ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ROA PADA BPR SYARIAH DAN BPR KONVENSIONAL DI INDONESIA
YUNI SUKMAYANTI 093403179 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kinerja keuangan antara BPR Syariah dan BPR Konvensional yang berada di Indonesia tahun 2011 hingga 2012. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif analitis dengan pendekatan sensus. Alat analisis untuk membandingkan kinerja keuangan BPR Konvensional dan BPR Syariah dengan menggunakan ROA, dimana ROA adalah perwakilan dari rasio indikator keuangan. Hasil analisis didasarkan pada
Uji Statistik Independen dimana
membandingkan dua rata-rata grup yang tidak berhubungan untuk variable yang saling berhubungan. Dari hasil analisis tersebut terdapat perbedaan signifikan dari kinerja keuangan BPR Syariah dan BPR Konvensional yaitu kinerja keuangan BPR Konvensional lebih tinggi diaripada BPR Syariah.
Kata Kunci : kinerja keuangan, perbankan konvensional dan perbankan syariah, BPR.
COMPARATIVE ANALYSIS OF FINANCIAL PERFORMANCE USING THE ROA on Syariah BPR AND CONVENTIONAL BPR IN INDONESIA
Compiled : YUNI SUKMAYANTI 093403179 This study aims to analyze the financial performance comparison between syariah BPR residing in Indonesia 2011 and 2012. The method used in this research is descriptive analytical method with census approach. Analysis tool to compare the financial performance of conventional BPR and Syariah BPR rural banks using ROA, ROA is respresentative of the ratio of financial indicators. An analysis based on the independent statistical test which compare the average two unrelated groups of interrelated variables. From analysis there is a
significant difference in the financial performance of syariah BPR and conventional BPR that conventional BPR financial performance is higher than the syariah BPR.
Keywords: financial performance, conventional banking and Islamic banking, BPR.
PENDAHULUAN Industri perbankan di Indonesia telah mengalami perubahan besar beberapa tahun terakhir. Industri ini lebih kompetitif karena deregulasi peraturan. Fungsi usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa lainnya. Laju pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, telah mendorong perbankan memiliki fleksibilitas pada layanan yang mereka tawarkan, lokasi tempat mereka beroperasi dan produk yang dapat memberi kepuasan dan kemudahan kepada nasabahnya. Secara umum bank dibedakan menjadi dua yaitu, bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR). Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Perkreditan Rakyat merupakan salah satu penopang perekonomian, khususnya bagi masyarakat ekonomi lemah, terutama untuk kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah serta sektor informal. BPR merupakan lembaga perbankan resmi yang diatur berdasarkan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut secara jelas disebutkan bahwa ada dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan BPR. Bagi masyarakat adanya BPR dapat membantu dalam pemberian kredit sehingga tercipta usaha-usaha baru yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan, pemerataan pendapatan dan pemerataan kesempatan berusaha untuk kesejahteraan rakyat banyak. Pembagian dua jenis usaha tidak hanya di berlakukan untuk Bank Umum, BPR pun dibagi menjadi dua jenis usaha, yaitu Konvensional dan Syariah. Secara umum tidak ada perbedaan antara BPR konvensional dan BPR syariah yaitu sebagai badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, serta harus mampu menunjang modernisasi pedesaan dan memberikan layanan jasa perbankan bagi golongan ekonomi lemah atau pengusaha kecil. Perbedaan jelas yang mendasarinya yaitu keuntungan yang di ambil bank dari hasil transaksi. Untuk Bank konvensional keuntungannya dari pengambilan bunga,
sedangkan untuk Bank Syariah mendasarkan keuntungan dari apa yang disebut imbalan, baik berupa jasa (fee-base income) maupun mark-up atau profit margin, serta bagi hasil (loss and profit sharing). Menurut UU RI No.7 Tahun 1992 Bab I pasal 1 ayat 1, “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkaan taraf hidup rakyat banyak”. Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan sistem perbankan syariah ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (usaha yang berkaitan dengan produksi makanan/minuman haram, usaha media yang tidak islami, dll), dimana hal ini tidak dijamin oleh sistem perbankan konvensional. Peningkatan perbankan syariah menimbulkan persaingan di dunia perbankan. Seiring pemberlakuan UU No 10 Tahun 1998 sebagai dasar hukum bagi beroperasinya lembaga perbankan syariah. Maka ketatnya kompetisi perbankan antar bank syariah dan bank konvensional membawa dampak positif dan dampak negatif bagi perkembangan sebuah bank. Dampak positifnya pesaingan tersebut dapat memberi motivasi agar bank saling berpacu menjadi yang terbaik. Sedangkan dampak negatifnya adalah kekalahan dalam persaingan dapat menghambat laju perkembangan bank yang bersangkutan. Kondisi ini akan membawa kerugian yang besar bagi bank, bahkan dapat mengakibatkan gulung tikar.
