Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN EKONOMI DEMFARM JARWOBANGPLUS DI LAMPUNG Hafdi dan Sudjadi Bakorluh Provinsi Lampung ABSTRAK Waktu pelaksanaan kegiatan kajian dilakukan pada bulan Juni 2014. lokasi survei yaitu BP3K pelaksana Demfarm tahun 2013/14. Sampel dalam survei ini yaitu petani pelaksana demfarm yang besarnya 30% dari 50 unit demfarm, sehingga jumlah sampel sebanyak 15 unit demfarm. Dalam survei ini data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis data menggunakan metoda statistik deskriptif dan analisis ekonomi, kemudian disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Teknologi Jarwobangplus merupakan komponen teknologi PTT anjuran kepada petani/ kelompok tani dalam berusahatani padi sawah. Teknologi PTT dan Jarwobangplus mampu meningkatkan produktivitas padi sawah per hektar dan secara ekonomis dapat meningkatkan pendapatan/keuntungan usaha tani padi. penggunaan metode penyuluhan berbentuk demonstrasi dapat dijadikan pegangan bagi penyuluh pertanian dalam melaksanakan penyuluhan kepada petani. Kata kunci: teknologi Jarwobangplus, demfarm, padi
ABSTRACT This assessment was conducted in June 2014. The survey area are BP3K implementing Demfarm year 2013/14. The sample in this survey are farmers demfarm implementing the magnitude of 30% of 50 units demfarm, so the total sample of 15 units demfarm. data that has been processed and then analyzed the data using descriptive statistical methods and economic analysis, then presented in the form of a frequency table. Jarwobangplus technology is a component of PTT technology advice to farmers / farmer groups in rice paddy fields to farm. PTT technology and Jarwobangplus able to increase the productivity of paddy per hectare and economically able to increase revenues / profits paddy farming. using extension methods can be used as a handle in the form of demonstration for agricultural extension in conducting outreach to farmers. Key words: technology Jarwobangplus, demfarm, rice
646
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
PENDAHULUAN Latar Belakang Sudah merupakan tekad kita bahwa tahun 2014 Indonesia harus mampu mencapai surplus produksi beras nasional sebesar 10 juta ton. Upaya yang dilakukan sudah banyak sekali, antara lain melakukan gerakan penyuluhan agar petani mau dampu menerapkan teknologi yaitu melalui pola SLPTT, SL SRI, perberdayaan petani melalui demfarm dilahan swadaya murni petani, gerakan Peningkatan produksi padi berbasis korporasi (GP3K), serta menyiapkan tenaga penyuluh pertanian THL-TB yang semua itu membutuhkan pembiayaan tinggi; kegiatan tersebut merupakan upaya kita agar para petani mau dan mampu menerapkan teknologi, namun khususnya teknologi jarwo masih belum diterapkan oleh petani kita secara menyeluruh. Teknologi jarwo ini merupakan peluang dalam upaya peningkatan produktivitas padi. Luas panen, produktivitas dan produksi padi di Lampung disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Luas panen, produktivitas dan produksi padi di Lampung. Terdapat enam komponen teknologi utama dan enam teknologi penunjang dalam pengelolaan tanaman terpadu khususnya padi yaitu: VUB spesifik lokasi, benih bermutu dan berlabel, pemberian bahan organik, populasi tanaman optimal/melalui tanaman jajar legowo, pemupukan spesifik lokasi, pengendalian hama/penyakit dengan PHT, pengolahan tanah sesuai musim, penggunaan bibit muda, tanam 1-3 batang/rumpun, pengairan berselang, penyiangan dengan ladak/gasrok dan panen menggunakan threser. Variabel teknologi tersebut memberikan andil dalam peningkatan produksi secara optimal; khususnya
