ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI TOMAT BERBASIS AGROKLIMAT, (Kasus Dataran Medium dan Dataran Tinggi) Oleh : Mujiburrahmad (Dosen Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Unigha) ABSTRACT This Research aim to analyze the tomato productivity farming base on the agroclimate, according to farm and culture aspect budidaya in medium and hilarious area. Research conducted with survey method in Lembah Seulawah sub-district Aceh Besar and Bukit subdistrict Bener Meriah. Result of research show that four varitas tomato in Aceh, there are some special treatment for the land suitability and capability and agro-climate of tomato crop farm. As according to technical guide of tomato culture hence there are at least 12 regional compassion cluster in Seulawah sub-district, Aceh Besar and 38 regional cluster in Bukit subdistrict, Bener Meriah. Model obtained that for two tomato development area is productivity, significant influenced by condition of agro-climate, land suitability and capability, and use variety. Dominant factor to determine the productivity of tomato farming in medium area is culture aspect and agro-climate. While for the hilarious area, dominant factor is culture aspect and variety. Tomato productivity in this area admit of improved by using effective production medium, and use the adaptif variety. From side of investment, tomato farming in two production centre is feasible, however advantage from this invesment is more profitability in hilarious area. Keywords : Tomato productivity farming, agro-climate, land suitability and capability, PENDAHULUAN Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata tomat mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi Buah tomat mengandung vitamin C dan vitamin A yang dapat mencegah sariawan dan rabun mata. Selama beberapa dekade konsumsi tomat di Provinsi Aceh sangat tergantung pada pasokan dari Sumatera Utara sehingga harganya sangat tergantung pada kelancaran arus suplai ke daerah ini. Tomat juga di kenal salah satu sayuran yang mempunyai potensi ekonomi yang cukup besar dalam menunjang program pertanian di beberapa daerah sentra produksi seperti di Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar. Selain sebagai salah satu komoditi sayuran yang dapat di ekspor keluar daerah serta dapat meningkatkan pendapatan petani. Kecamatan Lembah Seulawah merupakan salah satu sentra produksi tomat di Kabupaten Aceh Besar yang berfungsi sebagai salah satu penyangga produksi tomat di daerah ini. Kondisi penerapan
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
teknologi terhadap produksi tomat di daerah ini secara umum lebih kurang sama dengan petani tomat di Kabupaten Bener Meriah. Kecamatan Lembah Seulawah dengan variasi ketinggian 300 s/d 812 m di atas permukaan laut, sedangkan Kecamatan Bukit variasi ketinggian 620 s/d 1.192 m di atas permukaan laut. Keadaan agroklimat dan kesesuaian lahan memang berbeda sehingga menimbulkan preferensi yang berbeda terhadap kualitas buah tomat dari kedua daerah ini. Sistem pemasaran telah mengklasifikasikan produksi tomat di pasar produsen dan pasar konsumen. Oleh karena itu pada peneltian ini akan dilakukan peneltian terhadap perbandingan produktivitas dan rentabilitas usahatani tomat di dua daerah pengembangan tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di sepuluh desa, yakni lima desa di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar dan lima desa di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah. Alasan memilih daerah tersebut adalah sebagai
tempat penelitian karena di lima desa tersebut merupakan sentra produksi tomat di daerah masing-masing. Data yang di kumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, data primer diproleh dari wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan data sekunder diproleh dari berbagai laporan instansi terkait dan lembaga-lembaga pemerintahnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara terhadap petani sampel sebanyak 120 orang petani tomat (60 orang petani di Kecamatan Lembah seulawah, Kabupaten Aceh Besar dan 60 orang petani di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah. Sampel pedagang sebanyak 50 orang, yaitu: 20 orang pedagang pengumpul, 10 orang pedagang besar dan 20 orang pedagang pengecer di Kota Banda Aceh. Model analisis dilakukan dengan analisis perbanding, kontingensi dan analisis regresi faktor penentu produktivitas dan rentabilitas usahatani. Analisis kontingensi terhadap preferensi harga dilakukan dengan tabel kontingensi dan uji X2 atas lembaga dan kelompok harga buah tomat dari daerah medium dan dataran tinggi, berikut ini: ∑ (Ho - He)2 X = -----------------He Dengan kriteria, terima Ho: Hm ≤ Ht, jika X2hitung ≤ X2tabel terima Ha: Hm > Ht jika X2hitung > X2tabel Analisis regresi faktor penentu preferensi harga dilakukan dengan model analisis regresi berganda berikut ini: Pt = a0 Ag a1 S a2 Bd a3 V a4 + ε Dimana: Pt adalah produktivitas usahatani tomat (kg/ha). Ag adalah persentase kesesuaian agroklimat wilayah pengembangan untuk usahatani tomat (%) S adalah persentase kesesuaian lahan untuk usahatani tomat di daerah pengembangan (%) Bd adalah persentase aspek budidaya yang diterapkan pada usahatani tomat (%). 2
