ANALISIS MATERI TATA BAHASA PADA BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN PEMBELAJARANNYA SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
oleh Farah Aruni Aqsati NIM 12201244044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017
MOTTO
Berusahalah Menjadi Orang yang Bermanfaat Karena Allah Tidak Pernah Mengingkari Janji-Nya
PERSEMBAHAN Karya ini khusus saya persembahkan kepada Bapak H.M Nashiruddin AM dan Ibu Hj. Nuryani Terima kasih atas pengorbanan dan dukungannya Almamater PBSI FBS UNY
v
KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahim. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Materi Tata Bahasa pada Buku Pelajaran Bahasa Indonesia dan Pembelajarannya”. Shalawat dan salam tak lupa saya panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau yang telah membawa cahaya ilmu hingga sekarang. Tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, saya menyampaikan rasa terima kasih kepada Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rahmat Wahab, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Dr. Maman Suryaman, serta Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dr. Wiyatmi yang telah memberikan kemudahan kepada saya. Terima kasih yang setulusnya saya ucapkan kepada Bapak Dr. Teguh Setiawan, M.Hum. Beliau dengan penuh keilkhlasan, kebijaksanaan, dan kearifan membimbing saya. Semoga ilmu tersebut menjadi amal jariyah dan bermanfaat. Ucapan terima kasih tak lupa saya sampaikan kepada Ibu Siti Maslakhah, M.Hum. Beliau selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan selama masa perkuliahan saya. Kepada Kepala Sekolah MTs Negeri Godean Bapak Drs. H Zuliadi atas izinnya sehingga saya dapat melaksanakan penelitian di MTs Negeri Godean. Tak lupa juga kepada Ibu Untari, S.Pd dan Bapak Muh Suharzani, S.Pd selaku guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia di MTs Negeri Godean. Terima kasih atas bimbingan dan arahannya kepada saya selama proses penelitian.
vi
Kepada Bapak dan Ibu saya tercinta, Bapak H.M Nashiruddin AM dan Ibu Hj. Nuryani yang telah berkorban baik materi maupun tenaganya saya mengucapkan terima kasih. Atas semangat, doa dan dukungannya. Terima kasih kalian tidak menuntut kami menjadi anak-anak yang sempurna. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada keluarga besar, Mba Kunti, Mas Zeni, Mba Leli, Mas Aji, Mba Fiki, Mas Sofi, Afiin, Itta, Amel dan Kuartet A (Aqon, Aiqona, Ailan dan Anjab) atas dukungan, semangat yang selalu mengingatkan ketika malas. Terima kasih saya ucapkan pula kepada Bapak K.H Muhadi Zainuddin dan Ibu Nyai Hj. Umamah Dimyati beserta para asatidz Pondok Pesantren Aji Mahasiswa Al-Muhsin atas doanya sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini dengan baik. Tak lupa teman-teman seperjuangan saya di pondok Dewi, Ludfi, Lala dan Mba Fatma, Geng Kompor (Mba Umi, Etmin, Mba Afi, Lubna) dan teman-teman komplek Mawadah. Terima kasih atas semangat yang kalian tularkan kepada saya. Selanjutnya tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Sita, Nana kecil, Nana Budhe, Furika, Eria, Sita, Pangesti, dan Mba Evi serta teman-teman seangkatan saya di kelas C PBSI 2012. Dan ucapan terima kasih saya ucapkan kepada pihak-pihak yang membantu dan memberikan semangat serta doanya. Semoga tugas akhir skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya dan bagi siapa saja yang memanfaatkannya. Karya ini belum sempurna, oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Terima kasih.
Penulis,
Farah Aruni Aqsati
vii
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR JUDUL……………………………………………………..
i
PERSETUJUAN……………………………………………………….
ii
PENGESAHAN………………………………………………………..
iii
PERNYATAAN………………………………………………………..
iv
MOTTO………………………………………………………………..
v
PERSEMBAHAN……………………………………………………..
vi
KATA PENGANTAR……………………………………...................
vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………..
viii
DAFTAR TABEL…………………………………………………….
ix
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….
x
ABSTRAK……………………………………………………………..
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………………….
1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………….
6
C. Batasan Masalah………………………………………………...
6
D. Rumusan Masalah…………………………………..…………..
7
E. Tujuan Penelitian………………………..………………………
7
F. Manfaat Penelitian…………..…………………………………..
7
G. Batasan Istilah…..……………………………………………….
8
BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Bahasa…………………………………………………..
10
B. Tata Bahasa………………………………………………………
11
viii
C. Komponen Tata Bahasa………………………………………......
12
1. Fonologi….…………………………………………………….
13
2. Morfologi…………….…………………………………………
15
3. Sintaksis………..……………………………………………….
19
4. Semantik…………..……………………………………………
27
D. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)………………….
30
E. Materi Tata Bahasa dalam Kurikulum…...……………………......
31
F. Pengajaran dan Pembelajaran Materi Tata Bahasa…………...…...
32
G. Buku Teks Pelajaran…………………………………..…………..
33
H. Penelitian yang Relevan…………………………………………..
35
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian…………………………………….………………
37
B. Sumber Data ……………...………………………………….…....
37
C. Tempat dan Waktu Penelitian…………………….……………….
37
D. Teknik Pengumpulan Data…………………………….………......
38
E. Instrumen Penelitian……………………….………………………
38
F. Metode dan Teknik Analisis Data…………………………….........
40
G. Teknik Kredibilitas Penelitian…………………………….…...…...
41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian…………………………………………….……….
43
1. Model Penyampaian Materi Tata Bahasa….……………………
43
2. Cakupan Materi Tata Bahasa…………………………………...
45
B. Pembahasan………………………………………………..………
48
1. Model Penyampaian Materi Tata Bahasa……………..………..
48
2. Cakupan Materi Tata Bahasa…………………………..…….....
55
ix
3. Model Penyampaian Materi Tata Bahasa di Kelas……………
67
4. Pelaksanaan Pembelajaran Materi Tata Bahasa di Kelas….…
72
C. Keterbatasan Penelitian…………………………………………….
77
BAB V PENUTUP A. Simpulan…………………………………………………..............
78
B. Saran…………………………………………………………….....
79
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………......
80
LAMPIRAN…………………………………………………………….....
82
x
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1: Pedoman Pengamatan (Observasi) terhadap Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII……………………………………………….
38
Tabel 2: Pengamatan Materi Tata Bahasa di Buku Pelajaran SMP kelas VIII…………………………………………………………………………
39
Tabel 3: Model Penyampaian Materi Tata Bahasa dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII………………………………………….
44
Tabel 4: Tabel Frekuensi Pendekatan Materi Tata Bahasa dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII……………………………….
45
Tabel 5: Cakupan Materi Tata Bahasa dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII………………………………………………...
xi
46
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1: Lembar Pengamatan (Observasi) terhadap Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII…………………….........
82
Lampiran 2: Catatan Lapangan………………………………………
86
Lampiran 3: Pedoman Wawancara…………………………………..
90
Lampiran 4: Tabel Pengamatan Materi Tata Bahasa di Buku Pelajaran SMP………………………………………………………..
97
Lampiran 5: Analisis Materi Tata Bahasa pada Buku Elektronik Sekolah Bahasa Indonesia Kelas VIII SMP………………………….
107
Lampiran 6: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas VIII……………………………………………………………………
113
Lampiran 7 : Cover Buku BSE SMP kelas VIII……………………...
117
Lampiran 8: Foto Pembelajaran di Kelas…………………………….
118
Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian…...……………………………….
120
.
xii
ANALISIS MATERI TATA BAHASA PADA BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN PEMBELAJARANNYA Oleh Farah Aruni Aqsati NIM 12201244044
ABSTRAK Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan model pembelajaran materi tata bahasa pada buku pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII (2) mendeskripsikan cakupan materi tata bahasa pada buku pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yaitu buku pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII berjudul Berbahasa dan Bersastra Indonesia yang diambil dari http//:bse.kemendikbud.go.id dan proses pembelajaran materi tata bahasa di kelas. Buku tersebut merupakan buku pelajaran yang digunakan di MTs N Godean. Data diperoleh dengan teknik membaca dan mencatat serta mengamati proses belajar mengajar di kelas. Keabsahan data diperoleh dengan meningkatkan ketekunan dan trianggulasi data. Data yang diperoleh kemudiana dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif. Hasil analisis data kemudian disimpulkan sesuai permasalahan penelitian. Penelitian ini menghasilkan dua simpulan. Pertama, model penyampaian materi tata bahasa menggunakan pendekatan induktif dan deduktif. Kedua pendekatan tersebut sama-sama digunakan dalam materi morfologi dan sintaksis. Materi tata bahasa yang menggunakan pendekatan induktif adalah materi yang merupakan informasi lama bagi siswa. Materi tata bahasa yang menggunakan pendekatan deduktif adalah materi yang merupakan informasi baru bagi siswa. Kedua, cakupan materi tata bahasa yang terdapat dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII adalah materi morfologi dan sintaksis. Materi morfologi berupa afiksasi dan reduplikasi sedangkan materi sintaksis berupa kata, klausa dan kalimat majemuk.
Kata kunci : pembelajaran tata bahasa, buku pelajaran SMP
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ikrar Sumpah Pemuda yang dicetuskan oleh pemuda Indonesia telah membawa Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Selain itu, ditetapkannya pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945 menjadikan Bahasa Indonesia wajib digunakan di setiap instansi pemerintahan, pendidikan, keuangan, dan lain sebagainya. Pada tahun 2009 pemerintah mulai memberlakukan Undang-Undang Kebahasaan. Hal-hal yang menyangkut penggunaan bahasa Indonesia mulai dijabarkan dan diatur dalam Undang-Undang tersebut. Salah satu peraturan mengatur supaya menggunakan bahasa Indonesia dengan ragam formal khususnya di lingkungan pendidikan. Hal itu berdasarkan pasal 29 ayat 1 Undang-Undang Kebahasaan tahun 2009 yang berbunyi Bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar di lingkungan pendidikan. Pasal tersebut menjelaskan bahwa semua perangkat pembelajaran harus menggunakan bahasa Indonesia. Perangkat pembelajaran meliputi RPP, silabus, komunikasi saat proses belajar mengajar dan buku ajar. Oleh karena peraturan di atas, maka dibuatlah suatu pembakuan kata, penetapan ejaan, dan tata bahasa. Penstrandaran ketiga hal itu dilakukan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Badan ini bekerjasama dangan para guru, pengembang ilmu, redaktur dan pembina pendapat umum (Muslich, 2010: 7). Setelah sistem pembakuan kata, penetapaan ejaan dan penggunaan tata bahasa, bahasa Indonesia masuk ke sistem kurikulum di Indonesia. Berbagai kurikulum
1
2
yang diterapkan juga memengaruhi penggunaan bahasa Indonesia. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dikembangkan guna mempertimbangkan kedudukan dan fungsinya. Siswa diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia di berbagai kepentingan (Pratiwi, 2009: 192). Kebijakan bahasa dalam kurikulum pendidikan Indonesia tidak pernah berubah, yaitu pengutamaan bahasa resmi atau bahasa nasional, meskipun kurikulum saat ini cenderung berubah-ubah. Perubahan kurikulum dikaitkan dengan perubahan isu politik dengan bergantinya pemimpin atau menteri pendidikan. Perubahan kurikulum yang dahulu berbasis kompetensi (KBK) itu tiba-tiba diubah menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Maryanto, 2008: 239-240). Saat ini pun kurikulum sudah berganti lagi karena bergantinya menteri yaitu Kurikulum 2013 (Kurtilas). Perubahan kurikulum juga berdampak pada perubahan pembelajaran di sekolah terutama pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia memang ditujukan untuk meningkatkan komunikasi secara lisan maupun tulis. Jadi, siswa tidak hanya pandai dalam berbicara tapi juga pandai dalam merangkai sebuah kata demi kata dengan baik dan benar (Pratiwi, 2009: 191). Penggunaan bahasa tulis itu tentunya tidak luput dari pembelajaran tata bahasanya. Bagaimana pengaruh guru serta pemilihan buku pegangan dalam mengajar juga berperan terhadap pemahaman materi tata bahasa kepada siswa Faktanya menurut Suryaman (2008: 97), kualitas buku-buku pelajaran di Indonesia perlu ditingkatkan. Termasuk mutu buku pelajaran Bahasa Indonesia,
3
sebab beberapa buku pelajaran tidak memiliki standar yang jelas. Standar buku pelajaran disusun berdasarkan isi, materi, penyampaian materi, bahasa, dan lainlain. Suryaman (2008: 97) juga menambahkan banyak buku pelajaran bahasa Indonesia yang beredar tidak memiliki mutu dan standar yang jelas. Oleh sebab itu, seorang guru bahasa harus memilih kualitas buku yang sesuai dengan kompetensi siswa dan syarat pedagogisnya. Apabila sebuah buku tidak memenuhi syarat pedagogis, maka pilihannya hanya memakai buku tersebut atau tidak. Jika memilih memakai buku tersebut, maka buku itu telah memenuhi syarat pedagogis. Langkah yang diambil yaitu mengubah isi buku, menyesuaikan isinya di kelas, atau mencari buku pegangan lain. Balai Bahasa (2015) menambahkan bahwa materi tata bahasa Indonesia dalam buku harus disusun sedemikian rupa. Hal itu supaya membantu siswa dalam memahami buku sekaligus belajar berbahasa. Buku sekolah merupakan media instruksional yang dominan peranannya di kelas dan bagian sentral dalam suatu sistem pendidikan. Buku merupakan alat yang penting untuk menyampaikan materi kurikulum. Oleh sebab itu, buku merupakan bagian sentral pada semua tingkat pendidikan. Buku pelajaran tentunya sangat menunjang prestasi belajar siswa. Tak hanya buku pelajaran, seorang guru bahasa Indonesia tentunya mempunyai peran penting dalam memilih buku yang digunakan sebagai pedoman mengajarnya di kelas. Guru juga dituntut untuk menguasai materi-materi yang terdapat dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia. Salah satunya yaitu materi tata bahasa. Namun, faktanya saat ini materi tata bahasa dianggap remeh oleh sebagian masyarakat.
4
Padahal pada hakikatnya materi tata bahasa yang diajarkan di kelas sangatlah bemanfaat. Hal itu supaya mendorong siswa tidak hanya memiliki kemampuan berbicara bagus tetapi juga memiliki kemampuan menulis yang benar. Pada hakikatnya peran tata bahasa membantu siswa untuk terampil dalam menulis sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga siswa tidak mengalami banyak kesalahan ketika mengaplikasikan eaterampilan menulisnya. Menurut Nurhadi (1995: 230), kebanyakan orang memiliki kesalahan dalam berbahasa baik anak-anak maupun orang dewasa. Kesalahan-kesalahan tersebut biasanya meliputi penggunaan tanda baca, pemakaian unit-unit kebahasaan, dan pemakaian ejaan. Oleh sebab itu perlu adanya petunjuk yang berupa kaidah-kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa yang dipelajari. Materi tata bahasa yang terdapat dalam buku pelajaran harus mencakup ke dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Materi tata bahasa tidak boleh terlepas dari keterampilan-keterampilan tersebut, hal itu supaya menunjang siswa dapat melihat tata bahasa sebagai konteks yang nyata dalam kehidupan sehari-hari (Ghazali, 2008: 107). Jadi, pembelajaran tata bahasa pada buku pelajaran bahasa Indonesia yang sangatlah penting untuk dikaji ulang. Hal itu disebabkan kualitas buku bahasa Indonesia tidak memiliki standar yang jelas. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada penerapan materi tata bahasa dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII dan pembelajarannya di kelas. Sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah MTs Negeri Godean. Pemilihan MTs Negeri Godean dikarenakan sekolah ini menggunakan dua
5
kurikulum yang berbeda. Pada kelas VII menggunakan kurikulum 2013, sedangkan untuk kelas VIII dan IX menggunakan kurikulum KTSP. Perbedaan kurikulum tersebut berpengaruh terhadap penguasaan materi tata bahasa pada tiap jenjang kelas. Berdasarkan uraian-uraian tersebut yang melatar belakangi skripsi berjudul “Analisis Materi Tata Bahasa dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia dan Pembelajarannya.
6
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut. 1.
Pada kurikulum KTSP siswa dituntut memiliki kompetensi linguistik dan sastra serta dapat menggunakan di berbagai kepentingan.
2.
Belum diketahuinya seorang guru dalam menyampaikan materi tata bahasa di kelas.
3.
Belum diketahuinya penyampaian materi tata bahasa dalam buku pelajaran bahasa Indonesia SMP.
4.
Belum diketahuinya materi tata bahasa yang terdapat dalam buku pelajaran bahasa Indonesia SMP.
C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dapat diambil batasan masalah sebagai berikut. 1.
Penyampaian materi tata bahasa dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia SMP.
2.
Cakupan materi tata bahasa yang terdapat dalam buku pelajaran bahasa Indonesia SMP.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah dapat dirumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah pendekatan penyampaian materi tata bahasa dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII? 2. Bagaimana cakupan materi tata bahasa pada buku pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII?
7
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dapat diambil tujuan penelitian sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan pendekatan penyampaian materi tata bahasa dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII. 2. Mendeskripsikan cakupan materi tata bahasa dalam buku pelajaran bahasa Indonesia SMP kelas VIII.
F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagi sumber pada penelitian tentang buku pelajaran b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan wawasan terhadap pemilihan buku pelajaran di sekolah. 2. Manfaat Teoretis Menjadi bahan evaluasi guru dalam mengajarkan materi tata bahasa dan bahan evaluasi bagi penerbit dan penulis supaya menempatkan materi-materi khususnya materi tata bahasa yang ada berdasarkan tingkatan satuan pendidikan. Agar nantinya siswa mampu memahami materi dengan baik dan benar.
8
G.Batasan Istilah Supaya tidak terjadi kesalahan persepsi, maka beberapa istilah yang terkait dengan penelitian ini didefinisikan sebagai berikut. 1. Tata Bahasa Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tata bahasa memiliki dua pengertian yang berbeda. Pertama, tata bahasa merupakan kaidah-kaidah berupa struktur gramatikal bahasa. Kedua, kumpulan kaidah yang di dalamnya meliputi kaidah fonologi, morfologi, dan sintaksis. 2. Fonologi Fonologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari, membahas dan menganalisis bunyi dalam suatu bahasa. Bunyi tersbut diproduksi oleh alatalat ucap manusia. 3. Morfologi Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari, membahas, mengkaji dan menganalisis bentuk morfem dan kombinasinya. Tak hanya itu morfologi juga membahas mengenai segala masalah yang berhubungan dengan struktur kata. 4. Sintaksis Sintaksis merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas, mempelajari, mengkaji dan membicarakan seluk beluk konstruksi sintaksis. Adapun konstruksi sintaksis itu berupa frasa, klausa, dan kalimat.
9
5. Semantik Semantik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas, mempelajari, mengkaji dan membicarakan mengenai makna dalam suatu bahasa, hubungan antara tanda (signifiant) dengan petanda (signife). 6. Buku Pelajaran Buku Pelajaran adalah buku yang dijadikan pegangan siswa. Buku pelajaran dapat berupa media yang efektif dalam pembelajran. Peran buku pelajaran sangat mendominasi dan sangat penting dalam suatu sistem pendidikan. 7. Kurikulum KTSP Kurikulum KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan pengembangan kurikulum KBK yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional. 8. Materi Tata Bahasa Materi yang mencakup kaidah-kaidah kebahasaan yang dipelajari di dalam pembelajaran di sekolah. Materi tata bahasa disusun supaya siswa dapat memahami dan menguasai kaidah-kaidah kebahasaan.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat Bahasa Banyak ahli yang mendefinisikan bahasa dalam berbagai makna. Salah satunya menurut Kridalaksana (1983: 17), bahasa adalah suatu lambang yang bersifat arbitrer. Arbitrer ialah bahasa pada kelompok masyarakat tertentu berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya. Sistem tersebut kemudian digunakan dalam suatu kelompok masyarakat untuk saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Senada dengan Kridalaksana, bahwasanya bahasa telah digunakan untuk mengkharakteristikan pengetahuan penutur. Pengetahuan itu yang mendasari sistem bahasa, termasuk kaidah-kaidahnya untuk menghasilkan kalimat-kalimat gramatikal. Artinya tiap penutur memiliki pengetahuan bahasa yang berbedabeda. Hal itulah yang membedakan bahasa penutur satu dengan penutur lainnya (Chomsky via Ghazali, 2010: 48) Menurut Hidayat (2006: 23), bahasa merupakan sistem simbol yang ada di alam ini. Menurutnya arti tentang simbol yaitu sesuatu yang menyatakan sesuatu. Maksud dari pengertian tersebut yaitu terdapat simbol-simbol di sekeliling kita baik dari alam, pikiran, manusia, wahyu dan lain-lain. Simbol tersebut mencirikan kelompok masyarakat tertentu dalam berinteraksi. Definisi lain menurut Dardjowidjojo (2012: 16), bahasa merupakan suatu simbol lisan yang arbitrer. Simbol lisan ini dipakai oleh semua elemen masyarakat
10
11
untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya serta berlandaskan kebudayaan yang mereka miliki bersama. Berdasarkan definisi bahasa tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah sebuah simbol bersifat arbitrer yang digunakan oleh suatu masyarakat. Bahasa juga mencakup kaidah-kaidah yang digunakan untuk membentuk kalimat-kalimat secara gramatikal.
B. Tata Bahasa Tata bahasa dan bahasa memiliki hubungan keterkaitan yang erat. Tata bahasa lahir setelah adanya suatu bahasa. Pada zaman dahulu para penutur bahasa tidak terlalu menghiraukan aturan dan kaidah yang ada. Seiiring berjalannya waktu, para ahli bahasa mulai mendalami ilmu bahasa sehingga terciptalah kaidah dan aturan kebahasaan hingga saat ini. Menurut Ghazali (2010: 107), tata bahasa dipandang sebagai sebuah cara mengekspresikan makna yang digunakan penutur asing untuk mengkombinasikan berbagai unsur dalam bahasa (kosakata, morfologi dan sintaksis). Menurut Wedhawati (via Isnan, 2009: 14), tata bahasa merupakan subsistem bahasa. Subsistem tersebut dibagi menjadi dua pengertian yaitu secara luas dan sempit. Pengertian sempit yaitu tata bahasa hanya mencakup ilmu sintaksis (cabang ilmu linguistik membahas tentang antarkata dalam kalimat) dan morfologi (cabang ilmu linguistik membahas tentang proses pembentukan kata). Pengertian secara luas yaitu tata bahasa tidak hanya mencakup ilmu sintaksis dan morfologi tetapi juga mencakup fonologi (cabang ilmu linguistik membahas
12
tentang bunyi bahasa berdasarkan fungsinya), wacana (cabang ilmu linguistik membahas tentang struktur kalimat dalam teks), dan pragmatik (cabang ilmu linguistik membahas tentang bahasa sebagai alat komunikasi dan hubungannya dengan tindak tutur). Tata bahasa dibagi menjadi dua jenis, yaitu tata bahasa deskriptif dan tata bahasa pendidikan. Tata bahasa pendidikan merupakan ilmu turunan dari tata bahasa deskriptif. Keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Tata bahasa deskriptif menggali sistem kaidah yang terpola sedangkan tata bahasa pendidikan yaitu tata bahasa yang digunakan untuk pembelajaran. Tata bahasa pendidikan bertujuan supaya seorang penutur atau pelajar akan lebih cepat dan mudah dalam menguasai kaidah-kaidah kebahasaan. Akan tetapi keduanya memiliki keterkaitan satu sama lain (Nurhadi 1995: 133). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tata bahasa merupakan kaidah untuk mengeskpresikan makna serta kombinasi berbagai unsur dalam bahasa. Tata bahasa juga dibagi kedalam dua jenis, yaitu tata bahasa deskriptif dan tata bahasa pendidikan. Tata bahasa pendidikan merupakan ilmu turunan dari tata bahasa deskriptif yang digunakan dalam pembelajaran di sekolah.