TINJAUAN PUSTAKA Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Hal yang perlu diperhatikan untuk dunia perbankan, ialah tujuan secara filosofis dari eksistensi bank di Indonesia. Hal ini sangat jelas tercermin dalam Pasal empat (4) Undangundang No. 10 tahun 1998 yang menjelaskan, ”Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”. Meninjau lebih dalam terhadap kegiatan usaha bank, maka bank (perbankan) Indonesia dalam melakukan usahanya harus didasarkan atas asas demokrasi ekonomi yang menggunakan
prinsip kehati-hatian. Hal ini, jelas tergambar, karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan mikro terhadap proses pembangunan bangsa. Bank Konvensional dapat didefinisikan pada pengertian bank umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-undang No. 10 tahun 1998 dengan menghilangkan dan atau berdasrkan prinsip syariah, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannnya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam kegiatannya BPR konvensional pun tidak jauh berbeda dengan bank umum konvensionl, yaitu menjalankan aktivitas usahanya dengan penerapan bunga. Juga dalam aktivitasnya berupa menghimpun dana dari masyarakat, memberikan kredit, deposito dan lain-lain. Hanya saja pada Bank Perkreditan Rakyat Konvensional tidak ada kegiatan yang namanya giro, kegiatan usaha dalam valuta asing, penyertaan modal dengan prinsip prudent banking, dan mealakukan usaha perasuransian (UU RI Nomor 10 Tahun 1998). Sedangkan Bank syari’ah dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 1) tidak didefinisikan secara rinci. Namun dapat ditarik pengertian bahwa bank syari’ah adalah bank umum atau bank perkreditan rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama dalam system teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan, dan sebagainya. Perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja (Syafi’i Antonio, 2001). Sedangkan menurut (Muhammad, 2001) : “Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan konvensional dengan syariah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan lembaga keuangan kepada nasabah”. Sejak tahun 1992, yaitu pada saat diluncurkannya UU Perbankan No. 7/1992, operasi Perbankan di Indonesia diperkaya dengan bentuk operasi yang berdasarkan pada Syariah Islam, yaitu sistem bagi-hasil (profit-sharing system). Pola bagi hasil ini memungkinkan nasabah untuk mengawasi langsung kinerja bank syariah melalui monitoring atas jumlah bagi hasil yang diperoleh. Namun demikian, sebagai bank yang relatif baru dalam menggunakan sistem bagi-hasil, BPR Syariah menghadapi banyak tantangan dan memiliki beberapa
kelemahan di samping kesempatan dan kekuatan yang dimilikinya, oleh karena itu manajemen yang profesional dan amanah sangat diperlukan dalam mengoperasikannya. Ditinjau dari sudut syariah Islam, sistem bunga itu sendiri akan menjadi salah satu faktor penghambat dalam peningkatan kesejahteraan umat. Hal ini sebagai pelajaran yang sangat berharga, untuk menunjukkan bahwa prinsip perbankan konvensional kurang dapat meningkatkan kesatuan unit-unit ekonomi dibandingkan dengan prinsip risk sharing atau profit loss sharing (bagi hasil) yang berlaku dalam perbankan syariah. Dalam menilai suatu kinerja, dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaan. Untuk menilai laporan keuangannya yaitu dengan menggunakan analisis rasio. Analisis rasio merupakan teknik untuk mengukur kinerja perusahaan. Analisis rasio ini diharapkan dapat menyingkap hubungan antara pos-pos tertentu, kemudian dapat diambil kesimpulan. Peranan penting analisis rasio keuangan untuk menilai laju usaha dan perkembangan usaha suatu perusahaan sangatlah besar. Yang dilakukan oleh penulis untuk mengukur kinerja keuangan antara BPR Konvensional dengan BPR Syariah yang berada di Indonesia adalah dengan menggunakan indikator ROA. Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return on assets (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila return on assets yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan. Rasio ini juga digunakkan untuk mengukur kemampuan manjemen bank dalam memperoleh keuntungan atau laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungannya yang dicapai bank tersebut dsn semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi kemanfaatan asset. Return on asset dapat dicari dengan rasio antara laba sebelum pajak dengan volume usaha. Rumus yang digunakan adalah : ROA =
Return on Assets (ROA) memiliki kelebihan dan kelemahan dalam mengukur kinerja keuangan. Kelebihan dan kelemahan ROA, yaitu : 1. Kelebihan ROA diantaranya sebagai berikut: a. ROA mudah dihitung dan dipahami b. Merupakan alat pengukur prestasi manajemen yang sensitif terhadap setiap pengaruh keadaan keuangan perusahaan. c. Manajemen menitikberatkan perhatiannya pada perolehan laba yang maksimal. d. Sebagai tolok ukur prestasi manajemen dalam memanfaatkan assets yang dimiliki perusahaan untuk memperoleh laba. e. Mendorong tercapainya tujuan perusahaan. f. Sebagai alat mengevaluasi atas penerapan kebijakan-kebijakan manajemen. 2. Disamping beberapa kelebihan ROA di atas, ROA juga mempunyai kelemahan di antaranya: a. Kurang mendorong manajemen untuk menambah assets apabila nilai ROA yang diharapkan ternyata terlalu tinggi. b. Manajemen cenderung fokus pada tujuan jangka pendek bukan pada tujuan jangka panjang, sehingga cenderung mengambil keputusan jangka pendek yang lebih menguntungkan tetapi berakibat negatif dalam jangka panjangnya.
Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan sensus. Metode deskriptif analitis adalah suatu metode yang meneliti status kelompok, subjek, objek, suatu set kondisi, suatu set pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat deskripsi gambaran lukisan sistematis, faktual dan annual mengenai fakta-fakta sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Mohammad Nazir, 2003 :56). Metode sensus adalah proses pengumpulan data seluruh populasi untuk mengetahui besaran-besaran populasi (dengan demikian tidak melalui proses penaksiran) (Abdul Hakim, 2001 ; 11). Sensus adalah pengumpulan informasi dari seluruh unsur dalam suatu populasi (Sri Mulyono, 2003 ; 171). Hasil Penelitian Dari hasil penelitian, penulis memperoleh data mengenai kinerja keuangan pada Bank Perkreditan Rakyat Konvensional dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia
tahun 2011-2012. Data yang diperoleh berupa data time series selama 24 bulan (dari bulan Januari 2011 sampai dengan Desember 2012). Data yang diperoleh digunakan untuk membandingkan kinerja keuangan Bank Perkreditan Rakyat Konvensional dan Bank Pembiayaan Syariah dengan menggunakan tingkat ROA sebagai pembandingnya. Penilaian Kinerja Keuangan suatu
perbankan dapat dilihat dari berbagai aspek
dengan cara menganalisis laporan keuangan. Dalam menganalisis laporan keuangan yaitu dengan menggunakan rasio. Salah satu rasio profitabilitas yaitu Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang paling disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. 4.1.1 Kinerja Keuangan BPR Konvensional Perhitungan tingkat ROA pada Bank Perkreditan Rakyat Konvensional tersebut diperoleh dari Laba tahun berjalan dibagi dengan total asset dikali dengan 100%. Laba tahun berjalan disini merupakan rata-rata laba sebelum pajak selama 12 bulan terakhir. Dari perhitungan tersebut maka diperoleh tingkat ROA seperti yang tercantum pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Kinerja Keuangan dalam Bentuk ROA pada BPR Konvensional Periode 2011 – 2012
No