penerapan teknologi jajar legowo (jarwo) faktanya
di lapangan masih relatif kecil, banyak petani menerapkan teknologi jajar legowo yang salah (jarwo salah) yaitu ditekankan pada membuat jarak tanam direnggangkan pada setiap 5 s/d 10 baris tanpa memberikan sisipan rumpun tanaman baru pada kedua barisan tanaman pinggir, sehingga justru populasi
647
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
tanaman akan berkurang antara 10–17%, yang tentunya tidak akan mampu memberikan produktivitas yang optimal. Akhir tahun 2013, para penyuluh pertanian di Lampung memulai melakukan “Gerakan Jarwobangplus”, yaitu suatu gerakan agar para petani mau dan mampu menerapkan teknologi jajar legowo dan pemupukan berimbang khususnya dengan penambahan pupuk hayati. Gerakan Jarwobangplus ini bertujuan melakukan gerakan penyuluhan agar terjadi proses percepatan adopsi Jarwobangplus oleh petani, peningkatan PKS petani tentang Jarwo Bang Plus, menggerakan agen-agen pembangunan di lapangan, serta memacu peningkatan produksi dan pendapatan petani khususnya pada agribisnis tanaman padi. Banyak metode penyuluhan yang dapat diterapkan, akan tetapi penyuluh di Bakorluh Lampung memilih metoda Demfram kelihatannya yang paling layak serta dikombinasikan dengan metoda temu lapang, temu teknis serta kunjungan ke kelompok tani pelaksana demfarm dalam rangka melakukan pendampingan/ membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok tani. Kaitannya dengan penyelenggaraan Demfarm Jarwobangplus perlu disiapkan bahan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan didemonstrasikan, dalam hal ini adalah alat tanam/caplak jajar legowo (2 - 1) dan pupuk hayati. Walaupun belum bisa banyak melakukan gerakan Jarwobangplus karena keterbatasan anggaran, akan tapi paling tidak Lampung sudah memulai mengadakan
gerakan
yang
diikuti
dengan
penyelenggaraan
demfarm
Jarwobangplus di 50 BP3K potensi tanaman padi, adapun bahan pembelajaran yang diberikan/disiapkan yaitu Caplak tanam jajar legowo 2 (dua) unit, pupuk hayati 100 kg, papan nama, serta kursus tani, kemudian diperkirakan nilai bahan pembelajaran tersebut lebih kurang sebesar Rp.3.150.000,-/unit demfram dengan luasan 3 - 4 hektar. Proses pelaksanaan demfram Jarwobangplus ini sebaiknya
melalui
beberapa tahapan kegiatan yaitu : a)
Sosialisasi kepada penyuluh pertanian baik di Propinsi, Kabupaten dan BP3K;
b)
Penyusunan proposal oleh kelompok tani yang berminat membuat demfram yang diketahui oleh penyuluh pendamping;
648
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Gambar 2. Anggota kelompok tani sedang melaksanakan tanam Demfarm Jarwobangplus di Desa Untoro, Trimurjo, Lampung Tengah. c)
Proses verifikasi oleh tim baik kabupaten dan Provinsi;
d)
Penetapan kelompok tani pelaksana demfram tentunya disesuaikan dengan jumlah sasaran demfram dimasing masing Propinsi/Kabupaten;
e)
Tranfer dana dari Pusluh/Bakorluh melalui rekening kelompok yang sudah disiapkan;
f)
Penyiapan bahan pembelajaran diteruskan dengan pelaksanaan demfarm, temu lapang saat tanam, temu lapang saat panen yang didampingi oleh penyuluh pendamping, dan lain-lain untuk mewujudkan percepatan proses adopsi.
Gambar 3. Pengubinan padi sawah pada saat panen demfarm Jarwobangplus.
649
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Tujuan dari adanya gerakan Jarwobangplus yaitu : -
Meningkatkan PKS Petani tentang Jarwobangplus
-
Menggerakan agen-agen pembangunan di lapangan
-
Memantapkan teknologi spesifik lokasi.
