas program komputer, sejak merancang proposal hingga menganalisis data dan membuat laporan. Di samping itu, kemampuaan menggunakan internet diperlukan untuk mengakses berbagai tawaran penelitian maupun untuk mengirim hasil penelitian, karena sebagian besar institusi lebih menyukai pengiriman laporan hasil penelitian dengan menggunakan dua cara sekaligus, yaitu melalui internet dan mengirimkan hard copy. Peer learning pembuatan proposal atau pelaksanaan penelitian diantara sesama dosen diperlukan oleh dosen yang belum biasa mengajukan penelitian atau yang belum "percaya diri" untuk melakukan penelitian secara mandiri. Dosen yang sudah biasa meneliti bisa menjadi tempat bertanya bagi dosen-dosen tersebut. Penelitian secara berkelompok dapat membantu mempercepat pencapaian peer learning ini. 2. Pengembangan Kelembagaan Pengembangan kelembagaan merupakan aspek penting agar penelitian bisa terkoordinasikan dengan baik. Lembaga penelitian merupakan unsur pelaksana di lingkungan perguruan tinggi yang mengkoordinasi, memantau, dan menilai pelaksanaan kegiatan penelitian yang diselenggarakan oleh pusat penelitian serta ikut mengusahakan serta mengendalikan administrasi sumber daya yang diperlukan. Pengembangan kelembagaan erat kaitannya dengan manajemen penelitian, yang terbagi dua menjadi : (a) makro, yang berkaitan dengan sistem penelitian dan arah kebijakan penelitian yang berlaku secara nasional maupun internasional, dan; (b) mikro, yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian itu sendiri. Tujuan manajemen penelitian berkaitan dengan relevansi penelitian, mutu penelitian dan pemanfaatan hasil penelitian. Relevansi penelitian berkaitan dengan: (a) perlunya pemahaman tentang sistem ilmu pengetahuan atau sistem kebutuhan pasar yang pengembangannya memerlukan aktivitas penelitian; (b) Mapping Research Need, yaitu pemetaan kebutuhan penelitian yang untuk memetakan isu terkini atau isu strategis, masalah operasional dan mencari inovasi baru, agar basil penelitian benar-benar dapat diserap pasar. Mutu penelitian dalam konteks sistem penelitian berkaitan dengan (a) relevansi atau kesesuaian penelitian dengan agenda yang telah ditetapkan serta; (b) aspek teknis yang berkaitan dengan mutu ilmiah, seperti desain penelitian, validitas internal dan eksternal, reliabilitas, dan lain-lain. Pemanfaatan basil penelitian harus jelas, apakah untuk pengembangan keilmuan, pengambilan kebijakan atau untuk program intervensi. Dalam hal ini perlu diperhatikan akses hasil penelitian kepada pengambil keputusan dan presentasi atau lokakarya basil penelitian untuk pengambilan kebijakan atau pengembangan program maupun pengembangan keilmuan.
Pelatihan yang berkaitan dengan pengelolaan penelitian secara periodik dilakukan oleh Ditjen Dikti Kemendiknas atau secara temporer dilakukan oleh perguruan tinggi yang ditugaskan oleh Ditjen Dikti tersebut. 3. Pengembangan Program Dalam pengembangan program, ada dua aktivitas utama yang tidak bisa dipisahkan karena saling berkaitan. Aktivitas yang dimaksud adalah : a. Pengembangan Penelitian Di setiap PTS terdapat empat kategori penelitian yang bisa dikembangkan. Tingkat pengembangannya tergantung dari kondisi dan kemampuan masingmasing PTS. Sebagai contoh, dapat dikembangkan kategori penelitian sebagai berikut.