Bulan dan Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Januari 2011 Februari 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011 Agustus 2011 September 2011 Oktober 2011 November 2011 Desember 2011 Januari 2012 Februari 2012 Maret 2012 April 2012 Mei 2012 Juni 2012 Juli 2012 Agustus 2012
Laba Rugi Tahun Berjalan (miliar Rupiah) 115 295 466 631 799 949 1.109 1.234 1.400 1.591 1.764 1.853 165 336 531 712 951 1.169 1.378 1.542
Total Aktiva (miliar Rupiah)
ROA (%)
46.291 46.819 47.627 48.001 48.940 49.580 50.476 51.016 52.300 53.244 54.496 55.799 56.172 56.908 57.211 57.966 58.980 60.034 60.868 61.783
4,03 3,77 3,92 3,95 3,92 3,83 3,77 3,63 3,57 3,59 3,53 3,32 3,53 3,54 3,71 3,68 3,87 3,89 3,88 3,74
21 September 2012 1.761 63.395 22 Oktober 2012 2.002 64.409 23 November 2012 2.216 65.698 24 Desember 2012 2.329 67.397 Sumber : www.bi.go.id Kinerja Bank Perkreditan Rakyat
3,71 3,73 3,64 3,46
4.1.2 Kinerja Keuangan BPR Syariah Perhitungan tingkat ROA untuk BPR Syariah sama halnya dengan perhitungan ROA pada Bank Perkreditan Rakyat Konvensional, ROA pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah juga diperoleh dari Laba Rugi tahun berjalan dibagi dengan total aset kemudian kemudian dikali dengan 100%. Dari hasil tersebut, maka diperoleh ROA BPR Syariah seperti pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Kinerja Keuangan dalam Bentuk ROA pada BPR Syariah Periode 2011 – 2012 Laba Rugi Tahun Total Aktiva No Bulan dan Tahun Berjalan (miliar (miliar Rupiah) Rupiah) 1 Januari 2011 7 2.777 2 Februari 2011 14 2.825 3 Maret 2011 19 2.844 4 April 2011 27 2.887 5 Mei 2011 37 3.007 6 Juni 2011 45 3.082 7 Juli 2011 53 3.158 8 Agustus 2011 59 3.212 9 September 2011 67 3.284 10 Oktober 2011 67 3.351 11 November 2011 80 3.461 12 Desember 2011 87 3.520 13 Januari 2012 8 3.613 14 Februari 2012 17 3.697 15 Maret 2012 25 3.789 16 April 2012 33 3.883 17 Mei 2012 43 3.977 18 Juni 2012 58 4.061 19 Juli 2012 66 4.169 20 Agustus 2012 70 4.254 21 September 2012 81 4.370 22 Oktober 2012 91 4.461 23 November 2012 103 4.582 24 Desember 2012 106 4.699 Sumber : www.bi.go.id Kegiatan Usaha BPR dan Aset Syariah
ROA (%) 2,83 2,84 2,71 2,65 2,73 2,72 2,74 2,72 2,80 2,39 2,53 2,67 2,65 2,70 2,73 2,66 2,59 2,74 2,67 2,57 2,58 2,82 2,76 2,64
4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis peroleh dari website Bank Indonesia (www.bi.go.id) bahwa tingkat ROA yang ada pada Bank Perkreditan Rakyat Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah selama periode tahun 2011-2012, seperti yang ada pada tabel 4.1 dan 4.2, terdapat hasil yang berbeda antara tingkat ROA pada Bank Perkreditan Rakyat Konvensional dan tingkat ROA pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jumlah laba rugi tahun berjalan dan total asaet dari masing-masing bank tersebut.
4.2.1 Kinerja Keuangan BPR Konvensional Dengan melihat data tabel 4.1, kinerja keuangan pada Bank Perkreditan Rakyat Konvensional Pada periode 2011 tingkat ROA terendah ada pada bulan Desember yaitu 3,32 %, sedangkan tingkat ROA tertinggi ada pada bulan Januari dengan tingkat ROA sebesar 4,03 %. Selanjutnya pada periode tahun 2012 tingkat ROA terendah ada pada bulan Desember dengan tingkat ROA sebesar 3,46 %, sedangkan untuk tingkat ROA tertinggi ada pada bulan Juni yaitu sebesar 3,89 %. Dari data pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat ROA Bank Perkreditan Rakyat pada periode tahun 2011-2012 bersifat fluktuatis naik-turun pada setiap bulannya. Hal tersebut disebabkan karena adanya kenaikan dan penurunan jumlah Laba Rugi tahun berjalan dan total aset. 4.2.2. Kinerja Keuangan BPR Syariah Dengan melihat data pada tabel 4.2, untuk BPR Syariah, tingkat ROA terendah pada BPR Syariah periode tahun 2011 ada pada bulan Oktober dengan tingkat ROA 2,39 % dan tingkat ROA tertinggi ada pada bulan Februari dengan tingkat ROA 2,84 %. Sedangkan pada periode tahun 2012 tingkat ROA terendah yaitu pada bulan Agustus dengan tingkat ROA sebesar 2,57 % dan tingkat ROA tertinggi yaitu sebesar 2,82 % ada pada bulan Oktober. Dari data tabel 4.2 tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat ROA yang ada pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah sama halnya dengan Bank Perkreditan Rakyat Konvensional yaitu bersifat fluktuatis naik-turun pada setiap bulannya. 