ISTIQRA’, Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol. 1, No. 1 Januari-Juni 2013
P3M STAIN Datokarama Palu
APLIKASI PEMBELAJARAN BERWAWASAN MULTIKULTURAL DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH 3 PALU Ahmad Syahid
(Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu) Abstract This research related to multicultural perspective based learning in primary school Muhammadiyah 3 Palu. The purpose of this study was (1) to know the classroom teaching activities in implementing multicultural values in SD Muhammadiyah 3 Palu, (2) to describe the implementation of teacher classroom performance in internalizing multicultural values in SD Muhammadiyah 3 Palu. (3) to describe the influence of applying learning multicultural values in SD Muhammadiyah 3 Palu. The research used qualitative research method referring to the second quadrant of Ritzer social paradigm, that is micro-subjective quadrant, to view a social interaction (either in person or in group), particularly the teachers and students behavior during the instructional process in the classroom. The output showed that the teachers of Muhammadiyah 3 elementary school in Palu made instructional plan in the form of syllabi and lesson plans in each subject by incorporating multicultural values, in the form of Lesson Plan (RPP) integrating Contextual Thematic multicultural values. The implementation of multicultural visioned learning in SD Muhammadiyah 3 Palu run by contributing to students, among others; creating fun learning atmosphere, including yells before and after learning. This was really meaningful and beneficial and the students run it enthusiasticly. Keywords: Learning, Multicultural, SD Muhammadiyah 3 Palu.
A. PENDAHULUAN Kebhinekaan atau multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat meliputi nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut. 1 1
http://www.wikipedia/Kebinekaan.htm., diakses 20-09-2011. ISTIQRA’, Jurnal Penelitian Ilmiah, ISSN: 2338-025X Vol. 1, No. 1 Januari-Juni 2013
Aplikasi Pembelajaran Berwawasan Multikultural
109
Menurut Kuper, pendidikan multibudaya dalam Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial dimulai sebagai gerakan reformasi pendidikan di AS selama perjuangan hak-hak kaum sipil Amerika keturunan Afrika pada tahun 1960-an dan 1970-an. Perubahan kemasyarakatan yang mendasar seperti integrasi sekolah-sekolah negeri dan peningkatan populasi imigran telah memberikan dampak yang besar atas lembaga-lembaga pendidikan. 2 Faulkner menjelaskan bahwa “keterlibatan siswa dan peran mata pelajaran multikulturalisme memberikan sumbangan secara filosofis untuk melakukan apa yang dapat dilakukan, bukan melakukan apa yang dikatakan”. 3 Seperti masyarakat dan bangsa Amerika, bangsa Indonesia merupakan suatu masyarakat yang bhineka. Nilai-nilai budaya yang konkret adalah nilai-nilai yang terdapat dalam budaya lokal. Oleh sebab itu pengakuan terhadap budaya lokal berarti pengakuan terhadap nilai-nilai yang mendasari tingkah laku dan tindakan manusia Indonesia. Pengakuan terhadap kebhinekaan tersebut berarti suatu langkah ke arah pengakuan identitas seseorang di dalam budaya lokal yang perlu diperluas horizonnya pada dimensi nasional bahkan global. Dalam pandangan Tilaar pendidikan berbasis multikultural diharapkan mampu menjadi salah satu metode efektif meredam konflik. Selain itu, pendidikan multikultural dapat menanamkan sekaligus mengubah pemikiran peserta didik untuk tulus menghargai keberagaman etnis, agama, ras, dan antargolongan. Banyak kesalahan program pendidikan yang diterapkan di sekolah, karena sekolah yang baik adalah sekolah yang belajar. Sekolah bukan saja tempat bagi siswa untuk belajar dan berkembang, dan sekolah adalah bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, sekolah perlu mengembangkan diri siswa belajar tiada berkesudahan.4 Kemajemukan menurut Nurcholish Madjid merupakan keunikan suatu masyarakat atau bangsa tertentu. Jika diamati lebih jauh, dalam kenyataannya tidak ada suatu masyarakatpun yang benar-benar tunggal, uniter (unitary), tanpa ada unsur-unsur perbedaan di dalamnya. Kemajemukan dan multikulturalitas mengisyaratkan adanya perbedaan. Bila dikelola secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas menghasilkan kekuatan positif bagi pembangunan bangsa. Sebaliknya, bila tidak dikelola secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas bisa menjadi faktor destruktif dan menimbulkan bencana dahsyat. Konflik dan kekerasan sosial yang sering terjadi antara kelompok 2
Adam Kuper &Jessica Kuper, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, h. 10. 3 Lihat Faulkner, Making Multicultural Education ‘Real’. Teaching in Higher Education. 2001. Vol. 6 (4), h. 473-485. 4 Tilaar, HAR. Materi Seminar Pendidikan Multikultural, Jakarta: Universitas Katolik Atma Jaya, Suara Merdeka, 8/1/2007.
110
Ahmad Syahid
masyarakat merupakan bagian dari kemajemukan dan multikulturalitas yang tidak dikelola dengan baik. 5 Dari hasil penelitian Farida Hanum dan Setya Raharja diketahui bahwa: sebagian besar guru-guru sekolah dasar di DIY yang mengikuti sosialisasi dan workshop berpendapat bahwa pendidikan multikultural sangat penting diberikan kepada anak sejak dini di sekolah. Namun, mengingat beban mata pelajaran anak SD dewasa ini sudah cukup banyak, maka alangkah baiknya jika mata pelajaran pendidikan multikultural tidak menjadi mata pelajaran tersendiri, tetapi diintegrasikan dengan mata pelajaran yang lain. Setiap mata pelajaran sebenarnya dapat disisipi materi pendidikan multikultural, dan lebih baik lagi bila mata pelajaran pendidikan multikultural dibuat sebagai suplemen dari mata pelajaran IPS, karena mata pelajaran inilah yang sangat dekat dengan materi pendidikan multikultural.6 Pendidikan multikultural di Indonesia dapat diimplementasikan tidak hanya melalui pendidikan formal, masyarakat dan keluarga. Dalam pendidikan formal pendidikan multikultural dapat diintegrasikan melalui mata pelajaran atau kurikulum, di tingkat Pendidikan Usia Dini (PAUD), SD/MI, SMP/ M.Ts, SMA/ MA/MAK hingga Perguruan Tinggi (PT). Di PT misalnya, dari segi substansi, pendidikan multikultural dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang berperspektif multikultural, antara lain mata kuliah Kewarganegaraan/Civic Education, ISBD, Agama dan Bahasa. Pada tingkat PAUD nilai-nilai pendidikan multikultural dapat diintegrasikan dalam Out Bond Program, dan di tingkat SD/MI, SMP/M.Ts., SMA/MA/SMK dalam bahan ajar atau modul, seperti PPKn, IPS, Bahasa Indonesia, Agama, Kesenian, Sosiologi dan Antropologi, dan pembelajaran lain, misalnya kelompok diskusi, kegiatan ekstrakurikuler dsb. Pembelajaran multikultural adalah: Kebijakan praktik pendidikan dalam mengakui, menerima dan menegaskan perbedaan dan persamaan manusia yang dikaitkan dengan gender, ras, kelas, dan berharap sekolah dan guru menyajikan beragam kurikulum, bahan, film, dan speaker. Sekolah hendaknya memiliki staf yang meniru keragaman budaya masyarakat. Siswa tidak akan dinilai hanya dengan instruksi. Orang tua harus secara aktif terlibat dalam kegiatan sekolah dan semua kegiatan ekstrakurikuler. 7 Pembelajaran berbasis multikultural berusaha memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan 5
Lihat Madjid, Nurcholish. 2000. Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemoderenan. Cet. IV, Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, h. 7. 6 Zubaedi. Telaah Konsep Multikulturalisme dan Implementasinya dalam Dunia Pendidikan. Hermeunia. Yogyakarta: PPs IAIN Sunan Kalijaga. Vol. 3(1), 2004. Januari-Juni. h. 5. 7 Christine E. Sleeter, dan Carl A. Grant. Membuat Pilihan untuk Pendidikan Multikultural: Lima Pendekatan untuk Ras, Kelas, dan Gender NY: John Wiley & Sons. 2003. h. 17.
Aplikasi Pembelajaran Berwawasan Multikultural
111
untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya secara langsung. Pembelajaran berbasis multikultural juga membantu siswa untuk mengakui ketepatan dari pandangan-pandangan budaya yang beragam, membantu siswa dalam mengembangkan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antar kelompok masyarakat. Pembelajaran berbasis multikultural diselenggarakan dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam memandang kehidupan dari berbagai perspektif budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki, dan bersikap positif terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis.8 Dan tujuan pembelajaran berbasis multikultural dapat diidentifikasi: (1) untuk memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam; (2) untuk membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan; (3) memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajar mereka dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya; (4) untuk membantu siswa dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan kelompok. 9 Di samping itu, pembelajaran berbasis multikultural dibangun atas dasar konsep pendidikan untuk kebebasan yang bertujuan untuk: (1) membantu siswa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk berpartisipasi di dalam demokrasi dan kebebasan masyarakat; (2) memajukan kekebasan, kecakapan, keterampilan terhadap lintas batas-batas etnik dan budaya untuk berpartisipasi dalam beberapa kelompok dan budaya orang lain.