C. Komponen Tata Bahasa Sejak zaman dahulu bahasa mengalami bermacam-macam perubahan. Baik dari segi filosofi maupun aliran-alirannya. Perang antara kaum behavioris dengan kaum nativis berdampak besar pada perkembangan ilmu bahasa. Akan tetapi, semua aliran sepakat bahwa komponen dalam tata bahasa selalu menyangkut tiga
13
hal yaitu fonologi, semantik dan sintaksis. Adapun studi tentang kata telah diturunkan pada bidang morfologi. Meskipun saat ini morfologi telah mendapatkan tempat tersendiri (Dardjowidjojo, 2012: 18). Berbeda halnya dengan Verhaar (2008: 12) yang mengatakan bahwa fonologi tidak termasuk kedalam tata bahasa. Akan tetapi fonologi masih dalam struktur bahasa yang bersifat fungsional tetapi tidak termasuk kedalam tata bahasa. Verhaar juga menambahkan bahwa hanya sintaksis dan morfologi yang masuk kedalam tata bahasa. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa komponen tata bahasa terbagi menjadi empat bagian yaitu fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. 1. Fonologi Fonologi merupakan bagian dari kajian linguistik yang mempelajari, membahas dan menganalisis mengenai bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alatalat ucap manusia (Chaer, 2009: 1). Pendapat lain mengatakan bahwa komponen fonologi tidak hanya membahas mengenai macam bunyi tetapi bagaimana bunyi-bunyi tersebut membentuk suatu sistem dalam bahasa (Dardjowidjojo, 2012: 20). Jadi, dapat di simpulkan bahwa fonologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari dan membahas mengenai bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap. Bunyi tersebut membentuk suatu sistem dalam bahasa. Menurut Chaer (2009: 3), objek kajian fonologi dibagi menjadi dua bagian, yaitu fonetik dan fonemik.
14
a. Fonemik Pada Kamus Linguistik karya Harimurti dan Kridalaksana (1983: 44), fonemik merupakan objek kajian fonologi yang khusus mempelajari mengenai bunyi-bunyi. Bunyi tersebut bertujuan untuk membedakan makna. Contohnya : bunyi /b/ dengan bunyi /p/ dalam kata /bak/ (kolam) dan /pak/ (singkatan dari kata bapak). Sependapat dengan Kridalaksana, fonemik merupakan cabang fonologi yang membahas mengenai macam bunyi dan fungsinya. Bunyi-bunyi tersebut sebagai pembeda makna kata (Chaer, 2009: 3). Menurut Soepono (2002: 86) fonemik khusus membahas menganai bunyi-bunyi bahasa yang membedakan arti saja. Bunyi-bunyi tersebut disebut fonem. Fonem secara umum dibagi menjadi dua macam, yaitu fonem segmental dan fonem suprasegmental. Fonem segmental adalah fonem yang memiliki tempat dan deretan sintagmatik. Sedangkan, fonem suprasegmental adalah fonem yang tidak memiliki tempat urutan sintagmatik. Fonem dalam suatu bahasa mempunyai berbagai macam lafal yang tergantung dalam kata atau suku kata. Contohnya fonem /p/ dalam bahasa Indonesia bersifat bebas ketika dilafalkan pada awal kata atau suku kata /pola/. Akan tetapi, fonem /p/ tidak diucapkan lepas ketika pada akhir kata atau suku kata, contohnya /atap/, /katup/ (Alwi, 2003: 26). b. Fonetik Fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti bunyi-bunyi bahasa tanpa mempertimbangkan apakah bunyi itu dapat membedakan makna atau tidak (Chaer, 2009: 10). Kridalaksana (1983: 44), membagi fonetik kedalam dua
15
pengertian. Pertama ilmu yang meneliti mengenai produksi, penyampaian dan penerimaan bunyi dalam suatu bahasa. Kedua sistem yang terdapat pada suatu bahasa. Menurut Muslich (2009: 8), fonetik dibagi menjadi tiga macam, yaitu fonetik fisiologis (aurtikulatoris), fonetik akustis, dan fonetik persepsi (auditoris). Fonetik fisiologis mengkaji mengenai bunyi-bunyi bahasa yng dihasilkan dari fungsi mekanisme biologi, organ tutur manusia atau biasa disebut alat ucap. Fonetik akustis adalah hubungan struktur fisik bunyi bahasa dengan reaksi alat pendengaran manusia, bagaimana bunyi-bunyi tersebut dapat diterima. Pada fonetik akustik ini memiliki tiga ciri utama, yaitu penekanan, tempo, dan frekuensi. Fonetik persepsi fokus kajiannya mengenai bagaimana manusia menentukan pilihan terhadap bunyi-bunyi yang diterima.
2. Morfologi Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang memelajari struktur pembentukan kata. Tataran terendah yang dipelajari morfologi adalah morfem dan tataran tertingginya adalah kata kompleks (Verhaar, 2008: 11). Menurut Kridalaksana (1986: 111), morfologi memiliki dua pengertian. Pertama, morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya. Kedua, bagian struktur bahasa yang terdiri dari kata dan bagian-bagian kata yang disebut morfem. Morfem terbagi menjadi dua jenis, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri atau dengan kata lain morfem ini sudah bisa disebut dengan kata. Contohnya hak, bawa, tempat, dan
16
lain sebagainya. Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri. Kehadiranya selalu diikuti dengan morfem lain. Contohnya meN-, di-, peN-, ter-, dll (Verhaar, 2008: 97-98). Morfem merupakan suatu bentuk dalam sebuah bahasa yang dapat dipotingpotong menjadi bagian kecil dan dipotong lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Bentuk potongan tersebut tidak memiliki makna. Morfem dibagi menjadi dua bagian, yaitu morfem bebas dan morfem terikat (Alwi, 2003: 29). Sependapat dengan Alwi, Isnan (2009: 20) menambahkan bahwa morfem bebas biasanya memiliki makna leksikal, sedangkan pada morfem terikat biasanya tidak memiliki makna leksikal, tetapi memiliki makna gramatikal. Namun ada juga bentuk morfem bebas yang tidak memiliki makna leksikal yang disebut dengan partikel. Bentuk terikat yang memiliki makna leksikal disebut klitik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah subdisiplin ilmu linguistik yang mempelajri tentang kata, proses pembentukan kata dan variasinya. Pada morfologi terdapat dua proses pembentukan kata yang disebut dengan proses morfemis. Proses morfemis dibagi menjadi dua jenis, sebagai berikut. a. Proses Afiksasi Menurut Verhaar (2008: 117) afiks dibagi menjadi empat bagian, sebagai berikut. 1) Prefiks adalah imbuhan disebelah kiri bentuk dasar. Proses tersebut dinamakan prefiksasi. Contoh: membaca, menulis, melipat dan lain sebagainya.
17
2) Sufiks adalah imbuhan disebelah kanan bentuk dasar. Proses tersebut dinamakan sufiksasi. Contoh: mandikan, bagikan, jatuhkan dan lain sebagainya. 3) Infiks adalah imbuhan dengan penyisipan di dalam bentuk dasar. Proses tersebut dinamakan infiksasi. Contoh: gemetar (getar), kemilau (kilau) dan lain sebagainya. 4) Konfiks atau simulfiks adalah imbuhan yang sebagian terdapat pada kiri bentuk dasar dan sebelah kanan bentuk dasar. Proses ini dinamakan konfiksasi atau simulfiksasi. Contoh: pelabuhan, pendidikan, permainan dan lain sebagainya. Pada buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Alwi (2003: 31) menambahkan proses afiksasi dibagi menjadi lima jenis, yaitu afiks, prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks. Afiks adalah bentuk (morfem terikat) yang dipakai untuk menurunkan kata, contohnya bertiga (tiga), ancaman (ancam), gerigi (gigi), dan belajar (ajar). Prefiks adalah bentuk morfem yang berada di depan kata dasar. Bentuk morfem terikat seperti ber-, meng-, peng-, dan per-. Apabila morfem tersebut di akhir kata dinamakan sufiks atau akhiran. Morfem tersebut seperti –an, -kan, dan –i. Jika morfem terikat berada diselipkan ditengah kata dasar disebut infiks atau sisipan. Morfem tersebut seperti -er dan –el. Prefiks dan sufiks yang membentuk suatu kesatuan disebut dengan konfiks. Moerfem tersebut seperti ber- -an, pe- -an dan me- -kan.
18
b. Proses Reduplikasi (Pengulangan) Reduplikasi atau pengulangan adalah proses morfemis mengulangi bentuk bentuk dasar atau sebagian dari bentuk dasar tersebut (Verhaar, 2008: 152). Menurut Muslich (2010: 48), proses reduplikasi adalah peristiwa pembentukan kata dengan cara mengulang bentuk dasar, baik sebagian maupun keseluruhan. Bentuk dasar yaitu bentuk linguistik yang diulang dan menjadi dasar dari proses pengulangan, seperti sepeda-sepeda, muda-muda, dan lain sebagainya. Muslich (2010: 52) menambahkan ada empat jenis bentuk pengulangan, yaitu. 1) Reduplikasi keseluruhan Reduplikasi keseluruhan ialah pengulangan bentuk dasar secara keseluruhan tanpa tambahan afiks dan perubahan fonem. Contoh: Muda = muda-muda Tua = tua-tua 2) Reduplikasi sebagian Reduplikasi sebagian adalah pengulangan bentuk dasar secara sebagian tanpa adanya perubahan fonem. Contoh: Panggil = panggil-memanggil Tulis = tulis-menulis 3) Reduplikasi kombinasi dengan bubuhan afiks Reduplikasi ini yaitu pengulangan yang diberi penambahan afiks baik secara bersama-sama atau serentak. Pengulangan ini merupakan satu arti. Contoh: Mobil = mobil-mobilan Cinta = cinta-cintaan
19
4) Reduplikasi perubahan fonem Reduplikasi ini adalah pengulangan bentuk dasar dengan disertai perubahan fonem. Contoh: Gerak = gerak-gerik Ramah = ramah-tamah
3. Sintaksis Menurut Suhardi (2013: 1), Sintaksis merupakan cabang ilmu bahasa yang cukup tua. Ilmu bahasa ini mengkaji mengenai struktur kalimat dan kaidah penyusunan kalimat. Sintaksis juga diartikan sebagai tata bahasa yang membahas antar kata dalam tuturan. Salah satu contoh dari bentuk tuturan adalah kalimat (Verhaar, 2008: 161). Kridalaksana (1986: 154) membagi sintaksis kedalam tiga pengertian. Pertama, pengaturan dan hubungan antara kata dengan satuan yang lebih besar atau penggabungan satuan yang lebih besar itu ke dalam bahasa. Kedua, subsistem bahasa yang mencakup hal-hal tersebut dan sering dianggap bagian dari gramatika. Ketiga, cabang ilmu linguistik yang mempelajari hal-hal tersebut. Berdasarkan ketiga ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah ilmu bahasa yang bertugas mengkaji dan mempelajari struktur kalimat, hubungan kalimat dan kaidah-kaidahnya. Adapun bentuk–bentuk konstruksi sintaksis menurut Suhardi (2013: 14), terbagi menjadi tiga jenis, yaitu frasa, klausa dan kalimat.
20
a. Frasa Frasa adalah salah bentuk konstruksi sintaksis yang beranggotakan dua kata atau lebih dan tidak bersifat predikatif. Jadi, unsur yang harus hadir dalam frasa ada Subjek (S) dan Predikat (P). Contoh: Teman kuliah saya telah berkeluarga (Suhardi. 2013: 14). Pengertian frasa menurut Verhaar (2008: 290) adalah bagian fungsional dari sebuah tuturan yang lebih panjang. Contoh: Kemampuan menilai prestasi belajar siswa. Menurut Alwi (2003: 312), Frasa adalah satuan sintaksis yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak mengandung usur predikasi. Jadi, frasa merupakan konstruksi sintaksis yang beranggotakan minimal dua kata dan bagian fungsional dari sebuah tuturan. Menurut Baehaqi (2014: 25-27), jenis-jenis frasa ada bermacam-macam. Frasa bisa diklasifikasikan beradasarkan empat kriteria sebagai berikut. 1) Distribusinya Berdasarkan distribusinya frasa dibedakan menjadi dua jenis, yaitu frasa endosentris dan eksosentris. Pertama, frasa edosentris adalah frasa yang memiliki distribusi sama dengan distribusi unsur pembentuknya. Frasa endosentris dibagi menjadi tiga bagian, yaitu endosentris atributif, contoh: Pembangunan (unsur pusat) lima tahun. Frasa endosentris koordinatif, contoh: Ayah dan Ibu. Frasa endosentris apositif, contoh: Bapak Soekarno, Presiden pertama RI . Kedua, frasa eksosentris yaitu frasa yang tidak memiliki kesamaan dengan distribusi unsur pembentuknya. Frasa eksosentris juga mengalami pembagian menjadi dua jenis
21
yaitu frasa eksosentris direktif, contoh: Dewi pergi ke pasar. Frasa eksosentris nondirektif, contoh: Para hadirin dipersilahkan duduk kembali.. 2) Susunan unsur pembentuknya Berdasarakan susunan unsur pembentuknya frasa dibagi menjadi dua jenis, yaitu frasa tunggal dan frasa majemuk. Contoh frasa tunggal Prof. Fathur peneliti sosiolinguistik. Contoh frasa majemuk Dr. Zulaeha peneliti pendidikan bahasa. 3) Makna Berdasarkan maknanya frasa dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu frasa lugas dan frasa idiomatik. Contoh frasa lugas Etna Linguistina membeli buku tulis. Contoh idiomatik Pambudi bertekuk lutut dihadapan orang itu. 4) Kategori Berdasarkan kategorinya frasa dibedakan menjadi sebelas jenis, yaitu (1) frasa nominal contoh: kursi kayu, (2) frasa pronominal contoh: bertujuh, (3) frasa verbal contoh: sedang berceramah, (4) frasa numeral contoh: dua ekor, (5) frasa adjectival contoh: cepat sekali, (6) frasa adverbial contoh: tadi pagi, (7) frasa preposisional contoh: telapak kaki ibu, (8) frasa penunjuk contoh: motor ini, (9) frasa tanya contoh: bagaimana penelitian itu, (10) frasa sandang contoh: para mahasiswa, (11) frasa sambung contoh: karena itu.
b. Klausa Klausa adalah salah
satu bentuk konstruksi
sintaksis
yang
unsur
pembentuknya berupa predikat (P) dan bersifat predikatif. Contoh: Diah akan mengajar (Suhardi, 2013: 43). Klausa adalah kata-kata yang sekurang kurang
22
berada pada dua fungsi sintaktis, yaitu subjek (S) dan predikat (P). Contoh: Amar mandi (Baehaqi, 2014: 21). Oleh karena itu, klausa adalah gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdapat dua fungsi sintaktis yaitu subjek (S) dan predikat (P). Klausa memiliki beberapa tipe. Menurut Suhardi (2008: 73-79), klausa diklasifikasikan pada kriteria tertentu. Kriteria tersebut yaitu klausa berdasarkan struktur internalnya, kelengkapan unsur intinya, ada tidaknya unsur negasi, unsur yang menduduki unsur P, dan distribusi unsur pembentuknya. Berdasarkan struktur internalnya klausa dibagi menjadi dua, yaitu klausa runtut (S-P) dan klausa tidak runtut (P-S). Contohnya, kakak baik hati (S-P) dan baik hati sekali kakak (P-S). Berdasarkan kelengkapan unsur intinya dibagi menjadi dua, yaitu klausa lengkap dan klausa tidak lengkap. Contohnya, Adi ingin makan (S-P) adalah klausa lengkap. Tiga ekor (P) adalah klausa tidak lengkap yang merupakan jawaban dari berapakah jumlah harimau di kandang?. Selanjutnya, berdasarkan ada tidaknya unsur negasi pada P (predikat) dibagi menjadi dua, yaitu klausa positif dan klausa negative. Unsur negasi berupa katakata pengingkaran, kata yang bisa digunakan yaitu tidak, tak, tiada, bukan, jangan dan non. Klausa positif adalah klausa yang tidak memiliki unsur negasi pada P, contoh gadis itu berbaju putih sedangkan klausa negatif adalah klausa yang memiliki unsur negasi didalamnya, contoh gadis itu tidak berbaju putih. Berdasarkan distribusinya dibagi menjadi dua, yaitu klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas adalah klausa yang mampu berdiri sendiri sebagai kalimat yang sempurna, contohnya dia sedang belajar, ibunya sangat bangga. Klausa terikat adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna,
23
contohnya jika kamu sakit,……;meskipun dia sudah tahu……..Terakhir, tipe klausa berdasarkan kategori unsur pengisi P dibagi menjadi dua, yaitu klausa kerja (verbal) dan klausa non kerja (nonverbal). Klausa kerja adalah klausa yang unsur pengisi P berkategori kata kerja, contohnya mereka sudah pulang dari Bali. Klausa non kerja adalah klausa yang unsur pengisi P berkategori selain kata kerja, antar lain kata benda (nomina), kata sifat (adjektiva), bilangan (numeralia), dan frasa depan (preposisi). Contohnya, orangtuanya guru. c. Kalimat Kalimat adalah bagian terkecil dari suatu ujaran atau teks (wacana). Kalimat bertujuan mengungkapkan pikiran yang utuh dalam ketatabahasaan. Kalimat dalam bahasa lisan diiringi dengan alunan nada, jeda, intonasi dan diikuti dengan kesenyapan. Kalimat dalam bahasa tulis yaitu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri tanda baca dengan adanya spasi (Muslich, 2010: 123). Sependapat dengan Muslich (Alwi, 2003: 311) menyatakan bahwa kalimat adalah bahasa terkecil yang terwujud dalam lisan maupun tulisan dan mengungkapkan pikiran secara utuh. Kalimat ini merupakan dasar dalam sebuah wacana Akan tetapi, Suhardi (2013: 48) membagi pengertian kalimat berdasarkan dua kelompok, yaitu kalimat secara struktural dan secara tradisional. Konsep kalimat secara tradisional yaitu satuan bahasa yang secara langsung digunakan dalam berbahasa atau berkomunikasi. Konsep kalimat secara struktural sependapat dengan Muslich dan Alwi. Kalimat merupakan satuan gramatis disertai unsur prosidi dan intonasi akhir serta dapat berdiri sendiri. Jadi, dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan gramatikal terkecil dalam sebuah
24
wacana. Kalimat lisan ditandai dengan unsur prosidi dan intonasi akhir. Kalimat tulis ditandai dengan huruf kapital, tanda baca dan spasi. 1) Unsur-Unsur Kalimat Menurut Suhardi (2013: 49), unsur kalimat dibagi menjadi dua bagian, yaitu unsur segmental dan suprasegmental atau prosidi. Unsur segmental adalah unsur yang berupa satuan-satuan bahasa yang berupa kata, frasa dan klausa. Satuan bahasa itu secara langsung harus terkandung makna. Unsur suprasegmental adalah unsur yang muncul bersamaan dengan unsur segmental berupa nada, tekanan, tempo, jeda, pause, dan intonasi. Alwi (2003: 315) berbeda pendapat mengenai unsur kalimat. Menurutnya unsur kalimat berupa unsur wajib dan tak wajib. Unsur wajib merupakan konstituen kalimat yang tidak dapat dihilangkan. Contoh: mereka menghadiri pertemuan itu. Unsur tak wajib adalah unsur konstituen yang dapat dihilangkan. Contoh: Barangkali mereka menghadiri pertemuan itu kemarin sore. Kata barangkali dan kemarin sore merupakan unsur tak wajib yang dapat dihilangkan.
2) Jenis-Jenis Kalimat Kalimat memiliki kategori jenis yang berbeda-beda. Menurut Alwi (2003: 336) kategori jenis kalimat terbagi menjadi empat jenis, sebagai berikut. a) Bentuk sintaksisnya Berdasarkan bentuk sintaksisnya kalimat dibagi lagi menjadi kalimat deklaratif, kalimat imperatif, dan kalimat interogatif. Kalimat deklaratif adalah kalimat yang umumnya digunakan penulis untuk menyampaikan suatu informasi
25
atau berita. Contoh: Tadi pagi ada kecelakaan mobil di dekat Monas. Kalimat imperatif adalah kalimat yang menunjukan suatu permintaan atau perintah. Contoh: Budi, buka pintu itu!. Kalimat imperatif dibagi lagi menjadi tujuh jenis, yaitu kalimat imperatif tak trantansitif, contoh : Tutup pintu!; kalimat imperatif transitif, contoh : Belikankanlah ibu sayur!; kalimat imperatif halus, contoh : Tolong, ambilkan buku itu.; kalimat imperatif permintaan, contoh : mohon tenang anak-anak!; kalimat imperatif ajakan dan harapan, contoh : Ayo, kita kesana!; kalimat imperatif larangan, contoh : Jangan dimakan! dan kalimat imperatif pembiaran, contoh : Biarlah dia makan dulu!. Kalimat interogatif biasa dikenal dengan kalimat tanya, contoh : Apa dia istri pak Bambang? b) Jumlah klausanya Berdasarkan jumlah klausanya dibagi menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa. Contoh: Dia akan pergi. Kalimat tunggal berdasarkan unsur predikatnya terbagi lagi menjadi lima bagian, yaitu kalimat berpredikat verbal, kalimat berpredikat nomina, kalimat berpredikat adjektiva, kalimat berpredikat numeral dan kalimat berpredikat preposisional. Adapun kalimat verbal terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu kalimat verba aktif dan verba pasif. Kalimat majemuk adalah kalimat yang minimal terdiri dari dua klausa. Kalimat majemuk dibagi menjadi dua bagian yaitu majemuk setara dan majemuk bertingkat. Majemuk setara adalah kalimat yang menggabungkan dua klausa atau lebih. Masing-masing klausa mempunyai kedudukan yang setara. Contoh: Pengurus Dharma Wanita mengunjungi panti asuhan dan mereka memberi
26
penghuninya hadiah. Kalimat majemuk bertingkat
yaitu
kalimat
yang
menggabungkan dua klausa atau lebih. Salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa lain. Contoh: Orang tua itu mengatakan bahwa anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati. c) Kelengkapan unsur Berdasarkan kelengkapan unsurnya. Kalimat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kalimat lengkap dan tak lengkap. Kalimat lengkap minimal terdiri dari satu klausa. Contoh: Saya pergi sekolah. Sedangkan kalimat tak lengkap biasa disebut kalimat minor. Kalimat ini tidak memiliki subjek dan predikat. Contoh: Diam!. Kalimat ini biasanya terjadi pada percakapan. d) Susunan subjek dan predikatnya. Berdasarkan susunan subjek dan predikat kalimat ini biasa disebut kalimat inversi. Kalimat inversi adalah kalimat yang predikatnya selalu mendahului subjek. Contoh: Kami terima P
surat itu. S
Hal senada juga diungkapkan oleh Suhardi (2013: 80) yang lebih menjabarkan jenis-jenis kalimat menjadi sepuluh golongan yaitu (1) kehadiran unsur predikat, (2) jumlah klausa yang membentuk, (3) tujuan sesuai dengan situasinya, (4) kategori unsur pengisi predikat, (5) ada tidaknya unsur negasi, (6) struktur internal kalimat, (7) struktur unsur klausa pokok, (8) hubungan pelaku dan tindakan, (9) langsung tidaknya penuturan , (10) pola dasar/inti kalimat.