-
Memacu peningkatan produksi dan pendapatan. Untuk lebih mengoptimalkan produktivitas padi di Lampung, perlu
dilakukan penambahan demfarm Jarwobangplus, dan perlu disiapkan bahan pembelajaran antara lain: alat tanam/caplak jajar legowo (2 - 1) kalau ada 3-5 unit alat caplak, pupuk hayati sesuai dengan dosis yang dianjurkan, papan nama demonstrasi dan apabila memungkinkan tambahan biaya tanam (karena tanam jarwo biayanya lebih mahal), kegiatan temu lapang dua kali. Sarana produksi yang lain seperti benih, pupuk kimia (NPK, Urea, SP 36), pupuk organik/kompos, pestisida dan tenaga kerja dalam usaha tani harus disediakan oleh petani/kelompok tani pelaksana demfarm itu sendiri. Tujuan Tujuan dari kajian ini adalah: (1) Untuk mengetahui besarnya peningkatan produksi pada Petani pelaksana Demfarm; (2) Untuk mengetahui besarnya peningkatan pendapatan dan keuntungan petani pelaksana Demfarm; (3) Untuk mengetahui kelayakan ekonomi penerapan teknologi Jarwobangplus. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Waktu pelaksanaan kegiatan kajian dilakukan pada bulan Juni 2014, dengan lokasi survei yaitu BP3K pelaksana Demfarm tahun 2013/14 yaitu di BP3K pelaksana kegiatan peningkatan kapasitas pelaku utama dan penyuluh tahun 2013. Variabel, Pengukuran dan Sampel Variabel dan pengukuran yang akan dilihat dalam survei ini yaitu: a.
Produksi usaha tani di dalam lokasi demfarm dan di luar lokasi demfarm, dengan cara ubinan diulang 3 kali dengan ukuran ubinan 2,5 m x 2,5 m, produksi dengan satuan ton/ha.
b.
Tambahan biaya usaha tani per hektar dilokasi demfarm (Rp/ha)
c.
Tambahan pendapatan dan keuntungan
usaha tani di dalam lokasi
demfarm dibandingkan dengan di luar lokasi demfarm (Rp/ha);
650
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
d.
BC ratio dihitung dari tambahan biaya dan tambahan keuntungan dari usaha tani demfarm Jarwobangplus. Sampel dalam survei ini yaitu petani pelaksana demfarm yang besarnya
30% dari jumlah demfarm yang ada 50 unit demfarm, sehingga jumlah sampel sebanyak 15 unit demfarm, yang ditetapkan berdasarkan ketersediaan fasilitas dan pelaksanaan demfarm di lapangan. Analisis Data Data dikumpulkan dari hasil wawancara dari petani pelaksana demfarm sampel; untuk memudahkan pengumpulan data disiapkan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan PKS petani pelaksana demfarm, produktivitas dan pendapatan petani pelaksana demfarm. Data yang telah terkumpul direkapitulasi sesuai dengan skala pengukurannya, kemudian dilakukan penilaian dan analisis data. Dalam survei ini data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis data menggunakan metoda statistik deskriptif dan analisis ekonomi, kemudian disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. HASIL DAN PEMBAHASAN Peningkatan Produktivitas Dari Gambar 4 dapat dijelaskan bahwa peningkatan produktivitas di lahan demfarm dibandingkan dengan produktivitas di luar demfarm, memberikan perbedaan produktivitas yang menggembirakan/berbeda sangat nyata (sig = 0,000). Pada demfarm tahun 2014 dari 14 kelompok tani sampel pelaksana demfarm, memberikan peningkatan produktivitas antara 1,1 ton/ha GKP sampai dengan 3,6 ton/ha GKP, dengan nilai rata-rata sebesar 1,9 ton/ha GKP, dengan standart deviasi sebesar 0,73 ton/ha GKP. Di Dalam Demfarm ton/ha
Di luar Demfarm ton/ha
13.6 9.4 8.3 6.9
9.4 9.1 10.4 8.8 9.2 8.8 8.83 7.4 8.0 7.3 7.5 6.3 11.2 8.0 6.92 6.8 6.8 5.8 6.7 7.4 6 6.7 6.0 6.5 5.0 7.0
Gambar 4. Produktivitas demfarm dibandingkan dengan di luar demfarm
651
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Tabel 1. Paired samples test (ton/ha) Paired Differences Std. Std. Mean Error Deviation Mean Pair 1
demfarm – luar demfarm
1.91
.73
.19
95% Confidence Interval of the Difference Lower
t
df
Sig. (2tailed)
Upper
1.49
2.33E0 9.78
13
.000
Peningkatan produksi ini secara teknis antara lain dapat dijelaskan bahwa; dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1, berarti setiap rumpun tanaman padi berada di pinggir, hal ini dimungkinkan untuk medapatkan penyinaran yang lebih baik dan merata sehingga proses fotosintesa terjadi dengan lebih baik pula, populasi tanaman optimal terjadi penambahan +25–30%, pemupukan lebih efektif karena dilakukan pada
jalur jalur-jalur jarak tanam
normal, selain itu umumnya dengan sistem tanam jarwo tingkat serangan hama dan penyakit relatif lebih kecil, serta pemeliharaan tanaman akan lebih mudah. Penggunaan pupuk hayati akan memberikan dampak pada pertumbuhan tanaman yang lebih baik, yang disebabkan ketersedian unsur hara yang lebih baik, karena peran micro organisme tanah dalam penyediaan nitrogen, penyediaan P dan K, unsur mikro dan ketersediaan hormon tanaman, serta proses pengkomposan bahan organik yang lebih cepat dan sempurna.