B. METODE PENELITIAN 1. Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif menurut Bogdan R., & Taylor, S.J., merupakan: Sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berbentuk tulisan tentang orang atau kata-kata orang dan perilakunya yang tampak atau kelihatan. Dengan kata lain metode kualitatif membawa seseorang untuk mengetahui orang secara personal dan melihat sebagaimana mereka berkembang atau hidup sesuai dengan pemahaman mereka tentang dunia mereka sendiri.10 Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk memberikan 8
Farris, P.J. & Cooper, S.M. Elementary Social Studies: a Whole language Approach. Iowa: Brown & Benchmark Publishers. 1994. h. 23. 9 Banks, J.A. Multicultural Educatian: Historical Development, Dimentions and Practrice. In Review of Research in Education, Vol. 19, edited by L. Darling-Hammond. Washington, D.C.: American Educational Research Association. 1993. h. 10. 10 Bogdan R., & Taylor, S.J., Introduction to Qualitative Research Methods. New Yok: John Wiley. 1975. h. 5.
112
Ahmad Syahid
perlakuan pada subyek didik terteliti, tetapi hanya mengamati, mengkaji dan menelaah hal-hal yang dilakukan oleh subyek terteliti dalam melakukan kegiatan pembelajaran sehari-hari, baik yang dilakukan oleh guru maupun reaksi dan sikap siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran tersebut merupakan perilaku sosial sehari-hari yang dilakukan oleh guru dan siswa. Dimyati menjelaskan bahwa “penelitian yang berkaitan dengan peristiwa sosial akan mudah dijaring datanya jika diletakkan pada salah satu kuadran peta paradigma sosiologi Ritzer”. 11 Merujuk pada paradigma tersebut, penelitian ini menggunakan paradigma sosial Ritzer pada kuadran kedua, yaitu kuadran mikro-subyektif untuk melihat suatu peristiwa interaksi sosial (manuai baik secara individu maupun kelompok), terutama perilaku guru dan siswa yang terjadi selama dalam proses pembelajaran di kelas. Paradigma Ritzer dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut: MAKROSKOPIK I. Makna Objektif
II. Makna Subjektif SUBJEKTIF
OBJEKTIF III. Mikro Objektif
IV. Mikro Subjektif Pembelajaran berwawasan multikultural di SD Muhammadiyah 3 Palu meliputi: 1. perencanaan pembelajaran 2. pelaksanaan pembelajaran, strategi pengelolaan dan strategi penyampaian pembelajaran 3. dampak pembelajaran berwawasan multikultural pada siswa dan guru.
MIKROSKOPIK
Gambar 1: Paradigma Penelitian “Pembelajaran Berwawasan Multikultural”. 2. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan etnografi dan fenomenologis. Ada tiga alasan mengapa penelitian kualitatif ini dipilih: (a), realitas yang ada dalam suatu konteks budaya pembelajaran pada hakekatnya terkonstruksi secara holistik, tidak merupakan bagian yang terpisah-pisahkan. Melalui penelitian kualitatif realitas tersebut dapat didalami secara utuh, terfokus, dan sesuai konteks di mana peristiwa budaya peristiwa pembelajaran itu terjadi. (b), melalui penelitian dengan subjek yang diteliti secara peka, dan dapat dilakukan penajaman 11
Dimyati, M. Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Malang: FIP IKIP, 1996, h.
5.
Aplikasi Pembelajaran Berwawasan Multikultural
113
terhadap pola-pola nilai budaya organisasi yang ada. (c) penelitian kualitatif bersifat natural, deskriptif, induktif, dan menemukan makna dari suatu fenomena. 12 (d) data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandaskan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. 13 Pendekatan etnografi digunakan karena dapat menjelaskan makna yang timbul dalam interaksi proses pendidikan. Penelitian etnografi memiliki beberapa sifat antara lain (1) produk akhir penelitian ini adalah menampilkan kejelasan parian dan interpretasi yang bersifat budaya pembelajaran, (2) etnografi merupakan studi lapangan, (3) pendekatan etnografi juga menggunakan tiga teknik penelitian yang berorientasi lapangan yaitu mengalami (experiencing), menyelidiki (enquiring), dan menguji (examining). 14 Di samping itu, penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi karena didukung oleh fakta bahwa: (1) data penelitian ini adalah data laten, artinya fakta dan data yang nampak di permukaan, termasuk pola perilaku sehari-hari siswa dan guru sebagai aktor yang diteliti hanyalah suatu fenomena dari apa yang tersembunyi pada “diri” siswa dan guru, dan masih memerlukan pemahaman dan pemaknaan agar dapat dijelaskan apa yang tersembunyi dalam perilaku dan pengetahuan siswa dan guru. (2) ditinjau dari kedalamannya penelitian ini akan mengungkap perilaku kolektif siswa dan guru di SD Muhammadiyah 3 Palu yang menjadi populasi dan sampel penelitian ini. Di mana aktor utamanya adalah guru kelas, guru mata pelajaran, dan siswa, dan aktor pembantunya adalah kepala sekolah. (3) ditinjau dari kontinum Ritzer data penelitian ini terletak pada kontinum Mikro Subjektif, karena membicarakan interaksi pembelajaran berwawasan multikultural di SD Muhammadiyah 3 Palu meliputi: (a) perencanaan pembelajaran, (b) pelaksanaan pembelajaran, strategi pengelolaan dan penyampaian pembelajaran, dan (e) dampak pembelajaran berwawasan multikultural pada siswa dan guru. (4) fokus penelitian membicarakan bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan dampak pembelajaran berwawasan multikultural pada siswa (pengetahuan, sikap dan perilaku), dan guru (pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan mengintegrasikan nilai-nilai multikultural) di SD Muhammadiyah 3 Palu. (5) data dapat diungkap dengan pendekatan fenomenologis, dan dapat dimasukkan ke dalam kuadran keempat Ritzer sebagai persyaratan penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif, dan berusaha menemukan hakikat makna nilai-nilai multikultural pada siswa di SD Muhammadiyah 3 Palu. 12
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990, h. 11. Lihat juga Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2006, h. 7. 13 Miles & Huberman, Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press, 2009. h. 15. 14 Lihat W. Mantja. Etnografi: Desain Penelitian Kualitatif Pendidikan dan Manajemen Pendidikan. Malang: Elang Mas, 2008. h. 22.
114
Ahmad Syahid
Pemaknaan nilai-nilai multikultural pada siswa di SD Muhammadiyah 3 Palu diperoleh setelah proses pengamatan, wawancara, interaksi dengan kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran dan siswa, pemahaman perilaku, ucapan-ucapan, serta tafsiran mereka tentang nilai-nilai multikultural. Menurut Morse “fokus penelitian kualitatif adalah pada pemaknaan bersama sekelompok orang secara sosial dan budaya dalam suatu situs, suatu gaya hidup atau filosofi manajemen”. 15 Melalui rancangan dua pendekatan tersebut dapat dideskripsikan bagaimana (1) perencanaan pembelajaran berwawasan multikultural, (2) pelaksanaan pembelajaran berwawasan multikultural di SD Muhammadiyah 3 Palu, dan (3) dampak pembelajaran berwawasan multikultural pada siswa (pengetahuan, sikap dan perilaku), dan guru (pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan mengajar dalam mengintegrasikan nilainilai multikultural) di SD Muhammadiyah 3 Palu. 3. Kehadiran Peneliti Penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka serta berusaha memahami bahasa dan penafsiran mereka tentang dunianya dan dunia sekitarnya. Kehadiran peneliti di dalam latar penelitian diperlukan sebagai instrumen kunci penelitian (key instrument of research). 4. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah SD Muhammadiyah 3 Palu dan merupakan objek penelitian. Dipilihnya SD tersebut, dikarenakan menjadi salah satu pilot proyek penyelenggaraan Pendidikan Damai dan Pendidikan Harmoni berbasis multikultural. Di samping itu kepala SD dan beberapa guru kelas/guru mata pelajaran telah mengikuti berbagai seminar dan workshop pendidikan berbasis multikultural yang dilaksanakan di Kota Palu, Kabupaten Poso dan Bogor Jawa Barat. 5. Sumber Data Dalam penelitian kualitatif data adalah informasi yang dikatakan oleh manusia yang menjadi subjek penelitian, hasil observasi, dan fakta-fakta dokumen yang sesuai dengan fokus penelitian. Informasi dari subjek penelitian dapat diperoleh secara verbal melalui suatu wawancara (interview) atau dalam bentuk tertulis melalui analisis dokumen. Hasil observasi diperoleh dari pengamatan dan rekaman dalam catatan langsung di lapangan. Pada bagian ini akan dilaporkan jenis data, sumber data, dan teknik penjaringan data dengan keterangan yang memadai. Uraian tersebut meliputi data apa saja yang 15
Morse, J.M. Critical Issue in Qualitative Research Methods. London: Sage Publications. 1994. h. 25.