27
4. Semantik Pengertian semantik menurut Suwandi (2008: 9), yaitu ilmu kajian linguistik yang memelajari tentang lambang atau tanda untuk menyatakan makna. Hubungan makna yang satu dengan yang lain berpengaruh terhadap komunikasi antra manusia. Senada dengan pendapat tersebut semantik merupakan ilmu linguistik yang mengkaji tentang makna bahasa, tanda, hubungan antara tanda (signifiant) dengan yang ditandai (signifie) (Santoso, 2003: 1). Jadi, dapat disimpulkan bahwa semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari dan mengkaji tanda atau lambang, makna, dan hubungan antara petanda dan penanda. a. Jenis-Jenis Makna Menurut Santoso (2003: 17-22), membagi jenis-jenis makna ke dalam beberapa bagian sebagai berikut. 1) Makna Leksikal dan Makna Gramatikal Makan leksikal adalah makna dasar kata-kata yang terlepas dari konteks penggunaannya di dalam kalimat. Contoh: pohon, batang, daun, buah dan lain sebagainya. Makna gramatikal adalah makna yang terjadi akibat bertemunya unsur satu dengan unsur lainnya. Contohnya kata dan tidak bermakna jika tidak disatukan dengan kata lainnya, akan tetapi ketika digabungkan dengan kata lain misalnya Ayah dan Ibu. Kata dan menjadi bermakna ‘penjumlahan’. 2) Makna Denotatif dan Makna Konotatif Makna denotatif adalah makna yang didasarkan pada penunjukan secara lugas pada sesuatu bahasa. Makna ini didasarkan pada suatu konsensi tertentu. Contohnya ‘Rama’ dan ‘Bapak’ dalam bahasa Jawa. Keduanya mengacu pada
28
makna yang sama. Akan tetapi kata rama memiliki rasa yang lebih halus dibandingkan kata bapak. Makna konotatif adalah makna yang didasarkan atas perasaan pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca). Biasanya makna konotatif disebut makna tambahan dan digunakan dalam dunia sastra. Contohnya, bunga = puspa, sekar, kembang.
b. Relasi Makna Relasi Makna adalah hubungan antara makna yang satu dengan yang makna yang lain (Suwandi, 2008: 101). Sependapat dengan Suwandi, menurut Santoso (2003: 23), relasi makna biasa terjadi pada makna leksikal berupa kemiripin antara satu kata dengan kata lain. Santoso menambahkan bahwa relasi makna terbagi menjadi tujuh bagian sebagai berikut. 1) Sinonim Sinonim merupakan dua kata atau lebih yang memiliki makna sama. Sinonim bersifat timbal balik. Contohnya ‘takdir’ dengan ‘nasib’ memiliki makna ketetapan Tuhan (Santoso, 2003: 23). 2) Antonim Hubungan makna antonim juga memiliki dua arah, akan tetapi makna dalam antonim bertentangan dengan makna lain. Contohnya kata ‘jauh’ dengan kata ‘dekat’. Kedunya memiliki makna yang bertentangan (Santoso, 2003: 24).
29
3) Homonim, homofon dan homograf Homonim memiliki hubungan antara dua kata yang maknanya berbeda tetapi bentuknya sama. Contohnya kata’ bisa’ yang bermakna dapat dengan ‘bisa’ bermakna racun. Selain homonim juga terdapat pula homofon, yaitu persamaan bunyi. Contohnya kata ‘bang’ dengan ‘bank’. Jika kedua kata tersebut diucapkan menghasilkan bunyi yang sama. Homograf yaitu persamaan tulisan. Contohnya kata ‘teras’ bermakna inti kayu dan ‘teras’ bermakna bagian rumah (Santoso, 2003: 28). 4) Polisemi Polisemi adalah gejala bahasa yang dialami oleh satuan bahasa yang bermakna lebih dari satu. Contohnya ‘kepala’ bisa bermakna banyak yaitu (1) bagian tubuh dari leher ke atas misalnya kepala hewan, kepala manusia;(2) bagian yang dianggap penting misalnya kepala sekolah, kepala rumah sakit; (3) bagian yang berbentuk bulat misalnya kepala paku, kepala jarum; (4) pemimpin atau ketua misalnya kepala sekolah, kepala stasiun (Santoso, 2003: 29). 5) Hiponim dan Hipernim Hiponim adalah hubungan makna dari yang bersifat khusus menjadi yang bersifat umum. Contohnya, kata mawar, melati, kamboja merupakan bagian dari bunga. Sementara hipernim adalah hubungan makna dari yang bersifat umum menjadi bersifat khusus. Contohnya, kata bunga memiliki jenis yaitu mawar, melati kamboja dan sebagainya (Santoso, 2003: 31).
30
6) Ambiguitas Ambiguitas biasa disebut ketaksaan atau kata yang bermakna ganda. Contohnya pada kalimat (1) buku sejarah baru; (2) buku sejarah baru. Pada kalimat pertama makna ‘baru’ ditekankan pada kata buku. Pada kalimat kedua makna ‘baru’ lebih ditekankan pada kata sejarah (Santoso, 2003: 31). 7) Redudansi Redudansi biasanya diartikan sebagai pemakaian unsur segmental yang berlebihan pada ujaran. Contohnya kalimat (1) Bola ditendang oleh Si Udin, (2) Bola ditendang si Udin. Pada kalimat pertama penutur ingin menenkankan informasi terhadap kata yang mengikutinya (Santoso, 2003: 32). Hal serupa juga dikemukakan Suwandi (2008: 99) yang membagi relasi makna menjadi tujuh bagian, yaitu (1) Sinonim, (2) Antonim, (3) Homonim, (4) Polisemi, (5) Hiponim, (6) Ambiguitas, (7) Redudansi.
D. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau biasa disebut KTSP merupakan perubahan baru dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KTSP hadir untuk memperbaharui sistem pendidikan. Menurut Mulyasa (2008: 20) Standar Nasional (SNP Pasal 1, ayat 15) mengemukakan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang terbentuk dan disusun serta dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP itu didasarkan pada pedoman standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan oleh
31
Badan Standar Nasional (BNP). KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2. Lestari (2013: 11-12) mengemukakan bahwa KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah, potensi dan karakteristik peserta didik. Sekolah dan komite sekolah yang mengembangkan KTSP penggunaan silabusnya dibawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota dan departemen agama yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
E. Materi Tata Bahasa dalam Kurikulum Tata Bahasa merupakan materi yang sangat penting dalam pengajaran bahasa. Akan tetapi posisi tata bahasa perlu dipertimbangkan ulang. Pengajaran bahasa hendaknya digunakan sebagai media untuk mengekspresikan niatan komunikatif dan berperan serta bagi pengembangan kompetensi komunikasi siswa. Terdapat empat keterampilan berbahasa yang ada di kurikulum KTSP. Keempat keterampilan tersebut meliputi keterampilan menyimak, menulis, membaca dan berbicara. Tata bahasa perlu dipandang sebagai suatu kesatuan dengan keempat keterampilan tersebut. Jadi tiap-tiap latihan, materi, dan tugas yang ada dalam buku pelajaran harus melihat bagaimana bentuk-bentuk tata bahasa digunakan dalam komunikasi nyata. Selain itu, juga perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti level bahasa siswa (Ghazali, 2010: 107-108). Hal serupa juga dikemukakan oleh Nurhadi (1995: 94) bahwa tata bahasa pendidikan merupakan seperangkat pengajaran bahasa bukan seperangkat materi
32
tata bahasa. Oleh karena itu, tata bahasa dalam bidang pendidikan harus disusun sedemikian rupa sebagai alat bantu mengajar bahasa. Tata bahasa pendidikan harus disusun dan menjadi bagian dari dunia kependidikan.
F. Pengajaran dan Pembelajaran Materi Tata Bahasa Menurut Ghazali (2010: 106), penyampaian pengajaran tata bahasa dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan induktif dan deduktif. Kedua pendekatan tersebut diuraikan sebagai berikut. 1. Pendekatan Induktif Pendekatan induktif merupakan pendekatan yang berangkat dari pengetahuan khusus menjadi umum. Pendekatan ini diawali dengan memberikan contohcontoh atau kasus-kasus kebahasaan, siswa kemudian menganalisis contoh tersebut kedalam aturan tata bahasa yang berlaku dan menyimpulkan hasil analisisnya. 2. Pendekatan Deduktif Pendekatan deduktif merupakan pendekatan yang berangkat dari pengetahuan umum menjadi khusus. Pendekatan ini mengharuskan guru memberikan penjelasan mengenai materi tata bahasa, kemudian siswa diberi latihan guna membuktikan aturan tata bahasa yang telah dijelaskan. Sependapat dengan Ghazali, Habibullah (2012) juga menyampaikan bahwa ada dua pendekatan dalam proses pembelajaran. Pendekatan pertama yaitu pendekatan induktif. Pendekatan kedua yaitu pendekatan deduktif. Pembelajaran dengan pendekatan induktif menuntut siswa untuk aktif berusaha mensintesis,
33
menemukan atau menyimpulkan prinsip dasar tersebut. Pembelajaran dengan pendekatan induktif yaitu dengan pemberian contoh-contoh kemudian didapatkan kesimpulan menjadi suatu prinsip dasar. Pendekatan deduktif adalah pembelajaran yang memulai dengan penjelasan teori-teori terlebih dahulu dan meningkat ke penerapan teori. Dalam penerapan pendekatan deduktif menekankan penerapan teoritis ke bentuk realistis. Guru menjelaskan mengenai teori-teori dari para ahli, kemudian guru memberikan contoh-contoh dari kehidupan sehari-hari.
G. Buku Teks Pelajaran Buku teks merupakan sumber bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran. Sumber bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi. Buku Ajar didesain sacara sistematis guna menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. (Widodo&Jasmadi dalam Lestari, 2013: 1). Lestari (2013: 5) menambahkan bahwa secara umum buku terbagi menjadi empat jenis. 1. Buku sumber merupakan buku yang dijadikan referensi atau rujukan untuk kajian ilmu tertentu. Biasanya berisikan kajian ilmu yang lengkap. 2. Buku bacaan merupakan buku yang memiliki funsi untuk bacaan saja, misalnya legenda, mitos, novel, dan sebagainya. 3. Buku pegangan merupakan buku yang dijadikan pegangan guru dalam mengajar.
34
4. Buku bahan ajar merupakan buku yang disusun untuk proses pembelajaran. Berisikan bahan-bahan dan materi yang akan diajarkan dalam pembelajaran. Berdasarkan pengertian diatas buku ajar adalah bahan tertulis yang berupa lembaran-lembaran yang dijilid dan berisi ilmu pengetahuan serta bahan-bahan atau materi. Bahan-bahan dan materi tersebut diturunkan dari kompetensi dasar yang ada pada kurikulum yang berlaku untuk kemudian digunakan oleh siswa. Bahan ajar yang saat ini digunakan berupa buku teks pelajaran. Buku teks pelajaran selalu meningkatkan kualitasnya. Baik dari segi materi maupun dari segi ekonomi. Pemerintah mengharapkan bahwa buku teks menjadi bagian dari dunia pendidikan yang berkualitas dan terjangkau. Buku teks pelajaran yaitu buku pelajaran yang memuat materi-materi pembelajaran ditambah dengan informasi yang relevan dan menyeluruh (Imran, 2014). Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 2008 tentang Buku Teks Pelajaran pasal satu ayat tiga menjelaskan bahwa buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan pendidikan dasar, menengah atau perguruan tinggi. Buku teks memuat materi pembelajaran untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan, akhlak terpuji, ilmu pengetahuan, teknologi, peningkatan kepekaan, peningkatan estetis, kemampuan kinestetik, dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan. Menurut Muslich (dalam Isnan, 2014: 46), buku teks pelajaran adalah buku yang barisi materi dari bidang studi tertentu. Buku teks pelajaran telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu, orientasi pembelajaran dan kemampuan siswa. Buku teks ini digunakan sebagai sarana pembelajaran di kelas. Jadi, dapat diambil
35
kesimpulan bahwa buku teks pelajaran adalah buku yang digunakan sebagai pegangan atau acuan dalam pembelajaran. Buku tersebut memuat materi-materi dari bidang studi dan bertujuan untuk meningkatkan keimanan serta akhlak yang baik. Buku teks pelajaran disusun berdasarkan standar nasional serta diseleksi berdasarkan tujuan dan orientasi tertentu.
H. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dilakukan oleh Faisal Isnan (2009), mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta berjudul “Analisis Materi Tata Bahasa dalam Buku Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan pendekatan pembelajaran materi tata bahasa, mendeskripsikan cakupan materi tata bahasa, dan mendeskripsikan kesesuaian materi tata bahasa dengan kurikulum KTSP di Sekolah Menengah Atas (SMA). Hasil penelitian yaitu pendekatan pembelajaran materi tata bahasa terdapat dua buah, yaitu pendekatan induktif dan pendekatan deduktif. Pendekatan deduktif pada materi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantic sedangkan pendekatan induktif terdapat pada materi morfologi, sintaksis dan semantic. Cakupan materi tata bahasa terdiri dari materi fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Kesesuaian materi dengan kurikulum KTSP berupa materi fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik yang masuk dalam Standar Kompetensi-Kompetensi Dasar (SK-KD) tertentu.
36
Relevansi yang terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh Faisal Isnan ini adalah sama-sama mendeskripsikan pendekatan materi tata bahasa dan cakupan materi tata bahasa dalam buku pelajaran bahasa Indonesia. Perbedaannya penelitian ini mendeskripsikan buku pelajaran bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Faisal Isnan yaitu mendeskripsikan buku pelajaran bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA).
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif deskriptif. Peneliti biasanya berorientasi pada teori yang sudah ada. Pada penelitian ini teori hanya dibatasi sebagai pengertian saja serta suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan preposisi yang berasal dari data dan diuji kembali (Moleong, 2007: 8). Pada penulisan laporan peneliti menganalisis data dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. Data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan berupa angka (Moleong, 2007: 11).
B. Sumber Data Subjek dalam penelitian ini yaitu materi tata bahasa dalam buku pelajaran dan guru Bahasa Indonesia kelas VIII di MTs Negeri Godean. Objek dalam penelitian ini yaitu pendekatan pembelajaran dan cakupan materi tata bahasa dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia.
C. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah MTs Negeri Godean. Penelitian ini dilakukan sesuai jadwal mengajar guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII. Selain itu juga dilakukan di luar kelas berupa wawancara terhadap guru pengampu bahasa Indonesia kelas VIII.
37
38
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengamatan langsung proses pembelajaran di kelas (observasi) dan wawancara dengan guru bahasa Indonesia. 1. Observasi Pengumpulan data dengan observasi dalam penelitian dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap proses pembelajaran materi tata bahasa di kelas. Pengamatan dilakukan secara berkesinambungan sampai dirasa mendapatkan data yang cukup. Waktu pengamatan disesuaikan dengan jadwal guru dan KD yang diizinkan. 2. Wawancara Pengumpulan data dengan wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap guru yang mengajar. Wawancara dilakukan di luar kelas. Subjek wawancara adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengampu kelas VIII.
E. Instrumen Penelitian Instrumen utama pada penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument) peneliti sebagai pengamat dan penganalisis data. Peneliti menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menganalisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan. Instrumen penelitian berupa hasil observasi dan materi tata bahasa dalam buku pelajaran SMP. Alat bantu penelitian berupa alat tulis, alat perekam, dan kamera. Adapun
39
lembar observasi atau pengamatan materi tata bahasa di kelas terdapat pada tabel 1. Lembar pengamatan materi tata bahasa di buku pelajaran terdapat pada tabel 2.
Tabel 1 Pedoman Pengamatan (Observasi) terhadap Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII Nama Sekolah Tanggal Observasi Waktu Mata Pelajaran Guru Mata Pelajaran Kelas No
Aspek yang diamati
1.
Materi Pembelajaran
2.
Materi Tata Bahasa
3.
Langkah Pembelajaran
: : : : : :
a. Membuka Pelajaran
b. Tujuan Pembelajaran
c. Penyajian Materi Tata Bahasa. (Induktif, deduktif, input bahasa) d. Pemberian Tugas/Refleksi e. Menutup Pelajaran
4.
5.
Kesesuaian materi tata bahasa yang diajarkan dengan buku pelajaran Bahasa Indonesia yang digunakan Evaluasi
Deskripsi Hasil Pengamatan
40
Tabel 2 Pengamatan Materi Tata Bahasa di Buku Pelajaran SMP kelas VIII Judul Buku Nama Pengarang Nama Penerbit: Tahun Terbit No
: : : Materi Tata Bahasa
Pendekatan Penyampaian Ind Ded
Cakupan Materi Tata Bahasa Fon Mor Sin Sem
Hal
Keterangan : Ind : Induktif; Ded : Deduktif; Fon : Fonologi; Mor : Morfologi; Sin : Sintaksis; Sem : Semantik
F. Metode dan Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dalam tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan tahap kesimpulan/verifikasi. 1. Reduksi data Data yang diperoleh dalam materi tata bahasa kemudian diteliti kembali. Reduksi data berarti memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan
41
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data. 2. Penyajian Data Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Data disajikan dalam bentuk uraian yang bersifat naratif dan berbentuk tabel. Teks naratif dan tabel tersebut berisi pendekatan penyampaian materi tata bahasa dalam buku pelajaran dan cakupan materi tata bahasa yang terdapat di buku pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII. 3. Penarikan Kesimpulan Teknik analisis data yang terakhir berupa penarikan kesimpulan yang diharapkan mampu menjawab rumusan masalah yang dikemukakan.
G. Teknik Kredibilitas Penelitian 1. Ketekunan Pengamatan Ketekunanan pengamatan dimaksudkan untuk mendapatkan data berupa kebiasaan serta pola pengajaran materi tata bahasa. Teknik pengamatan ini dilakukan secara berkala dan tertib. Pengamatan juga dilaksanakan dengan menyesuaikan kebijakan sekolah mengenai jadwal pelajaran. 2. Perpanjangan keikutsertaan Perpanjangan keikutsertaan menjadi pikiran untuk uji keabsahan data dalam penelitian ini dengan memperpanjang masa penelitian sampai dirasa semua data cukup menjadi deskripsi penelitian yang menggambarkan kesesuaian antara materi dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia SMP dengan penyampaiannya di kelas.
42
3. Trianggulasi Data Trianggulasi data merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan komponen lain. Penelitian kualitatif ini membandingkan data dengan komponen lain. Data tersebut dibandingkan sehingga validitas dapat dipertanggungjawabkan. Beberapa hal yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut. a. Membandingkan data hasil pengamatan melalui catatan lapangan, lembar observasi dengan hasil wawancara b. Membandingkan apa yang dikatakan guru di depan kelas dengan apa yang dikatakannnya secara pribadi saat wawancara c. Membandingkan proses pembelajaran dengan materi tata bahasa pada buku pelajaran SMP.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Hasil penelitian Analisis Materi Tata Bahasa pada Buku Pelajaran Bahasa Indonesia dan Pembelajarannya merupakan analisis deskriptif. Hasil penelitian tersebut disajikan dalam bentuk tabel-tabel rangkuman dan dideskripsikan pada pembahasan. Keseluruhan data dapat dilihat pada lampiran data. Fokus kajian dalam penelitian ini berupa pendekatan penyampaian materi tata bahasa dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia dan cakupan materi tata bahasa dalam buku Bahasa Indonesia SMP kelas VII. Buku yang digunakan yaitu buku BSE berjudul Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMP/MTs kelas VIII dengan pengarang Asep Yudha Wijaya dan Sudarmawati. Buku tersebut merupakan salah satu buku bahasa Indonesia yang digunakan di beberapa sekolah. Akan tetapi, buku tersebut merupakan satu-satunya buku BSE yang digunakan di beberapa sekolah di wilayah tersebut. Data yang terkumpul dapat dikelompokan menjadi dua bagian rumusan masalah tersebut. Berikut adalah deskripsi hasil penelitian yang disajikan secara rinci.
1. Pendekatan Penyampaian Materi Tata Bahasa dalam Buku Pelajaran. Penyampaian materi tata bahasa dalam buku teks dibagi menjadi dua macam pendekatan, yaitu pendekatan induktif dan deduktif. Pendekatan induktif adalah pendekatan penyampaian materi tata bahasa dengan memberikan contoh-contoh
43
44
terlebih dahulu kemudian pengertian. Pendekatan deduktif merupakan pendekatan penyampaian materi tata bahasa dengan memberikan penjelasan terlebih dahulu disertai contoh-contoh. Hasil penelitian pendekatan penyampaian materi tata bahasa dalam buku pelajaran dengan secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3. Pendekatan Penyampaian Materi Tata Bahasa dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII No. 1. 2. 3. 4.