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
V adalah preferensi untuk varitas tomat (%). Dengan kriteria, Uji serempak terima Ho: a1 s/d ai = 0 , jika Fhitung ≤ Ftabel terima Ha: a1 s/d ai > 0 atau a1 s/d ai < 0 jika Fhitung > Ftabel Uji parsial terima Ho: ai = 0 , jika thitung ≤ ttabel terima Ha: ai > 0 atau ai < 0 jika thitung > ttabel HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Agroklimat, Kesesuaian Lahan dan Budidaya Tomat Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk empat varitas tomat yang dibudidayakan di Aceh terdapat beberapa perlakuan khusus untuk kesesuian lahan dan agroklimat tanaman tomat. Sesuai dengan petunjuk teknis budidaya tomat maka terdapat paling kurang 12 belas kluster wilayah budidaya tomat di Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar dan 38 kluster wilayah di Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah. Tanaman tomat dapat tumbuh baik musim kemarau dengan pengairan yang cukup. Pertumbuhan tanaman tomat akan baik bila udara sejuk, suhu pada malam hari antara 100C - 200C dan pada siang hari antara 190C - 290C. Suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan buah banyak rusak karena sengatan matahari. Suhu terlalu rendah menyebabkan pertumbuhan terhambat. Tanaman tomat memerlukan sinar matahari yang cukup, kalau kekurangan sinar matahari akan menyebabkan tanaman tomat mudah terserang penyakit, baik parasit maupun non parasit. Intensitas sinar matahari sangat penting dalam pembentukan vitamin C dalam buah tomat. Sinar matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin A) yang lebih tinggi. Lebih lanjut terdapat kontingensi produktivitas usahatani tomat atas dasar : agroklimat, kesesuaian lahan, aspek budidaya, dan variatas. Untuk agroklimat ternyata produktivitas sangat tergantung pada kesesuaian iklim di wilayah
pengembangannya, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. berikut ini. Tabel 1.
Kontingensi Agroklimat dan Produktivitas Usahatani Tomat Agroklimat
Produkt ivitas Pt1
Jumla h
Ag1 22
Ag2 4
Ag3 3
Ag4 3
Pt2
2
13
27
6
48
Pt3
3
7
17
13
40
27
24
47
22
120
Jumlah
32
Produktivitas tanaman tertinggi (Pt1) dominan pada wilayah dengan agroklimat yang sangat sesuai (Ag1). Sebaliknya produktivitas terrendah (Pt3) dominan di wilayah dengan agroklimat yang kurang sesuai (Ag3). Tanaman tomat dapat tumbuh baik musim kemarau dengan pengairan yang cukup. Pertumbuhan tanaman tomat akan baik bila udara sejuk, suhu pada malam hari antara 100C - 200C dan pada siang hari antara 190C - 290C. Suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan buah banyak rusak karena sengatan matahari. Suhu terlalu rendah menyebabkan pertumbuhan terhambat. Tanaman tomat memerlukan sinar matahari yang cukup, kalau kekurangan sinar matahari akan menyebabkan tanaman tomat mudah terserang penyakit, baik parasit maupun non parasit. Intensitas sinar matahari sangat penting dalam pembentukan vitamin C dalam buah tomat. Sinar matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin A) yang lebih tinggi. Untuk kesesuaian lahan pertumbuhan tanaman tomat lebih baik di dataran tinggi di bandingkan dengan di dataran rendah. Kontingensi kesesuaian lahan dan produktivitas usahatani tomat ditunjukkan pada Tabel 2. Berikut ini. Tabel 2. Kontingensi Kesesuaian Lahan dan Produktivitas Usahatani Tomat Kesesuian Lahan Produkti vitas Pt1 Pt2
Jumlah
S1 18
S2 7
S3 5
S4 2
32
3
12
25
8
48
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
Pt3 Jumlah
4
8
12
16
40
25
27
42
26
120
Produktivitas tanaman tertinggi (Pt1) dominan pada wilayah dengan kondisi lahan yang sangat sesuai (Ag1). Sebaliknya produktivitas terrendah (Pt3) dominan di wilayah dengan lahan yang sangat kurang sesuai (Ag4). Tanaman tomat hanya dapat diusahakan di tempat-tempat yang tidak kekurangan air. Tanaman tomat akan tumbuh baik bila ditanam pada tanah-tanah yang gembur, kadar keasaman (pH) antara 5 - 6, tanah sedikit mengandung pasir dan banyak mengandung humus. Tomat dapat tumbuh baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah dengan curah hujan sedang. Varietas juga menentukan kualitas hasil panen, varitas yang baik adalah varietas yang sesuai dengan kondisi agroklimat dan kondisi lahan di daerah tersebut, mempunyai batang yang kuat, tahan terhadap penyakit, daging buah lunak dan tebal, warna buah merah tua dan cerah tahan lama dan tahan terhadap penyakit layu. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa varitas tomat memiliki kontingensi signifikan terhadap produktivitas usahatani tomat, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Kontingensi Varitas dan Produktivitas Usahatani Tomat Varitas Tomat Jumlah