Aplikasi Pembelajaran Berwawasan Multikultural
115
dikumpulkan, bagaimana karakteristiknya, siapa yang dijadikan subjek dan informan penelitian, bagaimana ciri-ciri subjek dan informan itu, dan dengan cara bagaimana data dijaring, sehingga kredibilitasnya dapat dijamin. Misalnya data dijaring dari informan yang dipilih dengan teknik bola salju (snowball sampling). 6. Prosedur Pengumpulan Data Data penelitian etnografi seperti halnya penelitian kualitatif atau naturalistik diperoleh dari sumber data yang menggunakan teknik pengumpulan data dan dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu metode yang bersifat interaktif dan non interaktif. Teknik interaktif terdiri dari “wawancara dan pengamatan berperan serta, sedangkan non interaktif meliputi pengamatan tak berperan serta, analisis isi dokumen, dan arsip. Sumber data dalam penelitian etnografi adalah orang (manusia) dengan perilakunya, peristiwa, arsip, dokumen, dan benda-benda lain”.16 Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah “observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Penentuan informan ditentukan dengan teknik purposive sampling dan teknik snowball sampling (bola salju)”. 17 (a). Observasi, jenis observasi yang digunakan adalah observasi non-partisipan, mengingat proses pembelajaran di SD Muhammadiyah 3 Palu bersamaan, sehingga tidak mungkin peneliti melakukan observasi partisipan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. (b). Wawancara (interview), yang digunakan adalah wawancara mendalam, dengan kepala sekolah, guru kelas dan guru mata pelajaran. Sedangkan dari siswa diperoleh keterangan tentang keaktifan dan partisipasi mereka dalam pembelajaran berwawasan multikultural di SD Muhammadiyah 3 Palu. (c). Dokumentasi, teknik dokumenter atau studi dokumentasi digunakan untuk menjaring data antara lain: (1) Program pembelajaran, Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) Daftar hadir, absensi, catatan harian, biodata, nilai rapot siswa, (3) fhoto kegiatan pembelajaan, (4) media pembelajaran (5) sarana dan prasarana, dan (6) perkembangan jumlah siswa. 7. Analisa Data Reduksi data yang dilakukan sebagai bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang/mengabaikan data yang tidak perlu, dan mengorganisasikannya sehinga kesimpulan finalnya dapat dibuat reduksi data meliputi seleksi ketat, membuat ringkasan data, dan rangkuman/kesimpulan data. 16
Mantja, Op.Cit. Bogdan & Biklen, SK. Qualitative Research in Education an Introduction to Theory and Methods. Third Edition. Allyn an Bacon, Inc. Boston London. 1992, h. 10. 17
116
Ahmad Syahid
8. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: (a) Pengumpulan data (analisis data selama proses pengumpulan data). Untuk memudahkan rekaman data selama penelitian digunakan handycam dan Kamera Digital. (b) Reduksi data, meliputi reduksi fenomenologis, reduksi eidetis, dan reduksi transcendental. Memilah-milah data hasil reduksi dalam satuan-satuan (segmentasi data) atau paragrafparagraf tersendiri sebagai bagian dari fokus penelitian. (c) Melakukan kategorisasi. Data yang telah tersegmentasi selanjutnya dikategorisasikan berdasarkan fokus penelitian, apakah data tersebut masuk kategori perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, atau evaluasi pembelajaran berwawasan multikultural. (d) Kesimpulan. Data yang telah terkategorisasi selanjutnya dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan. 9. Tahap-Tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian berfungsi memberi gambaran umum tentang keseluruhan perencanaan penelitian, pelaksanaan pengumpulan data, analisis data, dan penulisan laporan.18 Penelitian terhadap pelaksanaan pembelajaran berwawasan multikultural di SD Muhammadiyah 3 Palu ini menggunakan alur penelitian maju bertahap (developmental research process).
C. DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN 1. Pembelajaran Multikultural di SD Muhammadiyah 3 Palu a. Kompetensi Guru dalam Mengembangkan dan Mengimplementasikan Pendidikan Multikultural Kompetensi guru dalam mengembangkan dan mengimplementasikan pendidikan multikultural di SD Muhammadiyah 3 Palu diperoleh melalui teknik observasi dan pengamatan secara mendalam, meliputi: 1). Observasi Kelas Untuk mengetahui kompetensi guru dalam pembelajaran di kelas, peneliti menggunaakan lembar obervasi. Aspek-aspek yang di observasi meliputi; (1) materi pelajaran; (2) Kompetensi; (3) media pembelajaran; (4) sumber/bahan pembelajaran; (5) proses pembelajaran; (6) ruang pembelajaran; dan (7) evaluasi pembelajaran. Penilaian dilakukan dengan cara observer mengamati langsung proses pembelajaran di kelas dengan menyiapkan lembar observasi. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran di Kelas SD Muhammadiyah 3 Palu, berikut disajikan hasil observasi peneliti dengan menggunakan 18
Moleong, Op.Cit.
Aplikasi Pembelajaran Berwawasan Multikultural
117
skala penilaian kualitatif, antara lain: Baik Sekali (BS), Baik (B), Cukup (C), kurang (K) dan Kurang Sekali (KS). Hasil rekapitulasi dari 3 kelas tampak pada tabel di bawah ini. Tabel 1: Rekapitulasi Observasi Guru di Kelas SD Muhammadiyah 3 Palu NO.
PERNYATAAN
A. 1
Materi 2 Kesesuaian antara materi dalam pembelajaran multikultural yang dipelajari dengan dengan kemampuan/ keterampilan yang dibutuhkan Kandungan kompetensi pembelajaran multikultural yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan minat Kesesuaian kandungan isi pembelajaran multikultural dengan ranah yang dikembangkan Keseimbangan proporsi isi pembelajaran multikultural untuk setiap ranah kemampuan siswa (pengetahuan, sikap dan keterampilan Kemampuan guru dalam mengintegrasi nilainilai multikultural dalam pembelajaran Kompetensi Pedagogik Kesesuaian kompetensi dasar dengan yang dikembangkan dengan standar kompetensi pembelajaran Kemampuan guru dalam menjabarkan kompetensi pembelajaran multikultural Keseuaian kompetensi pembelajaran multikultural dengan kebutuhan siswa Media Pembelajaran
1.
2.
3.
4. 5. B. 6 7 8 C. 9 10 11 12 13 1 D. 14 15
kelengkapan media pembelajaran multikultural kemenarikan media pembelajaran multikultural yang tersedia Kemudahan media pembelajaran multikultural untuk dipahami Kebaharuan media yang disiapkan dalam pembelajaran multikultural Kesesuaian media dengan tujuan belajar multikultural 2 Sumber/bahan pembelajaran Kesesuaian sumber pembelajaran Kesesuaian sumber pembelajaran dengan
SKALA KUALITATIF BS
B
C
K
KS
3
4
5
6
7
26.67
33.33
20.00
20.00
0
20.00
40.00
13.33
26.67
0
6.67
46.67
26.67
20.00
0
26.67
26.67
13.33
26.67
0
26.67
20.00
13.33
40.00
0
13.33
26.67
33.33
20.00
0
26.67
33.33
13.33
26.67
0
26.67
26.67
26.67
13.33
0
13.33
26.67
26.67
33.33
0
0.00
53.33
20.00
26.67
0
26.67
26.67
26.67
13.33
0
0.00
26.67
40.00
33.33
0
13.33
20.00
33.33
26.67
0
3
4
5
6
7
13.33 20.00
26.67 40.00
26.67 40.00
33.33 0.00
0 0
118
Ahmad Syahid
28
standar kompetensi Kesesuaian sumber pembelajaran dengan tujuan Kesesuaian sumber pembelajaran dengan standar kompetensi Kelengkapan bahan ajar sesuai sumber pemebelajaran Kemenarikan sumber pemebelajaran Kesesuaian sumber pembelajaran dengan kebutuhan Proses Pembelajaran Apersepsi dalam proses pembelajaran Penyampaian materi pembelajaran Tanya jawab antar guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa dalam pembelajaran Penutup/Evaluasi pembelajaran Ruang Pembelajaran Kenyamanan ruang belajar Kelengkapan ruang belajar Evaluasi Pembelajaran Sistem evaluasi yang dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran Objektivitas pelaksanaan evaluasi
29
Objektivitas penilaian hasil belajar
16 17 18 19 20 E. 21 22 23 24 F. 25 26 G. 27
20.00
26.67
40.00
6.67
0
13.33
26.67
46.67
0.00
0
6.67
33.33
40.00
13.33
0
0.00
53.33
40.00
0.00
0
13.33
33.33
53.33
0.00
0
20.00 26.67
46.67 66.67
26.67 6.67
6.67 0.00
0 0
20.00
46.67
26.67
6.67
0
6.67
26.67
13.33
0.00
0
33.33 26.67
53.33 53.33
13.33 13.33
0.00 6.67
0 0
6.67
46.67
40.00
6.67
0
6.67
33.33
40.00
6.67
0
6.67
26.67
40.00
6.67
0
Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa kompetensi guru pada aspek (A) materi pelajaran; dengan indikator menyesuaikan antara materi dalam pembelajaran multikultural yang dipelajari dengan dengan kemampuan/keterampilan yang dibutuhkan. sekitar 26,66% pada kategori baik sekali; 33,33% pada kategori baik, 20% pada kategori cukup; dan 20% pada kategori kurang. Pada indikator kompetensi pembelajaran multikultural yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan minat; sekitar 20% pada kategori baik sekali; 40% pada kategori baik, 13,33% pada kategori cukup; dan 26,67% pada kategori kurang. Pada indikator kesesuaian kandungan isi pembelajaran multikultural dengan ranah yang dikembangkan, sekitar 6,67% pada kategori baik sekali; 46,67% pada kategori baik, 26,67% pada kategori cukup; dan 20% pada kategori kurang. Pada indikator keseimbangan proporsi isi pembelajaran multikultural untuk setiap ranah kemampuan siswa (pengetahuan, sikap dan keterampilan, sekitar 26,67% pada kategori baik sekali; 26,67% pada kategori baik, 13,33% pada kategori cukup; dan 26,67% pada kategori kurang.