Materi Tata Bahasa
Pendekatan Deduktif
Morfologi (Konfiks ke-an) Morfologi (Reduplikasi) V Morfologi (Afiks ter- ) Morfologi (Konfiks per- an dan pen- -an) 5. Morfologi (Prefiks di-) 6. Sintaksis (Penggunaan kata yang) 7. Sintaksis (Kata keterangan) 8. Sintaksis (Kalimat majemuk) 9. Sintaksis (Kalimat pasif) 10. Sintaksis (Kedudukan kata dalam kalimat) Total 1 buah
Pendekatan Induktif V V V V V V V V V 9 buah
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa pendekatan penyampaian materi tata bahasa dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII, yaitu materi morfologi yang terdapat pada buku pelajaran menggunakan pendekatan deduktif ada 1 buah, sedangkan yang menggunakan pendekatan induktif terdapat 4 buah. Semua materi sintaksis menggunakan pendekatan induktif. Submateri yang telah yang menggunakan pendekatan induktif telah dipelajari oleh siswa di jenjang sebelumnya. Siswa sebelumnya telah memiliki konsep dasar mengenai materi
45
sehingga di kelas VIII submateri tersebut menggunakan pendekatan induktif. Submateri yang menggunakan pendekatan deduktif belum pernah dipelajari di jenjang sebelumnya sehingga submateri tersebut menjadi konsep awal siswa dalam memahami materi. Pendekatan yang mendominasi pada materi tata bahasa di buku pelajaran bahasa Indonesia yaitu pendekatan induktif. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4. Tabel Frekuensi Pendekatan Materi Tata Bahasa dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII N0 1 2
Jenis Pendekatan Pendekatan Induktif Pendekatan Deduktif Total
Jumlah Data 9 1 10
Frekuensi 90% 10% 100%
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa pendekatan pada materi tata bahasa yang sering digunakan dalam buku pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII SMP berupa pendekatan induktif. Pendekatan deduktif hanya digunakan pada satu materi saja. Hal itu dikarenakan materi tata bahasa bersifat aplikatif terlebih dahulu berupa pemberian contoh terlebih dahulu lalu kemudian diikuti dengan pemberian teori. Hal tersebut dilakukan supaya siswa lebih memahami materi tata bahasa sebagai dasar guna mempelajari materi selanjutnya.
2. Cakupan Materi Tata Bahasa Cakupan materi tata bahasa meliputi empat hal, yaitu aspek fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Pada buku pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII hanya terdapat dua materi tata bahasa, yaitu morfologi dan sintaksis.
46
Ditinjau dari segi kurikulum KTSP materi tata bahasa hanya dijadikan penunjang karena materi tata bahasa sudah tercakup dalam empat keterampilan berbahasa. Berikut data cakupan materi tata bahasa dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII. Tabel 5. Cakupan Materi Tata Bahasa dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII No. 1.
Materi Tata Bahasa
Frekuensi Data
Morfologi a. Afiksasi 1) Konfiks ke- -an 2) Konfiks per- -an dan pen- -an 40% 3) Afiks ter4) Prefiks dib. Reduplikasi 10%
2.
Deskripsi Data
Sintaksis a. Konjungsi
10%
b. Klausa 10%
c. Kalimat 1) Kalimat pasif 2)Kalimat majemuk 30% 3) Kedudukan kata dalam kalimat
Materi morfologi (konfiks ke- -an) terdapat pada KD 1.1, yaitu menganalisis laporan. Materi morfologi (konfiks per- -an dan pen- an) terdapat pada KD 10.1, yaitu menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan. Materi morfologi (afiks ter-) terdapat pada KD 1.2, yaitu menanggapi laporan Materi morfologi (prefiks di-) terdapat pada KD 12.2, yaitu menulis teks berita. Materi morfologi (reduplikasi) terdapat pada KD 2.1, yaitu berwawancara dengan narasumber dengan memperhatikan etika. Materi sintaksis (kata keterangan) terdapat pada KD 6.1, yaitu bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa Materi sintaksis (kalimat majemuk) terdapat pada KD 3.3, yaitu menyimpulkan isi suatu teks dengan membaca cepat 250 menit per kata. Materi sintaksis (kalimat pasif) terdapat pada KD 1.2, yaitu menanggapi isi laporan. Materi sintaksis (penggunaan kata yang) terdapat pada KD 8.1, yaitu menulis naskah drama satu babak dengan memperhatikan keaslian ide. Materi sintaksis (kedudukan kata dalam kalimat) terdapat pada KD 11.1, yaitu menemukan masalah utama dari beberapa berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif.
47
Berdasarkan data tersebut merupakan deskripsi materi tata bahasa yang terdapat pada kompetensi dasar. Materi fonologi dan semantik tidak terdapat dalam kompetensi dasar kelas VIII. Materi fonologi dan semantik diajarkan di kelas VII. Materi fonologi terdapat pada KD 3.3 membacakan teks perangkat upacara dengan intonasi yang tepat. Submateri yang diajarkan yaitu mengenai lafal, jeda, aksentuasi, tempo dan intonasi. Materi semantik yang diajarkan di kelas VII terdapat pada KD 7.1 menceritakan kembali cerita anak yang dibaca. Submateri yang diajarkan yaitu penggunaan kata bersinonim, berantonim dan berpolisemi secara tepat sesuai dengan konteks. Cakupan materi tata bahasa yang sering muncul dalam buku pelajaran bahasa Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa cakupan materi tata bahasa yang mendominasi dalam buku pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII SMP yaitu materi morfologi submateri afiksasi. Keseluruhan submateri afiksasi berupa afiksasi pada kata kerja pasif, yaitu afiks di-, ter-, ke-, per- -an dan per- -an. Materi tata bahasa tersebut dimunculkan di kelas VIII karena merupakan lanjutan materi tata bahasa yang ada di kelas VII. Materi tata bahasa tersebut berupa afiksasi (imbuhan) pada kata kerja aktif. Cakupan materi tata bahasa yang paling sedikit muncul yaitu materi morfologi submateri reduplikasi dan materi sintaksis submateri klausa. Submateri reduplikasi dan klausa dijelaskan lebih lanjut pada jenjang sekolah menengah atas. Kedua submateri pada buku tersebut hanya sebagai dasar untuk materi lanjutan di jenjang yang selanjutnya.
48
B. Pembahasan Pembahasan yang dideskripsikan dalam hal ini mengacu pada dua aspek. Pertama, analisis pendekatan penyampaian materi tata bahasa dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII beserta kesesuaiannya dengan pelaksanaan pembelajaran materi tata bahasa di kelas. Kedua, analisis cakupan materi tata bahasa dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII. Selain itu, akan dibahas juga mengenai pendekatan penyampaian dan cakupan materi tata bahasa yang diajarkan di kelas. Masing-masing akan dibahas dan diperjelas dengan menyertakan contoh-contoh data. 1. Pendekatan Penyampaian Materi Tata Bahasa Pada pembahasan pendekatan penyampaian materi tata bahasa terdapat dua pendekatan. Pendekatan induktif dan pendekatan deduktif. Pendekatan induktif merupakan pendekatan yang dimulai dengan pemberian contoh-contoh materi kemudian diikuti pengertian secara teoritis. Pendekatan induktif merupakan pendekatan yang bersifat khusus ke umum. Pendekatan deduktif adalah pendekatan yang dimulai dengan pengertian secara teoritis disertai contoh-contoh. Pendekatan deduktif merupakan pendekatan yang bersifat umum ke khusus. Pada pendekatan penyampaian materi tata bahasa dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII menggunakan pendekatan induktif dan deduktif. Materimateri dalam buku pelajaran yang menggunakan pendekatan induktif dikarenakan materi telah dipelajari oleh siswa dijenjang sebelumnya. Materi-materi yang menggunakan pendekatam deduktif merupakan materi baru bagi siswa. Materimateri yang menggunakan kedua pendekatan terkait informasi baru dan informasi
49
lama bagi siswa.
Berikut adalah data-data yang menggunakan pendekatan
induktif dan deduktif. a. Pendekatan Induktif Pendekatan induktif merupakan pendekatan yang dimulai dengan menyertakan contoh-contoh kemudian pengertian secara teoritis. Pendekatan ini bersifat khusus menjadi umum. Pendekatan induktif ditandai dengan pemberian contoh-contoh kata atau kalimat diikuti dengan pengertian, konsep dan definisi contoh tersebut. Pendekatan induktif merupakan pendekatan yang mendominasi pada buku pelajaran bahasa Indonesia SMP kelas VIII. Berdasarkan hasil temuan, pendekatan induktif terdapat pada materi morfologi dan materi sintaksis. Data pendekatan induktif yang digunakan pada materi morfologi sebagai berikut. 1) Morfologi Materi morfologi yang menggunakan pendekatan induktif berupa submateri afiksasi. Submateri afiksasi telah dipelajari di jenjang sebelumnya sehingga pada kelas VIII materi afiksasi telah menjadi informasi lama bagi siswa. Oleh sebab itu, submateri afiksasi menggunakan pendekatan induktif. Berikut merupakan data dari materi morfologi yang menggunakan pendekatan induktif. (1) Dalam ilustrasi yang kamu baca terdapat kata berprefiks di-, yaitu dibuka dalam kalimat Pameran yang diadakan dalam rangka menyambut Hari Pendidikan tersebut dibuka oleh Gubernur Kepala Daerah Irian Jaya. Kata dibuka berasal dari kata dasar buka. Prefiks di- berfungsi membentuk kata pasif. Misalnya dipukul, diminum, dipupuk, dan sebagainya. Awalan di- merupakan bentuk pasif dari awalan me- bentuk aktif. Bentuk aktif awalan me- maka kalimat pasifnya pasti berpredikat awalan di-. (BSE, 2008: 152)
50
(2) Pada teks bahan diskusi terdapat kata-kata berkonfiks per– -an dan pen- -an diantaranya perusahaan, penggunaan, pengoprasian dan sebagainya. Arti konfiks pen– -an dan per– -an adalah sebagai berikut. 1. Menyatakan alat. Contoh: Beruang memiliki penciuman yang sangat tajam 2. Menyatakan tempat. Contoh: Bantar Gebang merupakan daerah penampungan sampah di Jakarta 3. Menyatakan hal atau proses. Contoh: Penandatangan kontrak telah dilaksanakan tadi pagi 4. Menyatakan hasil. Contoh: Penghasilan tukang ojek di Jakarta pada musim hujan meningkat. 5. Menyatakan kumpulan. Contoh: Tahun depan lokasi sawah ini akan dijadikan lahan perumahan. (BSE, 2008: 109)
Data (1) merupakan materi morfologi yang menggunakan pendekatan induktif. Hal itu dibuktikan dengan bagian awal yang berupa contoh kalimat dari bacaan di buku pelajaran. Kemudian, diberikan penjelasan bahwa kalimat tersebut memiliki kata yang berprefiks di-. Selanjutnya, dijelaskan mengenai fungsi dari kata yang berprefiks di- membentuk kata kerja pasif. Tak hanya itu, pada bagian akhir dijelaskan juga bahwa prefiks di- adalah ubahan dari prefiks me- yang merupakan bentuk aktif. Pada bagian akhir diberikan contoh untuk membedakan antara kata yang berprefiks di- dan berprefiks me-. Submateri afiksasi pada data (1) menggunakan pendekatan induktif karena pada kelas VII telah dipaparkan mengenai submateri ini. Submateri yang telah dipelajari berupa afiksasi me- pada kata kerja aktif sehingga di kelas VIII dijelaskan mengenai submateri kata kerja pasif yang berawalan di- dan ter-. Oleh sebab itu, materi afiksasi telah menjadi informasi lama yang dipelajari pada jenjang sebelumnya.
51
Data (2) merupakan materi afiksasi dengan menggunakan pendekatan induktif. Hal itu dibuktikan dengan bagian awal yang berupa contoh-contoh kata dari teks diskusi di buku pelajaran. Kemudian, diberikan penjelasan bahwa konfiks per- -an dan pen- -an memiliki beberapa makna. Makna kedua konfiks tersebut terbagi menjadi lima buah. Masing-masing makna diberikan contoh kalimat yang menggunakan konfiks per- -an dan pen- -an. Submateri konfiks menggunakan pendekatan induktif sebab submateri tersebut sebelumnya telah dipelajari siswa di kelas VII. Materi berupa prefiks per- dan konfiks peng- -an. Maka dari itu, materi konfiks telah menjadi informasi lama bagi siswa. Siswa telah memiliki konsep awal mengenai submateri sehingga di kelas VIII dijelaskan mengenai makna konfiks per- -an dan pen- -an. 2) Sintaksis Materi sintaksis menggunakan pendekatan induktif karena materi tersebut telah dipelajari siswa di jenjang sebelumnya. Oleh sebab itu, materi sintaksis telah menjadi informasi lama bagi siswa. Data berikut merupakan salah satu contoh materi sintaksis yang menggunakan pendekatan induktif. (3) Perhatikan paragraf pertama pada teks bacaan “Gamelan, Orkestra ala Jawa”. Dalam teks bacaan tersebut terdapat kalimat: Pergelaran music gamelan kini dapat dinikmati di berbagai belahan dunia, tapi Jogjakarta adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan, karena di kota inilah Anda dapat menikmati versi aslinya. Kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk campuran. Disebut kalimat majemuk campuran karena dibentuk oleh kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara ditandai oleh penanda hubung tapi yang menunjukkan hubungan pertentangan. Adapun kalimat majemuk bertingkat ditandai oleh penanda hubung karena yang menunjukkan hubungan akibat sebab. Selain tapi, hubungan
52
pertentangan juga dapat ditunjukkan oleh kata melainkan, bukan, akan tetapi, dan sebagainya. (BSE, 2008: 79). (4) Perhatikan kalimat Tindakan pencegahan dapat pula dilakukan dengan mengganti alatalat rumah tangga ....;pada paragraf delapan! Kalimat tersebut merupakan kalimat pasif. Hal ini ditunjukkan oleh subjeknya yang dikenai pekerjaan serta predikatnya merupakan kata kerja pasif yang ditandai dengan awalan di-. Perhatikan pula kalimat: Limbah cair industry menghasilkan BOD, COD, zat organik, dan berbagai pencemar beracun; pada paragraf keempat! Kalimat tersebut merupakan kalimat aktif. Hal ini dikarenakan subjeknya (limbah cair industri) melakukan pekerjaan dan predikatnya merupakan kata kerja aktif yang ditandai dengan awalan me-. (BSE, 2008: 92)
Data (3) menggunakan pendekatan induktif. Hal itu dibuktikan dengan pemberian contoh penggalan kalimat dari teks bacaan “Gamelan, Orkestra ala Jawa”. Penggalan kalimat tersebut merupakan contoh dari kalimat majemuk campuran. Setelah diberikan contoh penggalan tersebut, selanjutnya diberikan penjelasan mengenai kalimat majemuk campuran yang terbentuk dari kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Selain itu, juga dijelaskan tanda-tanda perbedaan dari kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Pada kalimat majemuk setara ditandai dengan kata hubung tapi sedangkan kalimat majemuk bertingkat ditandai dengan kata hubung karena. Kemudian, diberikan contoh kata-kata hubung yang menunjukan hubungan pertentangan
dan
hubungan
sebab-akibat.
Submateri
kalimat
majemuk
menggunakan pendekatan induktif karena pada kelas VII materi ini telah
53
dijelaskan sebelumnya. Submateri tersebut berupa pemaparan mengenai kalimat majemuk setara, rapatan, bertingkat dan campuran sehingga di kelas VIII diberikan lanjutan materi mengenai perbedaan submateri kalimat majemuk setara dan bertingkat. Data (4) menggunakan pendekatan induktif. Hal itu dibuktikan dengan bagian awal yang berupa contoh kalimat pasif dari bacaan di buku pelajaran. Kemudian, diuraikan bahwa kalimat tersebut merupakan kalimat pasif dengan ditandai adanya subjek berupa pekerjaan dan predikatnya berupa kata kerja berafiks di-. Setelah itu, diberikan contoh kalimat aktif dari bacaan yang terdapat di buku pelajaran. Kemudian, diuraikan bahwa kalimat tersebut merupakan kalimat aktif ditandai dengan subjek berupa pekerjaan dan predikatnya berupa kata kerja aktif berafiks me-. Submateri kalimat aktif dan pasif menggunakan pendekatan induktif sebab siswa telah memelajari mengenai kata kerja aktif yang diberi imbuhan me-. Pada bagian awal diberikan contoh mengenai kalimat pasif diikuti contoh berupa kalimat aktif. Hal itu bertujuan supaya siswa mampu membedakan kalimat aktif dan pasif. Jadi, submateri kalimat aktif dan pasif telah menjadi informasi lama bagi siswa. b. Pendekatan Deduktif Pendekatan deduktif adalah pendekatan yang terlebih dahulu memaparkan pengertian, konsep dan definisi disertai contoh-contoh. Pendekatan ini bersifat dari umum ke khusus. Berdasarkan hasil temuan, pendekatan deduktif hanya terdapat pada materi morfologi. Submateri morfologi yang menggunakan pendekatan deduktif yaitu reduplikasi. Submateri tersebut belum pernah dipelajari
54
di jenjang sebelumnya sehingga menjadi informasi baru bagi siswa. Data berikut merupakan materi morfologi yang menggunakan pendekatan deduktif. (5) Pada teks wawancara terdapat kalimat Nah, agar petani diuntungkan pihak-pihak ....Kata pihak-pihak termasuk reduplikasi atau kata ulang. Menurut Verhaar dalam Asas-Asas Linguistik Umum, reduplikasi (perulangan kata atau unsur kata) adalah proses morfemis yang mengulangi bentuk dasar tersebut. Dapat dibedakan: reduplikasi “penuh” seperti meja-meja dan reduplikasi “parsial” seperti lelaki, pepatah. (1996: 152). Perhatikan pengklasifikasian jenis kata ulang berikut! 1. utuh : minum-minum, buku-buku, lari-lari 2. sebagian : pepatah, lelaki, dedaun, sesaji 3. berimbuhan : bermain-main, pukul-pukulan, berteriak-teriak. Jenis kata ulang berdasarkan kelas katanya. 1. 2. 3. 4.
Kata benda (nomina) piring-piring, anak-anak, baju-baju Kata sifat (adjektiva) takut-takut, hitam-hitam, berani-berani Kata kerja (verba) makan-makan, duduk-duduk, cubit-mencubit Kata bilangan (numeralia) satu-satu, dua-dua, tiga-tiga (BSE, 2008: 14).
Data (5) menggunakan pendekatan deduktif. Hal itu dibuktikan pada bagian awal materi diberikan definisi menurut Verhaar mengenai reduplikasi. Selain itu Verhaar juga mengklasifikasikan jenis reduplikasi. Terdapat tiga jenis reduplikasi yaitu utuh, sebagian, dan berimbuhan. Kemudian, masing-masing pembagian klasifikasi
reduplikasi
tersebut
diberikan
contoh
supaya
siswa
mudah
membedakan jenis-jenis reduplikasi. Selain itu, dari ketiga jenis kata ulang tersebut juga diklasifikasikan lagi berdasarkan kelas katanya. Submateri reduplikasi menggunakan pendekatan deduktif sebab materi ini belum pernah dijelaskan di kelas VII. Submateri tersebut menggunakan pendekatan deduktif
55
supaya siswa memahami konsep awal mengenai reduplikasi. Oleh sebab itu diberikan terlebih dahulu pengertian mengenai reduplikasi. 2. Cakupan Materi Tata Bahasa Telah dijelaskan diawal pembahasan bahwa materi tata bahasa terdapat empat aspek. Aspek fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Fonologi merupakan materi tata bahasa yang berhubungan dengan bunyi. Morfologi adalah materi tata bahasa yang membahas mengenai morfem dan kata. Sintaksis merupakan materi yang berkaitan dengan frasa, klausa dan kalimat. Semantik adalah materi tata bahasa yang berkaitan dengan makna. Berdasarkan hasil temuan materi yang terdapat pada buku pelajaran bahasa Indonesia SMP kelas VIII hanya materi morfologi dan sintaksis. Materi fonologi dan semantik diajarkan di jenjang sebelumnya. Materi tata bahasa yang ada di buku pelajaran dijelaskan tersendiri pada bingkai bahasa di beberapa bab. Buku tersebut tidak hanya membahas mengenai materi tata bahasa tetapi juga terdapat beberapa materi ejaan. Materi tata bahasa yang terdapat dalam buku pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII adalah materi morfologi dan sintaksis. Pada materi morfologi terbagi menjadi dua submateri, yaitu afiksasi dan reduplikasi. Materi sintaksis juga terdapat tiga submateri, yaitu kata, klausa dan kalimat. Masing-masing dari submateri tersebut akan dibahas di bawah ini. a. Morfologi Materi morfologi hanya ditemukan dua submateri, yaitu afiksasi dan reduplikasi. Pada materi afiksasi berupa penggunaan imbuhan ke- -an, pen- an, per- an, ter-, me- dan di-. Materi afiksasi tersebut merupakan materi yang paling
56
banyak muncul di buku pelajaran. Pada materi reduplikasi yaitu mengidentifikasi kata ulang. Materi afiksasi akan dijelaskan sebagai berikut. 1) Afiksasi Pada buku pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII materi morfologi yang berkaitan dengan afiksasi mencakup dua materi konfiks dan prefiks. Materi yang berkaitan dengan prefiks dapat dilihat sebagai berikut. (6) Dalam teks bacaan terdapat terlihat dan tercantik, yang berasal dari kata dasar lihat dan cantik. Salah satu fungsi imbuhan ter- adalah membentuk kata kerja pasif. Makna imbuhan ter- dapat digolongkan antara lain berikut. a. Ketidaksengajaan. Contoh: Tubuhnya terdorong hingga beberapa meter. b. Ketiba-tibaan. Contoh: Ia terbangun dari tidurnya. c. Paling. Contoh: Nilainya tertinggi di antara teman sekelas (BSE, 2008: 54)
(7) Dalam ilustrasi yang kamu baca terdapat kata berprefiks di-, yaitu dibuka dalam kalimat Pameran yang diadakan dalam rangka menyambut Hari Pendidikan tersebut dibuka oleh Gubernur Kepala Daerah Irian Jaya. Kata dibuka berasal dari kata dasar buka. Prefiks diberfungsi membentuk kata pasif. Misalnya dipukul, diminum, dipupuk, dan sebagainya. Awalan di- merupakan bentuk pasif dari awalan mebentuk aktif. Bentuk aktif awalan me- maka kalimat pasifnya pasti berpredikat awalan di-. (BSE, 2008: 152)
Pada data (6) dan (7) merupakan materi morfologi yang berkaitan dengan prefiks. Data (6) menunjukan materi afiksasi dengan prefiks ter-. Pada bagian awal diberikan contoh kata yang terdapat dalam teks bacaan. Kemudian, dijelaskan fungsi prefiks ter- yaitu mengubah kata kerja aktif menjadi pasif. Pada
57
bagian akhir diberikan penggolongan makna dari imbuhan ter- disertai contoh kata dari makna tersebut. Siswa juga diminta untuk mencari kata-kata yang berimbuhan ter- beserta makna kata tersebut. Materi prefiks ter- pada data (6) terdapat di KD 1.2, yaitu menanggapi laporan. Tujuan pembelajaran pada KD 1.2 siswa dapat memberikan tanggapan terhadap isi laporan yang diperdengarkan dengan berbagai bentuk tanggapan. Materi tata bahasa yang terdapat pada KD 1.2 dimungkinkan ketika siswa menanggapi isi laporan menggunakan kata-kata berafiks pasif berupa imbuhan ter-. Saat siswa menanggapi laporan harus menggunakan bahasa yang sopan dan santun. Materi tata bahasa tersebut disajikan tersendiri dalam bentuk bingkai bahasa. Data (7) menjelaskan mengenai prefiks di-. Pada bagian awal diberikan contoh kata berprefiks di- dari bacaan. Selanjutnya, dijelaskan bahwa prefiks diberfungsi membentuk kata kerja pasif. Pada bagian akhir dijelaskan bahwa prefiks di- merupakan bentuk pasif dari prefiks me-. Kedua materi prefiks tersebut dijadikan pemahaman dasar mengenai imbuhan yang mengubah kata aktif menjadi pasif dalam proses afiksasi. Setelah itu, siswa diberi tugas untuk membuat kalimat yang berimbuhan me-. Kemudian, kalimat tersebut dipasifkan dengan memberi imbuhan di-. Siswa juga diminta untuk memberikan kesimpulan dari perubahan kalimat tersebut. Materi tata bahasa submateri afiks di- terdapat pada KD 12.2 yaitu menulis teks berita. Tujuan materi tersebut adalah dapat menyusun teks berita secara singkat, padat, dan jelas. Materi tata bahasa submateri afiks di- terdapat di KD 12.2 supaya melatih siswa dalam menggunakan kalimat aktif dan pasif. Hal itu dikarenakan saat menulis berita tak luput dari
58
penggunaan kedua kalimat itu. Data mengenai konfiks dapat dilihat sebagai berikut. (8) Pada teks bacaan terdapat beberapa kata yang berkonfiks ke-an, misalnya: kesepakatan, keterlibatan, kekhawatiran, dan sebagainya. Salah satu fungsi imbuhan ke-an adalah membentuk kata kerja pasif. Adapun makna konfiks ke-an antara lain berikut. 1. Menyatakan tempat. Contoh: kecamatan 2. Menyatakan menderita. Contoh: kehujanan 3. Menyatakan tidak sengaja. Contoh: ketiduran 4. Menyatakan hal. Contoh: keadilan. (BSE, 2008: 6)
(9) Pada teks bahan diskusi terdapat kata-kata berkonfiks per– -an dan pen- an diantaranya perusahaan, penggunaan, pengoprasian dan sebagainya. Arti konfiks pen– an dan per– an adalah sebagai berikut. 1. Menyatakan alat. Contoh: Beruang memiliki penciuman yang sangat tajam 2. Menyatakan tempat. Contoh: Bantar Gebang merupakan daerah penampungan sampah di Jakarta 3. Menyatakan hal atau proses. Contoh: Penandatangan kontrak telah dilaksanakan tadi pagi 4. Menyatakan hasil. Contoh: Penghasilan tukang ojek di Jakarta pada musim hujan meningkat. 5. Menyatakan kumpulan. Contoh: Tahun depan lokasi sawah ini akan dijadikan lahan perumahan. (BSE, 2008: 109) Pada data (8) dan (9) merupakan materi morfologi yang berkaitan dengan konfiks atau simulfik. Data (8) menunjukan materi konfiks ke- -an. Pada bagian awal diberikan contoh kata dari bacaan yang berkonfiks ke- -an. Kemudian, diberikan penjelasan bahwa konfiks ke- -an memiliki fungsi membentuk kata pasif. Pada bagian akhir diberikan macam-macam makna dari konfiks ke- -an
59
beserta contohnya. Kemudian, siswa diberikan tugas untuk membuat kalimat dengan kata berimbuhan ke- -an selain dari contoh yang telah diberikan. Setelah itu, siswa mengidentifikasi makna dari kata tersebut. Materi tata bahasa submateri konfiks ke- -an terdapat pada KD 1.1 yaitu menganalisis laporan. Tujuan dari materi tersebut yaitu siswa dapat memberikan analisis terhadap laporan yang diperdengarkan Materi tersebut terdapat pada KD 1.1 supaya melatih siswa dalam menggunakan kalimat dengan kata berimbuhan ke- -an. Saat menanggapi laporan kemungkinan siswa menggunakan kalimat dengan kata berprefiks ke- -an. Submateri tersebut disajikan dalam bentuk bingkai bahasa. Data (9) menunjukan materi tentang konfiks per- -an dan pen- -an. Pada materi tersebut juga diberikan contoh-contoh kata yang menggunakan konfiks per- -an dan pen- -an. Selanjutnya, siswa diberikan jenis pembagian arti dari konfiks pen- -an dan per- -an bagian akhir beserta contoh katanya. Kemudian, siswa diminta untuk membuat kalimat dengan kata berimbuhan per- -an dan pen-an. Setelah itu, siswa diberikan tugas untuk mengidentifikasi makna dari katakata tersebut. Submateri konfiks per- -an dan pen- -an terdapat di KD 10.1, yaitu menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan. Tujuan dari KD tersebut yaitu siswa dapat menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti dan alasan yang tepat. Submateri tersebut terdapat di KD 10.1, siswa dimungkinkan dalam menyampaikan sanggahan, penolakan pendapat menggunakan kalimat dengan kata berkonnfiks per- -an dan pen- -an.