Produkt V ivitas 1 Pt1 15
V2 11
V3 4
V4 2
32
Pt2
4
18
16
10
48
Pt3
2
6
14
18
40
21
35
34
30
120
Jumlah
Produktivitas tanaman tertinggi (Pt1) dominan pada varitas bibit Intan (V1). Sebaliknya produktivitas terrendah (Pt3) dominan di wilayah pada varitas bibit Galuh(V4). Unsur budidaya sangat menentukan kualitas produksi. Untuk menghasilka kualitas produksi yang baik harus mengikuti anjuran teknik bercocok tanam yang didasarkan pada hasil penelitian. Untuk tanaman tomat unsur budidaya yang penting adalah persiapan lahan dan
pemakaian mulsa, penggunaan pupuk secara berimbang, pemangkasan, pengendalian hama penyakit tanaman, panen dan penanganan pascapanen. Hasil penelitian menunjukkan terdapat kontingensi produktivitas dengan aspek budidaya diwilayah pengembangan masingmasing, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4. Berikut ini. Tabel 4. Kontingensi Asoek Budidaya dan Produktivitas Usahatani Tomat
Produk tivitas Pt1
Budidaya
Jumla h
Bd1 26
Bd2 4
Bd3 1
Bd4 1
Pt2
4
6
27
11
48
Pt3
2
5
11
22
40
32
15
39
34
120
Jumlah
32
Pada tabel diatas terlihat bahwa produktivitas tanaman tertinggi (Pt1) dominan pada usahatani yang dikelola secara intensif (Bd1). Sebaliknya produktivitas terrendah (Pt3) dominan usahatani yang konvensional(V4). Kegiatan yang paling awal dilakukan adalah persiapan bibit dan pembibitan. Pembibitan dilakukan sebelum tanaman di pindahkan ke lahan yang sudah di siapkan. Pembibitan ini dilakukan dalam bambu yang sudah di belah, jarak pembibitan dalam bambu tersebut 2 cm. Lamanya pembibitan dalam bambu sekitar 12 hari baru di pindahkan ke lahan, biasanya pengambilan bibit dari bambu menggunakan sendok makan. Jumlah bibit yang dipersiapkan adalah sebanyak jumlah pertanamanan ditambah dengan cadangan untuk penyulaman. Kebutuhan bibit sangat tergantung pada jarak tanam yang direncanakan. Di daerah praktek jarak tanam adalah 1 x 0,25; maka kebutuhan bibit adalah 40,000 + 4000 batang atau 44.000 batang per hektar. Tanaman tomat dapat hidup subur bila tanah gembur. Oleh karena itu tanah harus dicangkul atau dibajak lebih dahulu sebelum tomat ditanam, kedalaman pencangkulan sebaiknya 30 – 40 cm. Tanah yang sudah di cangkul atau sudah gembur baru dibuat bedengan, rata-rata lebar bedengnya 100 cm dan panjang 12 – 20 m menurut
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
keadaan lahan. Pengamatan di desa Garingging rata-rata panjang bedeng 12 m dan lebar 90 cm. Setelah bedengan dibuat, tanahnya diratakan dan dihaluskan supaya tanah tidak mudah longsor, tepi bedengan di padatkan. Apabila kondisi tanah gersang sebaiknya ditabur pupuk kandang terlebih dahulu sebelum lahan digunakan. Sebelum tomat ditanam lahan harus diberi pupuk dasar, yakni pupuk kandang atau pupuk kompos. Jumlahnya bervariasi menurut keadaan tanah. Di daerah praktek magang pemberian pupuk kandang rata-rata 25 kg (1 goni) per bedeng (ukuran bedeng 12 m). Ini artinya kebutuhan pupuk kandang sekitar 12,5 ton per hektar. Pemakaian mulsa bertujuan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah yang nantinya akan mempengaruhi produktivitas tanah tersebut. Selain itu, meskipun budidaya tanaman dengan menggunakan mulsa memerlukan perhatian yang lebih, namun mulsa memberikan keuntungan-keuntungan antara lain dapat melindungi tanah dari daya rusak butir air hujan, meningkatkan penyerapan air oleh tanah, memelihara temperatur dan kelembaban tanah, memelihara kandungan bahan organik tanah dan mengendalikan pertumbuhan gulma. Dengan demikian pemulsaan dapat meningkatkan hasil tanaman baik mutu maupun jumlahnya, (Purwowidodo, 1983). Pemangkasan adalah upaya mengurangi jumlah cabang-cabang atau tunas utama dari tanaman. Pemangkasan dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan vegetatif (daun dan cabang) dan merangsang pertumbuhan generatif (buah) meningkatkan penerimaan cahaya matahari, menurunkan tingkat kelembaban disekitar tanaman dan untuk menaikkan kwalitas buah. Sugeng (1992), menjelaskan bahwa tanaman sayuran yang daunnya terlalu rimbun memerlukan pemangkasan. Hal ini lazim dilakukan terhadap tanaman tomat. Tanaman tomat tumbuh sangat cepat dan memiliki percabangan yang banyak. Apabila semua cabang dibiarkan hidup, maka buah tomat yang dihasilkan kecilkecil dan lamban menjadi masak, karena pupuk yang diberikan terhadap buah akan di serap oleh cabang yang terlalu banyak.