Tambahan Biaya dan Tambahan Keuntungan per Hektar Tambahan biaya Dalam gerakan Jarwobangplus ini yang diwujudkan dalam bentuk demonstrasi farming (demfarm), setiap unit seluas 3 ha, kelompok tani pelaksana demfarm mendapat bantuan bahan pembelajaran dalam bentuk: 2 unit alat caplak tanam jajar legowo, 100 kg pupuk hayati, 1 unit papan nama percontohan yang nilainya Rp. 3.150.000,- , sehingga tambahan biaya untuk gerakan jarwobangplus ini setiap hektarnya sebesar Rp. 3.150.000,-/3 = Rp. 1.050.000,/hektar; sedangkan sarana produksi dan bahan /tenaga kerja lainnya disiapkan oleh petani, seperti halnya petani lainnya.
652
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Tabel 2. Besarnya tambahan biaya untuk penyiapan bahan pembelajaran pembuatan demfarm gerakan Jarwobangplus. Bahan pembelajaran 1. Caplak 2. Pupuk hayati 3. Papan demontrasi 4. Lain2 Jumlah
Unit/ harga 2 unit X Rp. 550.000,100 kg X Rp. 17.000,1 unit -
Nilai (Rp.) Rp. 1.100.000,Rp. 1.700.000,Rp. 150.000,Rp. 200.000,Rp. 3.150.000,-
Keterangan: alat caplak tidak diperhitungkan penyusutannya.
Apabila kegiatan jarwobangplus ini dilakukan secara swadaya, maka terdapat tambahan biaya dalam usaha tani yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Besarnya tambahan biaya menerapkan pola PTT dengan jarwobangplus secara swadaya Tambahan biaya 1. Caplak 2. Pupuk hayati 3. Tambahan biaya tanam 4. Tambahan benih
Unit/ harga 1 unit x Rp. 400.000,/ 2 musim = untuk 2 ha 40 kg x Rp. 15.000,1 ha 10 kg x Rp. 12.500,-
Jumlah
Nilai (Rp.)/hektar Rp.100.000,Rp. 600.000,Rp. 450.000,Rp. 125.000,Rp. 1.275.000,-
Tambahan pendapatan/tambahan keuntungan Dari teknologi Jarwobangplus yang diterapkan, diperoleh peningkatan produktivitas yang signifikan bila dibandingkan dengan cara tanam konvensional (tanpa Jarwobangplus). Dengan menerapkan teknologi Jarwobangplus pada demfarm 2014 padi sawah, diperoleh tambahan produktivitas rata-rata 1,9 ton/ha GKP. Dengan asumsi harga gabah kering panen Rp 3.500,- per/kg, maka diperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp 6.685.000,-/ha (Gambar 5) dan para petani pelaksana demfarm Jarwobangplus mendapatkan
tambahan
keuntungan rata-rata sebesar Rp. 6.685.000,- - Rp 1.050.000,- = Rp. 5.635.000,/ha (Gambar 6).