60
2) Reduplikasi Data yang ditemukan dalam buku pelajaran bahasa Indonesia SMP kelas VIII, yaitu reduplikasi penuh, reduplikasi sebagian dan reduplikasi kombinasi dengan bubuhan afiks. Kemudian, pengklasifikasian itu dibagi berdasarkan jenis kelas katanya. Pengklasifikasian reduplikasi berdasarkan pendapat Verhaar. Data submateri reduplikasi tersebut sebagai berikut. (10) Pada teks wawancara terdapat kalimat Nah, agar petani diuntungkan pihak-pihak ....Kata pihak-pihak termasuk reduplikasi atau kata ulang. Menurut Verhaar dalam Asas-Asas Linguistik Umum, reduplikasi (perulangan kata atau unsur kata) adalah proses morfemis yang mengulangi bentuk dasar tersebut. Dapat dibedakan: reduplikasi “penuh” seperti meja-meja dan reduplikasi“parsial” seperti lelaki, pepatah. (1996: 152). Perhatikan pengklasifikasian jenis kata ulang berikut! 1. utuh minum-minum, buku-buku, lari-lari 2. sebagian pepatah, lelaki, dedaun, sesaji 3. berimbuhan bermain-main, pukul-pukulan, berteriak-teriak. Jenis kata ulang berdasarkan kelas katanya. 1. Kata benda (nomina) piring-piring, anak-anak, baju-baju 2. Kata sifat (adjektiva) takut-takut, hitam-hitam, berani-berani 3. Kata kerja (verba) makan-makan, duduk-duduk, cubit-mencubit 4. Kata bilangan (numeralia) satu-satu, dua-dua, tiga-tiga. (BSE, 2008: 14) Data (10) merupakan materi morfologi yang berkaitan dengan reduplikasi. Pada bagian awal diberikan pengertian mengenai reduplikasi dari Veerhaar. Penjelasan tersebut ditujukan supaya siswa memahami terlebih dahulu apa itu reduplikasi. Setelah itu, diklasifikasian jenis reduplikasi berserta contohnya. Berdasarkan pengklasifikasian jenis kata ulang, dibagi lagi menurut kelas katanya. Materi ini disampaikan dengan mengikutsertakan pendapat ahli karena menjadi
61
informasi baru dan dasar dalam memahami materi reduplikasi di jenjang selanjutnya. Submateri reduplikasi terdapat di KD 2.1, yaitu berwawancara dengan narasumber dengan memperhatikan etika. Tujuan KD tersebut yaitu melakukan wawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan dengan memerhatikan etika dan kesantunan dalam berwawancara. Submateri reduplikasi terdapat di KD 2.1 karena dimungkinkan siswa menggunakan kata ulang dalam melakukan wawancara dengan narasumber. b. Sintaksis Pada materi sintaksis dalam buku pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII karya ditemukan dua submateri, yaitu submateri kata, klausa dan kalimat. Submateri kata berupa kata keterangan dan kedudukan kata dalam kalimat. Submateri klausa berupa klausa yang dipentingkan dan tidak dipentingkan. Submateri kalimat berupa kalimat aktif pasif dan kalimat majemuk. Adapun data-data yang ditemukan sebagai berikut. 1) Konjungsi Berdasarkan hasil temuan data terdapat dua submateri kata yaitu kata keterangan (konjungsi). Submateri tersebut akan dibahas sebagai berikut. (11) Dalam dialog yang diucapkan tokoh “Ibu” pada teks drama di atas terdapat kalimat Dan siapalah yang mau dengan saya? Kalimat tersebut mengandung kata yang menyatakan keterangan kesertaan. Perhatikan penggolongan kata keterangan dan contoh berikut! 1. Keterangan cara. Contoh: secara, dengan 2. Keterangan alat. Contoh: dengan 3. Keterangan kesertaan. Contoh: bersama, dengan, beserta 4. Keterangan asal. Contoh: dari
62
5. Keterangan pelaku. Contoh: oleh 6. Keterangan waktu. Contoh: sejak, setelah, sebelum (BSE, 2008: 59)
Data (11) merupakan materi sintaksis berupa submateri konjungsi. Pada data (11) dijelaskan di bagian awal diberikan contoh kalimat dari bacaan. Kemudian, diberikan penjelasan bahwa dari contoh kalimat tersebut berupa kalimat kesertaan. Pada kalimat kesertaan tersebut mengandung kata keterangan. Kata keterangan tersebut dibagi kedalam empat golongan diikuti dengan contoh kata. Setelah itu, siswa diberi tugas untuk membuat kalimat dengan menggunakan kata keterangan yang terdapat di dalam contoh. Submateri kata keterangan terdapat di KD 6.1, yaitu bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa. Tujuan dari KD tersebut yaitu mengidentifikasi unsur-unsur pemeranan serta dapat memerankan naskah yang ditulis oleh siswa. Berdasarkan tujuan KD 6.1 tersebut dimungkinkan siswa dalam mengidentifikasi unsur pemeranan dan memainkan peran menggunakan kalimat yang menggunakan kata keterangan. 2) Klausa Berdasarkan temuan data di buku pelajaran, materi sintaksis submateri klausa hanya ada satu saja. Submateri klausa tersebut akan dibahas sebagai berikut. (12) Dalam teks drama terdapat kalimat, Tapi bagi relawan kemanusiaan, ia hadir justru untuk menjalankan misi mulia, yakni menolong sesama anak manusia, menolong siapa saja yang terluka. Penggunaan kata pada klausa yang terluka menandakan bahwa klausa tersebut sebagai keterangan yang tidak mutlak dipentingkan. Dapat kamu amati perbedaan penggunaan yang pada kalimat berikut yang sifatnya dipentingkan.
63
Contoh: Hal ini disebabkan bagaimanapun upaya pelestarian yang kita lakukan, tidak akan berarti apa-apa jika warga tidak terlibat di dalamnya. (BSE, 2008: 59)
Pada data (12) dijelaskan mengenai klausa sebagai keterangan yang tidak dipentingkan pada kata yang terluka. Kemudian, penulis memberikan contoh kalimat yang menggunakan kata yang pada klausa yang mutlak dipentingkan. Hal itu dimaksudkan supaya siswa dapat membandingkan penggunaan kata yang pada kedua klausa. Materi klausa pada data (13) dijadikan pemahaman dasar siswa dalam memahami materi klausa selanjutnya. Submateri klausa tersebut terdapat di KD 8.1 yaitu menulis naskah drama satu babak dengan memperhatikan keaslian ide. Tujuan dari KD tersebut yaitu dapat menulis sebuah naskah drama dengan memerhatikan keaslian ide. Submateri klausa tersebut dimaksudkan supaya siswa dalam menulis drama dapat menggunakan klausa yang baik dan benar. 3) Kalimat Kalimat adalah bagian terkecil dari suatu ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh dalam ketatabahasaan. Kalimat dalam bahasa lisan diiringi dengan alunan nada, jeda, intonasi dan diikuti dengan kesenyapan. Kalimat dalam bahasa tulis dimulai dengan huruf kapital, diakhiri tanda baca dan adanya spasi. Pada buku pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII terdapat beberapa submateri kalimat sebagai berikut. (13) Perhatikan paragraf pertama pada teks bacaan “Gamelan, Orkestra ala Jawa”. Dalam teks bacaan tersebut terdapat kalimat: Pergelaran music gamelan kini dapat dinikmati di berbagai belahan dunia, tapi Jogjakarta adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan,
64
karena di kota inilah Anda dapat menikmati versi aslinya. Kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk campuran. Disebut kalimat majemuk campuran karena dibentuk oleh kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara ditandai oleh penanda hubung tapi yang menunjukkan hubungan pertentangan. Adapun kalimat majemuk bertingkat ditandai oleh penanda hubung karena yang menunjukkan hubungan akibat sebab. Selain tapi, hubungan pertentangan juga dapat ditunjukkan oleh kata melainkan, bukan, akan tetapi, dan sebagainya. Contoh: Seharusnya ia belajar dengan tekun bukan malah bermainmain tanpa kenal waktu. Dalam kalimat pertentangan.
majemuk
bertingkat
juga
terdapat
hubungan
Contoh: Saya akan tetap berbuat baik, meskipun ia selalu berbuat jahat. 1. 2. 3. 4. 5.
Pertentangan : tetapi, melainkan, bukan Perbandingan : daripada Sebab-akibat : sebab, karena, oleh karena Pengandaian : seandainya, kalau-kalau Waktu : sejak, ketika (BSE, 2008: 79)
(14) Perhatikan kalimat Tindakan pencegahan dapat pula dilakukan dengan mengganti alat-alat rumah tangga ....;pada paragraf delapan! Kalimat tersebut merupakan kalimat pasif. Hal ini ditunjukkan oleh subjeknya yang dikenai pekerjaan serta predikatnya merupakan kata kerja pasif yang ditandai dengan awalan di-. Perhatikan pula kalimat: Limbah cair industry menghasilkan BOD, COD, zat organik, dan berbagai pencemar beracun; pada paragraf keempat! Kalimat tersebut merupakan kalimat aktif. Hal ini dikarenakan subjeknya (limbah cair industri) melakukan pekerjaan dan predikatnya merupakan kata kerja aktif yang ditandai dengan awalan me-. (BSE, 2008: 92)
Data (13) dan (14) merupakan materi sintaksis submateri kalimat. Data (13) menjelaskan mengenai kalimat majemuk campuran. Kemudian, dijelaskan
65
pula perbedaan antara ketiga kalimat tersebut dengan contoh. Selain itu, dijelaskan pula penanda perbedaan antara kalimat majemuk setara, dan majemuk bertingkat serta macam-macam kata hubung yang menandai kalimat majemuk campuran. Kemudian, siswa diberi tugas untuk membuat kalimat majemuk hubungan sebab-akibat dan kalimat majemuk campuran. Materi kalimat majemuk sebelumnya telah dipelajari siswa di kelas VII. Materi kalimat majemuk terdapat di KD 3.3, yaitu menyimpulkan isi suatu teks dengan membaca cepat 250 menit per kata. Tujuan dari KD tersebut yaitu dapat menguasai teknik membaca cepat dan dapat menyimpulkan isi bacaan suatu teks bacaan dengan kecepatan membaca 250 kata per menit. Submateri kata majemuk terdapat di KD 3.3 karena dimungkinkan siswa dalam menyimpulkan isi bacaan menggunakan kalimatkalimat majemuk. Data (14) merupakan submateri kalimat aktif dan pasif. Pada bagian awal diberikan contoh kalimat pasif dari bacaan di buku pelajaran. Kemudian, diberikan penjelasan bahwa kelimat tersebut merupakan kalimat pasif dengan predikat berimbuhan di-. Selanjutnya, diberikan lagi contoh mengenai kalimat aktif dari bacaan tersebut. Lalu, diberikan penjelasan bahwa kalimat tersebut merupakan kalimat aktif dengan predikat berupa kata kerja berimbuhan me-. Kedua kalimat tersebut dimaksudkan supaya siswa dapat membedakan mana kalimat aktif dan mana kalimat pasif. Submateri pada data (15) terdapat di KD 1.2, yaitu menanggapi isi laporan. Tujuan dari KD tersebut yaitu dapat memberikan tanggapan terhadap isi laporan yang kalian simak. Submateri tersebut tedapat pada KD 1.2 karena dimungkinkan dalam memberikan tanggapan
66
terhadap suatu laporan siswa tidak luput dari penggunaan kedua kalimat. Data berikut merupakan data yang masih berhubungan dengan submateri kalimat berupa jabatan sebuah kata dalam kalimat. (15) Cermatilah kalimat Mereka sulit membuat kipatan rapi, pada paragraph pertama teks 1! Bagaimanakan penguraian jabatan pada kalimat tersebut? Perhatikanlah! Subjek: Mereka Predikat: sulit membuat Objek: lipatan rapi Ingat! 1) Subjek merupakan bagian kalimat yang menunjukkan pelaku; 2) Predikat menunjukkan hal yang dilakukan atau keadaan subjek; 3) Objek merupakan pelengkap predikat; 4) Keterangan merupakan fungsi tambahan. Ada satu jabatan lagi, yaitu pelengkap. Pelengkap merupakan pelengkap predikat tapi bukan sebagai objek. (BSE, 2008: 149) Data (15) merupakan submateri kedudukan/jabatan kata dalam suatu kalimat. Pada bagian awal diberikan contoh kalimat dari bacaan di buku pelajaran. Kemudian, diidentifikasi bahwa kata-kata dalam kalimat tersebut memiliki jabatan berupa subjek, predikat dan objek. Setelah itu, diberikan pengertian mengenai apa itu
subjek,
predikat,
objek,
keterangan
dan
pelengkap.
Submateri
kedudukan/jabatan kata dalam kalimat terdapat di KD 11.1, yaitu menemukan masalah utama dari beberapa berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif. Tujuan dari KD tersebut yaitu dapat membaca ekstensif dan menemukan masalah utama dari beberapa berita yang bertopik sama. Submateri tersebut terdapat di KD 11.1 karena dimungkinkan siswa dalam membaca ekstensif dapat mengidentifikasi kalimat yang terdapat didalam suatu bacaan.
67
3. Pendekatan Penyampaian Materi Tata Bahasa di Kelas Materi tata bahasa yang disampaikan di kelas berupa materi morfologi submateri afiksasi dan ejaan. Submateri afiksasi yang diajarkan yaitu prefiks pe- an dan per- -an. Materi ejaan yang diajarkan yaitu kata baku dan tidak baku, kata serapan dan kata ganti. Ejaan tidak termasuk kedalam materi tata bahasa. Akan tetapi, guru tetap menyampaikan materi tersebut. Hal itu karenakan materi ejaan pada kolom bahasa adalah materi yang mendekati kompetensi dasar ketika guru mengajar. Adapun pendekatan penyampaian kedua materi itu di kelas sebagai berikut. a. Pendekatan Induktif Penyampaian materi tata bahasa di kelas yang menggunakan pendekatan induktif terdapat pada submateri kata serapan sebagai berikut. (16) Pada paragraph pertama terdapat kata produk yang berarti hasil. Kata produk merupakan kata serapan dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris; product yang berarti hasil. Contoh kata serapan yang lain: alternative, system, signifikan (Inggris). Manfaat, hakiki, hakikat (Arab), dan sebagainya. Penulisan kata serapan yang telah dibakukan ke dalam bahasa Indonesia harus menyesuaikan kaidah baku bahasa Indonesia. Adapun kata-kata asing yang belum dibakukan ke dalam bahasa Indonesia penulisannya dibedakan atau diberi tanda tertentu (biasanya garis bawah, cetak miring, atau beri tanda petik). (BSE, 2008: 182)
Data (16) pada buku pelajaran menggunakan pendekatan induktif. Hal itu dibuktikan dengan pemberian contoh-contoh kata serapan terlebih dahulu kemudian diberikan penjelasan mengenai cara penulisan kata baku dalam Bahasa
68
Indonesia yang baik dan benar. Pada pembelajaran di kelas guru menggunakan pendekatan induktif. Di awal pembelajaran guru menanyakan kepada siswa terlebih dahulu contoh-contoh kata serapan yang terdapat dalam bacaan Perempuan dan Lingkungan Hidup. Siswa menjawab beberapa kata serapan yang terdapat dalam bacaan tersebut. Kemudian, guru mulai menjelaskan pengertian dari kata serapan. Guru juga memberikan beberapa contoh kata serapan seperti sholat menjadi salat, kursiyun menjadi kursi (bahasa arab); product menjadi menjadi produk (bahasa inggris). Setelah itu, guru juga memberikan tugas. Tugas diberikan secara dikte. Terdapat tiga soal, yaitu siswa diminta mencari kata serapan dalam bacaan Perempuan dan Lingkungan Hidup, mencari asal kata dari kata serapan tersebut, dan kata serapan yang telah dibakukan dari kata yang dicari. b. Pendekatan Deduktif Penyampaian materi tata bahasa di kelas yang menggunakan pendekatan deduktif terdapat pada submateri afiksasi, kata baku dan tidak baku serta kata ganti sebagai berikut. (17) Pada teks bahan diskusi terdapat kata-kata berkonfiks per– -an dan pen- -an diantaranya perusahaan, penggunaan, pengoprasian dan sebagainya. Arti konfiks pen– -an dan per– -an adalah sebagai berikut. 1. Menyatakan alat. Contoh: Beruang memiliki penciuman yang sangat tajam 2. Menyatakan tempat. Contoh: Bantar Gebang merupakan daerah penampungan sampah di Jakarta 3. Menyatakan hal atau proses. Contoh: Penandatangan kontrak telah dilaksanakan tadi pagi
69
4. Menyatakan hasil. Contoh: Penghasilan tukang ojek di Jakarta pada musim hujan meningkat. 5. Menyatakan kumpulan. Contoh: Tahun depan lokasi sawah ini akan dijadikan lahan perumahan. (BSE, 2008: 109)
Data (17) di dalam buku pelajaran menggunakan pendekatan deduktif. Walaupun pada data tersebut tidak diberikan penjelasan submateri terlebih dahulu, Akan tetapi, inti submateri tersebut mengenai arti konfiks pen- -an dan per- -an. Pada data tersebut dijelaskan mengenai arti dari konfiks pen- -an dan per- -an. Masing-masing arti konfiks tersebut disertai contoh. Pada pembelajaran di kelas guru juga menggunakan pendekatan deduktif. Hal itu dibuktikan pada awal pembelajaran, guru menerangkan pengertian prefiks, konfiks, dan infiks dengan media power point. Guru memaparkan pengertian ketiganya menurut beberapa ahli. Setelah dipaparkan perbedaan antara prefiks, konfiks dan afiks, guru memberikan contoh kata tersebut. Prefiks menanam; konfiks memukuli; dan afiks dukungan. Kemudian setelah penjelasan pengertian konfiks, sufiks dan infiks guru mulai menjelaskan mengenai makna atau arti dari imbuhan pen- -an dan per- -an disertai contoh. Guru juga memberikan tugas sesuai dengan yang terdapat di bingkai bahasa. Siswa diminta mencari kata berimbuhan pen- -an dan per- -an disertai makna kata tersebut. Kemudian siswa diminta membacakan hasil temuannya satu persatu. (18) Pada kutipan novel tersebut terdapat banyak kata tidak baku yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa baku bahasa Indonesia atau kata asing yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Ketidakbakuan suatu kata disebabkan oleh beberapa hal. Perhatikan contoh berikut.