Pemangkasan dimaksudkan untuk mengurangi jumlah tunas dan pucuk batang sehingga pertumbuhan buah tomat menjadi maksimal. Umumnya buah yang dihasilkan tanaman tomat yang terlalu rimbun akan kecil-kecil dan proses pematangan akan menjadi lama, karena banyak hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan daun, Anonymous, 1999). Penanaman dilakukan setelah bibit tomat di semaikan berumur sekitar 21 hari atau berumur 2 – 3 minggu, menanam tomat sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari, kalau pagi menanaman dilakukan sekitar jam 7.00 – 10.00 WIB, kalau sore sekitar jam 13.00 – 18.00 WIB, kalau penanaman dilakukan pada siang hari bibit tomat akan layu. Bibit tomat ditanam pada mulsa yang sebelumnya sudah disiapkan lubangnya. Pembuatan lubang dilakukan menggunakan kaleng susu yang sudah dipanaskan. Tanaman tomat yang diambil dari persemaian dibuka dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan akar bibit, usahakan akar tunggalnya dan akar serabut merata atau seluruhnya dimasukkan kedalam lubang yang telah disediakan, kemudian diberi tanah yang halus sampai penuh, lalu dipadatkan pelan-pelan dengan jari sampai bibit tomat dapat berdiri tegak. Setelah selesai di tanam segera di siram dan di tutup dengan daun kelapa agar bibit tomat tidak layu. Ukuran jarak tanam tomat yang dilakukan oleh petani di desa Garingging atau di tempat praktek adalah 25 cm dan jarak antar baris adalah 1 m. Dengan demikian kebutuhan bibit per hektar adalah Setelah penanaman untuk mendapatkan hasil yang baik, tanaman perlu di pelihara. Pemeliharaan tanaman meliputi berbagai kegiatan antara lain penyiraman saat kemarau, dan pada saat hujan turun, daun dan batang tomat yang masih kecil sering ditutup tanah sehingga menganggu fotosintesis atau pertumbuhannya dan mudah terkena penyakit, oleh karena itu, daun atau batang tomat yang terkena tanah harus di siram dengan air yang secukupnya kemudian dibersihkan dengan tangan. Pengendalian gulma untuk mengurangi persaingan. Gulma akan tumbuh di areal tanaman tomat harus di
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
siangi agar tidak menjadi pesaing unsur hara. Gulma yang terlalu banyak akan mengurangi unsur hara, sehingga tanaman tomat menjadi kerdil. Gulma juga dapat menjadi sarang hama dan penyakit yang akan menyerang tanaman tomat. Pemberian mulsa plastik akan mengurangi tumbuhnya gulma. Tanah yang padat harus segera digemburkan menggunakan cangkul, penggemburan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak akar tanaman. Kalau luka pada akar akan menjadi tempat masuknya penyakit yang berbahaya, seperti layu bakteri. Tujuan penggemburan tanah adalah memperbaiki peredaran udara di dalam tanah dan mengurangi gas-gas tau zat-zat beracun di dalam tanah. Pemasangan ajir bertujuan untuk mencegah tanaman tomat roboh. Ketinggian ajir sebaiknya melebihi dari batang tomat, umur tomat baru di pasang ijir sekitar 3 minggu, setelah di pasang ajir 5 atau 6 minggu kemudian di pasang tali plastik untuk menahan batang tomat agar tidak roboh, pemesangan