4.2.3 Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan BPR Konvensional dan BPR Syariah di Indonesia tahun 2011-2012 Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 dapat terlihat ROA pada masing-masing bank tersebut, pada Bank Perkreditan Rakyat Konvensional mempunyai tingkat ROA terendah sebesar 3,32 % yang terjadi pada bulan Desember 2011 dan tingkat ROA tertinggi sebesar 4,03 % yang
terjadi pada bulan Januari 2011. Sedangkan untuk Bank Perkreditan Rakyat Syariah tingkat ROA terendah yaitu sebesar 2,39 % yang terjadi pada bulan Oktober tahun 2011 dan tingkat ROA tertinggi sebesar 2,84 % yang terjadi pada bulan Februari tahun 2011. Untuk lebih jelasnya berikut adalah tingkat ROA BPR Konvensional dan BPR Syariah periode 2011-2012 : Tabel 4.3 ROA (%) BPR Konvensional dan BPR Syariah Periode 2011 – 2012
No
Bulan dan Tahun
BPR Konvensional
BPR Syariah
1 Januari 2011 4,03 2,83 2 Februari 2011 3,77 2,84 3 Maret 2011 3,92 2,71 4 April 2011 3,95 2,65 5 Mei 2011 3,92 2,73 6 Juni 2011 3,83 2,72 7 Juli 2011 3,77 2,74 8 Agustus 2011 3,63 2,72 9 September 2011 3,57 2,80 10 Oktober 2011 3,59 2,39 11 November 2011 3,53 2,53 12 Desember 2011 3,32 2,67 13 Januari 2012 3,53 2,65 14 Februari 2012 3,54 2,70 15 Maret 2012 3,71 2,73 16 April 2012 3,68 2,66 17 Mei 2012 3,87 2,59 18 Juni 2012 3,89 2,74 19 Juli 2012 3,88 2,67 20 Agustus 2012 3,74 2,57 21 September 2012 3,71 2,58 22 Oktober 2012 3,73 2,82 23 November 2012 3,64 2,76 24 Desember 2012 3,46 2,64 Jumlah 89,21 64,44 Rata-rata 3,71 2,69 Sumber : www.bi.go.id Kinerja BPR , Kegiatan Usaha dan Aset Syariah (data diolah). Berdasarkan data ROA Bank Perkreditan Rakyat Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah pada tabel 4.3 di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat ROA Bank Perkreditan Rakyat Konvensional jumlah nominalnya lebih besar dari Bank Perkreditan Rakyat Syariah yaitu dengan jumlah nominal sebesar 89,21 % sedangkan jumlah ROA pada
Bank Perkreditan Rakyat Syariah yaitu sebesar 64.44 %. Hal ini disebabkan karena jumlah laba rugi tahun berjalan pada Bank Perkreditan Rakyat Konvensional lebih besar jumlahnya daripada jumlah laba rugi tahun berjalan pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah, begitu juga dengan total aset yang dimiliki oleh Bank Perkreditan Rakyat Konvensional lebih besar dibandingkan dengan jumlah total aset Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Hal ini yang mengakibatkan jumlah nominal ROA pada Bank Perkreditan Rakyat Konvensional lebih besar bila dibandingkan dengan Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Pertumbuhan ROA pada Bank Perkreditan Rakyat Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah setiap bulannya mengalami kenaikan dan penurunan atau bersifat fluktuatif. ROA yang bersifat fluktuatif tersebut apabila dilihat dari delta atau selisih antara BPR Konvensional dan BPR Syariah dengan menggunakan rumus: ROA = (ROAt) – (ROAt-1) Untuk lebih jelasnya Berikut tabel 4.4 yang akan menyajikan delta atau selisih ROA setiap bulannya periode 2011-2012: Tabel 4.4 Selisih ROA BPR Konvensional dan BPR Syariah Periode 2011-2012
No
Bulan dan Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Januari 2011 Februari 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011 Agustus 2011 September 2011 Oktober 2011 November 2011 Desember 2011 Januari 2012 Februari 2012 Maret 2012 April 2012 Mei 2012 Juni 2012 Juli 2012 Agustus 2012 September 2012