Gambar 3. Kategori Penelitian yang Bisa Dikembangkan Pada gambar di atas terlihat ada empat kategori penelitian yang bisa dikembangkan, yaitu : penelitian institusi, penelitian kelompok atas biaya institusi, penelitian kelompok atas biaya sponsor/mitra dan penelitian dalam program kurikuler. Penelitian Institusi, yaitu penelitian yang dilakukan oleh lembaga , atas nama lembaga untuk kepentingan pengembangan lembaga. Misalnya, bila PTS ingin mengetahui performance dosen di hadapan mahasiswa atau mengetahui tingkat kepuasan mahasiswa terhadap pelayana administrasi akademis, atau tingkat kepuasan user produk PTS, maka dapat dilakukan melalui penelitian secara internal maupun eksternal. Penelitian Kelompok/Perorangan atas Biaya Institusi, yaitu penelitian yang dilakukan oleh kelompok dosen atau perorangan atas biaya PTS, untuk kepentingan pengembangan ilmu maupun penelitian terapan. Pada beberapa perguruan tinggi biaya ini biasanya diberikan kepada dosen yunior yang mulai belajar menjadi peneliti atau bagi dosen yang usulan penelitiannya ditolak didanai oleh lembaga penyandang dana di luar PTS. Penelitian Kelompok atas Biaya Sponsor, yaitu penelitian yang dilaksanakan oleh dosen atau kelompok dosen atas biaya sponsor atau mitra kerja, untuk kepentingan pengembangan ilmu maupun terapan atau untuk pengembangan aktivitas mitra kerja itu sendiri. Misalnya dari
departemen pemerintah, dunia usaha/industri, yayasan pendidikan/sosial, dan lainlain. Penelitian dalam Program Kurikuler, yaitu penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa SI, S2 dan S3 pada berbagai program studi yang ada di perguruan tinggi. Penelitian ini pun sebenarnya bisa dibiayai sponsor, baik lembaga pemerintah, swasta maupun dunia usaha. Pengembangan Penelitian Isntitusi dan Penelitian Kelompok/Perorangan atas Biaya Institusi bisa berkisar antara 25 - 40 % dari seluruh aktivitas penelitian yang ada di PTS. Persentasenya memang tidak terlalu tinggi berhubung sebagian besar PTS belum mampu menyediakan dana yang memadai untuk kegiatan penelitian. Pengembangan Penelitian Kelompok atas Biaya Sponsor/Mitra serta Penelitian dalam Program Kurikuler persentasenya berkisar antara 60 - 75 %. Persentase yang relatif tinggi ini didasarkan pada kenyataan saat ini bahwa penelitian banyak ditawarkan oleh lembaga pemerintah maupun lembaga swasta,dunia usaha, organisasi-organisasi sosial/masyarakat di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Hanya tinggal kemauan dan kemampuan para dosen untuk mengaksesnya. Sedangkan pengembangan Penelitian dalam Program Kurikuler merupakan penelitian yang wajib dilakukan oleh seluruh mahasiswa di setiap jenjang program studi sehingga penelitian ini menempati porsi tertinggi di setiap perguruan tinggi. Permasalahannya adalah ada beberapa basil penelitian mahasiswa yang sebenarnya layak untuk dipublikasikan namun luput dari perhatian perguruan tinggi. b. Publikasi Hasil Penelitian Publikasi basil penelitian merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan penelitian, karena melalui publikasi inilah basil penelitian akan memperoleh pengakuan dari masyarakat luas. Manfaat lain dari publikasi hasil penelitian adalah : (1) Secara tidak langsung akan mempromosikan kompetensi peneliti maupun perguruan tinggi; (2) Memperluas daya jangkau, manfaat dan pengaruh dari basil penelitian maupun peneliti itu sendiri; (3) Dapat mendatangkan sponsor penelitian. Publikasi basil penelitian dapat dilaksanakan melalui berbagai cara, yaitu: (1) mengirimkan Hasil Penelitian pada Jurnal Nasional atau Internasional; (2) Seminar basil penelitian, atas biaya sendiri maupun sponsor. Pelaksanaannya bisa terbatas di lingkungan kampus maupun terbuka untuk masyarakat luas; (3) menerbitkan basil penelitian dalam bentuk buku atas biaya sponsor atau penerbit; (4) PTS menerbitkan Jurnal atau Majalah Ilmiah sendiri.