Aplikasi Pembelajaran Berwawasan Multikultural
119
Pada indikator kemampuan guru dalam mengintegrasi nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran, sekitar 26,67% pada kategori baik sekali; 20% pada kategori baik, 13,33% pada kategori cukup; dan 40% pada kategori kurang. Dari penilaian aspek materi dan seluruh indikatornya, dapat disimpulkan bahwa secara umum kompetensi guru aspek materi sudah baik. Kompetensi guru pada aspek (B) kompetensi, dengan indikator kesesuaian kompetensi dasar dengan yang dikembangkan dengan standar kompetensi pembelajaran, sekitar 13,33% pada kategori baik sekali; 26,67% pada kategori baik, 33,33% pada kategori cukup; dan 20% pada kategori kurang. Pada indikator kemampuan guru dalam menjabarkan kompetensi pembelajaran multikultural, sekitar 26,67% pada kategori baik sekali; 33,33% pada kategori baik, 13,33% pada kategori cukup; dan 26,67% pada kategori kurang. Pada indikator kesesuaian kompetensi pembelajaran multikultural dengan kebutuhan siswa, sekitar 26,67% pada kategori baik sekali; 26,67% pada kategori baik, 26,67% pada kategori cukup; dan 13,33% pada kategori kurang. Dari keseluruhan indikator pada aspek kompetensi dapat disimpulkan bahwa rata-rata guru pada aspek ini termasuk kategori baik. Pada aspek (C) media pembelajaran dalam indikator kelengkapan media pembelajaran multikultural, sekitar 13,33% pada kategori baik sekali; 26,67% pada kategori baik, 26,67% pada kategori cukup; dan 33,33% pada kategori kurang. Pada indikator kemenarikan media pembelajaran multikultural yang tersedia, sekitar 0% pada kategori baik sekali; 53,33% pada kategori baik, 20% pada kategori cukup; dan 26,67% pada kategori kurang. Pada indikator Kemudahan media pembelajaran multikultural untuk dipahami, sekitar 26,67% pada kategori baik sekali, 26,67% pada kategori baik, 26,67% pada kategori cukup; dan 13,33% pada kategori kurang. Pada indikator kebaharuan media yang disiapkan dalam pembelajaran multikultural, tidak ada yang memperoleh kategori baiik sekali, sekitar 26,67% pada kategori baik, 40% pada kategori cukup; dan 33,33% pada kategori kurang. Pada indikator Kesesuaian media dengan tujuan belajar multikultural, sekitar 13,33% pada kategori sangat baik, 20% pada kategori baik, 33,33% pada kategori cukup; dan 26,67% pada kategori kurang. Dari keseluruhan indikator pada aspek media pembelajaran dapat disimpulkan bahwa media dalam pendidikan multikultural berada pada kategori baik dan cukup. Pada aspek (D) sumber/bahan pembelajaran dengan indikator kesesuaian sumber pembelajaran dengan standar kompetensi, sekitar 20% pada kategori sangat baik, 40% pada kategori baik, 40% dan tidak ada yang termasuk kategori kurang dan sangat kurang. Pada indikator Kesesuaian sumber pembelajaran dengan tujuan, sekitar 20% pada kategori sangat baik, 26,67% pada kategori baik, 40% pada kategori cukup; dan 6,67% pada kategori kurang. Pada indikator Kelengkapan bahan ajar sesuai sumber pembelajaran, sekitar 6,67% pada kategori sangat baik, 33,33% pada kategori baik, 40% pada kategori cukup; dan 13,33% pada kategori kurang. Pada indikator Kemenarikan sumber pembelajaran, tidak ada yang memperoleh kategori baik sekali, sekitar 53,33%
120
Ahmad Syahid
dan pada kategori sangat baik. Pada indikator Kesesuaian sumber pembelajaran dengan kebutuhan, sekitar 13,33% pada kategori sangat baik, 33,33% pada kategori baik, 53,33% pada kategori cukup. Dari seluruh indikator sumber/ bahan pembelajaran, dapat disimpulkan rata-rata berada pada kategori cukup. Pada aspek (E) proses pembelajaran, pada indikator Apersepsi dalam proses pembelajaran, sekitar 20% pada kategori sangat baik, 46,67% pada kategori baik, 26,67% pada kategori cukup, dan 6,67% pada kategori kurang. Pada indikator Penyampaian materi pembelajaran, sekitar 26,67% pada kategori sangat baik, 66,67% pada kategori baik, dan 6,67% pada kategori cukup. Pada indikator Tanya jawab antar guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa dalam pembelajaran, sekitar 20% pada kategori sangat baik, 46,67% pada kategori baik, 26,67% pada kategori cukup, dan 6,67% pada kategori kurang. Pada indikator Penutup/Evaluasi pembelajaran, sekitar 6,67% pada kategori sangat baik, 26,67% pada kategori baik, dan 13,33% pada kategori cukup. Secara keseluruhan pada aspek proses pembelajaran dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pembelajaran rata-rata berada pada kategori baik. Pada aspek (F) ruang pembelajaran, pada indikator kenyamanan ruang belajar, sekitar 33,33% pada kategori sangat baik, 53,33% pada kategori baik, dan 13,33% pada kategori cukup. Pada indikator kelengkapan ruang belajar, sekitar 26,67% pada kategori sangat baik, 53,33% pada kategori baik, dan 13,33% pada kategori cukup, dan 6,67% pada kategori kurang. Kesimpulannya pada aspek ruang pembelajaran rata-rata berada pada kategori baik. Pada aspek (G) evaluasi pembelajaran, pada indikator sistem evaluasi yang dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran, sekitar 6,67% kategori sangat baik, 46,67% kategori baik, 40% kategori cukup, dan 6,67% kategori kurang. Pada indikator Objektivitas pelaksanaan evaluasi, sekitar 6,67% kategori sangat baik, 33,33% kategori baik, 40% kategori cukup, dan 6,67% kategori kurang. Pada indikator Objektivitas penilaian hasil belajar, sekitar 6,67% kategori sangat baik, 26,67% kategori baik, 40% kategori cukup, dan 6,67% kategori kurang. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru berada kategori cukup. Di samping itu, sebagai data pendukung, peneliti pun menyajikan hasil observasi siswa di kelas yang bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa di kelas pada saat mengikuti pembelajaran. Hasilnya dapat dicermati sebagai berikut.
Tabel 2: Rekapitulasi Observasi Siswa di Kelas SD Muhammadiyah 3 Palu No. 1
Aktivitas Siswa 2
BS 3
SKALA KUALITATIF B C K 4 5 6
KS 7
Aplikasi Pembelajaran Berwawasan Multikultural 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 15
Mendengar Bertanya Berdiskusi Mengerjakan tugas Menjawab Bekerja sama dalam tim Membantu temannya Menghargai pendapat teman Menaati tata tertib di kelas Mengantuk Tidak bergairah Malas Diam saja Ribut/ Main-main/ Ngobrol Aktif sendiri Lain-lain
26.67 13.33 26.67 13.33 13.33 26.67 13.33 13.33 6.67 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 26.67
121 73.33 26.67 20.00 60.00 60.00 6.67 26.67 26.67 60.00 6.67 6.67 0.00 20.00 13.33 13.33 73.33
0.00 33.33 20.00 6.67 20.00 40.00 33.33 40.00 20.00 13.33 6.67 0.00 6.67 33.33 13.33 0.00
0.00 0.00 13.33 0.00 0.00 13.33 13.33 6.67 0.00 33.33 60.00 73.33 46.67 26.67 60.00 0.00
0.00 13.33 6.67 6.67 0.00 6.67 6.67 6.67 0.00 33.33 13.33 13.33 26.67 20.00 6.67 0.00
2. Strategi Pembelajaran dan Sumber Belajar Dalam pembelajaran multikultural di SD Muhammadiyah 3 Palu, yang dilakukan antara lain: (a) Siswa, merupakan elemen yang memiliki potensi yang bisa mengarah pada realitas negatif maupun realitas positif. (b) Pembelajaran, Pembelajaran merupakan proses berinteraksinya seluruh elemen dalam pembelajaran, seperti, siswa, tujuan, materi, metode, guru, sarana, dan lingkungan. Seluruh elemen ini diramu, dikelola guru agar mampu mewujudkan kualitas siswa sesuai dengan harapan. (c) Guru. Guru memiliki peluang sangat besar dalam mewujudkan kualitas pembelajaran.19 Materi pokok, strategi pembelajaran dan sumber belajar yang dikembangkan dalam pembelajaran multikultural dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Materi pokok, strategi dan sumber belajar pembelajaran multikultural di SD Muhammadiyah 3 Palu. No.
Materi Pokok
Strategi
Sumber belajar
1
2
3
4
1
Siswa dibiasakan untuk tidak membedakan teman berdasarkan warna kulit, agama bahkan kondisi sosial. 1
2.