Selisih ROA BPR BPR Konvensional Konvensional 4,03 4,03 3,77 -0,26 3,92 0,15 3,95 0,03 3,92 -0,03 3,83 -0,09 3,77 -0,06 3,63 -0,14 3,57 -0,06 3,59 0,02 3,53 -0,06 3,32 -0,21 3,53 0,21 3,54 0,01 3,71 0,17 3,68 -0,03 3,87 0,19 3,89 0,02 3,88 -0,01 3,74 -0,14 3,71 -0,03
BPR Syariah 2,83 2,84 2,71 2,65 2,73 2,72 2,74 2,72 2,80 2,39 2,53 2,67 2,65 2,70 2,73 2,66 2,59 2,74 2,67 2,57 2,58
Selisih ROA BPR Syariah 2,83 0,01 -0,13 -0,06 0,08 -0,01 0,02 -0,02 0,08 -0,41 0,14 0,14 -0,02 0,05 0,03 -0,07 -0,07 0,15 -0,07 -0,1 0,01
22 23 24
Oktober 2012 November 2012 Desember 2012
3,73 3,64 3,46
0,02 -0,09 -0,18
2,82 2,76 2,64
0,24 -0,06 -0,12
Maka dapat disimpulkan bahwa ROA BPR Konvensional apabila dilihat dari delta atau selisih tiap bulannya lebih banyak mengalami penurunan tingkat ROA. Sedangkan BPR Syariah lebih sedikit mengalami penurunan tingkat ROA dibandingkan BPR Konvensional.
Group Statis tics
ROA
Status Pelanggan Konv ensional Syariah
N
Mean 3.7171 2.6850
24 24
Std. Dev iation .17586 .10329
Std. Error Mean .03590 .02108
Inde pe nde nt Sam ples Te st Levene's Test f or Equality of V ariances
F ROA
Equal variances as sumed Equal variances not assumed
6.666
Sig. .013
t-test f or Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Dif f erence
Std. Error Dif f erence
95% Conf idence Interval of the Dif f erence Low er Upper
24.791
46
.000
1.03208
.04163
.94828
1.11588
24.791
37.182
.000
1.03208
.04163
.94774
1.11642
DAFTAR PUSTAKA Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani
Press.
Ardiyana, Marissa. 2009. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional Sebelum, Selama, dan Sesudah Krisis Global Tahun 2008 Dengan Menggunakan Metode CAMEL. Jurnal Akuntansi. Universitas Dipenogoro. Bank Indonesia. 1992, UU No. 7 tahun 1992. Tentang Perbankan. Jakarta. . 1998, UU No. 10 tahun 1998. Tentang Perubahan Terhadap UU No. 7 tahun 1992. Jakarta. . 2004, Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP. Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Jakarta.
. 2008. UU No. 21 tahun 2008 . Tentang Perbankan Syariah. Jakarata. Hamdan, Umar dan Andi Wijaya. 2006. Analisis Komparatif Resiko Keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional dan BPR Syariah. 2005. Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No. 7 Juni 2006. Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Pemakai Laporan Keuangan. Jakarta: IAI. . 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Muhammad. 2001. Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah. Yogyakarta: UII Press. Munawir. 2000. Pokok – Pokok Akuntansi. Edisi Pertama. Yogyakarta: PT. Bima Rena Pariwara. Peraturan Bank Indonesia, No. 8/26/PBI/2006, Tentang Bank Perkreditan Rakyat. , No. 6/10/2004, Mengenai Tingkat Kesehatan Perbankan. Rachmalia, litta. 2009. Analisis Perbandingan Kinerja BPR Konvensional dengan BPR Syariah Di Indonesia Tahun 90 2010-2011. Universitas Siliwangi. Sigit Triandru dan Totok Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi II. Jakarta: Salemba Empat. Statistik BPR Konvensional – Indikator Utama – Bank Sentral Republik Indonesia. html Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. . 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Wahono, Satrio. 2012. Buku Pintar Keuangan Syariah. Jakarta, Zaman. Warkum, Sumitro, 2002. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait BMI dan Takaful. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Wijaya, Andi, Analisis Laporan Keuangan Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Selatan (Studi Kasus BPR Konvensional & BPR Syariah), Tesis, Program Studi MM. Unsri, 2005. http://www.scribd.com/doc/96083547/Kinerja Keuangan (4 April 2013)
http://id.wikipedia.org/wiki/Bank (6 April 2013) BI, http : // www.bi.go.id (12 April 2013)