4. Pendanaan dan Fasilitas Penelitian Pendanaan dan fasilitas penelitian merupakan salah satu kendala penelitian di PTS . Pengembangan kedua aspek ini dapat dilakukan melalui berbagai cara berikut ini. a. Pendanaan, bisa berasal dari : 1) Institusi . Sumber dana bisa diperoleh dari : a. dana taktis dari berbagai proyek/program yang dikembangkan; b. bagian dari SPP mahasiswa. c. kontribusi atau hibah yang berasal dari alumni 2) Mencari sponsor. Paling sedikit ada dua cara yang bisa dilakukan : a. Penelitian yang topiknya ditetapkan oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti atau kelompok peneliti dapat mencari sponsor dari lembaga-lembaga yang menawarkan penelitian. Misalnya dana-dana penelitian dari Dikti (penelitian fundamental, Hibah Bersaing, Hibah kompetisi dan lain-lain), dari Diktis, pemerintah daerah, dunia industri maupun lembaga-lembaga independen di tingkat nasional maupun internasional. b. Penelitian yang topiknya ditetapkan oleh pemberi dana, seperti penelitian yang ditawarkan oleh Menristek (RUT, RUTI, RUK, dan lain-lain). Penelitian ini sangat kompetitif sehingga peneliti/kelompok peneliti jangan bosan untuk mengajukan proposal. 3) Kerjasama / Kemitraan. Penelitian ini bisa dilakukan oleh dua atau lebih fakultas atau disiplin ilmu yang ada di lingkungan PTS atau di luar lingkungan PTS maupun dengan lembaga pemerintah, swasta dan industri/dunia usaha. Dana maupun sumberdaya peneliti dapat menjadi tanggung jawab bersama. 4) Program multifungsi. Dosen bisa memanfaatkan kegiatan yang sedang dilaksanakannya untuk kegiatan penelitian, misalnya saat sedang mengajar di kelas, membimbing praktek lapangan mahasiswa atau kuliah kerja nyata, atau sedang melaksanakan pengabdian masyarakat yang didanai sponsor. Pada saat yang bersamaan dosen bisa melakukan pengamatan untuk mengidentifikasi permasalahan apa saja yang bisa diteliti. Selanjutnya, secara mandiri atau bersamasama dosen lain bisa dilakukan penelitian. b. Fasilitas, bisa berasal dari (1)Institusi, yaitu menggunakan fasilitas yang dimiliki PTS itu sendiri. (2)Mencari Sponsor. Ada beberapa tawaran dana penelitian yang didalamnya juga menganggarkan pembelian fasilitas penelitian. (3)Kerjasama / Kemitraan antar fakultas, universitas,maupun dengan lembagalembaga lainnya (pemerintah, swasta, industri) (4)Kegiatan yang sedang dilakukan dosen atas penugasan dari program studi, fakultas, universitas atau sponsor atau bahkan kegiatan yang dilakukan di luar penugasan perguruan tinggi namun masih relevan dengan disiplin ilmu yang dimilikinya.
E. PENUTUP Lembaga penelitian merupakan unsur pelaksana akademik, disamping fakultas dan lembaga pengabdian kepada masyarakat. Pada sebagian PTS, keberadaannya seringkali tidak menonjol karena masih rendahnya minat untuk melakukan penelitian di kalangan dosen dan mempublikasikan hasilnya melalui jurnal maupun majalah ilmiah. Di sisi lain, tawaran untuk menyelenggarakan penelitian relatif banyak, namun kemampuan dosen untuk mengaksesnya masih rendah. Oleh karena itu, pengembangan penelitian di PTS sebaiknya lebih dulu menekankan pada pengembangan kemampuan dosen untuk mengakses berbagai peluang tersebut kemudian dilanjutkan dengan pengembangan kelembagaaan, program pendanaan dan fasilitas yang dapat dilakukan secara bersamaan. Kemampuan lembaga penelitian maupun aktivitas penelitian di PTS sangat terkait erat dengan pemahaman dan kepedulian pimpinan universitas, fakultas hingga program studi terhadap pentingnya penelitian bagi peningkatan kualitas atau kompetensi dosen yang pada gilirannya akan berdampak terhadap mutu lulusan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Ascobat Gani, 2003, Manajemen Penelitian Kesehatan, disajikan dalam Pertemian Ilmiah Badan Litbangkes pada tanggal 29 Mei 2003. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2010, Pedoman Beban Kerja Dosen dan Evaluasi Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, Jakarta : Depdiknas .
Peraturan pemerintah republik indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar nasional pendidikan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang No. 14 Tahhun 2005 tentang Guru dan Dosen
Dr. Hj. Ikka Kartika A. Fauzi, M.Pd. Lulusan S3 Pendidikan Luar Sekolah IKIP Bandung. Sekarang menjabat sebagai Ketua LPPM Uninus.