70
Penyebab: -
Tidak sesuai kaidah ejaan Pengaruh dialek Diksi Bahasa asing Tidak baku:
-
Sistim, kwitansi, apotik Kali, nelpon, nungguin Nggak, kok Baku:
-
Sistem, kuitansi, apotek Kalau, menelepon, menunggu Tidak (BSE, 2008: 166)
Data (18) pada buku pelajaran menggunakan pendekatan deduktif. Hal itu dapat dibuktikan dengan penjelasan di awal mengenai beberapa penyebab ketidak bakuan kata. Kemudian, disebutkan ada empat hal yang menyebabkan ketidak bakuan kata. Lalu, diberikan contoh-contoh perbedaan kata tidak baku dan kata baku. Pada pembelajaran di kelas, guru menggunakan pendekatan deduktif. Hal tersebut dibuktikan dengan pada materi awal yaitu guru memaparkan mengenai pengertian kata baku dan tidak baku. Selain itu, guru juga memberikan contohcontoh kata baku dan tidak baku supaya siswa mengerti mengenai perbedaan kedua kata tersebut. Kemudian, guru mulai menjelaskan mengenai penyebab ketidakbakuan kata disertai contoh-contoh kata dari penjelasan tersebut. Selanjutnya, guru memberikan beberapa contoh kata baik dari kata baku maupun kata tidak baku. (19) Perhatikan kalimat keenam dan ketujuh paragraph pertama! Dalam kalimat tersebut tardapat kata kuketahui dan kurasakan. Ku- pada katakata tersebut merupakan kata ganti, sebagaimana kau, -mu, dan –nya.
71
Penulisan kata ganti tersebut harus ditulis serangkaian dengan kata yang menyertainya. Contoh: kuambil, kaucubit, badanmu. Kata ganti ku- dan kau- dapat berfungsi membentuk kata kerja pasif. Contoh dalam kalimat: - Permen itu segera kutelan saat Ibu Tutik memanggilku - Tolong kau jemurkan pakaianku (BSE, 2008: 180)
Data (19) pada buku pelajaran menggunakan pendekatan deduktif. Walaupun data (19) tidak menjelaskan definisi kata ganti. Akan tetapi, data (19) diawal menjelaskan mengenai konsep penulisan kata ganti yang harus ditulis serangkaian dengan kata yang menyertainya. Kemudian, diberikan beberapa contoh kata yang menggunakan kata ganti. Selain itu, data (19) menjelaskan bahwa kata ganti ku- dan kau- berfungsi membentuk kata kerja pasif. Diberikan contoh kalimat yang menggunakan kata ganti tersebut. Pada pembelajaran di kelas. Guru menggunakan pendekatan induktif. Pada awal pembelajaran guru menanyakan kepada siswa contoh-contoh kata ganti dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu, guru baru menjelaskan pengertian kata ganti, dan mengklasifikasikan jenis-jenis kata ganti yaitu, kata ganti orang pertama, kedua dan ketiga. Masingmasing kata ganti disertai dengan contoh.
4. Pelaksanaan Pembelajaran Materi Tata Bahasa di Kelas Cakupan materi tata bahasa dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII telah dijelaskan diatas. Selanjutnya, materi tata bahasa dalam buku dengan pelaksanaan pembalajarannya di kelas akan dibahas sebagai berikut. Pada
72
pembelajaran di kelas guru hanya menyampaikan empat materi, yaitu materi imbuhan per- -an, pen- -an, kata baku dan tidak baku, kata ganti serta kata serapan. Materi kata baku dan tidak baku, kata serapan dan kata ganti merupakan materi ejaan. Guru menyampaikan materi tersebut karena berkaitan dengan kompetensi dasar yang akan diajarkan. Deskripsi berikut akan menjelaskan mengenai pembelajaran materi tata bahasa di kelas. a. Konfiks Per- -an dan Pen- -an Pada materi afiksasi dalam buku diberikan contoh kata yang menggunakan imbuhan per- -an dan pen- -an sebagai berikut. (20) Pada teks bahan diskusi terdapat kata-kata berkonfiks per– -an dan pen- an diantaranya perusahaan, penggunaan, pengoprasian dan sebagainya. Arti konfiks pen– an dan per– an adalah sebagai berikut. 1. Menyatakan alat. Contoh: Beruang memiliki penciuman yang sangat tajam 2. Menyatakan tempat. Contoh: Bantar Gebang merupakan daerah penampungan sampah di Jakarta 3. Menyatakan hal atau proses. Contoh: Penandatangan kontrak telah dilaksanakan tadi pagi 4. Menyatakan hasil. Contoh: Penghasilan tukang ojek di Jakarta pada musim hujan meningkat. 5. Menyatakan kumpulan. Contoh: Tahun depan lokasi sawah ini akan dijadikan lahan perumahan. (BSE, 2008: 109) Pada data (20) diberikan macam-macam arti dari konfiks per- -an dan pen- -an. Submateri konfiks per- -an dan pen- -an terdapat di KD 10.1, yaitu menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan. Ketika di kelas guru memberikan pengertian terlebih dahulu mengenai proses afiksasi berupa imbuhan prefiks, konfiks dan afiks dari beberapa ahli disertai beberapa contoh kata. Kemudian, guru mulai
73
menjelaskan mengenai konfiks per- -an dan pen -an. Guru mengklasifikasikan makna kata dari bentukan imbuhan per- -an dan pen- -an. Lalu, guru mulai memberikan contoh atau yang menggunakan konfiks tersebut. Siswa juga terlibat aktif menjawab ketika diminta untuk menjawab pertanyaan guru. Setelah itu, guru juga menambahkan mengenai imbuhan di- -kan dan arti dari imbuhan tersebut. Guru memberikan beberapa tugas yaitu, siswa diminta mencari kata dalam bacaan yang menggunakan konfiks per- -an dan pen- -an, serta memberikan makna dari hasil temuan kata tersebut. b. Kata Baku dan Tidak Baku Pada materi kata baku dan tidak baku dalam buku pelajaran berupa materi ejaan sebagai berikut. (21) Pada kutipan novel tersebut terdapat banyak kata tidak baku, yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa baku bahasa Indonesia atau kata asing yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Ketidakbakuan suatu kata dapat disebabkan oleh beberapa hal. Perhatikan contoh berikut. Penyebab: – tidak sesuai kaidah - ejaan, – pengaruh dialek, – diksi, – bahasa asing. Tidak baku – sistim, kwitansi, apotik – kali, nelpon, nungguin – nggak, kok Baku – sistem, kuitansi, apotek – kalau, menelepon, menunggu – tidak (BSE, 2008: 166) Pada data (20) menjelaskan pengertian mengenai kata baku dan tidak baku terlebih dahulu. Materi ejaan berupa kata baku dan tidak baku terdapat di KD 14.2
74
yaitu menanggapi hal yang menarik dari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan). Kemudian, dijelaskan penyebab ketidakbakuan kata dan contoh katakata baku dan tidak baku. Ketika di kelas guru menjelaskan pengertian kata dan tidak baku dari power point. Guru memberikan pengertian kata baku dan tidak baku dari beberapa ahli disertai contoh kata-kata tersebut. Setelah itu, guru menambahkan beberapa penyebab ketidakbakuan kata yang tidak terdapat dalam buku pelajaran. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk membaca penggalan novel Eiffel Im In Love dan siswa mencari kata-kata yang tidak baku. Lalu, diberi tugas untuk mencari dan mengidentifikasi penyebab ketidakbakuan kata-kata tersebut. c. Kata Ganti Materi kata ganti dalam buku pelajaran sebagai berikut. (22) Perhatikan kalimat keenam dan ketujuh paragraph pertama! Dalam kalimat tersebut tardapat kata kuketahui dan kurasakan. Ku- pada kata-kata tersebut merupakan kata ganti, sebagaimana kau, -mu, dan – nya. Penulisan kata ganti tersebut harus ditulis serangkaian dengan kata yang menyertainya. Contoh: kuambil, kaucubit, badanmu. Kata ganti ku- dan kau- dapat berfungsi membentuk kata kerja pasif. Contoh dalam kalimat: - Permen itu segera kutelan saat Ibu Tutik memanggilku - Tolong kau jemurkan pakaianku (BSE,2008: 180)
Pada data (22) dijelaskan terlebih dahulu mengenai contoh kata yang menggunakan kata ganti. Setelah itu diberikan penjelasan mengenai cara penulisan kata ganti yaitu disambung dengan kata setelahnya. Submateri kata
75
ganti terdapat di KD 13.3 Mendeskripsikan alur novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan. Pada buku pelajaran siswa diberikan tugas untuk membuat kalimat dengan menggunakan kata ganti ku- dan kau-. Kemudian, siswa diminta menjawab pertanyaan mengapa kalimat yang dibuat merupakan kalimat pasif. Pada saat guru mengajar, guru menanyakan terlebih dahulu kepada siswa macam-macam kata ganti di kehidupan sehari-hari. Kemudian, guru mulai menjelaskan pengertian kata ganti. Guru juga mengklasifikasikan macam-macam kata ganti berupa kata ganti orang pertama, kedua dan ketiga. Setelah itu, guru memberikan tugas supaya siswa mencari kata ganti orang pertama, kedua dan ketiga. Setelah itu, guru meminta siswa membacakan hasil pekerjaan mereka. Guru juga menambahkan mengenai kata ganti penunjuk. Akan tetapi, tidak dijelaskan secara detail karena jam pelajaran sudah habis. d.
Kata Serapan Materi kata serapan dalam buku pelajaran sebagai berikut. (23) Pada paragraph pertama terdapat kata produk yang berarti hasil. Kata produk merupakan kata serapan dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris; product yang berarti hasil. Contoh kata serapan yang lain: alternative, system, signifikan (Inggris). Manfaat, hakiki, hakikat (Arab), dan sebagainya. Penulisan kata serapan yang telah dibakukan ke dalam bahasa Indonesia harus menyesuaikan kaidah baku bahasa Indonesia. Adapun kata-kata asing yang belum dibakukan ke dalam bahasa Indonesia penulisannya dibedakan atau diberi tanda tertentu (biasanya garis bawah, cetak miring, atau beri tanda petik). (BSE, 2008: 182) Pada data (23) dijelaskan terlebih dahulu mengenai contoh kata serapan,
kemudian cara penulisan kata serapan yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kemudian, siswa diminta untuk mencari kata-kata serapan dari bacaan
76
yang terdapat di buku. Lalu, siswa juga diminta untuk mengidentifikasi asal kata dari kata-kata yang telah ditemukan. Materi kata serapan terdapat di KD 10.1 yaitu menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai bukti atau alasan. Guru menanyakan terlebih dahulu contoh kata serapaan. Setelah itu, guru menjelaskan pengertian kata serapan kemudian memberikan beberapa contoh kata serapan yang sudah dibakukan dalam bahasa Indonesia seperti, sholat menjadi salat (bahasa arab), product menjadi produk (bahasa inggris). Lalu, guru meminta siswa mencari kata serapan dari bacaan Perempuan dan Lingkungan Hidup yang ada pada buku. Selanjutnya, siswa diberikan tugas. Tugas dibacakan secara dikte. Terdapat tiga soal, yaitu siswa diminta mencari kata serapan dalam bacaan Perempuan dan Lingkungan Hidup, mencari asal kata dari kata serapan tersebut, dan kata serapan yang telah dibakukan dari kata yang dicari.
C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pada pembahasan pertama mengenai pendekatan pembelajaran buku pelajaran Bahasa Indonesia dengan pembelajarannya di kelas, guru tidak memberikan evaluasi secara khusus sehingga kemampuan siswa tidak bisa diukur dengan baik. Kedua, pembahasan mengenai cakupan materi tata bahasa dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia tidak diketahui keluasan, kedalaman, dan sebaran pada masing-masing materi. Ketiga, pembelajaran materi tata bahasa di kelas hanya berupa materi konfiks per- -an dan pen- -an. Materi lainnya merupakan materi ejaan. Hal itu
77
dikarenakan guru memilih materi yang mendekati dengan kompetensi dasar ketika mengajar. Selain itu, keterbatasan waktu penelitian yaitu ketika mendekati ujian akhir sekolah, sehingga guru mengejar ketertinggalan materi yang belum diajarkan.
BAB V PENUTUP Pada bab ini akan disimpulkan hasil penelitian Analisis Materi Tata Bahasa pada Buku Pelajaran Bahasa Indonesia dan Pembelajarannya, beserta saran. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Pendekatan pembelajaran materi tata bahasa berupa pendekatan induktif dan deduktif. Pendekatan induktif digunakan sebagai innformasi lama yang telah dipelajari siswa di kelas sebelumnya sedangkan pendekatan deduktif digunakan sebagai informasi baru bagi siswa. Keseluruhan materi tata bahasa di buku pelajaran bahasa Indonesia ada 10 materi. Pendekatan induktif mencakup 9 materi tata bahasa sedangkan 1 materi menggunakan pendekatan deduktif. Cakupan materi yang menggunakan pendekatan tersebut meliputi 4 materi morfologi dan 5 materi sintaksis. Pendekatan deduktif hanya digunakan pada 1 materi morfologi. Pada saat penyampaian pembelajaran materi tata bahasa di kelas, guru lebih dominan menggunakan pendekatan deduktif. 2. Cakupan materi tata bahasa yang terdapat di buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII SMP yaitu, materi morfologi dan sintaksis. Materi morfologi berjumlah 5 materi sedangkan materi sintaksis berjumlah 5 materi. Materi fonologi dan semantik tidak terdapat dalam buku pelajaran bahasa Indonesia SMP kelas VIII. Pada pembelajaran di kelas, guru tidak hanya menyampaikan materi tata bahasa
78
79
saja, melainkan juga menyampaikan materi mengenai ejaan. Hal itu disebabkan, pada buku pelajaran tidak hanya memuat mengenai materi tata bahasa tapi juga mengenai materi ejaan. Guru mengajarkan materi tata bahasa yang mendekati dengan kompetensi dasar saat mengajar. Pembelajaran tata bahasa di kelas tidak secara terus-menerus diajarkan di kelas. Hal itu disebabkan guru mengejar target pembelajaran. B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, berikut diberikan saran-saran untuk kebaikan penelitian yang akan datang. 1. Pendekatan materi tata bahasa dalam buku pelajaran bahasa Indonesia harus lebih bervariatif tidak hanya didominasi oleh pendekatan induktif tetapi juga dengan pendekatan deduktif. 2. Cakupan materi tata bahasa pada buku pelajaran bahasa Indonesia harus lebih bervariatif tidak hanya didominasi oleh materi afiksasi saja. 3. Ketika menyampaikan materi tata bahasa di kelas guru harus lebih bervariasi tidak hanya didominasi dengan menggunakan pendekatan deduktif saja. 4. Perlu adanya pemetaan materi tata bahasa yang seimbang dalam menggunakan kedua pendekatan dan cakupan materi yang tidak timpang sehingga materi tata bahasa menjadi lengkap untuk dipelajari di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Baehaqi, Imam. 2014. Sintaksis Frasa. Yogyakarta: Ombak. Balai Bahasa. 2015. Manfaat Tata Bahasa dalam Pendidikan. Diakses dari http://www.balaibahasa.com pada Desember 2015. Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Dardjowidjojo, Soenjono. 2012. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor. Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama. Habibullah, Ahmad. Pendekatan Induktif dan Deduktif dalam Pembelajaran Matematika diakses dari http://mtktik.blogspot.co.id/2012/07/pendekatandeduktif-dan-induktif-dalam.html pada November 2016 Hidayat, Asep Ahmad. 2010. Filsafat Bahasa Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna , Dan Tanda. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Imran, Saiful. 2014. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Penggunaan Buku Teks dalam Pembelajaran. Diakses dari http://www.ilmupendidikan.net pada Februari 2016. Isnan,Faisal. 2014. Analisis Materi Tata Bahasa dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Jumadi, 2006. Pengertian KTSP dan Pengembangan Silabus dalam KTSP. Diakses dari http://www.staff.uny.ac.id pada Desember 2015. Kridalaksana, Harimurti. 1983. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Lestari, Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Padang: Akademia Permata.
80
81
Maryanto.2008.”Bahasa Indonesia Lokal Dan Bahasa Lintas-Kurikulum: Pendidikan Untuk Semua”. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Bahasa Dan Sastra Indonesia XVI pada 16-18 Mei 2008 di Yogyakarta. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muslich, Mansur. 2010. Garis-Garis Besar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama. ______________. 2010. Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara. Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan Landasan Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa. Semarang: IKIP Semarang Press. Pratiwi, Yuni. 2009. Beberapa Perspektif Teori Penyusunan Bahan Ajar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Diksi. Volume 16 Nomor 2. Juli 2009. Santoso, Joko. 2003. Semantik. Yogyakarta: FBS UNY. Soeparno. 2002. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: CV Karyono. Suhardi. 2013. Sintaksis. Yogyakarta: UNY Press. Suryaman, Maman. 2008. “Pengembangan Model Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Pembelajaran Kontekstual” dalam Diksi. Volume 15 Nomor 1. Januari 2008. Suwandi, Sarwiji. 2008. Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media Perkasa. Undang-Undang Kebahasaan Tahun 2009. Diakses htttp://www.kemendikbud.org pada tanggal 20 Desember 2015.
dari
Verhaar, J.W.M. 2008. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada Press.
82
Lampiran 1 Lembar Pengamatan (Observasi) terhadap Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII Nama Sekolah Tanggal Observasi Waktu Mata Pelajaran Guru Mata Pelajaran Kelas
: MTs Negeri Godean : 27 April 2016 : 12.30 WIB : Bahasa Indonesia : Dwi Untari, S.Pd : VIII D
No
Aspek yang diamati
Deskripsi Hasil Pengamatan
1. 2.
Materi Pembelajaran Materi Tata Bahasa
Materi yang disampaikan imbuhan pe- -an, pe(N)- -an, dan di- -kan.
3.
Langkah Pembelajaran a. Membuka Pelajaran
b. Tujuan Pembelajaran
c. Penyajian Materi Tata Bahasa. (Induktif atau deduktif) d. Pemberian Tugas/Refleksi
e. Menutup Pelajaran
4.
5.
Kesesuaian materi tata bahasa yang diajarkan dengan buku pelajaran Bahasa Indonesia yang digunakan Evaluasi
Guru menanyakan kepada siswa terkait materi sebelumnya. Kemudian guru melakukan apersepsi mengenai materi imbuhan yang akan dipelajari. Tujuan pembelajaran tidak diungkapkan secara langsung. Tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat membuat kalimat dengan imbuhan pe- an, pe(N)- -an dan di- -kan. Guru menyajikan materi secara deduktif yaitu dengan memberikan penjelasan materi imbuhan kemudian diberikan contoh imbuhan pe- -an, pe(N)- -an, dan di- -kan. Guru memberikan tugas kepada siswa secara berpasangan. Tugas berupa membuat kalimat berimbuhan pe- -an pe(N)- -an, dan di- kan menentukan maknanya. Guru menutup pelajaran dengan membaca hamdalah sekaligus mengingatkan bagi siswa yang belum selesai mengerjakan tugas supaya mengumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Guru sudah sesuai dalam menyampaikan materi imbuhan per- an dan pe(N)- -an. Guru juga menambahkan materi imbuhan diper- -kan dan di- -kan. Guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa satu persatu.
83
Lembar Pengamatan (Observasi) terhadap Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII Nama Sekolah Tanggal Observasi Waktu Mata Pelajaran Guru Mata Pelajaran Kelas
: MTs Negeri Godean : 28 April 2016 : 10.40 WIB : Bahasa Indonesia : Dwi Untari, S.Pd : VIII D
No
Aspek yang diamati
Deskripsi Hasil Pengamatan
1. 2.
Materi Pembelajaran Materi Tata Bahasa
Menanggapi hal menarik dari kutipan novel Kata baku dan tidak baku
3.
Langkah Pembelajaran a. Membuka Guru membuka pelajaran dan menanyakan Pelajaran apakah ada siswa yang tidak masuk
b. Tujuan Pembelajaran
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yakni menanggapi hal-hal yang menarik dari kutipan novel asli maupun terjemahan
c. Penyajian Materi Tata Bahasa. (Induktif atau deduktif,) d. Pemberian Tugas/Refleksi
Penyajian materi kata baku dan tidak baku secara deduktif. Guru memberikan pengertian kata baku dan tidak baku disertai contoh dari masing-masing kata tersebut.
e. Menutup Pelajaran
4.
5.
Kesesuaian materi tata bahasa yang diajarkan dengan buku pelajaran Bahasa Indonesia yang digunakan Evaluasi
Guru memberikan tugas latihan secara berpasangan untuk mencari kata tidak baku pada kutipan novel Eiffel I’m In Love Guru mengakhiri pelajaran dengan salam
Guru menyampaikan menyampaikan materi tersebut sudah sesuai dengan buku pelajaran. Selain itu guru juga menambahkan mengenai penyebab ketidakbakuaan kata. Guru meminta siswa membacakan satu persatu hasil pencarian kata tidak baku dalam novel Eiffel I’m In Love.
84
Lembar Pengamatan (Observasi) terhadap Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII Nama Sekolah Tanggal Observasi Waktu Mata Pelajaran Guru Mata Pelajaran Kelas
: MTs Negeri Godean : 21 Mei 2016 : 08.30 WIB : Bahasa Indonesia : Muh Suharzani, S.Pd : VIII A
No
Aspek yang diamati
Deskripsi Hasil Pengamatan
1.
Materi Pembelajaran
2.
Materi Tata Bahasa
Menyampaikan persetujuan, sanggahan dan penolakan dalam diskusi Kata serapan
3.
Langkah Pembelajaran a. Membuka Pelajaran b. Tujuan Pembelajaran
4.
5.
Guru membuka pelajaran dengan membaca basmalah Guru tidak secara langsung menyampaikan tujuan pembelajaran. Akan tetapi tujuan pemelajaran yaitu siswa dapat menyampaikan persetujuan, sanggahan dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai bukti dan alasan yang tepat. c. Penyajian Guru menyajikan materi secara induktif yakni Materi Tata memberikan penjelasan mengenai kata serapan Bahasa. kemudian diberikan contoh. (Induktif atau deduktif) d. Pemberian Guru meminta siswa untuk membaca bacaan Tugas/Refleksi Perempuan dan Lingkungan Hidup secara berpasangan. Kemudian guru memberikan soal secara dikte. e. Menutup Guru memberikan kesimpulan pelajaran dan Pelajaran menutup pelajaran dengan membaca hamdalah. Kesesuaian materi tata Guru dalam menyampaikan materi sudah sesuai bahasa yang diajarkan dengan buku pelajaran. Selain itu guru juga dengan buku pelajaran menambahkan contoh-contoh kata serapan dari Bahasa Indonesia yang bahasa lain. seperti sholat (arab) menjadi salat. digunakan Evaluasi Tidak ada evaluasi. Guru hanya meminta siswa mengumpulkan pekerjaaannya.