2 Tidak melakukan deskriminasi dan penghinaan terhadap orang lain
19
Ceramah, Discovery, Bermain Peran 3 Ceramah, Tanya jawab Diskusi, Bermain Peran
Guru , Siswa, Buku Pintar 4 Guru, Buku Paket Masyarakat , TV, Radio, Koran
Rosdianah, S.Ag. Guru Kelas, Wawacara di Ruang Guru. tanggal 18 Juli 2012.
122
Ahmad Syahid
3
Menghargai teman bermainnya dan tidak memilih teman hanya karena status sosial, budaya, suku, dan agama yang sama.
Ceramah, Bermain Peran, Karya Wisata, Demokrasi, Simulasi
Guru, Siswa, Buku Paket, Masyarakat
4
Mengedepankan tindakan anti kekerasan melalui pendidikan agama dan mata pelajaran lain.
Ceramah, Bermain Peran, Keteladanan, CTL, Tanya Jawab, Diskusi
Guru, Siswa, Buku Paket, Lingkungan, Buku Active Learning
5
Menghargai kehidupan dan mengakhiri kekerasan.
Ceramah, Bermain Peran, Keteladanan, Simulasi, Tanya Jawab, Diskusi Kelompok, Bermain Peran, Jigsaw, Inkuiri
Guru, Siswa, Buku Paket, Lingkungan masyarakat, Teman Sejawat
6
Mengembangkan budaya perdamaian di SD
Ceramah, Bermain Peran, Demonstrasi, Bermain Peran, Inkuiri
Guru, Siswa, Buku Paket, Lingkungan, masyarakat, Media elektronik
7
Penyelesaian konflik secara damai
Ceramah, Pendekatan Persuasif, Diskusi, Inkuiri, CTL, Keteladanan
Guru, Siswa, Buku Paket, Lingkungan masyarakat, Media Cetak
9
Pengertian, toleransi, dan solidaritas sekolah
Ceramah, Simulasi Tanya Jawab, Inkuiri
Guru, Siswa, Buku Paket, Lingkungan masyarakat ,Teman Sejawat
10
Mengembangkan hak dan kewajiban siswa
Ceramah, Studi banding, Simulasi Tanya Jawab
Guru, Siswa, Buku paket, Media Cetak Audio Visual
Sumber Data: Observasi SD Muhammadiyah 3 Palu, Juli s.d September 2012. Materi pokok, strategi dan sumber belajar yang dikembangkan dalam pembelajaran multikultrural di SD Muhammadiyah 3 Palu merupakan suatu Dimensi dan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Multikultural.
3. Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran yang telah diuraikan sebelumnya, diperoleh hasil kegiatan pembelajaran sebagai berikut: Ketika proses pembagian kelompok multikultural berlangsung diperoleh data berdasarkan pengamatan terhadap
Aplikasi Pembelajaran Berwawasan Multikultural
123
siswa sebagai berikut: (1) Proses awal ketika pendataan beragam latar siswa dengan menggunakan panduan pembentukan kelompok multikultural siswa masih berkelompok menurut jenis kelamin dan teman dekatnya saja. Kedekatan berupa kesamaan suku bangsa dan keanggotaan ekstrakurikuler. (2) Tahap ketika guru akan membagi kelompok berdasarkan beragam latar belakang budaya beberapa siswa menunjukkan sikap keberatan. Alasan yang diberikan antara lain: “Kami sudah punya kelompok yang solid, terbiasa bekerja sama dengan kelompok yang ada, dan kuatir pekerjaan tidak akan selesai”.20 (3) Ketika proses pembagian kelompok berlangsung siswa masih berusaha menyatukan kelompok yang telah terbiasa. Hal ini terlihat dengan ajakan beberapa siswa untuk bergabung dengan kelompoknya. (4) Dengan memberikan pemahaman bahwa kelompok multikultural sebagai bagian dari proses belajar hidup bermasyarakat maka siswa mulai menerima kelompok yang telah terbentuk. Adapun contoh kelompok multikultural yang terbentuk setelah melakukan penyebaran beragam latar belakang budaya sebagai berikut: Tabel 4. Daftar Kelompok Multikultural No. Nama Siswa (Inisial) Latar Belakang Sosial Siswa 1. FN Perempuan, Bugis, Islam 2. DO Laki-laki, Kaili-Jawa, Islam 3. LD Perempuan, Kaili, Islam 4. SA Laki-laki, Bugis, Islam 5. IG Laki-laki, Kaili, Islam 2. Langkah proses mengungkapkan identitas budaya sendiri dan pengalaman berinteraksi dengan ragam budaya siswa lain diperoleh data sebagai berikut: (a) Dengan berpedoman pada penugasan yang diberikan guru. Setiap perwakilan siswa dengan latar belakang budaya tertentu tampil mempresentasikan budaya dan karakteristik budayanya. Hal-hal yang diperoleh dari siswa ketika mengungkapkan budaya dirinya ditemukan beberapa pendapat yang mengarah pada mengunggulkan budayanya seperti:“Menurut kami, setiap siswa hendaknya berbuat sopan santun kepada sesama teman, suka menolong orang lain dan tulus”.21 (b) Dengan menggunakan pedoman pengamatan terhadap proses pembelajaran tahap ini diperoleh data sebagai berikut: Tabel 5. Hasil Pengamatan Terhadap Proses Pengungkapan dan Penilaian Budaya No. Nama Partisipasi Anggota dalam Keterangan Kelompok Kelompok 20 21
2012.
Rosdianah, S.Ag. Guru Kelas, Wawacara di Ruang Guru. tanggal 18 Juli 2012. AR, Siswa kelas V SD Muhamamdiyah 3 Palu, wawancara di ruang kelas, 18 Juli
124
Ahmad Syahid
1 2 3 4 5 1. I √ Baik 2. II √ Baik Sekali 3. III √ Baik Sekali 4. IV √ Baik 5. V √ Baik Sekali Keterangan: 1: Kurang Sekali, 2: Kurang: 3: Cukup, 4: Baik, 5: Baik Sekali (c) Tahap penyelesaian kasus keragaman budaya berlangsung selama proses pembelajaran diperoleh data sebagai berikut: Secara umum terhadap kasus yang diberikan siswa menjawab tidak setuju dengan perilaku memberikan kemudahan pada yang berlatar belakang budaya yang sama. Salah satu jawaban kelompok antara lain:”Sebuah tindakan yang tidak fair, namun realitanya masih banyak kondisi yang dialami Hamid masih terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak bisa dipungkiri kedekatan itu diperlukan namun di era sekarang kalau kita mau maju maka prestasi yang diperoleh siapapun harus dijunjung tinggi”.22 Tabel 6. Hasil Pengamatan Terhadap Proses Pembelajaran Penyelesaian Kasus Budaya. No. Nama Partisipasi Anggota dalam Keterangan Kelompok Kelompok 1 2 3 4 5 1. I √ Baik Sekali 2. II √ Baik Sekali 3. III √ Baik Sekali 4. IV √ Baik 5. V √ Baik Sekali Keterangan: 1: Kurang Sekali, 2: Kurang: 3: Cukup, 4: Baik, 5: Baik Sekali (d) Tahap siswa mengekspresikan budaya berlangsung diperoleh data sebagai berikut: Siswa membawakan beragam ekspresi budaya berupa lagu daerah, pantun, dan drama singkat berisi beragam dialek bahasa daerah. (e) Setelah selama tiga kali pertemuan dilaksanakan pembelajaran multikultural dengan teknik berempati dilakukan tahap melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran secara keseluruhan. (f) Pengaruh Pembelajaran Berempati terhadap Perilaku Stereotipe. Pembelajaran multikultural dengan teknik berempati merupakan pembelajaran yang menuntut kerjasama dan pemahaman bersama terhadap keberadaan anggota 22
RN, Siswa kelas V SD Muhammadiyah 3 Palu, wawancara di ruang kelas, 18 Juli
2012.
Aplikasi Pembelajaran Berwawasan Multikultural
125
kelompok lain yang berbeda ragam latar budaya. Pembelajaran model ini mengacu pada pembelajaran berbasis multikultural. Tabel 7. Model Pembelajaran Berbasis Multikultural di SD Muhammadiyah 3 Palu No. Tahap Kegiatan 1. Studi eksplorasi diri dan lingkungan sosial budaya (lokal) siswa yang potensial dengan substansi multikultural 2. Presentasi hasil eksplorasi 3. Peer group analysis 4. Expert opinion 5. Refleksi, rekomendasi dan membangun komitmen 4. Penerapan dan Langkah-langkah Pembelajaran Multikultural SD Muhammadiyah 3 Palu Penerapan dan langkah-langkah Pembelajaran Multikultural mengandung pengertian kompetensi guru dalam menerapkan nilai-nilai harmoni ke dalam sistem pendidikan yang teraktualisasi melalui penyusunan silabus, RPP, dan proses pembelajaran secara sistematis di kelas. Hasil wawancara kepada guru-guru di SD Muhammadiyah 3 Palu sebagai informan penelitian ini dapat dicermati pada tabel di bawah ini. Tabel 7. Penerapan dan Langkah-langkah Pembelajaran NO
PERNYATAAN
1 1
2 Pembelajaran Multikultural sudah diterapkan pada semua mata pelajaran khususnya kelas VI. Dengan langkah-langkah membuat jaringan tematik, standar kompetensi, membuat RPP dan adanya tema. Pembelajaran Multikultural sudah diterapkan pada semua mata pelajaran dari kelas I sampai kelas VI. Dengan langkah-langkah mengintegrasi Pembelajaran Multikultural pada pembelajaran di kelas adalah melalui pembuatan RPP yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah. Pembelajaran Multikultural sudah diterapkan pada semua mata pelajaran dari kelas I sampai kelas VI. Dengan langkah-langkah mengintegrasi Pembelajaran Multikultural pada pembelajaran di kelas adalah melalui pembuatan RPP yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah, membuat SK, KD setiap mata pelajaran, membuat jaringan tematik yang dihubungkan dengan semua mata pelajaran. Pembelajaran Multikultural sudah diterapkan pada semua mata pelajaran. Dengan langkahlangkah melaksanakan KBM, berdasarkan silabus dan RPP yang sesuai dengan kurikulum, menerapkan dan menanamkan konsep dasar Pembelajaran Multikultural melalui sikap dan tingkah laku siswa sehari-hari dan membuat RPP yang berhubungan dengan mata pelajaran lainnya.