tali pertama yaitu umur tomat sekitar 6 minggu, sedangkan tali seterusnya di pasang selang satu minggu. Jaraknya ajir dengan batang tomat sekitar 10 cm, kejarakan ajir dari ijir stu ke ajir selanjutnya selang 5 – 6 batang tomat. Pemasangan ajir dilakukan secepat mungin agar tidak merusak akar tomat. Hama adalah semua binatang yang merusak tanaman. Banyak hama yang menyerang tanaman tomat, seperti: ulat buah (heliothis armigera), menyerang tomat yang masih muda. Ulat berayak, kutu daun penggerek batang dan ulat jengkal, cara untuk mengatasi hama ini adalah menyemprotkan Marshal. Penyebab penyakit adalah bakteri, virus dan kekurangan atau kelebihan unsur hara. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan cara insentif seminggu sekali dengan memeberikan fungisida ditherer M-45 dengan konsentrasi 2 gram/1 air dan insektisida desis 2,5 EC dengan konsentrasi 2 cc/1 air. Buah tomat dapat di panen pada tingkatan hijau masak, untuk menjaga kwalitas, pemanenan sebaiknya dilakukan pada tingkatan warna peralihan. Umur tomat baru mulai panen sekitar 90
HST. Buah tomat bila di petik dalam tingkatan hijau atau belum masak kwalitas warna tidak akan baik dan kandungan vitamin C berkurang. Untuk mendapatkan vitamin C yang cukup pemetikan buah sebaiknya dilakukan pada saat warna kemerah-merahan atau merah. Pemetikan buah tomat harus dilakukan dengan hatihati agar tidak terjadi perlukaan yang dapat menyebabkan buah tomat busuk. Buah tomat yang sudah di petik di masukkan ke tempat yang telah di sediakan dan jangan di letakkan di atas tanah. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak hujan. Buah tomat dapat di petik setelah berumur 90 – 100 hari sesudah di tanam. Pupuk Kandang dan Pupuk Kompos Untuk pupuk dasar sebagian besar petani menggunakan pupuk kandang dan pupuk kompos. Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kandang ternak berupa kotoran baik padat maupun cair. Pupuk kandang sebagai sumber zat makanan bagi tumbuhan, pupuk kandang memiliki kandungan zat makanan lengkap meskipun kadarnya tidak setinggi pupuk buatan, di samping itu pupuk kandang ini juga dalam memperolehnya lebih mudah dan harganyapun lebih murah, harga pupuk kandang Rp 10.000/karungnya. Pupuk kandang dan pupuk kompos yang digunakan sebagai pupuk dasar ini mengandung unsur hara makro dan unsur mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk kandang berperan positif terhadap hasil produksi tomat artinya setiap penambahan pupuk kandang akan menaikkan hasil produksi tomat, hal ini bearti penggunaan pupuk kandang layak terhadap produksi tomat. Kebutuhan pupuk kandang adalah 25 kg per bedeng atau 60 x 25 Kg atau sebanyak 1.500 kg untuk luas tanaman tomat 750 m2. Kebutuhan pupuk kandang dan pupuk kompos. Dengan demikian kebutuhan pupuk kandang dan pupuk kompos adalah 20.000 Kg per hektar. Bila harga pupuk kandang/kompos diperkirakan Rp 400 per kg maka biaya pupuk kandang adalah Rp 600.000 per luas usahatani tomat rata-rata 750 m2 atau sebesar Rp 400 x 10.000/750 sama dengan Rp 8.000.000 per hektar.