85
Lembar Pengamatan (Observasi) terhadap Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII Nama Sekolah Tanggal Observasi Waktu Mata Pelajaran Guru Mata Pelajaran Kelas
: MTs Negeri Godean : 18 Mei 2016 : 12.40 WIB : Bahasa Indonesia : Dwi Untari, S.Pd : VIII D
No
Aspek yang diamati
Deskripsi Hasil Pengamatan
1.
Materi Pembelajaran
2.
Materi Tata Bahasa
Mendiskripsikan alur novel remaja (asli atau terjemahan) Kata ganti orang (pronomina persona)
3.
Langkah Pembelajaran a. Membuka Guru membuka pelajaran dengan memberi Pelajaran salam dan meminta dua orang siswa merapikan seragam. b. Tujuan Pembelajaran
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menentukan dan mendeskripsikan alur atau plot novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan. c. Penyajian Guru menanyakan kata ganti orang dalam Materi Tata kehidupan sehari-hari. Kemudian guru mulai Bahasa. menjelaskan mengenai pengertian dari kata (Induktif atau ganti (pronominal) dan macam-macamnya. deduktif) d. Pemberian Guru meminta masing-masing siswa untuk Tugas/Refleksi membuat kalimat dengan kata ganti orang.
4.
5.
e. Menutup Pelajaran Kesesuaian materi tata bahasa yang diajarkan dengan buku pelajaran Bahasa Indonesia yang digunakan Evaluasi
Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan salam Guru dalam menyampaikan materi sudah sesuai dengan buku pelajarn. Guru juga menambahkan macam-macam bentuk pronominal persona. Guru meminta siswa pekerjaan mereka.
membacakan
hasil
86
Lampiran 2 Catatan Lapangan 1
Hari/Tanggal Waktu Guru Mata Pelajaran Kelas Materi Pembelajaran Materi Tata Bahasa
: Rabu, 27 April 2016 : 12.30 WIB : Dwi Untari, S.Pd : VIII D : Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi : Imbuhan pe- an, pe(N) –an dan di- -kan
Guru memasuki ruang kelas dan membuka pelajaran salam dilanjutkan dengan presensi (mengecek kehadiran siswa dengan menanyakan siapa siswa yang tidak hadir). Guru menanyakan pelajaran sebelumnya. Siswa menjawab bahwa materi sebelumnya adalah unsur intrinsik. Guru mengulang sedikit mengenai unsur-unsur intrinsik. Kemudian guru meminta siswa untuk membuka halaman 109. Guru melakukan apersepsi mengenai materi imbuhan kemudian guru mulai menyampaikan materi imbuhan pe- -an, pe(N) –an dan di- -kan. Guru memberikan pengertian mengenai konfiks, prefiks dan sufiks. Lalu menanyakan kepada siswa contoh kata yang menggunakan imbuhan prefiks, konfiks dan sufiks. Guru menjelaskan masing-masing imbuhan pe- -an, pe(N) –an dan di- -kan disertai maknanya. Selain itu guru juga menjelaskan bahwa imbuhan dimerupakan pemasifan dari imbuhan me-. Setelah itu guru menunjukan ringkasan materi yang telah disampaikan pada layar LCD. Siswa diminta menulis ringkasan tersebut. Kemudian guru memberi tugas kepada siswa secara berpasangan untuk membuat contoh kalimat dari masing-masing imbuhan beserta maknanya. Ketika mengerjakan soal siswa banyak yang belum paham dan bertanya langsung kepada guru. Karena banyaknya siswa yang bertanya guru (Ibu Untari) merasa kewalahan sehingga harus menjelaskan kembali perintah soal tersebut. Waktu yang diberikan masih kurang sehingga siswa banyak yang belum selesai mengerjakan. Kemudian guru meminta untuk dikumpulkan pada esok hari. Guru menutup pelajaran dengan bersama-sama membaca hamdalah.
87
Catatan Lapangan 2
Hari/Tanggal Waktu Guru Mata Pelajaran Kelas Materi Pembelajaran Materi Tata Bahasa
: Kamis, 28 April 2016 : 10.40 WIB : Dwi Untari, S.Pd : VIII D : Menanggapi hal yang menarik dari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) : Kata baku dan tidak baku
Guru membuka pelajaran dengan salam dan mempresensi masing-masing siswa. Kemudian guru memerintahkan siswa untuk mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya. Guru melakukan apersepsi mengenai novel remaja dengan menanyakan apakah para siswa pernah membaca novel-novel remaja. Kemudian guru menanyakan unsur-unsur intrinsik sebuah novel. Setelah itu guru meminta siswa untuk membuka buku halaman 164. Guru menjelaskan subbab buku dan tujuan pelajaran. Siswa dapat menanggapi hal-hal yang manarik dari kutipan novel remaja baik asli maupun terjemahan. Lalu guru memberikan waktu kepada siswa untuk membaca kutipan novel Eiffel I’m In Love. Setelah itu guru menanyakan kepada siswa isi novel dan hal yang menarik dari novel tersebut. Guru memancing siswa untuk menjawab hal-hal yang menarik sebuah novel dari unsur instrinsiknya. Setelah itu guru meminta siswa untuk memperhatikan dan membaca kolom bingkai bahasa. Guru mulai menanyakan pengertian kata baku. Beberapa siswa menjawab pengertaian kata baku yaitu resmi dan sesuai EYD. Guru menambahkan pengertian kata baku dan tidak baku serta menyimpulkan pengertian keduanya. Kemudian guru menanyakan contoh-contoh karya ilmiah yang menggunakan kata baku serta guru menyampaikan penyebab ketidakbakuan kata. Guru memberikan tugas kepada siswa secara berpasangan dengan membaca kembali kutipan novel Eiffel I’m In Love. Siswa diminta mencari kata tidak baku pada kutipan novel tersebut. Ketika siswa sudah selesai mengerjakan tugas. Guru meminta siswa membacakan hasil temuannya secara berurutan. Guru mengakhiri pelajaran dengan memnbaca hamdalah dan salam.
88
Catatan Lapangan 3
Hari/Tanggal Waktu Guru Mata Pelajaran Kelas Materi Pembelajaran Materi Tata Bahasa
: Rabu, 18 Mei 2016 : 12.40 WIB : Dwi Untari, S.Pd : VIII D : Mendeskripsikan alur novel remaja (asli atau terjemahan) : Kata ganti orang (pronomina persona)
Guru masuk kelas dan memberi salam kemudian mempresensi masingmasing siswa. Guru menanyakan kabar siswa dan bagaimana cerita tentang study wisata. Siswa mulai gaduh dan ribut bercerita baik kepada guru maupun kepada teman sebangkunya. Kemudian guru mulai mengkondisikan kelas dan meminta siswa untuk tenang. Guru memulai pelajaran dan meminta siswa untuk membuka buku halaman 179. Guru menjelaskan bahwa tujuan pelajaran yaitu siswa dapat menentukan dan mendeskripsikan alur atau plot novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan. Guru meminta siswa membaca dan memahami pengertian alur yang terdapat dalam buku. Guru menanyakan ada berapakah jenis alur dan contoh cerita yang menggunakan jenis alur tersebut. Beberapa siswa menjawab pertanyaan guru. Kemudian guru meminta siswa untuk membaca kutipan novel Badai Daun yang terdapat di buku. Setelah siswa membaca kutipan novel tersebut. Lalu guru beserta siswa mengidentifikasi alur kutipan tersebut. Guru meminta siswa untuk mencermati kolom bingkai bahasa dan menanyakan perihal kata ganti (pronomina). Guru meminta siswa untuk memberikan contoh kalimat dengan menggunakan kata ganti. Setelah itu guru pertama kali guru memberikan pengertian kata ganti. Kemudian macam-maca dari kata ganti tersebut. setelah menjelaskan kata ganti orang pertama tunggal. Guru memberikan tugas masing-masing siswa untuk menuliskan contoh kata ganti tersebut. Begitupun pada keta ganti orang kedua dan ketiga. Setelah itu guru meminta siswa membacakan hasil pekerjaan mereka secara berurutan. Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan mengingatkan pertemuan selanjutnya untuk kelompok yang belum presentasi, kemudian salam.
89
Catatan Lapangan 4
Hari/Tanggal Waktu Guru Mata Pelajaran Kelas Materi Pembelajaran Materi Tata Bahasa
: Sabtu, 21 Mei 2016 : 08.30 WIB : Muh. Suharzani, S.Pd : VIII A : Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi : Kata serapan
Guru membuka pelajaran dengan salam dan berdoa. Kemudian guru mempresensi masing-masing siswa. Guru meminta siswa untuk membuka buku halaman 181 mengenai menyampaikan persetujuan, sanggahan dan penolakan dalam diskusi. Guru memberi waktu 10 menit, siswa diminta membaca dan memahami materi tersebut. kemudian guru menyampaikan kepada siswa hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan persetujuan, sanggahan dan penolakan dalam diskusi. Guru juga menjelaskan syarat-syarat dalam menyanggah dan menolak pendapat dalam diskusi. Guru juga menyampaikan bahwa biasanya dalam persetujuan, sanggahan dan penolakan menggunakan kata serapan. Guru menanyakan kepada siswa pengertian kata serapan. Beberapa siswa yang sudah tahu menjawab pertanyaan guru. Kemudian guru meminta siswa untuk membaca kolom bingkai bahasa. Setelah itu guru menanyakan kepada siswa contoh-contoh kata serapan dari berbagai bahasa. Kemudian guru meminta siswa untuk membaca kutipan artikel berjudul Perempuan dan Lingkungan Hidup (Perempuan Terkena Dampak Limbah, Polusi, dan Pencemaran). Setelah siswa membaca kutipan artikel tersebut, guru memberikan tugas secara berpasangan. Guru memberikan tiga soal secara dikte. 1. Siswa mencari kata-kata serapan dari kutipan artikel tersebut 2. Siswa menuliskan kata-kata serapan tersebut 3. Identifikasikan kata-kata tersebut berasal dari bahasa mana beserta asal katanya Waktu yang diberikan masih kurang sehingga banyak siswa yang belum selesai. Akan tetapi guru tetap meminta siswa untuk mengumpulkan tugas tersebut. Guru menutup pelajaran dengan salam dan meminta salah satu siswa supaya mengingatkan untuk meminta soal latihan UAS.
90
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Guru Bahasa Indonesia
1. Menurut Ibu/Bapak apakah pembelajaran tata bahasa penting untuk diajarkan di sekolah? 2. Apakah materi tata bahasa yang ada di buku pelajaran sudah sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa? 3. Bagaimanakah proses pemilihan buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII di MTs N Godean? 4. Apakah Bapak/Ibu terlibat langsung dalam pemilihan buku tersebut? 5. Menurut Bapak/Ibu, apakah buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII sudah digunakan memuat materi tata bahasa secara lengkap? 6. Pada buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII terdapat kotak kecil (bingkai bahasa) pada beberapa bab yang berisikan materi tata bahasa. Ketika
Bapak/Ibu
mengajarkan
bab
tersebut
apakah
Bapak/Ibu
memberikan materi yang ada di dalam bingkai bahasa tersebut? 7. Apakah Bapak/Ibu mengembangkan materi tata bahasa yang ada di buku pelajaran? Dan bagaimana contoh pengembangannya? 8. Darimanakah sumber pengembangan materi tersebut? 9. Bagaimana cara Bapak/Ibu menerapkan materi tata bahasa dalam proses pembelajaran di kelas? 10. Selain buku pelajaran, media apa saja yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap materi tata bahasa Indonesia? 11. Bagaimana proses evaluasi pembelajaran materi tata bahasa? 12. Apakah ada evaluasi khusus untuk mengukur kemampuan tata bahasa siswa? 13. Bagaimana kemampuan siswa dalam menyerap materi tata bahasa yang diajarkan? 14. Apakah Bapak/Ibu menyisipkan materi tata bahasa dalam soal-soal ujian?
91
Hasil Wawancara Guru Bahasa Indonesia
Hari/tanggal wawancara
: Senin, 30 Mei 2016
Narasumber
: Ibu Dwi Untari, S.Pd
Tempat
: Ruang tunggu tamu
1. Menurut Ibu/Bapak apakah pembelajaran tata bahasa penting untuk diajarkan di sekolah? Penting. Supaya menambah wawasan siswa mengenai tata bahasa Indonesia. Walaupun memang dalam kurikulum KTSP tidak tercantum dalam silabus, tapi sedikit-sedikit saya ajarkan ke siswa. 2. Apakah materi tata bahasa yang ada di buku pelajaran sudah sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa? Kalau saya amati dari buku, beberapa ada yang sesuai dengan kemampuan siswa tapi ada juga yang kurang sesuai. 3. Bagaimanakah proses pemilihan buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII di MTs N Godean? Proses pemilihan buku disini kita menggunakan buku BSE yang terjangkau baik untuk guru maupun siswa. Kemudian dari beberapa buku BSE itu kita sesuaikan antara silabus dengan materi yang ada di buku tersebut. Baru kita menentukan buku sesuai. Biasanya kita musyawarahkan juga dengan guru bahasa Indonesia yang lain baik di sekolah maupun di MGMP. 4. Apakah Bapak/Ibu terlibat langsung dalam pemilihan buku tersebut? Ya. Terlibat langsung. Seperti dijelaskan barusan biasanya kami sesame guru Bahasa Indonesi juga berdiskusi buku mana yang sesuai. 5. Menurut Bapak/Ibu, apakah buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII yang sudah digunakan memuat materi tata bahasa secara lengkap? Menurut saya sendiri belum lengkap. Sebab materi tata bahasa yang terdapat di buku tersebut hanya berupa kolom kecil disitu tertulis bingkai bahasa. Materi dalam bingkai bahasa tersebut masih kurang lengkap.
92
6. Pada buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII terdapat kotak kecil (bingkai bahasa) pada beberapa bab yang berisikan materi tata bahasa. Ketika
Bapak/Ibu
mengajarkan
bab
tersebut
apakah
Bapak/Ibu
memberikan materi yang ada di dalam bingkai bahasa tersebut? Iya. Walaupun memang terkadang hanya saya selipkan saja pada materi yang ditargetkan. Karena memang kurikulum KTSP tidak menuntut untuk itu. 7. Apakah Bapak/Ibu mengembangkan materi tata bahasa yang ada di buku pelajaran? Dan bagaimana contoh pengembangannya? Iya kadang-kadang, tetapi tetap disesuaikan dengan materi yang harus saya sampaikan. Contohnya pada materi kata ganti atau pronomina. Pada bingkai bahasa hanya menjelaskan mengenai kata ganti orang kemudian saya kembangkan dengan menambahkan kata ganti petunjuk dan penanya. Walaupun memang tidak dijelaskan secara detail. 8. Darimanakah sumber pengembangan materi tersebut? Dari berbagai sumber seperti buku tata bahasa, internet, buku penunjang lainnya. 9. Bagaimana cara Bapak/Ibu menerapkan materi tata bahasa dalam proses pembelajaran di kelas? Biasanya saya beri soal yang berhubungan dengan tata bahasa, atau tugastugas yang harus sesuai dengan kaidah tata bahasa. Karangan siswa juga membantu saya dalam menerapkan materi tata bahasa di kelas. 10. Selain buku pelajaran, media apa saja yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap materi
tata
bahasa Indonesia? KBBI, buku tata bahasa Indonesia, dan buku EYD 11. Bagaimana proses evaluasi pembelajaran materi tata bahasa? Proses evaluasi hanya lewat tugas-tugas yang dikumpulkan siswa. Kemudian saya menganalisis hasil tugas tersebut. Misalkan tugas menulis saya analisis
93
dari kesalahan ejaan, tulisan, penggunaan kata baku dan tidak baku, pemakaian tanda baca, penulisan huruf capital, dan sebagainya. 12. Apakah ada evaluasi khusus untuk mengukur kemampuan tata bahasa siswa? Belum ada 13. Bagaimana kemampuan siswa dalam menyerap materi tata bahasa yang diajarkan? Sebagian siswa ada yang bisa menerima langsung materi tata bahasa. Namun ada juga sebagian yang masih perlu bimbingan dan latihan. 14. Apakah Bapak/Ibu menyisipkan materi tata bahasa dalam soal-soal ujian? Iya. Kadang-kadang
94
Hasil Wawancara Guru Bahasa Indonesia
Hari/tanggal wawancara
: Selasa, 31 Mei 2016
Narasumber
: Bapak Suharzani, S.Pd
Tempat
: Ruang tunggu tamu
1. Menurut Ibu/Bapak apakah pembelajaran tata bahasa penting untuk diajarkan di sekolah? Penting. Karena untuk menambah wawasan dan pemahaman kepada siswa. Walaupun dalam KTSP tidak dijelaskan secara detail seperti di Kurtilas tapi pembelajaran tata bahasa tetap penting untuk diajarkan, mengingat nantinya khan mereka juga akan memasuki jenjang kuliah dan pastinya memerlukan hal tersebut. 2. Apakah materi tata bahasa yang ada di buku pelajaran sudah sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa? Menurut saya sudah sesuai mbak. 3. Bagaimanakah proses pemilihan buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII di MTs N Godean? Biasanya dimusyawarakhan terlebih dahulu buku mana yang cocok. Musyawarah ini antar guru pengampu mata pelajaran. Ya saya sama Bu Untari berdiskusi dulu mbak. Selain itu kita juga ada forum MGMP. Disitu juga kita ikut berpastisipasi dalam pemilihan buku yang sesuai. 4. Apakah Bapak/Ibu terlibat langsung dalam pemilihan buku tersebut? Ya terlibat langsung. Seperti yang saya bilang tadi. 5. Menurut Bapak/Ibu, apakah buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII sudah digunakan memuat materi tata bahasa secara lengkap? Sudah lengkap. 6. Pada buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII terdapat kotak kecil (bingkai bahasa) pada beberapa bab yang berisikan materi tata bahasa. Ketika
Bapak/Ibu
mengajarkan
bab
tersebut
apakah
memberikan materi yang ada di dalam bingkai bahasa tersebut?
Bapak/Ibu
95
Ya diberikan. Tapi ada bab-bab tertentu yang tidak disampaikan. Jika disampaikan semua materi pokok yang harusnya sudah selesai jadi tidak selesai. 7. Apakah Bapak/Ibu mengembangkan materi tata bahasa yang ada di buku pelajaran? Dan bagaimana contoh pengembangannya? Ya. Bentuk pengembangannya seperti ketika saya mnjelaskan kata serapan. Saya mengambil contoh-contoh kata serapan selain yang tertulis di buku. Supaya siswa semakin paham. 8. Darimanakah sumber pengembangan materi tersebut? KBBI, buku tata bahasa Indonesia, internet, dan buku lain yang menunjang 9. Bagaimana cara Bapak/Ibu menerapkan materi tata bahasa dalam proses pembelajaran di kelas? Saya biasanya menggunakan CBSA. Jadi mengajak siswa untuk aktif menjawab pertanyaan yang saya lontarkan. Selain CBSA saya juga menggunakan keterampilan proses. Jadi biasanya siswa-siswa menulis karangan sendiri kemudian dari karangan tersebut saya identifikasi kesalahan tata bahasanya. 10. Selain buku pelajaran, media apa saja yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap materi
tata
bahasa Indonesia? Saya hanya melalui buku pelajaran saja 11. Bagaimana proses evaluasi pembelajaran materi tata bahasa? Evalusi yang biasa saya lakukan memberikan soal kepada siswa. Soal tersebut tentunya berhubungan dengan tata bahasa. Selain tes soal saya juga menerapkan teknik nontes. Jadi seperti dijelaskan tadi saya identifikasikan dari karangan siswa. 12. Apakah ada evaluasi khusus untuk mengukur kemampuan tata bahasa siswa? Tidak ada 13. Bagaimana kemampuan siswa dalam menyerap materi tata bahasa yang diajarkan?
96
Kemampuan siswa cukup baik. Ya walaupun ada beberapa anak yang masih belum paham. Tetapi sebagian sudah cukup baik dan termotivasi dengan adanya pembelajaran tata bahasa. 14. Apakah Bapak/Ibu menyisipkan materi tata bahasa dalam soal-soal ujian? Ya terkadang saya sisipkan
Lampiran 4 Tabel Pengamatan Materi Tata Bahasa di Buku Pelajaran SMP kelas VIII Judul Buku Nama Pengarang Nama Penerbit Tahun Terbit
: Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMP/MTS kelas VIII : Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : 2008
SEMESTER I Model Penyampaian No
Cakupan Materi Tata Bahasa
Materi Tata Bahasa
Hlm Induktif
1. Pada teks bacaan terdapat beberapa kata yang berkonfiks kean. Misalnya: kesepakatan, keterlibatan, kekhawatiran, dan sebagainya. Salah satu fungsi imbuhan ke-an adalah membentuk kata kerja pasif. Adapun makna konfiks ke-an antara lain berikut. 1. Menyatakan tempat Contoh: kecamatan 2. Menyatakan menderita Contoh: kehujanan
V
Deduktif
Fonologi
Morfologi V
Sintaksis
Semantik 6
97
3. Menyatakan tidak sengaja Contoh: ketiduran 4. Menyatakan hal Contoh: keadilan 2. Pada teks wawancara terdapat kalimat Nah, agar petani diuntungkan pihak-pihak .... Kata pihak-pihak termasuk reduplikasi atau kata ulang. Menurut Verhaar dalam Asas-Asas Linguistik Umum, reduplikasi (perulangan kata atau unsur kata) adalah proses morfemis yang mengulangi bentuk dasar tersebut. Dapat dibedakan: reduplikasi “penuh” seperti meja-meja dan reduplikasi “parsial” seperti lelaki, pepatah. (1996: 152). Perhatikan pengklasifikasian jenis kata ulang berikut! 1. utuh minum-minum, bukubuku, lari-lari 2. sebagian pepatah, lelaki, dedaun, sesaji 3. berimbuhan bermain-main, pukul-pukulan, berteriak-teriak. Jenis kata ulang berdasarkan kelas
V
V
14
98
katanya. 1. Kata benda (nomina) piringpiring, anak-anak, baju-baju 2. Kata sifat (adjektiva) takuttakut, hitam-hitam, beraniberani 3. Kata kerja (verba) makanmakan, duduk-duduk, cubitmencubit 4. Kata bilangan (numeralia) satusatu, dua-dua, tiga-tiga 3. Dalam teks drama terdapat kalimat, Tapi bagi relawan kemanusiaan, ia hadir justru untuk menjalankan misi mulia, yakni menolong sesama anak manusia, menolong siapa saja yang terluka. Penggunaan kata pada klausa yang terluka menandakan bahwa klausa tersebut sebagai keterangan yang tidak mutlak dipentingkan. Dapat kamu amati perbedaan penggunaan yang pada kalimat berikut yang sifatnya dipentingkan. Contoh: Hal ini disebabkan bagaimanapun upaya pelestarian yang kita lakukan, tidak akan berarti apa-apa jika
V
V
44
99
warga tidak terlibat di dalamnya. 4. Dalam teks bacaan terdapat terlihat dan tercantik, yang berasal dari kata dasar lihat dan cantik. Salah satu fungsi imbuhan teradalah membentuk kata kerja pasif. Makna imbuhan terdapat digolongkan antara lain berikut. a. Ketidaksengajaan Contoh: Tubuhnya terdorong hingga beberapa meter. b. Ketiba-tibaan Contoh: Ia terbangun dari tidurnya. c. Paling Contoh: Nilainya tertinggi di antara teman sekelas. 5. Dalam dialog yang diucapkan tokoh “Ibu” pada teks drama di atas terdapat kalimat Dan siapalah yang mau dengan saya? Kalimat tersebut mengandung kata yang menyatakan keterangan kesertaan. Perhatikan penggolongan kata keterangan dan contoh berikut! 1. Keterangan cara
V
V
54
V
V
59
100
Contoh: secara, dengan 2. Keterangan alat Contoh: dengan 3. Keterangan kesertaan Contoh: bersama, dengan, beserta 4. Keterangan asal Contoh: dari 5. Keterangan pelaku Contoh: oleh 6. Keterangan waktu Contoh: sejak, setelah, sebelum 6. Perhatikan paragraf pertama pada teks bacaan “Gamelan, Orkestra ala Jawa”. Dalam teks bacaan tersebut terdapat kalimat: Pergelaran music gamelan kini dapat dinikmati di berbagai belahan dunia, tapi Jogjakarta adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan, karena di kota inilah Anda dapat menikmati versi aslinya. Kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk campuran. Disebut kalimat majemuk campuran karena dibentuk oleh kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
V
V
79
101
Kalimat majemuk setara ditandai oleh penanda hubung tapi yang menunjukkan hubungan pertentangan. Adapun kalimat majemuk bertingkat ditandai oleh penanda hubung karena yang menunjukkan hubungan akibat sebab. Selain tapi, hubungan pertentangan juga dapat ditunjukkan oleh kata melainkan, bukan, akan tetapi, dan sebagainya. Contoh: Seharusnya ia belajar dengan tekun bukan malah bermain-main tanpa kenal waktu. Dalam kalimat majemuk bertingkat juga terdapat hubungan pertentangan. Contoh: Saya akan tetap berbuat baik, meskipun ia selalu berbuat jahat. 1. Pertentangan : tetapi, melainkan, bukan 2. Perbandingan : daripada 3. Sebab-akibat : sebab, karena, oleh karena 4. Pengandaian : seandainya, kalau-kalau
102
5. Waktu: sejak, ketika
7. Perhatikan kalimat Tindakan pencegahan dapat pula dilakukan dengan mengganti alatalat rumah tangga ....;pada paragraf delapan! Kalimat tersebut merupakan kalimat pasif. Hal ini ditunjukkan oleh subjeknya yang dikenai pekerjaan serta predikatnya merupakan kata kerja pasif yang ditandai dengan awalan di-. Perhatikan pula kalimat: Limbah cair industry menghasilkan BOD, COD, zat organik, dan berbagai pencemar beracun; pada paragraf keempat! Kalimat tersebut merupakan kalimat aktif. Hal ini dikarenakan subjeknya (limbah cair industri) melakukan pekerjaan dan predikatnya merupakan kata kerja aktif yang ditandai dengan awalan me-.