2
3
4
126
5
6 7
8
9
10
11
12
Ahmad Syahid
Pembelajaran Multikultural sudah diterapkan pada semua mata pelajaran. Dengan langkahlangkah mengintegrasi Pembelajaran Multikultural pada pembelajaran di kelas adalah melalui pembuatan RPP yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah dan memasukkan nilai-nilai harmoni dalam pembelajaran Pembelajaran Multikultural sudah diterapkan pada semua mata pelajaran. Dengan langkahlangkah mengajar berdasarkan kurikulum dan membuat jaringan tematik. Pembelajaran Multikultural sudah diterapkan pada semua mata pelajaran khususnya kelas VI. Dengan langkah-langkah membuat jaringan tematik, standar kompetensi, membuat RPP dan adanya tema. Pembelajaran Multikultural sudah diterapkan pada semua mata pelajaran dari kelas I sampai kelas VI. Dengan langkah-langkah mengintegrasi Pembelajaran Multikultural pada pembelajaran di kelas adalah melalui pembuatan RPP yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah. Pembelajaran Multikultural telah diterapkan pada semua mata pelajaran dari kelas I sampai kelas VI. Dengan langkah-langkah mengintegrasi Pembelajaran Multikultural pada pembelajaran di kelas adalah melalui pembuatan RPP yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah, membuat SK, KD setiap mata pelajaran, membuat jaringan tematik yang dihubungkan dengan semua mata pelajaran. Pembelajaran Multikultural telah diterapkan pada semua mata pelajaran. Dengan langkahlangkah melaksanakan pembelajaran, berdasarkan silabus dan RPP yang sesuai dengan kurikulum, menerapkan dan menanamkan konsep dasar Pembelajaran Multikultural melalui sikap dan tingkah laku siswa sehari-hari dan membuat RPP yang berhubungan dengan mata pelajaran lainnya. Pembelajaran Multikultural telah diterapkan pada semua mata pelajaran. Dengan langkahlangkah mengintegrasi Pembelajaran Multikultural pada pembelajaran di kelas adalah melalui pembuatan RPP yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah dan memasukan nilai-nilai harmoni dalam pembelajaran. Pembelajaran Multikultural telah diterapkan pada semua mata pelajaran. Dengan langkahlangkah mengajar berdasarkan kurikulum dan membuat jaringan tematik.
Dari uraian tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Pada umumnya pembelajaran Multikultural telah diterapkan hampir pada semua mata pelajaran. (2) Penerapannya dilakukan dengan cara mengintegrasi Pembelajaran Multikultural pada pembelajaran di kelas, melalui pembuatan RPP yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah, membuat SK, KD setiap mata pelajaran, membuat jaringan tematik yang dihubungkan dengan semua mata pelajaran. (3) Menerapkan dan menanamkan konsep dasar Pembelajaran Multikultural melalui sikap dan tingkah laku siswa sehari-hari.
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Faktor ini mengandung pengertian menemukan berbagai unsur baik internal maupun eksternal yang mendukung dan menghambat kelancaran penerapan dan palaksanaan Pembelajaran Multikultural di sekolah. (a) Faktor-faktor pendukung: semua komponen sekolah yang meliputi: Lingkungan sekolah, Kepala sekolah, Dewan guru,
Aplikasi Pembelajaran Berwawasan Multikultural
127
Siswa, dan Orang tua/ wali siswa, dan (b) Faktor-faktor penghambat: Ruang kelas yang tidak memadai sehingga Pembelajaran Multikultural tidak maksimal dan Jumlah siswa terlalu banyak sehingga pelaksanaan pengembangan Pembelajaran Multikultural tidak maksimal. 6. Sikap Positif dan Saran Sikap positif berkenaan dengan sikap para guru yang memiliki keyakinan dan pandangan bahwa Pembelajaran Multikultural mengandung nilai-nilai kemanusiaan yang luhur sehingga sangat layak diintegrasikan ke dalam kurikulum atau bajan ajar pendidikan di Sekolah Dasar. Sedangkan saran berkenaan dengan pendapat, opini, dan pandangan mereka sebagai salah satu bukti kepedulian dan partisipasi para guru terhadap Pembelajaran Multikultural, antara lain: (a) dengan membiasakan Pembelajaran Multikultural sikap karakter anak/ siswa menjadi lebih baik, baik keberanian, berbicara dan melaksanakan tugas-tugas upacara; tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan baik kebersihan lingkungan maupun tugas belajar; (b) dengan adanya Pembelajaran Multikultural cara belajar siswa bersemangat dan membentuk sikap siswa; Suasana pembelajaran terasa lebih menyenangkan karena anak-anak menjadi lebih mendengar apa penjelasan guru. (c) dengan mengimplementasikan Pembelajaran Multikulturaldi sekolah dinilai berdasarkan 7 aspek, hasilnya adalah sebagai berikut: (1) kompetensi guru aspek materi sudah baik; (2) Kompetensi rata-rata guru pada aspek pedagogik termasuk kategori baik; (3) media pembelajaran rata-rata berada pada kategori cukup; (4) sumber/ bahan pembelajaran rata-rata berada pada kategori cukup; (5) proses pembelajaran rata-rata berada pada kategori bai ; (6) ruang pembelajaran ratarata berada pada kategori baik.; dan (7) evaluasi pembelajaran rata-rata evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru berada pada kategori cukup. Dalam mendukung terlaksana dan berkembangannya pendidikan harmoni, pengawas menjadikan Pembelajaran Multikultural sebagai bagian penting dalam supervisi kepala sekolah dan guru.Selain itu, pengawas melakukan monitoring terhadap pelaksanannya di sekolah, memberi reward kepada guru yang berprestasi serta membuat RKTL pelaksanaan pendidikan harmoni. Masyarakat dan orang tua siswa telah mempercayakan sebagian tugasnya kepada guru. Tugas guru yang diemban cukup mulia dan berat, karena dari limpahan tugas masyarakat dan orang murid/siswa tersebut, antara lain adalah kemampuan guru mentransfer pengetahuan dan kebudayaan dalam arti luas, keterampilan menjalani kehidupan [life skills], nilai-nilai [value] dan beliefs [baca:Purwanto, http://www. pustekkom..]. Dari life skills ini, guru diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi proses pembelajaran yang didasarkan pada leaning competency, sehingga outputnya jelas. Dari sini, guru dengan kemampuannya diharapkan dapat mengembangkan dan membangun tiga pilar keterampilan, yaitu: [1] Learning skills, yaitu keterampilan mengembangkan dan mengola pengetahuan dan pengalaman serta kemampuan dalam
128
Ahmad Syahid
menjalani belajar sepanjang hayat. [2] Thinking skills, yaitu keterampilan berpikir kritis, kreatif dan inovatif untuk menghasilkan keputusan dan pemecahan masalah secara optimal. [3] Living skills, yaitu keterampilan hidup yang mencakup kematangan emosi dan sosial yang bermuara pada daya juang, tanggungjawab dan kepekaan sosil yang tinggi. Peran sekolah, yayasan, dan dinas pendidikan dalam pengembangan dan penyelenggaraan Pembelajaran Multikultural di SD Muhammadiyah 3 Palu menunjukkan keaktifan yang tinggi. Ini terbukti dari adanya peran sekolah sebagai implementator pendidikan karakter bangsa karena masih berhubungan dengan program pemerintah, yaitu mengembangkan pendidikan karakter. Walaupun penerapan dari Pembelajaran Multikultural itu membutuh proses, waktu, koordinasi dan kesabaran. Jika dilihat dari kapasitas guru yang masih belum merata maka penerapan dan pengembangan Pembelajaran Multikultural masih dibutuhkan pelatihan dan pembimbingan; (b) dinas pendidikan menganggap berpandangan bahwa jika dilihat dari pendekatan dedikatif Pembelajaran Multikulturalsangat dibutuhkan. Dengan demikian, pengembangan Pembelajaran Multikultural hendaknya rutin dilakukan, kemudian adanya muatanmuatan atau nilai-nilai harmoni yang disampaikan oleh kepala sekolah, guru, dan semua pihak yang terkait untuk diterapkan kepada siswa. Peran mitra terkait (Dinas Pendidikan Provinsi/Kota/Kabupaten & UPTD, Muhammadiyah) dalam pengembangan dan penyelenggaraan Pembelajaran Multikultural sangat kondusif. Peran orang tua dan masyarakat dalam mendukung perubahan sikap dan perilaku anak sesuai dengan nilai-nilai multikultural cukup konstruktif. Di antaranya: (1) salah satu bentuk dari dukungannya adalah mereka memberikan bantuan berupa dana untuk digunakan sekolah dalam melengkapi kekurangan dalam pembelajaran. Selain itu, mereka juga mencoba untuk menerapkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pembelajaran Multikultural di rumah masing-masing; dan (2) harapan mereka bahwa Pembelajaran Multikulturaldapat membentuk karakter anak untuk lebih baik dan terarah.Selain itu, mereka berharap kepada semua guru untuk selalu ada komunikasi antara guru dan orang tua siswa, supaya dalam mendidik anak bisa saling membantu dan melengkapi.Karena dengan terbentuknya karakter yang baik diharapkan dapat membuat anak lebih berprestasi, mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, budi pekerti yang luhur dan mandiri. Peran media dalam pengembangan Pembelajaran Multikultural dan pengaruh media terhadap perubahan sikap dan perilaku anak yang dengan sesuai nilai-nilai harmoni cukup signifikan. Di antaranya bahwa media mengharapkan dilibatkan dalam pengembangan pendidikan harmoni, baik itu melalui pendekatan persuasif atau pun struktural, supaya semua pihak dapat ikut serta untuk mewujudkan Pembelajaran Multikulturalini.