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
Pupuk Urea Pupuk urea merupakan sumber hara untuk menyuburkan tanah yang menjadi media pertumbuhan pertanaman tomat, dimana sumber hara tersebut merupakan sumber makanan penting bagi tanaman. Penggunaan pupuk urea berperan negatif terhadap produksi tomat, artinya setiap penambahan pupuk urea tersebut akan mengurangi hasil produksi tomat. Ini membuktikan bahwa penggunaan urea tidak layak terhadap produksi tomat. Pemberian urea tidak selamanya akan menurunkan produksi tomat, apabila sudah jenuh atau setelah melewati titik maksimum maka penembahan produksi tomat semakin besar. Kebutuhan pupuk Urea untuk luas tanaman 750 m2 adalah 30 kg, oleh karena itu kebutuhan pupuk Urea adalah 10.000/750 x 30 atau sebanyak 400 kg per hektar. Oleh karena itu biaya untuk kebutuhan pupuk urea adalah Rp 1.500 x 30 = Rp 45.000 untuk 750 m2. Dengan demikian kebutuhan per hektar usahatani tomat sebesar 10.000/750 x Rp 45.000 = Rp 600.000. Pupuk Pospat (TSP) Selain urea pupuk posphat juga merupakan salah satu penunjang untuk menambah dan mempertinggi kesuburan tanah, dan hampir semua petani di desa Garingging menggunakan pupuk Sp36 ini sebagai pengganti pupuk TSP dengan alasan harga lebih murah dan mudah diperoleh. Kebutuhan pupuk SP 36 untuk luas tanam dalam 750 m2 adalah 40 kg, oleh karena itu kebutuhan pupuk SP 36 adalah 10.000/750 x 40 atau sebanyak 533 kg per hektar. Dengan demikian biaya pembelian pupuk phospat adalah Rp 1.600 x 40 = Rp 64.000 untuk 750 m2 luas usahatani tomat. Dengan demikian biaya untuk pupuk posphat per hektar usahatani tomat sebesar 10.000/750 x Rp 64.000 = Rp 853.000. Pupuk KCl. Unsur Kalium juga sangat dibutuhkan tanaman tomat untuk merangsang pertumbuhan bunga, akar dan daun muda, Oleh karena itu pupuk KCl diperlukan mulai dari fase perkembangan vegetatif sampai fase pembuahan. Pupuk KCl untuk luas tanam dalam 750 m2
dibutuhkan sebanyak 15 kg, maka kebutuhan pupuk KCl per hektar adalah 10.000/750 x 15 atau sebanyak 200 kg. Kebutuhan biaya untuk pupuk KCl adalah Rp 2.500 x 15 = Rp 37.500 untuk luas tanam 750 m2, Untuk usahatani tomat seluas satu hktar diperlukan biaya Rp 37.500 x 10.000/750 = Rp 500.000. Pestisida Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan cara penyemprotan. Pestisida juga digunakan untuk penanggulangan gulma, penggunaan gulma pada pestisida pada usaha tani tomat di desa-desa sentra produksi rata-rata 0,01 kg/liter air. Kebutuhan pestisida adalah 0,2 kg. Kebutuhan biaya untuk pestisida adalah Rp 100.000 x 0,2 Kg = Rp 20.000 untuk luas tanam 750 m2, Untuk usahatani tomat seluas satu hktar diperlukan biaya Rp 100.000 x 10.000/750 = Rp 267.000. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usaha tani khususnya tenaga kerja yang berasal dari keluarga karena faktor tenaga kerja diluar keluarga juga sangat mendukung didalam melakukan pengolahan usaha tani tersebut. Adapun kegunaan tenaga kerja untuk usahatani tomat mulai dari pengolahan tanah, pembuatan bedeng, penanaman, penyiraman, pemupukan, perempelan atau pemangkasan, pembuatan ajir dan pemanenan. Penggunaan tenaga kerja pada usahatani tomat sangat besar. Untuk luas tanam 750 m2 membutuhkan tenaga kerja sebesar 71 hari kerja. Bila disetarakan satuan HKP dan HKW maka jumlah seluruhnya adalah 947 HKP per hektar usahatani tomat. Jumlah kebutuhan tenaga kerja yang paling banyak adalah pada kegiatan pemeliharaan tanaman, penyiapan lahan dan fase panen. Berdasarkan jenis tenaga kerja pekerjaan pada usahatani tomat didominasi oleh tenaga kerja pria. Hal ini karena sebagian besar pekerjaan untuk usahatani tomat ini memerlukan pekerjaan fisik yang berat, seperti membuat bedengan, memasang ajir, menyemprot tanaman dan mengangkut hasil panen. Biaya, Produksi, Nilai Produksi dan Pendapatan
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
Biaya produksi yang diperhitungkan adalah seluruh pengeluaran yang dibayar tunai maupun tidak tunai untuk satu kali tanam. perhitungan di dasarkan atas harga-harga yang berlaku di lapangan. Biaya yang diperhitungkan meliputi biaya bibit, pupuk, biaya tenaga kerja, biaya sarana produksi dan biaya lainnya. Besarnya biaya produksi pada usahatani tomat di daerah penelitian bervariasi menurut daerah pengembangan. Di daerah medium biaya produksi rata-rata Rp 44.000.000, sedangkan di dataran tinggi biaya produksi per hektar sebesar Rp 68.020.000. Biaya produksi ini didominasi oleh biaya tenaga kerja dan biaya pupuk. Ini artinya bahwa usahatani di daerah ini telah dikelola dengan intensif dengan jumlah modal yang relatif besar. Produksi usahatani tomat di dataran tinggi rata-rata 64 ton per hektar, sedangkan di daerah medium 48 ton per hektar. Seperti yang telah dijelaskan di atas tingggi rendahnya hasil produksi dalam suatu usahatani sangat tergantung pada