V
V
92
103
SEMESTER II Model Penyampaian No
Materi Tata Bahasa
1.
Pada teks bahan diskusi terdapat katakata berkonfiks per– -an dan pen- -an diantaranya perusahaan, penggunaan, pengoprasian dan sebagainya. Arti konfiks pen– -an dan per– -an adalah sebagai berikut. 1. Menyatakan alat. Contoh: Beruang memiliki penciuman yang sangat tajam 2. Menyatakan tempat. Contoh: Bantar Gebang merupakan daerah penampungan sampah di Jakarta 3. Menyatakan hal atau proses. Contoh: Penandatangan kontrak telah dilaksanakan tadi pagi 4. Menyatakan hasil. Contoh: Penghasilan tukang ojek di
Cakupan Materi Tata Bahasa Hlm
Induktif V
Deduktif
Fonologi
Morfologi V
Sintaksis
Semantik 109
104
2.
3.
Jakarta pada musim hujan meningkat. 5. Menyatakan kumpulan. Contoh: Tahun depan lokasi sawah ini akan dijadikan lahan perumahan Cermatilah kalimat Mereka sulit membuat kipatan rapi, pada paragraph pertama teks 1! Bagaimanakan penguraian jabatan pada kalimat tersebut? Perhatikanlah! Subjek: Mereka Predikat: sulit membuat Objek: lipatan rapi Ingat! 1) Subjek merupakan bagian kalimat yang menunjukkan pelaku; 2) Predikat menunjukkan hal yang dilakukan atau keadaan subjek; 3) Objek merupakan pelengkap predikat; 4) Keterangan merupakan fungsi tambahan. Ada satu jabatan lagi, yaitu pelengkap. Pelengkap merupakan pelengkap predikat tapi bukan sebagai objek Dalam ilustrasi yang kamu baca terdapat kata berprefiks di-, yaitu dibuka dalam kalimat Pameran yang diadakan dalam rangka menyambut
V
V
V
V
149
152
105
Hari Pendidikan tersebut dibuka oleh Gubernur Kepala Daerah Irian Jaya. Kata dibuka berasal dari kata dasar buka. Prefiks di- berfungsi membentuk kata pasif. Misalnya dipukul, diminum, dipupuk, dan sebagainya. Awalan dimerupakan bentuk pasif dari awalan me- bentuk aktif. Bentuk aktif awalan me- maka kalimat pasifnya pasti berpredikat awalan di-.
106
107
Lampiran 5 Analisis Materi Tata Bahasa pada Buku Elektronik Sekolah Bahasa Indonesia Kelas VIII SMP
2.Menyatakan menderita. Contoh: kehujanan 3. Menyatakan Contoh: ketiduran
tidak
sengaja.
4. Menyatakan hal. Contoh: keadilan
Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMP/MTS kelas VIII
Materi pokok : Proses reduplikasi
Oleh: Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati
Model penyampaian materi tata bahasa menggunakan pendekatan deduktif. Hal itu dibuktikan dengan penjelasan terlebih dahulu mengenai reduplikasi. Kemudian pembagian jenis reduplikasi disertai contohcontoh.
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2008. 1. Pelajaran 1 (BAB) 1 Peristiwa hal 15 dan 23 Materi pokok : Konfiks ke- -an Materi tata bahasa : Morfologi Model penyampaian materi tata bahasa menggunakan pendekatan induktif. Hal itu dapat dibuktikan dengan diberikan contoh kata yang berkonfiks ke- -an, kemudian dijelaskan mengenai fungsi konfiks ke- -an Pada teks bacaan terdapat beberapa kata yang berkonfiks ke-an. Misalnya: kesepakatan, keterlibatan, kekhawatiran, dan sebagainya. Salah satu fungsi imbuhan ke-an adalah membentuk kata kerja pasif. Adapun makna konfiks ke-an antara lain berikut. 1. Menyatakan tempat. Contoh: kecamatan
Materi tata bahasa : Morfologi
Pada teks wawancara terdapat kalimat Nah, agar petani diuntungkan pihak-pihak .... Kata pihak-pihak termasuk reduplikasi atau kata ulang. Menurut Verhaar dalam Asas-Asas Linguistik Umum, reduplikasi (perulangan kata atau unsur kata) adalah proses morfemis yang mengulangi bentuk dasar tersebut. Dapat dibedakan: reduplikasi “penuh” seperti mejameja dan reduplikasi “parsial” seperti lelaki, pepatah. (1996: 152). Perhatikan pengklasifikasian jenis kata ulang berikut! 1. utuh minum-minum, buku-buku, lari-lari 2. sebagian pepatah, lelaki, dedaun, sesaji
108
3. berimbuhan bermain-main, pukulpukulan, berteriak-teriak.
keterangan yang dipentingkan.
tidak
mutlak
Jenis kata ulang berdasarkan kelas katanya.
Dapat kamu amati perbedaan penggunaan yang pada kalimat
1. Kata benda (nomina) piringpiring, anak-anak, baju-baju 2. Kata sifat (adjektiva) takut-takut, hitam-hitam, berani-berani 3. Kata kerja (verba) makan-makan, duduk-duduk, cubit-mencubit Kata bilangan (numeralia) satu-satu, dua-dua, tiga-tiga.
berikut yang sifatnya dipentingkan. Contoh: Hal ini disebabkan bagaimanapun upaya pelestarian yang kita lakukan, tidak akan berarti apa-apa jika warga tidak terlibat di dalamnya.
2. Pelajaran (BAB) 2 Kegiatan hal 53
3. Pelajaran (BAB) 3 Pariwisata hal 63 dan 68
Materi pokok dipentingkan
Materi pokok : Afiksasi imbuhan ter-
:
Klausa
yang
Materi tata bahasa : Morfologi
Materi tata bahasa: Morfologi
Penyampaian materi tata bahasa menggunakan pendekatan induktif. Hal itu dibuktikan dengan pemberian contoh kalimat yang mengandung klausa yang tidak dipentingkan. Kemudian diberi penjelasan mengenai klausa yang tidak dipentingkan. Lalu diberikan lagi contoh kalimat menggunakan klausa yang dipentingkan.
Penyampaian materi tata bahasa menggunakan pendekatan induktif Hal itu dibuktikan dengan diberikan contoh kata yang berimbuhan terkemuadian dari kata tersebut diberikan penjelasan fungsinya membentuk kata kerja pasif. Setelah itu makna imbuhan ter- digolongkan menjadi beberapa golongan. Contoh makna tersebut bertujuan untuk membandingkan antar makna. Supaya siswa lebih paham.
Dalam teks drama terdapat kalimat, Tapi bagi relawan kemanusiaan, ia hadir justru untuk menjalankan misi mulia, yakni menolong sesama anak manusia, menolong siapa saja yang terluka. Penggunaan kata pada klausa yang terluka menandakan bahwa klausa tersebut sebagai
Dalam teks bacaan terdapat terlihat dan tercantik, yang berasal dari kata dasar lihat dan cantik. Salah satu fungsi imbuhan teradalah membentuk kata kerja pasif. Makna imbuhan terdapat digolongkan antara lain berikut.
109
a. Ketidaksengajaan Contoh: Tubuhnya terdorong hingga beberapa meter. b. Ketiba-tibaan Contoh: Ia terbangun dari tidurnya.
3. Keterangan kesertaan. Contoh: bersama, dengan, beserta 4. Keterangan asal. Contoh: dari 5. Keterangan pelaku. Contoh: oleh 6. Keterangan waktu. Contoh: sejak, setelah, sebelum
c. Paling Contoh: Nilainya tertinggi di antara teman sekelas. Materi pokok : Kata keterangan Materi tata bahasa : Morfologi Penyampaian materi tata bahasa menggunakan pendekatan induktif Hal itu dibuktikan dengan diberikannya contoh penggalan kalimat dari bacaan di buku pelajaran. Setelah itu dijelaskan bahwa kata tersebut mengandun kata keterangan kesertaaan. Kemudian pada bagian akhir kata keterangan digolongkan kedalam beberapa golongan. Dalam dialog yang diucapkan tokoh “Ibu” pada teks drama di atas terdapat kalimat Dan siapalah yang mau dengan saya? Kalimat tersebut mengandung kata yang menyatakan keterangan kesertaan. Perhatikan penggolongan kata keterangan dan contoh berikut! 1. Keterangan cara. Contoh: secara, dengan 2. Keterangan alat. Contoh: dengan
4. Pelajaran (BAB) Kebudayaan hal 88
4
Materi pokok : Kalimat majemuk Materi tata bahasa : Sintaksis Penyampaian materi tata bahasa menggunakan pendekatan induktif. Hal itu dibuktikan dengan pemberian contoh kalimat kemudian diberikan penjelasan mengenai kalimat majemuk. Perhatikan paragraf pertama pada teks bacaan “Gamelan, Orkestra ala Jawa”. Dalam teks bacaan tersebut terdapat kalimat: Pergelaran music gamelan kini dapat dinikmati di berbagai belahan dunia, tapi Jogjakarta adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan, karena di kota inilah Anda dapat menikmati versi aslinya. Kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk campuran. Disebut kalimat majemuk campuran karena dibentuk oleh kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara ditandai oleh
110
penanda hubung tapi yang menunjukkan hubungan pertentangan. Adapun kalimat majemuk bertingkat ditandai oleh penanda hubung karena yang menunjukkan hubungan akibat sebab. Selain tapi, hubungan pertentangan juga dapat ditunjukkan oleh kata melainkan, bukan, akan tetapi, dan sebagainya. Contoh: Seharusnya ia belajar dengan tekun bukan malah bermainmain tanpa kenal waktu. Dalam kalimat majemuk bertingkat juga terdapat hubungan pertentangan. Contoh: Saya akan tetap berbuat baik, meskipun ia selalu berbuat jahat. 1. Pertentangan : tetapi, melainkan, bukan 2. Perbandingan : daripada 3. Sebab-akibat : sebab, karena, oleh karena 4. Pengandaian : seandainya, kalaukalau 5. Waktu: sejak, ketika
Hal itu dibuktikan dengan pemberian contoh kalimat pasif dan kalimat aktif. Kemudian diberikan penjelasan mengenai perbedaan kedua kalimat tersebut. Perhatikan kalimat Tindakan pencegahan dapat pula dilakukan dengan mengganti alatalat rumah tangga ....;pada paragraf delapan! Kalimat tersebut merupakan kalimat pasif. Hal ini ditunjukkan oleh subjeknya yang dikenai pekerjaan serta predikatnya merupakan kata kerja pasif yang ditandai dengan awalan di-. Perhatikan pula kalimat: Limbah cair industry menghasilkan BOD, COD, zat organik, dan berbagai pencemar beracun; pada paragraf keempat! Kalimat tersebut merupakan kalimat aktif. Hal ini dikarenakan subjeknya (limbah cair industri) melakukan pekerjaan dan predikatnya merupakan kata kerja aktif yang ditandai dengan awalan me-.
6. Pelajaran (BAB) 6 Teknologi hal 109
5. Pelajaran (BAB) 5 Lingkungan hal 101
Materi pokok: Imbuhan pen- -an dan per- -an
Materi pokok : Kalimat pasif
Materi tata bahasa: Morfologi
Materi tata bahasa : Sintaksis
Penyampaian materi tata bahasa menggunakan pendekatan induktif. Hal itu dapat dibuktikan dengan
Penyampaian materi tata bahasa menggunakan pendekatan induktif.
111
pemberian contoh kata-kata yang berkonfiks per- -an dan pen- -an. Selanjutnya konfiks tersebut digolongkan menurut maknanya. Pada teks bahan diskusi terdapat kata-kata berkonfiks per– -an dan pen- -an diantaranya perusahaan, penggunaan, pengoprasian dan sebagainya. Arti konfiks pen– -an dan per– -an adalah sebagai berikut. 1. Menyatakan alat. Contoh: Beruang memiliki penciuman yang sangat tajam 2. Menyatakan tempat. Contoh: Bantar Gebang merupakan daerah penampungan sampah di Jakarta 3. Menyatakan hal atau proses. Contoh: Penandatangan kontrak telah dilaksanakan tadi pagi 4. Menyatakan hasil. Contoh: Penghasilan tukang ojek di Jakarta pada musim hujan meningkat. Menyatakan kumpulan. Contoh: Tahun depan lokasi sawah ini akan dijadikan lahan perumahan
Hal itu dibuktikan dengan pemberian contoh kalimat kemudian diuraikan jabatan-jabatan kata pada kalimat tersebut. lalu diberikan penjelasan bagaimana kedudukan jabatan tersebut. Cermatilah kalimat Mereka sulit membuat kipatan rapi, pada paragraph pertama teks 1! Bagaimanakan penguraian jabatan pada kalimat tersebut? Perhatikanlah! Subjek: Mereka Predikat: sulit membuat Objek: lipatan rapi Ingat! 1) Subjek merupakan bagian kalimat yang menunjukkan pelaku; 2) Predikat menunjukkan hal yang dilakukan atau keadaan subjek; 3) Objek merupakan pelengkap predikat; 4) Keterangan merupakan fungsi tambahan. Ada satu jabatan lagi, yaitu pelengkap. Pelengkap merupakan pelengkap predikat tapi bukan sebagai objek. Materi pokok : Prefiks diMateri tata bahasa: Morfologi
7. Pelajaran (BAB) 8 Kreativitas hal 149 Materi pokok : Jabatan kata dalam kalimat Materi tata bahasa : Sintaksis Penyampaian materi tata bahasa menggunakan pendekatan induktif.
Penyampaian materi tata bahasa menggunakan pendekatan induktif Hal itu dapat dibuktikan pada bagian awal diberikan contoh penggalan kalimat dari bacaan di buku pelajaran. Kemudian dijelaskan mengenai fungsi kata yang berprefiks di-. Selanjutnya dibrikan penjelasan pula bahwa prefik di-
112
merupakan ubahan dari prefiks meyang berupa kata kerja aktif. Dalam ilustrasi yang kamu baca terdapat kata berprefiks di-, yaitu dibuka dalam kalimat Pameran yang diadakan dalam rangka menyambut Hari Pendidikan tersebut dibuka oleh Gubernur Kepala Daerah Irian Jaya. Kata dibuka berasal dari kata dasar buka. Prefiks di- berfungsi membentuk kata pasif. Misalnya dipukul, diminum, dipupuk, dan sebagainya. Awalan di- merupakan bentuk pasif dari awalan me- bentuk aktif. Bentuk aktif awalan me- maka kalimat pasifnya pasti berpredikat awalan di-.
9. Pelajaran (BAB) 9 Kesehatan hal 170 Materi pokok : Partikel pun Materi tata bahasa : Morfologi Penyampaian materi tata bahasa menggunakan pendekatan deduktif. Hal itu dibuktikan dengan penjelasan mengenai definisi partikel pun disertai contoh kata yang menggunakan partikel tersebut. Cermatilah kalimat terakhir pada paragraf keempat teks bacaan Mata Pun Dapat Terserang Stroke! Pada kalimat tersebut terdapat partikel pun. Ingatlah bahwa penulisan pun sebagai partikel ditulis terpisah dengan kata sebelumnya. Dalam KBBI, partikel merupakan
kata yang biasanya tidak dapat diderivikasikan atau diinfleksika atau diubah, yang mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk didalamnya konjungsi, preposisim dan interjeksi (2002: 831). Pun yang lazim ditulis serangkaian dengan kata yang mendahuluinya diantaranya: adapun, anadipun, dan bagaimanapun. 10. Pelajaran (BAB) Emansipasi hal 180 dan 182
10
Materi pokok: Kata ganti Materi tata bahasa: Morfologi Penyampaian materi tata bahasa menggunakan pendekatan deduktif. Hal itu dibuktikan dengan inti submateri mengenai tata cara penulisan kata ganti disertai contoh. Perhatikan kalimat keenam dan ketujuh paragraph pertama! Dalam kalimat tersebut tardapat kata kuketahui dan kurasakan. Ku- pada kata-kata tersebut merupakan kata ganti, sebagaimana kau, -mu, dan – nya. Penulisan kata ganti tersebut harus ditulis serangkaian dengan kata yang menyertainya. Contoh: kuambil, kaucubit, badanmu. Kata ganti ku- dan kau- dapat berfungsi membentuk kata kerja pasif. Contoh dalam kalimat: -
Permen itu segera kutelan saat Ibu Tutik memanggilku Tolong kaujemurkan pakaianku
113
Lampiran 6
Kelas VIII, Semester 1 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Mendengarkan 1. Memahami wacana lisan berbentuk laporan
1.1 Menganalisis laporan 1.2 Menanggapi isi laporan
Berbicara 2. Mengungkap berbagai informasi melalui wawancara dan presentasi laporan
2.1 Berwawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan dengan memperhatikan etika berwawancara 2.2 Menyampaikan laporan secara lisan dengan bahasa yang baik dan benar
Membaca 3. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai, membaca cepat
3.1 Menemukan informasi secara cepat dan tepat dari ensiklopedi/buku telepon dengan membaca memindai 3.2 Menemukan tempat atau arah dalam konteks yang sebenarnya sesuai dengan yang tertera pada denah 3.3 Menyimpulkan isi suatu teks dengan membaca cepat 250 kata per menit
Menulis 4. Mengungkapkan informasi dalam bentuk laporan, surat dinas, dan petunjuk
4.1 Menulis laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar 4.2 Menulis surat dinas berkenaan dengan kegiatan sekolah dengan sistematika yang tepat dan bahasa baku 4.3 Menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif
114
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Mendengarkan 5. Mengapresiasi pementasan drama
5.1 Menanggapi unsur pementasan drama 5.2 Mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama
Berbicara 6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan bermain peran
6.1 Bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa 6.2 Bermain peran dengan cara improvisasi sesuai dengan kerangka naskah yang ditulis siswa
Membaca 7. Memahami teks drama dan novel remaja
7.1 Mengidentifikasi unsur intrinsik teks drama 7.2 Membuat sinopsis novel remaja Indonesia
Menulis 8. Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis kreatif naskah drama
8.1 Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan keaslian ide 8.2 Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama
115
Kelas VIII, Semester 2 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Mendengarkan 9. Memahami isi berita dari radio/televisi
9.1 Menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana) yang didengar dan atau ditonton melalui radio/televisi 9.2 Mengemukakan kembali berita yang didengar/ ditonton melalui radio/televisi
Berbicara 10. Mengemukakan pikiran, persaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler
10.1
Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan
10.2 Membawakan acara dengan bahasa yang baik dan benar, serta santun Membaca 11. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif, dan membaca nyaring
11.1 Menemukan masalah utama dari beberapa berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif 11.2 Menemukan informasi untuk bahan diskusi melalui membaca intensif 11.3 Membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas
Menulis 12. Mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman, teks berita, slogan/poster
12.1 Menulis rangkuman isi buku ilmu pengetahuan populer 12.2 Menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas 12.3 Menulis slogan/poster untuk berbagai keperluan dengan pilihan kata dan kalimat yang bervariasi, serta persuasif
116
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Mendengarkan 13. Memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan
13.1 Mengidentifikasi karakter tokoh novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan 13.2 Menjelaskan tema dan latar novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan 13.3 Mendeskripsikan alur novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan
Berbicara 14. Mengapresiasi kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) melalui kegiatan diskusi
14.1 Mengomentari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) 14.2 Menanggapi hal yang menarik dari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan)
Membaca 15. Memahami buku novel remaja (asli atau terjemahan) dan antologi puisi
15.1 Menjelaskan alur cerita, pelaku, dan latar novel remaja (asli atau terjemahan) 15.2 Mengenali ciri-ciri umum puisi dari buku antologi puisi
Menulis 16. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan dalam puisi bebas
16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai 16.2 Menulis puisi bebas dengan memperhatikan unsur persajakan
117
Lampiran 7
Cover Depan
118
Lampiran 8
DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
119
(PEMBELAJARAN MATERI TATA BAHASA DI KELAS VIII D DIAMPU OLEH IBU DWI UNTARI, S.Pd)
(PEMBELAJARAN MATERI TATA BAHASA DI KELAS VIII A DIAMPU OLEH BAPAK MUH. SUHARZANI, S.Pd)