Aplikasi Pembelajaran Berwawasan Multikultural
129
Dampak Pembelajaran Multikultural yang telah dilaksanakan di SD Muhammadiyah 3 Palu pada siswa sangat signifikan, antara lain sebagai berikut. (a) Dampak pada aspek harmoni diri: siswa sering pergi ke tempat masjid; siswa yakin kepada Allah swt.; siswa selalu berkata dan bertindak jujur; siswa sering membantu teman yang mengalami kesulitan; siswa selalu menempati janji; siswa selalu lebih dulu menyapa teman atau guru dan orang lain; siswa kadang-kadang memberikan pendapat kepada teman yang mengalami kesulitan; siswa datang ke sekolah selalu tepat waktu; siswa bisa melakukan sesuatu dengan tekun sampai selesai; dan siswa mampu menahan diri jika diejek teman. (b) Dampak pada aspek harmoni sesama: siswa mau meminjamkan buku kepada teman yang membutuhkan; siswa mau bekerjasama dengan teman walaupun berbeda agama dan suku; siswa selalu memaafkan teman yang berbuat salah kepadanya; siswa mau mengasihi dan menyayangi teman walaupun berbeda agama dan sukunya; siswa mau meminjamkan buku kepada teman yang membutuhkan; siswa mau bekerjasama dengan teman walaupun berbeda agama dan suku; siswa selalu memaafkan teman yang berbuat salah kepadanya; siswa mau mengasihi dan menyayangi teman walaupun berbeda agama dan sukunya; siswa mau menghargai hasil keputusan bersama; siswa mau mendamaikan teman yang bertengkar; dan siswa mau memberi sesuatu kepada teman secara adil. (c) Dampak aspek harmoni alam: siswa kadangkadang memanfaatkan kembali barang bekas di sekitarnya; siswa mengurangi penggunaan barang-barang yang dapat merusak alam; siswa mengolah barang bekas menjadi barang yang bisa digunakan kembali dan bermanfaat; siswa sering melestarikan lingkungan sekitarnya; siswa sering menjaga kebersihan lingkungan di sekitarnya; siswa sering mematuhi tata tertib di sekolah; dan siswa kadang-kadang ikut serta dalam kegiatan di sekolah dan masyarakat. Model Pembelajaran Multikultural dibangun secara kontekstual dengan menggali dan memperkuat kearifan lokal, baik nilai-nilai sosial budaya maupun kekayaan alam hayati, dengan tetap mendukung pencapaian standar Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan. Harmoni diri adalah harmoni terhadap diri sendiri, sebagai hasil dari olah rasa, hati nurani dan akal budi. Harmoni diri merupakan perwujudan dari hubungan manusia dengan Tuhan dan menjadi dasar bagi unsur harmoni yang lainnya. Harmoni Sesama adalah penghargaan, penerimaan dan keselarasan hubungan dengan sesama manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan Harmoni Alam adalah penghargaan, pemeliharaan dan keselarasan hidup dengan alam semesta, tempat di mana manusia hidup dan berkarya. Pengintegrasian nilai-nilai harmoni dalam pendidikan dilakukan selaras dengan pengembangan 3 pilar MBS (Manajemen Berbasis sekolah) yang terdiri dari: (a) Olah suasana, yaitu menumbuhkan budaya, lingkungan dan manajemen sekolah yang mendukung bertumbuh dan kembangnya sikap dan perilaku harmoni warga sekolah dan lingkungan sekitar; (b) Olah isi, yaitu pengintegrasian nilai-nilai harmoni ke dalam kurikulum dan proses pembelajaran yang bernuansa PAKEM; (c) Pemberdayaan parti-
130
Ahmad Syahid
sipasi masyarakat untuk mendukung pelaksanaan Pembelajaran Multikultural baik di sekolah maupun di rumah. Dampak lainnya kepada siswa antara lain: pada umumnya siswa menyenangi cara guru mengajar; suasana belajar di kelas menyenangkan; pelajaran yang disampaikan guru mudah dipahami; dan siswa menyukai gurunya.
D. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Perencanaan pembelajaran berwawasan multikultural di SD Muhammadiyah 3 Palu telah dilakukan dengan baik, dilihat dari penilaian aspek seluruh indikatornya sudah baik. (2) Pelaksanaan pembelajaran berwawasan multikultural di SD Muhammadiyah 3 Palu dengan seluruh aspek indikatornya telah memberikan kontribusi bagi siswa khususnya antara lain: adanya perubahan suasana belajar di kelas; suasana belajar menjadi lebih menyenangkan bagi siswa, selain itu ada yel-yel sebelum dan sesudah pembelajaran. Yel-yel ini tentu mempunyai makna dan manfaat tertentu apabila selalu dinyanyikan di awal dan di akhir pembelajaran. Anak-anak pun begitu antusias untuk menyanyikannya. Implementasi RPP dalam bentuk Tematik Kontekstual yang mengintegrasikan nilai-nilai multikultural. (3) Dampak Pembelajaran Multikultural yang telah dilaksanakan di SD Muhammadiyah 3 Palu pada siswa sangat signifikan, antara lain: (a) harmoni diri: (b) harmoni sesama, dan (c) harmoni alam, (d) Model Pembelajaran Multikultural di SD Muhammadiyah 3 Palu dilakukan secara kontekstual dengan menggali dan memperkuat kearifan lokal, baik nilai-nilai sosial budaya maupun kekayaan alam hayati, dengan tetap mendukung pencapaian standar Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan. (e) Pengintegrasian nilai-nilai harmoni dalam pendidikan dilakukan selaras dengan pengembangan 3 pilar MBS (Manajemen Berbasis sekolah). Dengan pembelajaran multikultural guru diharapkan mengetahui bagaimana berperilaku terhadap siswa yang bermacam-macam kulturnya di dalam kelas, dan mengetahui perbedaan-perbedaan nilai-nilai, kultur dan bentuk-bentuk perilaku yang beraneka ragam.
DAFTAR PUSTAKA Anita Lie. (2008). Mengembangkan Model Pendidikan Multikultural. Ditulis dalam Pendidikan pada 2:05 pm April 14. Ardhana, I Wayan. 1987. Bacaan Pilihan dalam Metode Penelitian Pendidikan. Jakata: Depdikbud Ditjen Dikti PPLPTK. Azhar, Haris. (2006). Masyarakat Poso: Diantara Permusuhan dan Harapan Perdamaian dalam (ed.) Negara Adalah Kita. Jakarta: Praxis
Aplikasi Pembelajaran Berwawasan Multikultural
131
Banks, J.A. 1991. “Multicultural Education: Its Effects on Studies’ Racial and Gender Role Attitude” In Handbook of Research on Sociel Teachng and Learning. New York: MacMillan. Banks, J.A. (1993). Multicultural Educatian: Historical Development, Dimentions and Practrice. In Review of Research in Education, Vol. 19, edited by L. Darling-Hammond. Washington, D.C.: American Educational Research Association. Banks, J.A. (1994b). Multiethnic Education: Theory and Practice, 3rd ed. Boston: Allyn and Boston. Banks, James.(1994), An Introduction to Multicultural Education, Needham Heights, MA. Bennett,C. & Spalding, E. (1992). “Teaching the Social Studies: Multiple Approaches for Multiple Perspectives”. In Theory and Reseach in Social Education. XX:3 (263-292). Bogdan, RC. & Biklen, SK. (1992). Qualitative Research in Education an Introduction to Theory and Methods. Third Edition. Allyn an Bacon, Inc. Boston London. Bruner, J. (1996). The culture of education. Cambridge, MA: Harvard University Press. Bungin, B. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group. Chee, Y. S. (1995). Cognitive apprenticeship and its application to the teaching of small talk in a multimedia interactive learning environment. Instructional Science, (23),133-161. Cresswell, John W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design; Choosing Among Five Tradition, California: SAGE Publications. Creswell, J. W. (1994). Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. California: Sage Publications, Inc. Degeng, I.N.S. (1989). Ilmu Pembelajaran: Taksonomi Variable. Jakarta: Depdikbud Dikti PPLPTK. Degeng, INS. (1992). Klasifikasi Variabel Pembelajaran Untuk Keperluan Penelitian dan Pengembangan Teori. Jurnal TEP Teori dan Penelitian, 1.(1):27. Degeng. I.N.S. (1997). Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi Dengan Model Elaborasi. Malang: IKIP dan IPTPI Jakarta. Degeng. INS.( 2000). Makalah Seminar Pembelajaran Efektif di Perguruan Tinggi 8 Pebruari 2000. Bagaimana Merancang, Menyajikan dan Menilai Hasil Belajar Efektif. Malang: P3AI.LP3 Unibraw. Dimyati, M. (1996). Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Malang: FIP IKIP. Ecip, Sinansari. (2002). Rusuh Poso Rujuk Malino. T.tp. Cahaya Timur. Farris, P.J. & Cooper, S.M. 1994. Elementary Social Studies: a Whole language Approach. Iowa: Brown & Benchmark Publishers. Faulkner, Val. ( 2001). Making Multicultural Education ‘Real’. Teaching in Higher Education. 6 (4), 473-485. Fay, Brian. (1996). Contemporary Philosophy of Social Science: A Multicultural Approach. Oxford: Blackwell. Freedman, P.I. (1984). “Multicultural Education: Establishing the Foundations”. The Social Studies. 75 (200-203). Gay, L.R., Mills Geoffrey E. & Airasian. (2009). Educational Research: Competencies for analysis and application-9th. Ed. New Jersey: Merril-Pearson Education Geertz, Clifford. (1973). The Interpretation of Culture. New York. Basic Books. Inc.