sitem pengelolaan usahatani dan pemakaian sarana produksi. Produktivitas usahatani tomat tertinggi di daerah ini sangat tinggi mencapai 76.800 kg per hektar. Model analisis produktivitas berbasis agroklimat, kesesuaian lahan dan aspek budidaya menghasilkan fungsi: 1. Dataran Tinggi Pt = 56.624 Ag 0,24 S 0,11 Bd 0,31 V 0,16 + 26.244 2. Daerah Medium Pt = 36.112 Ag 0,18 S 0,17 Bd 0,28 V 0,27 + 11.655 Model di atas menggambarkan bahwa untuk dataran tinggi produktivitas usahatani tomat raltif tinggi dibandingkan dengan daerah medium. Untuk dua daerah pengembangan tomat ini produktivitas usahatani secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi kesesuaian agroklimat, kesesuaian lahan, aspek budidaya dan penggunaan varitas. Untuk dataran tinggi factor dominan untuk menentukan produktivitas usahatani tomat adalah aspek budidaya dan kesesuaian iklim. Sedangkan untuk daerah medium faktor dominan adalah aspek budidaya dan varitas yang digunakan. Untuk dataran tinggi kesesuaian iklim dan aspek budidaya menyumbangkan pengaruh sebesar 55 persen terhadap produktivitas usahatani. Ini
artinya dengan memperhatikan kedua aspek di atas produktivitas usahatani tomat dapat ditingkatkan secara signifikan. Sedangkan untuk daerah medium aspek budidaya dan varitas tomat menyumbangkan 55 persen terhadap produktivitas usahatani tomat. Ini artinya untuk daerah medium penggunaan varitas tomat yang sesuai dengan daerah ini sangat mendukung produktivitasnya. Nilai produksi merupakan pendapatan kotor yang diperoleh dari hasil total produksi dengan harga jual yang berlaku pada saat penelitian. Harga tomat Tabel 5.
yang berlaku di daerah medium adalah Rp 2.750, dan di Dataran Tinggi Rp 2.980 per kg. Oleh karena itu nilai produksi tomat yang diperoleh di daerah medium rata-rata Rp 132.000.000 per hektar per tahun, dan untuk daerah dataran tinggi mencapai Rp 228.000.000 per hektar pertahun. Ini artinya bahwa nilai produksi tomat di dataran tinggi jauh lebih besar dari daerah medium. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5 berikut ini.
Produktivitas, Nilai Produksi dan Pendapatan dari Usahatani Tomat yang Diperinci Menurut Daerah Pengembangan. Uraian
Satuan
AB
BM
Produktivitas Harga Nilai Produksi Biaya Produksi
Kg/Ha Rp/Kg Rp/Ha Rp/Ha
48.000 2.750 132.000.000 48.000.000
76.800 2.980 228.864.000 68.020.000
Biaya Tunai Keuntungan Pendapatan Petani R/C
Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha
32.000.000 84.000.000 100.000.000 2,75
42.000.000 160.844.000 186.864.000 3,36
Demikian juga dengan pendapatan dan nilai produksi dan keuntungan dari keuntungan usahatani di dataran tinggi usahatani pada lahan sangat sesuai (SS) hampir dua kali dari daerah medium. jauh lebih besar bila dibandingkan pada Selanjutnya bila dianalisis berdasarkan lahan yang tidak sesuai (TS), seperti yang kesesuaian lahan ternyata produktivitas, ditunjukkan pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Produktivitas, Nilai Produksi dan Pendapatan dari Usahatani Tomat yang Diperinci Menurut Kesesuaian Lahan di Daerah Pengembangan. Uraian Produktivitas Harga Nilai Produksi Biaya Produksi Biaya Tunai Keuntungan Pendapatan Petani
Satuan Kg/Ha Rp/Kg Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha
R/C
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
TS
SS
22.000 2.750 60.500.000 52.000.000 44.000.000 8.500.000 16.500.000
80.000 2.980 238.400.000 64.000.000 42.000.000 174.400.000 196.400.000
1,16
3,73
Dari segi investasi ukuran perbandingan penghasilan dan biaya (R/C) memberikan gambaran kemampuan usahatani tomat dalam proses pengembalian biaya investasi dan biaya operasi. Dari Tabel 5 dan Tabel 6 diatas juga dapat dilihat bahwa. Perbandingan penerimaan dan biaya (R/C) sebesar 1.16 untuk usahatani daerah medium dan 3,73 untuk usahatani tomat di dataran tinggi. Selisih nilai R/C ini terjadi karena efesiensi biaya dan produktivitas yang berbeda di antara daerah medium dan dataran tinggi. Lebih ekstrim produktivitas lahan yang sangat sesuai (SS) jauh lebih besar dibandingkan lahan tidak sesuai (TS); ditambah lagi biaya produksi pada lahan yang tidak sesuai lebih besar dari lahan sangat sesuai. Oleh sebab itu, penerimaan kotor keuntungan dan pendapatan petani jadi sangat berbeda. Untuk usahatani tomat di daerah medium setiap satu rupiah yang dikeluarkan pada pembiayan usahatani tomat menghasilkan penerimaan kotor Rp 2,75. Untuk dataran tinggi setiap satu rupiah yang dikeluarkan pada pembiayan usahatani tomat menghasilkan penerimaan kotor Rp 3,73. Ini artinya bahwa usahatani tomat di dua sentra produksi di atas sangat menguntungkan, akan tetapi keuntungan dari investasi ini jauh lebih besar di daerah dataran tinggi. Hal ini disebabkan kesusaian agroklimat, lahan, penggunaan varitas tomat yang sesaui dan aspek budidaya yang dilakukan petani.
PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan yang dapat di ambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk empat varitas tomat yang dibudidayakan di Aceh terdapat beberapa perlakuan khusus untuk kesesuian lahan dan agroklimat tanaman tomat. Sesuai dengan petunjuk teknis budidaya tomat maka terdapat paling kurang 12 belas kluster wilayah budidaya tomat di Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar dan 38 kluster wilayah di Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah.. 2. Model di atas menggambarkan bahwa untuk dataran tinggi produktivitas
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
usahatani tomat raltif tinggi dibandingkan dengan daerah medium. Untuk dua daerah pengembangan tomat ini produktivitas usahatani secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi kesesuaian agroklimat, kesesuaian lahan, aspek budidaya dan penggunaan varitas. Untuk dataran tinggi faktor dominan untuk menentukan produktivitas usahatani tomat adalah aspek budidaya dan kesesuaian iklim. Sedangkan untuk daerah medium faktor dominan adalah aspek budidaya dan varitas yang digunakan 3. Produktivitas usahatani di dapat ditingkatkan dengan pewilayahan yang sesuai agroklimat, lahan, menggunakan sarana produksi yang efektif, dan dengan menggunakan varitas unggul yang adaptif. 4. Usahatani tomat di dua sentra produksi di atas sangat menguntungkan, akan tetapi keuntungan dari investasi ini jauh lebih besar di daerah dataran tinggi. Saran-saran 1. Untuk mengimbangi pertumbuhan konsumsi lokal, perlu dikembangkan usahatani tomat terutama di sentra produksi yang sesuai dengan agroklimat, lahan dan penggunaan varitas tomat. 2. Pengembangan usahatani tomat ini juga perlu didukung dengan pembangunan agroindustri pengolahan hasil usahatani tomat di daerah sentra produksi. DAFTAR PUSTAKA Hanafiah, dkk. 1999. Studi Potensi Wilayah Pedesaan Propinsi Jawa Barat dan Bengkulu. Kerjasama antara lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor dengan Proyek Pengkajian Teknologi pertanian Partisipatif Pusat badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor. Kintarso, H. 2000. Developing An AHP Advantages Approach. Paper Presented on “The Indonesian Symposium on The Analytic Hierarchy Process. INSAHP 2000. Lembaga Manajemen PPM. Jakarta, August 23 - 24 2000.
Mulyono, S. 1996. Teori Pengambilan Keputusan. LPFE UI. Jakarta. Nuhung, Iskandar Andi. 1999. Prospek Pasar Dan Komoditas Agribisnis Unggulan. Makalah Disampaikan dalam Seminar Nasional Manajemen Agribisnis 1999, Koperasi Mahasiswa Universitas Padjadjaran. Peniwati, K. 2000. The Analytic Hierarchy Process: Its Basics and Advancements. Paper Presented on “The Indonesian Symposium on The Analytic Hierarchy Process. INSAHP 2000. Lembaga Manajemen PPM. Jakarta, August 23 24 2000. Ratnawati, A. dkk. 2000. Penetapan Komoditas Unggulan dan Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan. Kerjasama antara Lembaga Penelitian IPB dengan Proyek PAATP Pusat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian TA 1999/2000. Jakarta. Romano dkk. 1996. Model Pengembangan Komoditas Andalan Tanaman Pangan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Dinas Pertanian Tanaman Pangan NAD dan Fakultas Pertanian Unsyiah. Romano
dkk. 2006. Kelayakan Terminal Agribisnis Komoditas Andalan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, BRR NAD-Nias dan Fakultas Pertanian Unsyiah.
Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Terjemahan Oleh Kirti Peniwati. Lembaga Pusat Pengembangan Manajemen (PPM). Jakarta.
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011