653
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Tambahan Pendapatan Rp. Juta,-/ha
12.60 8.75 8.05 8.40 9.45
7.00
5.60
3.85
6.30 4.55
6.69
6.30 4.55
3.50
4.55
Gambar 5. Tambahan pendapatan pola demfarm Jarwobangplus dibandingkan dengan di luar demfarm. Apabila pola PTT dengan jarwobangplus ini dilakuan secara swadaya maka, para petani akan mendapatkan tambahan keuntungan Rp. 6.690.000,- - Rp. 1.275.000,- = Rp. 5.415.000,- per hektar. Tambahan keuntungan pola demfarm jarwobangplus dibanding diluar demfarm Tambahan Pendapatan Rp. Juta,-/ha
11.55 7.70 7.00
7.35 8.40
5.95 2.80
4.55 3.50 5.25 3.50
2.45 3.50
5.25
5.64
Gambar 6. Tambahan keuntungan pola demfarm Jarwobangplus dibandingkan dengan di luar demfarm. B/C Ratio B/C ratio diperoleh dengan cara membandingkan antara tambahan manfaat (benefit) dengan tambahan biaya (cost). Ada keputusan sederhana untuk kelayakan finansial penggunaan teknologi dalam suatu usahatani yaitu bila B/C ratio lebih besar dari satu (layak) dan tidak layak apabila B/C ratio sama atau kurang dari satu (Soekartawi, 1991).
654
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Pola demfarm Jarwobangplus dibanding luar demfarm memberikan nilai BC ratio yang lebih besar 1, sehingga pola teknologi Jarwobangplus sangat layak untuk dilaksanakan/dikembangkan.
BC ratio
11.0 7.3 6.7 7.0 8.0
5.7
4.3
2.7
5.0 3.3
5.0 3.3
2.3
5.37
3.3
Gambar 7. B/C ratio pola demfarm Jarwobangplus dibandingkan dengan di luar demfarm KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil kajian dapa disimpulkan sebagai berikut: (1) Upaya untuk meningkatkan pengetahuan keterampilan dan sikap (PKS) petani terhadap teknologi baru, perlu dilakukan oleh penyuluh dengan senantiasa menerapkan metode penyuluhan yang tepat dan dianjurkan menggunakan percontohan (demonstrasi)
yang
merupakan
metodologi
menggabungkan antara teori dan praktek. Perlu
penyuluhan
yang
dapat
dicermati bahwa kegagalan
penyuluhan pertanian masa lalu antara lain disebabkan oleh cara atau pemilihan metode penyuluhan yang kurang tepat dan penyampaian materi penyuluhan yang tidak menggunakan media penyuluhan yang baik dan benar; (2) Teknologi Jarwobangplus merupakan komponen teknologi PTT anjuran kepada petani/ kelompok tani dalam berusahatani padi sawah, karena dengan teknologi PTT dan Jarwobangplus mampu meningkatkan produktivitas padi sawah per hektar dan secara ekonomis dapat meningkatkan pendapatan/keuntungan usaha tani padi; (3) Dalam pelaksanaan penyuluhan/pemberdayaan petani, penggunaan metode
penyuluhan
berbentuk
demonstrasi
nampaknya
perlu
dijadikan
pegangan bagi penyuluh pertanian dalam melaksanakan penyuluhan kepada petani.
655
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Petunjuk Teknis Pemberdayaan Petani Melalui Demfarm. Badan PSDM, Kementan. Jakarta. Anonim. 2013. Pedoman Teknis SLPTT Padi dan Jagung Tahun 2013. Dirjentan Kementerian Pertanian. Jakarta. Anonim. 2011. Petunjuk teknis Penyelenggaran Peningkatan Kapasitas Penyuluh dan Pelaku Utama Mendukung Terminal Agribisnis.. Anonim. 2012. Laporan Pelaksanaan Demfarm Tahun 2011 dan 2012. Bakorluh Lampung. Anonim. 2012. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26 Tahun 2012. Pedoman Pengelolaan Balai Penyuluhan. Kementerian Pertanian. Jakarta. Pusat Penyuluhan Pertanian. 2012. Pedoman Pelaksanaan Pengawalan dan Pendampingan Penyuluhan Pertanian dalam Mendukung P2BN. Jakarta. Singgih Santoso. 2003. SPSS, Mengolah data Statistik Secara Profesional. Elex Media Komputindo, Gramedia Jakarta. Sudjadi dan Slamet. 2013. Pelaksanaan dan Efektivitas Kegiatan Demonstrasi Farming di Provinsi Lampung. Bakorluh Provinsi Lampung.
656