132
Ahmad Syahid
Gerlach, Venon S. & Donald Ely. 1971. Teaching and Media, a Systematic Approach. New Jersey. Englewood Cliff. Glazer, Nathan. (1997). We Are All Multiculturalists Now. Cambridge, Mass.: Harvard University Press. Harahap, Ahmad Rivai. (2004). “Multikulturalisme dan Penerapannya dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama”. T.tp. Hasan, Hamid. (2000). Pendekatan Multikultural untuk Penyempurnaan Kurikulum Nasional. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi Januari-November 2000. Hidayat, Komaruddin. (1999). “Memetakan Kembali Struktur Keilmuan Islam (Kata Pengantar)”, dalam Fuaduddin dan Cik Hasan Bisri, Dinamika Pemikiran Islam di PT: Wacana tentang PAI, Jakarta: Logos. Hoerudin, Cecep Wahyu. (2011). Studi Deskriptif Pendidikan Harmoni di Sulawesi Tengah. Hasil penelitian tidak diterbitkan. http://en.wikipedia.org/ wiki/Ethnography, diakses Desember 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tengah. http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/10/pembelajaran-berbasis-multikultural/. Diakses 1311-2011. http://www.ehow.com/info_7895170_sleeter-grant-approaches-multicultural-education.html http://www.gusdur.net/Opinion/Detail/?id=71/hl=id/Masa_Depan_Pendidikan_Multikultural, akses 25 September 2010. http://www.wikipedia/Kebinekaan.htm., diakses 20-09-2011. http://www.wikipedia/profil_Sulawesi Tengah.htm., diakses 20-09-2011. Jary, David dan Julia Jary,1991."Multiculturalism". Dictionaryof Sociology. New York: Harper. Juliawan, B. Heri. Kerangka Multikulturalisme. http://multinalarisme.blogspot.com/ 2010/01/ multikulturalisme-pengertian.html, diakses Minggu, 10 Januari 2010. Kemendiknas. (2010). Pembinaan Pendidikan Karakter di SMP. Jakarta. Kneller, G.F. (1984). Educational Anthropology. New York: John Willwy & Sons. Kuper, Adam & Kuper, Jessica. (2000), Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Lasahido, Tahmidy dkk. (2003). Suara dari Poso, Kerusuhan, Konflik dan Resolusi, Jakarta: YAPIKKA. Lickona, Thomas. (1992). Educating for Character: How our schools can teach respect and responsibility. New York, Toronto, London, Sidney, Auckland: Bantam Book. Lickona, Thomas. (1999). Character Education: The Cultatif of Viture. New York: Stae University of New York at Cortland. Lincoln, Y.S. dan Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry. California: Sage Publication Inc. Lucas, Ashley G. (2010). Distinguishing Between Multicultal and Global Education: Conceptualizing and Addressing the Two Fileds. The Clearing House 83:(20 (1), 211-216. Madjid, Nurcholish. (2000). Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemoderenan. Cet. IV, Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina. Mahfud, Choirul. (2006). Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Aplikasi Pembelajaran Berwawasan Multikultural
133
Mansouri, Fethi, & Trembath, Anna. (2005). Multicultural education and racism: The case of Arab-Australian students in contemporary Australia. International Education Journal, 6(4), 516-529. Mantja. W. (2008). Etnografi: Desain Penelitian Kualitatif Pendidikan dan Manajemen Pendidikan. Malang: Elang Mas. Miles & Huberman, (2009). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Molenda, M., & Rezabek, L., (2004). Instructional Technology: The Definiton and Domainds of the Field. Washington DC: AECT. Moleong, Lexy. J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Morse, J.M. (1994). Critical Issue in Qualitative Research Methods. London: Sage Publications. Muhadjir, Noeng. (1990). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Muhaimin, dkk. (2002). Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya. Naim, Ngainun & Sauqi, Achmad. (2008). Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media Group. Parekh, Bikhu. (2008). Rethinking Multiculturalism Keberagaman Budaya dan Teori Politik. Yogyakarta: Kanisius. Pattaufi, (2009). Strategi pembelajaran Mata Pelajaran Tekonologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada SMA se Kota Makassar. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: PPs UM. Perpres No. 6 Tahun 2011. 17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011. Poerwandari, Kristi. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, Depok: Perfecta LPSP3. Reigeluth, Charles M. (1983). Instructional-Design Theories And Models: An Overview of Their Current Status. Hillsdale, New Jersey: Lawrenced Erlbaum Associates, Publishers. Seels & Richey. (1994). Instructional Technology: The Definiton and Domainds of the Field. Washington, DC: AECT. Seidman, L.E. (1991). Interviewing as qualitative research, A guide for research In education and social scineces. New York: Teacher College. Columbia University. Sensus Penduduk, (2010). Sulawesi Tengah: BPS. Setyosari, Punaji. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana. Sleeter, Christine E. dan Grant, Carl A. (2003) Membuat Pilihan untuk Pendidikan Multikultural: Lima Pendekatan untuk Ras, Kelas, dan Gender NY:. John Wiley & Sons. Soelaeman, M.I. (1985). Suatu Upaya Pendekatan Fenomenologis terhadap Situasi Kehidupan dan Pendidikan dalam keluarga dan Sekolah. Disertasi. Bandung: IKIP. Spradley, James P. 1979. The Ethnographic Interview. New York: Rinehart and Winston. Sumartana, dkk., (2001) Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sunu, I Gusti Ketut Arya. (2011). Pengelolaan Pendidikan Multikultural (Studi Kasus Pada SMP/M.Ts di Provinsi Bali). Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: Upi. Diakses 10 Desember 2011. Suparlan, Parsudi. (1999), "Kemajemukan Amerika: Dari Monokulturalisme ke Multikulturalisme". Jurnal Studi Amerika, Vol. 5 Agustus, 35-42.
134
Ahmad Syahid
Suparlan, Parsudi. (2001a), "Bhinneka Tunggal Ika: Keanekaragaman Suku bangsa atau Kebudayaan? Makalah Seminar"Menuju Indonesia Baru". PIB-AAI. Yogyakarta, 16 Agustus. Suparlan, Parsudi. (2001b), "Indonesia Baru Dalam Perspektif Multikulturalisme". Harian Media Indonesia, 10 Desember 2001. Suparlan, Parsudi. (2002a), "Kesetaraan Warga dan Hak Budaya Komuniti dalam Masyarakat Majemuk Indonesia". Jurnal Antropologi Indonesia, No. 6, 1-12. Supriyoko, Ki. Pendidikan Masyarakat Multikultural. Kompas, 26 Januari 2004. Tilaar, H.A.R. (2004). Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo. Tilaar," HAR. (2007). Materi Seminar Pendidikan Multikultural, Jakarta: Universitas Katolik Atma Jaya, Suara Merdeka, 8/1/2007. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas RI. WVI & YKAI. (2009). Baseline Action Research, Pengembangan Pendidikan Damai dan Perlindungan Anak di Sulawesi Tengah (Studi Kuantitatif dan Kualitatif di SD Muhammadiyah 3 Palu dan SD GKST 4 Tentena. Hasil penelitian tidak diterbitkan. Yaqin, M. Ainul. 2007. Pendidikan Multikultural Croos-Cultural Understanding untuk Demokrasai dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media. Zubaedi. (2004). Telaah Konsep Multikulturalisme dan Implementasinya dalam Dunia Pendidikan. Hermeunia. Yogyakarta: PPs IAIN Sunan Kalijaga. Vol. 3(1), Januari-Juni. Zubaidi. (2005). Pendidikan Berbasis Masyarakat. Jakarta: Pustaka Pelajar.